Anda di halaman 1dari 80

Judul Penelitian :

KONSEP WATERFRONT CITY PADA PENATAAN MASSA TAMAN


AIR MANCUR SRI BADUGA SITU BULEUD PURWAKARTA

Penyusun :

Devi Silvia (321910096)

Dosen Pengampu :

Retno Fitri Astuti, S.T., M.T.

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
BEKASI 2022

i
ABSTRAK

Kota ataupun kabupaten terbentuk dari berbagai macam elemen yang saling melengkapi
satu sama lain dan membentuk suatu sistem yang dijalankan oleh penduduknya. Ruang
terbuka, sebagai salah satu elemen pembentuk kota menjadi ruang publik yang digunakan
masyarakatnya untuk berkumpul dan beraktivitas. Melihat potensi tersebut menjadi alasan
kuat mengapa waterfront city ingin terus dikembangkan oleh pemerintah agar mendatangkan
wisatawan domestik maupun dari mancangera. Taman Air Mancur Sri Baduga di Purwakrata
ini menjadi nilai dalam persepektif keberlanjutan suatu kota sebagai waterfront city yang
memiliki elemen - elemen yang terdapat pada waterfront city seperti tata massa bangunan,
orientasi bagunan, akses/sirkulasi menuju area tersebut.
Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif yang dilakukan dengan cara menganalisis
menggunakan data sekunder serta observasi kajian secara virtual yang sistematis dan
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Taman Air Mancur Sri Baduga Purwakarta merupakan taman dengan konsep waterfront city
dimana taman ini berada berbatasan dengan sumber air berupa danau buatan yang disebut
Situ Buleud. Dari system penataan massa sekitar area taman yang berupa bangunan
pemerintahan, pendidikan, bahkan permukiman, taman ini merupakan sumber utama dalam
perkembangan masyarakat dalam beraktivitas maupun melakukan kegiatan perniagaan.
Taman menerapkan jenis waterfront city Konservasi dimana penataan waterfront
terbilang kuno atau dari zaman lama dan masih ada sampai pada saat ini dan tetap
menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat. Berdasarkan fungsinya, Taman Air Mancur Sri
Baduga merupakan mixed used waterfront dan recreational waterfront dimana area sekitar
taman dimanfaatkan sebagai area transaksi perniagaan, kebudayaan, permukiman,
perkantoran/pemerintahan, sekolah, rumah sakit. Sedangkan tamannya sendiri beralih fungsi
sebagai area rekreasi, taman, arena bermain (open space).

Kata Kunci : Taman Air Mancur Sri Baduga Purwakarta, Taman, Waterfront City

ii
ABSTRACK

A city or district is formed from various elements that complement each other and
form a system that is run by its residents. Open space, as one of the elements that make up
the city, becomes a public space that is used by the community to gather and carry out
activities. Seeing this potential is a strong reason why the waterfront city wants to be
developed by the government to bring in domestic and foreign tourists. The Sri Baduga
Fountain Park in Purwakarta is a value in the perspective of a city's sustainability as a
waterfront city which has elements found in a waterfront city such as building mass
planning, building orientation, access/circulation to the area.
This study uses a qualitative method which is carried out by analyzing using
secondary data and systematic virtual observations of the study and utilizing existing
theories as explanatory material. The results showed that the Sri Baduga Purwakarta
Fountain Park is a park with a waterfront city concept where this park is bordered by a
water source in the form of an artificial lake called Situ Buleud. From the mass arrangement
system around the parking area in the form of government buildings, education, and even
settlements, this park is a major source of community development in activities and
conducting commercial activities.
The park applies a type of waterfront city Conservation where the waterfront
arrangement is ancient or from an old era and still exists today and still keeps it enjoyed by
the community. Based on its function, Sri Baduga Fountain Park is a mixed-used waterfront
and recreational waterfront where the area around the park is used as an area for
commercial transactions, culture, settlements, offices/government, schools, hospitals.
Meanwhile, the park itself has changed its function as a recreation area, park, and
playground (open space).

Keywords : Sri Baduga Purwakarta Fountain Park, Park, Waterfront City

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan
Kesempatannya-Nya kami dapat menyusun laporan Penelitian ini dengan baik. Penelitian ini
disusun berdasarkan hasil analisis kami terhadap Konsep Waterfront City pada Penataan
Massa Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus ditempuh dalam Program
Studi Teknik Arsitektur. Selain untuk menuntaskan program studi yang penyusun tempuh,
Penelitian juga memberikan penyusun manfaat baik dari segi memperdalam topik bahasan
yang penyusun minati dan kuasai.
Penyusun juga menyadari bahwa penulisan Penelitian ini masih jauh dari sempurna
karena pengalaman dan pengetahuan penyusun yang masih terbatas, namun penyusun
berusaha untuk menyelesaikan Penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Untuk itu kritik dan
saran sangat penyusun perlukan agar dapat menyempurnakan Penelitian ini.
Semoga Laporan Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada penyusun khususnya
dan kepada yang membaca pada umumnya.

Bekasi,

Penyusun
UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terselesaikan
tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak baik secara moral dan spiritual. Karena itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, selaku Tuhan saya yang telah memberikan kekuatan-Nya serta rahmat-
Nya selama proses penyusunan laporan ini.
2. Ibu bapak dan keluarga besar saya yang tidak berhenti memberikan dukungan dan doa
untuk dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan laporan ini.
3. Ibu Retno Fitri Astuti, S.T., M.T., selaku Ketua Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Pelita Bangsa, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, dan Dosen
Pengampu mata kuliah Metode Penelitian.
4. Semua pihak dan rekan-rekan di lokasi penelitian atas bimbingan dan ilmu selama
dilapangan dan atas keramahannya.
5. Keluarga besar Arsitektur Universitas Pelita Bangsa, khusus nya Ars.19 D yang saling
memotivasi dan bertukar pikiran dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan Penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
khususnya mahasiswa Universitas Pelita Bangsa Jurusan Teknik Arsitektur dan menjadi
tambahan ilmu bagi kita semua.

Bekasi,

Penyusun

v
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL PENELITIAN.............................................................................................................i
ABSTRAK................................................................................................................................ii
ABSTRACK..............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
UCAPAN TERIMAKASIH.....................................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Permasalahan........................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
1.4 Lingkup Studi.......................................................................................................................2
1.5 Studi Kepustakaan................................................................................................................2
1.6 Metodologi Studi..................................................................................................................3
1.6.1 Pendekatan Studi......................................................................................................3
1.6.2 Metoda Penelitian....................................................................................................3
1.6.3 Penetapan Studi Kasus.............................................................................................3
1.6.4 Penetapa Unit Variabel............................................................................................3
1.7 Prosedur Studi......................................................................................................................4
1.7.1 Tahap Persiapan.......................................................................................................4
1.7.2 Tahap Pendahuluan..................................................................................................4
1.7.3 Tahap Pengumpulan Data........................................................................................4
1.7.4 Tahap Pengolahan Data...........................................................................................4
1.7.5 Tahap Analisis.........................................................................................................4
1.7.6 Tahap Kesimpulan...................................................................................................4
1.8 Skema Pemikiran..................................................................................................................5
1.9 Sistematika Pembahasan......................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................8
2.1 WaterFront City....................................................................................................................8

vi
2.1.1 Jenis Jenis Water Front City Berdasarkan Pembangunannya..................................8
2.1.2 Jenis Jenis Water Front City Berdasarkan Fungsi.................................................10
2.1.3 Kriteria Water Front City.......................................................................................10
2.1.4 Aspek-Aspek Yang Menjadi Dasar Perancangan Konsep Waterfront City..........10
2.1.5 Struktur Pengembangan Kawasan Waterfront City...............................................11
2.1.6 Komponen Penataan Kawasan Waterfront City....................................................14
2.2 Tatanan Massa....................................................................................................................14
2.2.1 Konfigurasi Massa..........................................................................................................14
2.2.2 Ruang Luar............................................................................................................17
2.2.2.1 Ruang Berdasarkan Kegiatan......................................................................18
2.2.2.2 Ruang Berdasarkan Fungsi.........................................................................18
2.2.2.3 Pembentukan Ruang Luar...........................................................................18
2.2.2.4 Pembentukan Tatanan Ruang Luar.............................................................18
2.3 Orientasi.............................................................................................................................19
2.4 Sirkulasi..............................................................................................................................20
2.5 Frontage..............................................................................................................................20
2.6 Contoh WaterFront City.....................................................................................................21
BAB III TINJAUAN TAMAN..............................................................................................23
3.1 Lokasi Kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta.......................23
3.1.1 Data Tapak.............................................................................................................23
3.2 Sejarah Perkembangan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud................................25
3.3 Data Fungsi Tatanan Massa Area Taman...........................................................................26
3.5.1 Land Use.........................................................................................................................32
3.5.2 Bentuk dan Massa Bangunan Sekitar....................................................................32
3.5.3 Sirkulasi dan Parkir................................................................................................33
3.5. 4 Ruang Terbuka Hijau..........................................................................................36
3.5.5 Pedestrian dan Jalan...............................................................................................36
3.5.6 Fungsi Penggerak Kegiatan...................................................................................39
3.5.7 Activity Support......................................................................................................42
BAB IV ANALISIS TAMAN................................................................................................49
4.1 Waterfront..........................................................................................................................49
4.1.1 Jenis..........................................................................................................................49
4.1.2 Kriteria......................................................................................................................51
4.1.3 Aspek Perancangan...................................................................................................51
4.1.4 Struktur Pengembangan............................................................................................52
4.1.5 Komponen Penataan.................................................................................................54
4.2 Tata Massa.........................................................................................................................54
4.2.1 Konfigurasi...............................................................................................................55
4.2.2 Kegiatan....................................................................................................................56
4.2.3 Ruang Pasif...............................................................................................................57
4.2.4 Fungsi........................................................................................................................57
4.3 Orientasi Taman.................................................................................................................58
4.4 Sirkulasi..............................................................................................................................60
4.5 Frontage..............................................................................................................................61
BAB V SIMPULAN...............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Venice Waterfront yanng di kembangkan dengan adanya potensi konservasi...9
Gambar 2. 2 Riverfront Redevelopment, Memphis-Tennessee………………………..…….9
Gambar 2. 3 Portland waterfront Development……………………………………..……….9
Gambar 2. 4 Bentuk Terpusat……………………………………………………………….17
Gambar 2. 5 Bentuk Linear…………………………………………………………………18
Gambar 2. 6 Bentuk Radial………………………………………………………………....18
Gambar 2. 7 Bentuk Cluster………………………………………………………………...19
Gambar 2. 8 Bentuk Grid……………………………………………………………………19
Gambar 2. 9 Taman Kanal
Gambar 2. 10 Waterfront City Pontianak
Gambar 2. 11 Taman Sungai Kanal
Gambar 3. 1 Lokasi Taman Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta..........................................23
Gambar 3. 2 Peta Batas Penelitian dan Site Plan...................................................................24
Gambar 3. 3 Peta Batas Penelitian dan Site Plan...................................................................25
Gambar 3. 4 Peta Data Fungsi Tatanan Massa Area Taman..................................................27
Gambar 3. 5 Data 1 Area Taman............................................................................................27
Gambar 3. 6 Data 2 Area Taman............................................................................................28
Gambar 3. 7 Data 3 Area Taman............................................................................................28
Gambar 3. 8 Data 4 Area Taman............................................................................................28
Gambar 3. 9 Data 5 Area Taman............................................................................................29
Gambar 3. 10 Data 6 Area Taman.........................................................................................29
Gambar 3. 11 Data 7 Area Taman..........................................................................................29
Gambar 3. 12 Data 7 Area Taman..........................................................................................30
Gambar 3. 13 Data 9 Area Taman..........................................................................................30
Gambar 3. 14 Konsep Tata Ruang Kawasan Taman.............................................................30
Gambar 3. 15 Land Use..........................................................................................................32
Gambar 3. 16 Bentuk dan Massa Bangunan Sekitar..............................................................33
Gambar 3. 17 Data Sirkulasi Lalu Lintas dan Parkir..............................................................34
Gambar 3. 18 Lokasi Transportasi.........................................................................................35
Gambar 3. 19 Angkutan Kota.................................................................................................35
Gambar 3. 20 Peta Data Area Ruang Terbuka Hijau.............................................................36
Gambar 3. 21 Pedestrian.........................................................................................................37
Gambar 3. 22 Potongan Jalan Main Entrance Taman............................................................37
Gambar 3. 23 Potongan Jl. Siliwangi.....................................................................................38
Gambar 3. 24 Potongan Jl. Laks. Martadinata.......................................................................38
Gambar 3. 25 Peta Lokasi Perniagaan....................................................................................39
Gambar 3. 26 Pasar Rebo.......................................................................................................40
Gambar 3. 27 Area Pedagang Kaki Lima...............................................................................40
Gambar 3. 28 Peta Aktivitas Pemerintahan............................................................................41
Gambar 3. 29 Gedung Pemerintahan......................................................................................41
Gambar 3. 30 Peta Lokasi Rekreasi dan Wisata......................................................................42
Gambar 3. 31 Aktivitas di Alun - Alun..................................................................................43
Gambar 3. 32 Wisata Kuliner dan Pertunjukan Air Mancur..................................................43
Gambar 3. 33 Peta Lokasi Transportasi..................................................................................43
Gambar 3. 34 Stasiun Kereta Api Purwakarta.......................................................................44
Gambar 3. 35 Peta Aktivitas Olahraga...................................................................................44
Gambar 3. 36 Aktivitas Olahraga...........................................................................................45
Gambar 3. 37 Peta Lokasi Pendidikan....................................................................................45
Gambar 3. 38 SMAN 1 Purwakarta........................................................................................46
Gambar 3. 39 Peta Lokasi Puskesmas....................................................................................46
Gambar 3. 40 UPTD Puskesmas Purwakarta.........................................................................47
Gambar 3. 41 Peta Lokasi Bangunan Bersejarah...................................................................47
Gambar 3. 42 Gedung Kembar pada tahun 1854...................................................................48
Gambar 3. 43 Gedung Kembar pada tahun 2021...................................................................48
Gambar 4. 1 Elemen Hardscape.............................................................................................52
Gambar 4. 2 Elemen Softscape...............................................................................................52
Gambar 4. 3 Pencahayaan......................................................................................................53
Gambar 4. 4 Handrail.............................................................................................................53
Gambar 4. 5 Fasilitas Penunjang............................................................................................54
Gambar 4. 6 Pedestrian Utama...............................................................................................56
Gambar 4. 7 Venue................................................................................................................56
Gambar 4. 8 Kegiatan............................................................................................................57
Gambar 4. 9 Ruang Pasif........................................................................................................57
Gambar 4. 10 Orientasi Taman...............................................................................................58
Gambar 4. 11 Area Batas Taman dengan Situ Buleud...........................................................58
Gambar 4. 12 Sirkulasi...........................................................................................................60
Gambar 4. 13 Frontage...........................................................................................................62
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4. 1 Tabel Analisa Jenis Taman Terkait Waterfront....................................................49
Tabel 4. 2 Tabel Analisa Jenis Taman Terkait Tata Massa....................................................54
Tabel 4. 3 Tabel Analisa Orientasi Taman.............................................................................59
Tabel 4. 4 Tabel Analisa Sirkulasi Taman.............................................................................61
Tabel 4. 5 Tabel Analisa Frontage.........................................................................................61
Tabel 5. 1 Tabel Analisa Taman Air Mancur sri Baduga Terhadap Teori Terkait................64

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota ataupun kabupaten terbentuk dari berbagai macam elemen yang saling melengkapi
satu sama lain dan membentuk suatu sistem yang dijalankan oleh penduduknya. Elemen
seperti tata masa, jalur pejalan, ruang terbuka hijau, sirkulasi, vegetasi, aktivitas dan berbagai
macam elemen lainnya merupakan elemen yang membentuk kota. Elemen - elemen tersebut
memiliki peran masing-masing dalam membentuk suatu kota. Ruang terbuka, sebagai salah
satu elemen pembentuk kota menjadi ruang publik yang digunakan masyarakatnya untuk
berkumpul dan beraktivitas.
Purwakarta memiliki area ruang terbuka yaitu Taman Air Mancur Sri Baduga yang
merupakan tempat pertunjukan air mancur terbesar di Indonesia. Taman Air Mancur Sri
Baduga yang terletak di Jalan K.K Singawinata Kecamatan Purwakarta, Kabupaten
Purwakarta ini merupakan taman yang memiliki luas sekitar 4 hektar dan terletak ditengah
kota atau titik nol kilometer Purwakarta. Lokasi Situ berada sekitar 1 kilometer di sebelah
timur alun-alun, karena bentuknya yang bulat, situ ini disebut Situ Buleud oleh penduduk
sekitar. Saat ini Taman Air Mancur Sri Baduga (Situ Buleud) mengalami peningkatan yang
dilakukan oleh pemerintah, hal ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan keindahannya
sehingga menjadi ruang publik yang nyaman. Melihat potensi yang dimiliki taman ini,
menjadi alasan kuat mengapa Taman Air Mancur Sri Baduga dijadikan Kota Air (Waterfront
City) di kota Purwakarta. Hal ini pun membuat Taman tersebut ingin terus dikembangkan
oleh pemerintah agar mendatangkan wisatawan domestik maupun dari mancanegara.
Kota Air (Waterfront City) merupakan pembangunan perkotaan yang berdekatan dengan
sumber air seperti pantai, danau, sungai dan terdapat unsur alam lainnya seperti matahari,
langit, tanaman hidup yang dianggap sebagai sumber daya yang unik dan tak tergantikan.
Waterfront city diyakini memiliki daya tarik wisata yang tinggi. Hal ini yang membuat
Taman Air Sri Baduga menjadi kawasan Waterfront City di Purwakarta. Penerapan konsep
kawasan Waterfront City dapat dilihat dari elemen-elemen perencanaan Waterfront City
yang meliputi penataan tata massa bangunan disekitarnya, akses transportasi/sirkulasi pada
area tersebut dan frontage pada kawasan tersebut.
Taman Air Mancur Sri Baduga yang merupakan kawasan Waterfront City pada Kota
Purwakarta ini terletak diantara bangunan-bangunan pemerintah dan jalan raya. Kawasan ini

1
tentunya memiliki pola tatanan massa bangunan disekitarnya,akses sirkulasi dan juga
frontage pada kawasan tersebut. Berdasarkan hal tersebut muncullah penelitian ini akan
mempelajari bagaimana Konsep Waterfront City pada Penataan Massa Taman Air Mancur
Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta.

1.2 Permasalahan
1. Bagaimana penataan massa bangunan di kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ
Buleud Purwakarta?
2. Bagaimana penerapan penataan massa bangunan di kawasan Waterfront City terkait tata
massa bangunan, orientasi, sirkulasi dan frontage pada area tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui penataan massa bangunan di kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ
Buleud Purwakarta
2. Mengetahui penerapan penataan massa bangunan di kawasan Waterfront City terkait tata
massa bangunan, orientasi, sirkulasi dan frontage pada area tersebut.

1.4 Lingkup Studi


Membahas tentang Konsep Waterfront City pada Penataan Massa Taman Air Mancur Sri
Baduga Situ Buleud Purwakarta. Mengumpulkan data mengenai tata massa :
1. Menganalisis Orientasi massa Taman
2. Menganalisis Sirkulasi Taman
3. Menganalisis Frontage

1.5 Studi Kepustakaan


1. Notanubun, Rivai. (2017). Kajian Pengembangan Konsep Waterfront City Di Kawasan
Pesisir Kota Ambon. Musadun 2.
Berisi mengenai aktivitas dan potensi yang ada di Kawasan pesisir kota Ambon
yang merupakan isu dasar titik tolak pemerintah dalam membuat Waterfront City.
2. Delima, Siti R. A, dkk . (2015). Peran pemangku kepentingan dalam realisasi konsep
waterfront city di kota Palembang. Jurnal Bumi Indonesia Volume 4, nomor 4.
Mengenai penelitian untuk mendeskripsikan penerapan konsep waterfront city di Kota
Palembang dan memetakan peran stakeholder (masyarakat, swasta, dan pemerintah)
dalam konsep waterfront city melalui prinsip menurut Nicholas Falk (2002).
3. Bowles, Rachel. (1994). A Waterfront City: Plymouth (Study Kits Geography).
Scholastic.
Sebuah buku yang membahas mengenai Konsep Waterfront City Plymouth.
4. Kabul, Ali. (2021). Perencanaan Pembangunan Waterfront City dan Percepatan
Pembangunan. Prenada Media Kencana.
Sebuah buku yang berisi tentang perencanaan pembangunan berkelanjutan,
perencanaan kota pantai (waterfront city)

1.6 Metodologi Studi


1.6.1 Pendekatan Studi
Pendekatan studi yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif karena
pada penelitian ini memberikan penjelasan dengan menggunakan analisis terhadap konsep
Waterfront City pada tata massa bangunam, orientasi, akses/sirkulasi dan frontage pada
kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga yang berangkat dari data yang sistematis dan
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas. Analisis tersebut untuk meninjau
bagaimana penerapan Konsep Waterfront City pada Penataan Massa Taman Air Mancur Sri
Baduga Situ Buleud Purwakarta.
1.6.2 Metoda Penelitian
Metoda penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisis menggunakan data
sekunder serta observasi kajian secara virtual yang sistematis dan memanfaatkan teori yang
ada sebagai bahan penjelas.
1.6.3 Penetapan Studi Kasus
Dalam penelitian Konsep Waterfront City pada Penataan Massa Taman Air Mancur Sri
Baduga Situ Buleud Purwakarta, pada elemen-elemen Waterfront City diantaranya orientasi,
akses/sirkulasi di sekitar area dan frontage pada kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga.
1.6.4 Penetapa Unit Variabel
Dalam penelitian ini ditetapkan, terdapat enam unit variabel utama dengan pertimbangan
unit variabel dapat diukur untuk diambil datanya, antara lain:
1. Tata Massa Bangunan
2. Orientasi
3. Sirkulasi
4. Frontage

1.7 Prosedur Studi


1.7.1 Tahap Persiapan
Tahapan awal dalam mempersiapkan penelitian yaitu melakukan pengumpulan data
penelitian dengan cara studi literatur dan mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti
lalu membuat alur pertanyaan penelitian
1.7.2 Tahap Pendahuluan
Tahap untuk melakukan pengidentifikasian, perumusan, pembahasan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan lingkup studi, serta memilih pendekatan yang akan dilakukan pada
proses penelitian.
1.7.3 Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan sumber data. Hal yang terkait dengan sumber data didapat dari hasil
observasi
1.7.4 Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data yang dilakukan yaitu dengan cara mengolah data yang telah
didapatkan, kemudian dilakukan penyortiran data untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan
materi yang terkait dengan lingkup penelitian, agar penelitian tidak melebar, dilakukan juga
pendekatan pada teori - teori yang telah didapatkan sebelumnya.
1.7.5 Tahap Analisis
Menganalisis semua data yang telah didapatkan dengan metode kualitatif, dan observasi.
Proses serta hasil analisis akan merujuk dan disesuaikan dengan teori - teori yang terkait
dengan materi.
1.7.6 Tahap Kesimpulan
Tahap kesimpulan merupakan hasil analisis permasalahan yang telah diidentifikasi dan
telah diolah, hal tersebut merupakan bentuk pertanggung jawaban setelah melakukan
penelitian dinyatakan selesai.
1.8 Skema Pemikiran

Judul :
Konsep Waterfront City pada Penataan Massa Taman Air Mancur Sri
Baduga Situ Buleud Purwakarta

Latar Belakang :
Purwakarta memiliki area ruang publik Taman Air Mancur Sri
Baduga yang merupakan tempat pertunjukan air mancur terbesar di
Indonesia. Melihat potensi tersebut menjadi alasan kuat mengapa waterfront
city ingin terus dikembangkan oleh pemerintah agar mendatangkan
wisatawan domestik maupun dari mancangera. Taman Air Mancur Sri
Baduga di Purwakrata ini menjadi nilai dalam persepektif keberlanjutan
suatu kota sebagai waterfront city yang memiliki elemen elemen yang
terdapat pada waterfront city seperti tata massa bangunan, orientasi bagunan,
akses/sirkulasi menuju area tersebut dan frontage pada kawasan Taman Air

Permasalahan :
1. Bagaimana penataan massa bangunan di kawasan Taman Air Mancur
Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta?
2. Bagaimana penerapan penataan massa bangunan di kawasan
Waterfront City terkait tata massa bangunan, orientasi, sirkulasi dan
frontage pada area tersebut?

Lingkup Studi :
1. Tata massa bangunan sekitar
2. Orientasi
3. Sirkulasi
4. Frontage
Tema :
UrbanTujuan :
Development
Mengetahui penataan massa bangunan di kawasan Taman Air Mancur Sri
Baduga Situ Buleud Purwakarta
Mengetahui penerapan penataan massa bangunan di kawasan Waterfront
City terkait tata massa bangunan, orientasi, sirkulasi dan frontage pada area
tersebut.

Data:

Waterfront City

Tata Massa Bangunan

Bahasan : Bahasan :
Bahasan :
Land Use pemanfaatan lahan Tatanan Massa Bangunan,
Waterfront city pada lahan
terbuka hijau menjadi taman orientasi, sirkulasi, dan
terbuka di kota Purwakarta
dan Air Mancur Sri Baduga frontage disekitar Taman Air
di kota Purwakarta Mancur Sri Baduga

Pengumpulan Data :

Literatur Kualitatif: Lapangan :


Jurnal, buku, Wawancara
browsing,peraturan
Observasi
pemerintah / Undang-
undang.

Pengolahan Data
1.9 Sistematika Pembahasan Kesimpulan
BAB I Pendahuluan
Pada Bab I. ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, lingkup studi, studi kepustakaan, metodologi studi, prosedur studi dan
sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Umum


Pada Bab II. membahas tinjauan dari studi literatur yang dipilih terkait pada topik
masalah dengan membahas Waterfront City dan Tatanan Massa.

BAB III Tinjauan Khusus


Bab ini membahas tentang data pokok bahasan yang berkaitan dengan data
perencanaan - perencanaan arsitektur dalam pembangunan berkelanjutan, data desain
arsitektur, dan land use terhadap penataan massa Taman Air Mancur Sri Baduga Situ
Buleud Purwakarta.

BAB IV Analisis
Bab ini membahas mengenai ulasan dan analisis pokok bahasan yang ditinjau dengan
metode yang digunakan.

BAB V Kesimpulan
Pada Bab V ini berisi simpulan dari pembahasan masalah yang telah dibahas pada
Bab sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 WaterFront City


Menurut John Echols, pengertian waterfront city adalah konsep pengembangan daerah
tepian air baik itu tepi pantai, sungai, ataupun danau. Secara harfiah dalam Bahasa
Indonesia waterfront city berarti daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan
air.Waterfront city sendiri pertama kali dikenal pada 1980, tepatnya saat terjadi revitalisasi
untuk menata kembali kawasan industri yang berada di pesisir San Fransisco, Amerika
Serikat.
Kawasan tepi air adalah area yang di batasi oleh air dari komunitasnya yang dalam
pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik
dan nilai alami (Carr, 1992). Disamping itu secara lebih luas kawasan tepi air dapat dimaknai
dengan beberapa hal seperti berikut :

1. Kawasan yang dinamis dan unik dari suatu kota (dengan segala ukuran) di mana daratan
dan air (sungai, danau, laut. Teluk) beretemu (kawasan tepian air) dan harus ipertahankan
keunikannya.
2. Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak harus secara langsung
berada di atas air, akan tetapi terikat secara visual atau historis atau fisik atau terkait
dengan air sebagai bagian dari “scheme” yang lebih luas

2.1.1 Jenis Jenis Water Front City Berdasarkan Pembangunannya.


Dalam proses pengembanganan suatu kawasan waterfront pada dasarnya dapat di bagi
atas tiga jenis pengelompokan yaitu :

1. Konservasi
Konservasi mengacu pada usaha untuk memanfaatkan kawasan tua yang berada di
tepi air dimana pada kondisi sekarang masih terdapat potensi yang dapat di kembangkan
secara maksimal. Contoh Venice waterfront.

8
Gambar 2. 1 Venice Waterfront yang di kembangkan dengan adanya potensi konservasi
(Sumber: www.vegapark.ve.it/vega/acms/vega/parco/Venice_waterfront/ diakses 18 Nopember 2021)

2. Redevelopment
Istilah pembangunan kembali atau redevelopment di sini, merujuk pada upaya untuk
meningkatkan nilai dan fungsi sebuah kawasan yang sudah ada sebelumnya. Dengan
adanya redevelopment, diharapkan tidak hanya kondisi fisik suatu kawasan saja yang
membaik, tetapi diharapkan juga ada perubahan positif dari segi ekonomi dan budaya
masyarakat. Contoh : Riverfront Redevelopment, Memphis-Tennessee.

Gambar 2. 2 Riverfront Redevelopment, Memphis-Tennessee


(Sumber:www.discoveramerica.com/ca/tennessee/memphis-riverfront-development--parks.html diakses 18
Nopember 2021)
3. Development
Pengembangan jenis ini merupakan contoh perencanaan yang sengaja dibentuk
dengan menciptakan sebuah kawasan tepi air dengan melihat kebutuhan masyarakat
terhadap ruang di kota dengan cara penataan kawasan tepi air. Contoh Portland waterfront

Gambar 2. 3 Portland waterfront Development


development
(Sumber: www.portlandneighborhood.com/portland-south-waterfront.html diakses 18 Nopember 2021)

2.1.2 Jenis Jenis Water Front City Berdasarkan Fungsi.


1. Mixed Use WaterFront
Mixed  waterfront city adalah jenis waterfront kombinasi yang memadukan
perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan atau tempat-tempat
kebudayaan. Fasilitas publik yang menunjang kehidupan tersebut difungsikan dalam satu
atau lebih bangunan multifungsi (mixed use building).
2. Recreational WaterFront
Jenis waterfront city yang satu ini menyediakan semua sarana-sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan hiburan dan rekreasi. Oleh sebab itu, tersedia fasilitas taman,
arena bermain, tempat pemancingan, hingga fasilitas untuk kapal pesiar di sini.
3. Residential WaterFront
Jenis waterfront city yang satu ini mengacu pada kawasan permukiman atau hunian di
daerah tepian air. Bisa ditemukan di perumahan, apartemen alias hunian vertikal, hotel,
resort, dan lain sebagainya di residential waterfront ini.
4. Working WaterFront
Jenis waterfront city ini berfungsi sebagai area bisnis dan komersial. Tak heran
apabila banyak terdapat tempat-tempat penangkapan ikan, reparasi kapal pesiar, industri
berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.
2.1.3 Kriteria Water Front City
Dalam menentukan suatu lokasi tersebut waterfront atau tidak maka ada beberapa kriteria
yang digunakan untuk menilai lokasi suatu tempat apakah masuk dalam waterfront atau tidak.
Berikut kriteria yang ditetapkan :
1. Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan
sebagainya).
2. Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata.
3. Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau
pelabuhan.
4. Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.
5. Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horizontal.
2.1.4 Aspek-Aspek Yang Menjadi Dasar Perancangan Konsep Waterfront City
Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari keputusan -
keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah faktor geografis serta
konteks perkotaan (Wren, 1983 dan Toree, 1989).
1. Faktor Geografis
Merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis
serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam hal ini adalah Kondisi perairan, yaitu dari
segi jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.
2. Koteks Perkotaan (Urban Context)
Merupakan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi
kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang
dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah:
a. Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan waterfront,
atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai sarana publik.
b. Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu
ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi atau penggunaan
adaptif) serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan.
c. Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta pengaturan sirkulasi
didalamnya.
d. Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan satu kawasan
waterfront dengan lainnya.
2.1.5 Struktur Pengembangan Kawasan Waterfront City
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian dan pengembangan
permukiman pada tahun 1995-2000 melihat bahwa struktur peruntukkan kawasan kota pantai
atau kota tepi air dapat diarahkan pada 7 (tujuh) pengembangan, yaitu :
1. Kawasan Komersial (Commercial Waterfront):
Adapun kriteria pokok pengembangan kawasan komersial di kota pantai adalah :
a. Harus mampu menarik pengunjung yang akan memanfaatkan potensi kawasan pantai
sebagai tempat bekerja, belanja maupun rekreasi (wisata).
b. Kegiatan diciptakan tetap menarik dan nyaman untuk dikunjungi (dinamis).
c. Bangunan harus mencirikan keunikan budaya setempat dan merupakan sarana
bersosialisasi dan berusaha (komersial).
d. Mempertahankan keberadaan golongan ekonomi lemah melalui pemberian subsidi.
e. Keindahan bentuk fisik (profil tepi pantai) kawasan pantai diangkat sebagai faktor
penarik bagi kegiatan ekonomi, sosial-budaya, dll.
2. Kawasan Budaya, Pendidikan dan Lingkungan Hidup (Cultural, Education, dan
Environmental Waterfront)
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
a. Memanfaatkan potensi alam pantai untuk kegiatan penelitian, budaya dan konservasi.
b. Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air bersih yang tidak hanya untuk
kepentingan kesehatan saja tetapi juga untuk menarik investor.
c. Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat tentang kekayaan alam tepi
pantai yang perlu dilestarikan dan diteliti.
d. Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan dipadukan dengan
pengelolaan lingkungan didukung kesadaran melindungi atau mempertahankan
keutuhan fisik badan air untuk dinikmati dan dijadikan sebagai wahana pendidikan
(keberadaan keragaman biota laut, profil pantai, dasar laut, mangrove, dll.
e. Perlu ditunjang oleh program-program pemanfaatan ruang kawasan, seperti
penyediaan sarana untuk upacara ritual keagaman, sarana pusat-pusat penelitian yang
berhubungan dengan spesifikasi kawasan tersebut, dll.
f. Perlu upaya pengaturan/pengendalian fungsi dan kemanfaatan air/badan air.
3. Kawasan Peninggalan Bersejarah (Historical/Herritage Waterfront)
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
a. Pelestarian peninggalan-peninggalan bersejarah (landscape, situs, bangunan dll)
dan/atau merehabilitasinya untuk penggunaan berbeda (modern);
b. Pengendalian pengembangan baru yang kontradiktif dengan pembangunan yang
sudah ada guna mempertahankan karakter (ciri) kota;
c. Program-program pemanfaatan ruang kawasan ini dapat berupa pengamanan pantai
dengan pemecah gelombang untuk mencegah terjadinya abrasi (melindungi
bangunan bersejarah di tepi pantai), pembangunan tanggul, polder dan pompanisasi
untuk menghindari terjadinya genangan pada bangunan bersejarah, dll.
4. Kawasan Wisata/Rekreasi (Recreational Waterfront)
Kriteria pokok pengembangan kawasan rekreasi/wisata di kota pantai adalah :
a. Memanfaatkan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi (indoor atau outdoor).
b. Pembangunan diarahkan di sepanjang badan air dengan tetap mempertahankan
keberadaan ruang terbuka.
c. Perbedaan budaya dan geografi diarahkan untuk menunjang kegiatan pariwisata,
terutama pariwisata perairan.
d. Kekhasan arsitektur lokal dapat dimanfaatkan secara komersial guna menarik
pengunjung.
e. Pemanfaatan kondisi fisik pantai untuk kegiatan rekreasi/wisata pantai.
5. Kawasan Pemukiman (Residential Waterfront)
Kriteria pokok pengembangan kawasan permukiman di kota pantai adalah :
a. Perlu keselarasan pembangunan untuk kepentingan pribadi (private) dan umum.
b. Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan umum.
c. Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas kawasan permukiman
penduduk asli dan kawasan permukiman baru.
d. Pada permukiman/perumahan nelayan harus dilakukan upaya penataan dan perbaikan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan. Penempatan perumahan
nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan potensi sumber daya sekitar dan
“market” hasil budidaya perikanan.
e. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman
penduduk asli (lama) antara lain: revitalisasi/penataan bangunan, penyediaan utilitas,
penanganan sarana air bersih, air limbah dan persampahan, penyediaan dermaga
perahu, serta pemeliharaan drainase.
f. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman
baru antara lain : penataan bangunan dengan memberi ruang untuk public access ke
badan air, pengaturan pengambilan air tanah, reklamasi, pengaturan batas sempadan
dari badan air, program penghijauan sempadan, dll.
6. Kawasan Pelabuhan dan Transportasi (Working and Transportation Waterfront)
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
a. Pemanfaatan potensi pantai untuk kegiatan transportasi, pergudangan dan industri.
b. Pengembangan kawasan diutamakan untuk menunjang program ekonomi kota
(negara) dengan memanfaatkan kemudahan transportasi air dan darat.
c. Pembangunan kegiatan industri harus tetap mempertahankan kelestarian lingkungan
hidup.
d. Program pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan : pembangunan dermaga, sarana
penunjang pelabuhan (pergudangan), pengadaan fasilitas transportasi, dll.
7. Kawasan Pertahanan dan Keamanan (Defence Waterfront) :
Kriteria pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan di kota pantai :
a. Dipersiapkan khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan bangsa negara;
b. Perlu dikendalikan untuk alasan hankam dengan dasar peraturan khusus;
c. Pengaturan tata guna lahan (land-use) untuk kebutuhan dan misi hankam negara.
(Sumber: Studi dampak timbal balik antar pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan lingkungan
global, Departemen KIMPRASWIL, Surabaya )
Melihat potensi yang di miliki oleh kota Purwakarta sebagai kawasan perdagangan dan
wisata maka penataan kawasan waterfront di Taman Air Mancur Situ Buleud Purwakarta
dapar diarahkan sebagai upaya peningkatan nilai ekonomi kawasan studi khususnya dan kota
Purwakarta umumnya. Oleh sebab itu kawasan waterfront city di Purwakarta pada studi kasus
Taman Air Mancur Situ Buleud ini dasarnya dapat diarahkan sebagai Kawasan Wisata
(Recreational Waterfront).
2.1.6 Komponen Penataan Kawasan Waterfront City
Penyusunan ketentuan norma penataan kawasan waterfront city didasarkan pada kajian
normatif terhadap norma teori, standar, dan peraturan perundang-undangan yang berlalu dan
terkait dengan unsur penataan jalan. Komponen lainnya dalam penataan kawasan waterfront
city ini yaitu memperhatikan bagaimana
Tatanan massa pada sekitar kawasan waterfront city untuk memvalidasi bahwa kawasan
yang tersebut termasuk dalam waterfront city, selain itu orientasi waterfrontcity terhadap
tatanana massa, sirkulasi kawasan sekitar waterfront dan frontage yang berada di kawasan
tersebut. Tatanan massa, orientasi, sirkulasi dan frontage menjadi lingkup komponen pada
penataan kawasan waterfront city yang perlu kita ketahui pengertiannya, berikut pengertian
tatanan massa, orientasi, sirkulasi dan frontage :
2.2 Tatanan Massa
Tatanan massa adalah perletakan massa bangunan majemuk pada suatu site,yang ditata
berdasarkan zona dan tuntutan lain yang menunjang Tata letak massa bangunan ini disamping
berdasarkan zonasi, juga harus dibuat berdasarkan alur sirkulasi yang saling terkait. Massa
sebagai elemen site dapat tersusun dari massa berbentuk bangunan dan vegetasi; kedua –
duanya baik secara individual maupun kelompok menjadi unsur pembentuk ruang out door.

(sumber:http://lib.itenas.ac.id/kti/wp-content/uploads/2013/11/Kajian-tatanan-massa-bentuk-bangunan-thdp-
konsep-ekologi-Griyo-Tawang1.pdf)

2.2.1 Konfigurasi Massa


Berikut ini mengkategorikan bentuk-bentuk dengan penambahan menurut sifat hubungan
yang muncul diantara bentuk-bentuk komponennya sebaik konfigurasi keseluruhannya.

1. Bentuk Terpusat
Bentuk-bentuk terpusat menuntut adanaya dominasi secara visual dalam keteratuan
geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut,
ataupun silinder. Oleh karena sifatnya yang terpusat, bentuk-bentuk tersebut sangat ideal
sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi oleh lingkunganya, mendominasi sebuah
titik didalam ruang, atau menempati pusat suatu bidang tertentu.
Bentuk ini dapat menjadi symbol tempat-tempat yang suci atau penuh penghormatan, atau
untuk mengenang kebesaran seseorang atau suatu peristiwa

Gambar 2. 4 Bentuk Terpusat

(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com/2010/05/ diakses 18 Nopember 2021)

2. Bentuk Linear
Urutan ruang yang berada dalam satu garis dan berulang. Organisasi linier pada
dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara
langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan
terpisah.
Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa dalam ukuran,
bentuk,danfungsi.Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting

Gambar 2. 5 Bentuk Linear


keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun sepanjang rangkaian linier.

(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.com/2010/05/ diakses 18 Nopember 2021)


3. Bentuk Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat dan linier.
Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah organisasi linier
berkembang menurut ruang dan jari-jarinya.
Ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur. Lengan-
lengan liniernya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan panjang untuk
mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan.
Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi kebutuhan-
kebutuhan akan fungsi dan konteksnya.

Gambar 2. 6 Bentuk Radial


(Sumber : https://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2011/03/organisasi-ruang-dalam-arsitektur.html diakses 18
Nopember 2021)

4. Bentuk Cluster
Organisasi dalam bentuk kelompok atau “cluster” mempertimbangkan pendekatan
fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering kali organisasi ini
terdiri dart ruang-ruang yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki
sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasinya.
Karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk organisasi ini
bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa
mempengaruhi karakternya.
Gambar 2.7 Bentuk Cluster

(Sumber : https://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2011/03/organisasi-ruang-dalam-arsitektur.html diakses 18


Nopember 2021)

5. Bentuk Grid
Grid adalah suatu system perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih yang berjarak
teratur. Grid membentuk suatu pola geometric dari titik-titik yang berjarak teratur pada
perpotongan garis-garis grid dan bidang-bidang beraturan yang dibentuk oleh garis-garis
grid itu sendiri.
Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk geometri bujur sangkar.
Karena kesamaan demensi dan sifat semetris dua arah, grid bujur sangkar pada
prinsipnya, tak berjenjang dan tak berarah. Grid bujur sangkar dapat digunakan sebagai
skala yang membagi suatu permukaan menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan
memberikannya suatu tekstur tertentu.

Gambar 2. 8 Bentuk Grid

(Sumber : http://www.popodanes.com/ diakses 18 Nopember 2021)

2.2.2 Ruang Luar


Ruang luar adalah sebuah ruang yang terbentuk oleh batas horizontal bawah (bentang
alam) dan batas vertikal (massa bangunan atau vegetasi). Massa berupa bangunan atau
vegetasi dan ruang luar yang terbentuk diantaranya, Bersama - sama perlu disusun dan
diintegrasikan dalam site untuk menciptakan sebuah lingkungan yang baik.
2.2.2.1 Ruang Berdasarkan Kegiatan
Berdasarkan Kegiatan yang ada, ruang luar dikategorikan menjadi :
1. Ruang Aktif adalah ruang-ruang yang dibentuk untuk difungsikan sebagai ruang untuk
aktivitas olah raga, jalan, dan bermain. Ruang luar ini dapat berbentuk: plaza, playround,
lapangan OR, sidewalk.
2. Ruang Pasif adalah ruang-ruang yang dibentuk untuk difungsikan sebagai ruang untuk
aktivitas olah raga, jalan, dan bermain. Ruang luar ini dapat berbentuk: plaza, playround,
lapangan OR, sidewalk.
2.2.2.2 Ruang Berdasarkan Fungsi
1. Fungsional artinya ruang luar dibentuk dengan adanya fungsi/guna tertentu :
a. ruang aktif : bermain, olah raga
b. tempat peralihan kegiatan atau menunggu
c. sarana penghubung antar bangunan
d. sebagai pembatas antar bangunan
e. sebagai pengatur jarak antar bangunan
2. Ekologis artinya ruang luar dibentuk dengan pertimbangan fungsi ekologisnya:
a. sumber penyegaran udara (menyerap CO2 dan menghasilkan O2)
b. sebagai penyerap dan pengendali air hujan dan banjir
c. sebagai pengendali ekosistem tertentu
d. sebagai pelunak/pelembut massa bangunan
2.2.2.3 Pembentukan Ruang Luar
1. Ciptakan ruang luar dengan menyusun massa bangunan (unsur keras/hard) secara
berimbang dengan massa vegetasi (unsur lunak/soft)
2. Ciptakan ruang positif dan ruang negatif secara proporsional dan seimbang sesuai dengan
fungsi, kegiatan, dan peruntukannya
3. Ciptakan ruang positif yang berkarakter kuat sehingga ruang yang terbentuk berkesan
melingkupi
4. Hindari untuk tidak sengaja menciptakan ruang - ruang mati (death space) atau ruang
yang tidak dapat difungsikan
2.2.2.4 Pembentukan Tatanan Ruang Luar
Dalam pembentukan tatanan ruang luar, berikut beberapa hal yang perlu di perhatikan
dalam prosesnya:
1. Massa bangunan ditata sedemikian sesuai organisasi yang diinginkan, sehingga
membentuk ruang luar yang jelas alurnya.
2. Massa bangunan disusun sedemikian sesuai organisasi yang diinginkan, sehingga kaitan
dan relasi antar massa bangunan serta orientasinya tampak jelas
3. Relasi antar massa bangunan dalam kluster akan menjadi kuat dengan cara
menghubungkan bentuk (form) dan garis (line) antar massanya.
2.3 Orientasi
Penempatan bangunan pada tapaknya atau kaitannya terhadap bangunan lain sangat
penting. Apabila diletakan dengan baik, maka bangunan akan mencapai keserasian dengan
topografinya. Penataan bangunan yang sesuai dengan topografinya akan mengurangi
pekerjaan pelandaian, memperkecil biaya konstruksi awal dan meniadakan masalah drainase
yang berlanjut.

Orientasi bangunan terhadap matahari, angin dan pemandangan merupakan pertimbangan


mendasar. Dalam banyak keadaan, kita ingin berlindung dari teriknya sinar matahari dari arah
barat dan memperoleh sinar matahari dari arah timur. Pemanfaatan angin sejuk akan
mengurangi atau meniadakan kebutuhan penyejukan hawa buatan.

Menurut Setyo Soetiadji (Soetiadji S, 1986) orientasi adalah “suatu posisi relatif suatu
bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang
melihatnya. Dengan berorientasi dan kemudian mengadaptasikan situasi dan kondisi
setempat, bangunan kita akan menjadi milik lingkungan.

Jenis orientasi menurut Setyo Soetiadji adalah :

a. Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan suatu bagian yang elemen
penerangan alami. Namun pada daerah beriklim tropis penyinaran dalam jumlah yang
berlebihan akan menimbulkan suatu masalah, sehingga diusahakan adanya elemen-
elemen yang dapat mengurangi efek terik matahari.
b. Orientasi pada potensi-potensi terdekat, merupakan suatu orientasi yang lebih bernilai
pada sesuatu, bangunan dapat mengarah pada suatu tempat atau bangunan tertentu atau
cukup dengan suatu nilai orientasi positif yang cukup membuat hubungan filosofisnya
saja.
c. Orientasi pada arah pandang tertentu, yang biasanya mengarah pada potensipotensi yang
relatih jauh, misalnya arah laut, atau pemandangan alam.
Akibat dari adanya pengaruh orientasi terhadap sesuatu, menyebabkan bangunan harus
dapat mengantisipasi hal-hal negatif yang berkaitan dengan masalah fisika bangunan
antara lain masalah thermal, tampias air hujan, silau dan lain sebagainya.
Akibat dari adanya pengaruh orientasi terhadap sesuatu, menyebabkan bangunan harus
dapat mengantisipasi hal-hal negatif yang berkaitan dengan masalah fisika bangunan antara
lain masalah thermal, tampias air hujan, silau dan lain sebagainya.

2.4 Sirkulasi
Elemen sirkulasi perancangan kota merupakan salah satu peralatan yang bermanfaat
dalam menyusun lingkungan kota, karena dapat membentuk mengarahkan dan mengontrol
pola-pola aktivitas dan pengembangan suatu kota. aktivitas komersial dan pengaruh visual
pada struktur dan bentuk fisik kota.
Jalur pedestrian atau jalan bagi para pejalan kaki merupakan elemen yang penting dalam
perancangan kota, yang diwuiudkan sebagai elemen kenyamanan dan elemen pendukung
bagi para penjual eceran serta kehidupan ruang-ruang kota. Sistem jalur pedestrian dapat
mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan dalam suatu kota, memperindah lingkungan
dengan skala manusia, membentuk aktivitas pedagang eceran dan memperbaiki kualitas
udara. Dalam perancangan jalur pedestrian perlu diperhitungkan keseimbangan antara jumlah
pejalan kaki dan pemakai jalan serta keseimbangan antara penggunaan jalur pedestrian guna
mendukung ruangruang umum yang ada. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah
keselamatan dan ketersediaan ruang yang cukup bagi para pejalan kaki tersebut. Sedangkan
kriteria sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan jalur pedestrian adalah kesesuaian,
skala, material, perlengkapan perabot jalan dan pedagang eceran.

2.5 Frontage
Frontage adalah jalan lokal yang paralel dengan jalan akses terbatas berkecepatan tinggi.
Frontage sering digunakan untuk menyediakan akses ke jalan masuk pribadi, toko, rumah,
industri atau pertanian. Dimana jalan paralel berkecapatan tinggi disediakan sebagai bagian
dari jalan raya utama, juga di kenal debagai jalur ekspres lokal.
Frontage adalah konsep pengembangan jalan dengan basis jalur cepat dan jalur lambat.
Setiap jalur nantinya akan dipisahkan dengan pemisah jalan dan diberikan sela untuk
berpindah jalur di setiap beberapa meter. Frontage sangat membantu untuk mengurai
kemacetan. Karena sistem jalan Frontage akan mencegah orang yang berpindah jalur secara
mendadak dan menyebabkan jam di tengah-tengah. Dengan adanya batas antar jalur, maka
Sepeda Motor dan Angkutan Umum wajib berjalan di jalur lambat mengingat kedua
kendaraan ini lebih sering berhenti dan berjalan dengan kecepatan yang relatif rendah.
Sedangkan jalur cepat akan diisi Mobil Pribadi maupun Taksi. Sepeda Motor dan Angkutan
Umum boleh pindah ke jalur cepat jika ingin melakukan U-Turn atau putar balik arah
maupun berbelok ke arah kanan.
Zona frontage merupakan zona transisi antara area pedestrian dan garis bangunan, untuk
memberikan jarak kenyamanan bagi pejalan kaki terhadap frontage dari bangunan. Pada zona
ini ditempatkan elem-elemen seperti kursi, telpon umum, tiang petunjuk serta tiang utilitas.
Rangkaian frontage zone yang ditata baik akan mengundang pejalan kaki bergerak masuk ke
dalam fungsi bangunan. Terdapat akses langsung dari frontage zone menuju fungsi bangunan
yang memberi kontinuitas gerak dari jalur pedestrian ke dalam bangunan.

2.6 Contoh WaterFront City


2.6.1 Taman Kanal
Taman ini terletak di Jl. Sentral Patong, Potroyudan XIV, Potroyudan, Kec. Jepara,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 59412, Indonesia. Taman tersebut merupakan satu taman
yang berada di Kabupaten Jepara.
Taman ini sering dimanfaatkan oleh warga Kabupaten Jepara untuk olahraga seperti lari
pagi dan sore,hingga bersantai. Taman kanal juga menjadi tempat berkumpul dan refreshing,
telebih taman kota ini di desain dengan baik, terawat, penuh dengan tumbuhan (pohon dan
taman bunga), serta minimalis dilengkapi tempat duduk-duduk.

Gambar 2. 9 Taman Kanal


(Sumber: taman-kanal-jepara-tempat-santai.html)

2.6.2 WaterFront City Pontianak


Taman ini ierletak Jl. Barito, Benua Melayu Laut, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak,
Kalimantan Barat 78243. Lokasinya berada di pinggiran Sungai Kapuas, dapat digunakan
bagi wisatawan yang datang berkunjung dapat duduk bersantai sembari menikmati
pemandangan luas dari Sungai Kapuas.
Taman kota ini mengusung konsep hijau, waterfront ini mempunyai ukuran panjang
kurang lebih 600 m dengan ukuran lebar kurang lebih 8 m, di dalam ukuran yang luas itu diisi
berbagai benda, salah satunya pohon. Taman kota ini juga memiliki beragam permainan seru
yang bisa pengunjung gunakan bersama keluarga, permainan yang tersedia seperti halnya
skuter listrik, motor listrik, becak mini, mobil remote dan lain-lain berdampak sangat baik
bagi penambahan jumlah pengunjung di taman kota ini.

(Sumber: https://www.celebes.co/borneo/waterfront-city-pontianak)

2.6.3 Taman Sungai Kanal Banjir Barat


Taman Sungai Kanal Banjir Barat Semarang terletak di Jl. Bojong Salaman,
Bojongsalaman, Kec. Semarang Bar., Kota Semarang, Jawa Tengah 50141. Taman ini berada
di pinggir sungai Kanal Banjir Barat Semarang.
Terdapat banyak fasilitas diantaranya ; Tempat duduk, Jogging Track, dan Area
bersantai lainnya. Taman ini bermula dari sebuah sungai yang kumuh, namun Pemerintah
setempat membuat batu loncatan dengan menjadikannya sebuah area wisata yang dapa
dinikmati masyarakat setiap hari.

Gambar 2. 11 Taman Sungai Kanal


(Sumber: https://travel.detik.com/travel-news/d-4909126/tentang-sungai-banjir-kanal-barat-semarang-yang-
disulap-jadi-tempat-wisata )
BAB III
TINJAUAN TAMAN

3.1 Lokasi Kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta
3.1.1 Data Tapak
Taman Air Mancur sri Baduga Situ Buleud Purwakarta terletak di Indonesia di bagian
pulau Jawa Barat, dan berlokasi di kota Purwakarta. Taman ini merupakan Landmark kota
Purwakarta yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau, sarana rekreasi, olahraga,
pertunjukan seni dan air mancur. Lokasi taman tidak tepat di tengah kota, tetapi berada 1 s.d
2 KM kearah selatan titik pusat kota.

Gambar 3. 1 Lokasi Taman Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta

(Sumber: Editing Penulis)

Objek penelitian adalah Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta yang
terletak di Jl. K.K Singawinata No.73, Nagri Kidul, Kec. Purwakarta, Kabupaten Purwakarta,
Jawa Barat. Dengan koordinat lokasi 6° 33' 27" S, 107° 26' 45" E. Taman ini berfungsi
sebagai sumber air pemerintahan dan peribadatan, serta area rekreasi pariwisata. Karena
merupakan Landmark kota Purwakarta.
Taman ini memiliki luasan sekitar 4 Ha dengan GSJ (Garis Sempadan Jalan) 12,5 m,
KDH (Koefisien Dasar Hijau) 40%, dan tidak berkontur. Taman ini mulai direncanakan pada
tahun 1830 – 1831 dan kembali mendapat pembaharuan konstruksi pada tahun 2013 – 2016
sampai sekarang. Taman memiliki satu area main entrance yang berada di arah barat dengan
gerbang tinggi disertai gapura dengan Arsitektur Sunda yang menjadi ciri khas kota
Purwakarta. Berikut site plan dari data yang telah dikumpulkan:

Gambar 3. 2 Peta Batas Penelitian dan Site Plan


(Sumber: data RDTR yang disempurnakan Penulis)

Dalam penelitian, kami memutuskan untuk membuat garis batas penelitian di Kawasan
Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta sehingga tidak terlalu luas area yang
kami teliti secara rinci. Pada dasarnya taman ini terletak di area selatan pusat kota. Area
taman dikelilingi banyak bangunan dengan funngsi yang beragam. Diantaranya sekolah,
museum, bangunan pemerintahan, Alun-Alun, rumah sakit, sarana prasarana perniagaan, dan
jalur transportasi. Dari titik objek penilitian, kami mengambil ; Utara Jl. Singawinata;
Selatan, Jl. Kapten Halim; Barat, Jl. Laks. Martadinata; dan Timur jalan terusan Jl. Habib
Muhamad ke Jl. Cendrawasih. Berikut peta p Venelitian yang telah di buat:
Gambar 3. 3 Peta Batas Penelitian dan Site Plan
(Sumber: Penulis)
3.2 Sejarah Perkembangan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud
3.3 Data Fungsi Tatanan Massa Area Taman
Kawasan Taman berada di area selatan tengah kota Purwakarta. Dikelilingi permukiman
warga dan berbagai macam fungsi bangunan lainnya. Taman Sebagian besar merupakan
ruang terbuka hijau dengan pagar tinggi besar yang mengelilingi area Situ Buleud. Berikut
data Eksisting area Taman Air Mancur Situ Buleud Purwakarta dengan batas penelitian
diataranya; Utara,Jl. Singawinata; Selatan, Jl. Kapten Halim; Timur, Jl. Cendrawasih; dan
Barat, Jl. Laks. Martadinata.
Area sekitar Taman Air Mancur Situ Buleud Purwakarta dikelilingi pagar tinggi besar
yang melindungi area dalam yang di penuhi berbagai macam jenis tanaman serta pohon, dan
area Air Mancur Situ Buleud. Ditaman ini tidak ada bangunan permanen yang dibangun,
sehingga Sebagian besar dipenuhi dengan Ruang Terbuka Hijau dan ornament – ornament
Arsitektur Sunda, tidak luput disertai patung yang memiliki nilai kesejarahannya masing –
masing.
Gambar 3. 4 Peta Data Fungsi Tatanan Massa Area Taman
(Sumber: Penulis)

Pada area nomor 1 terdapat sebuah taman yang diberi nama Taman Anak Surawiseka.
Taman ini merupakan taman pendukung dari tatanan massa pada Taman Sri Baduga. Taman
anak Surawiseka memiliki Venue terbuka dan di fasilitasi area kursi penonton dimana venue
ini sering di manfaatkan sebagai sarana kegiatan kesenian dan acara music yang terkadang
diadakan.

Gambar 3. 5 Data 1 Area Taman


(Sumber: Penulis)

Pada area nomor 2 pada data tatanan massa merupakan area gerbang timur taman dimana
gerbang ini sebagai koridor penghubung antara area Taman Anak Surawiseka dan Taman Sri
Baduga.
Gambar 3. 6 Data 2 Area Taman
(Sumber: Penulis)

Pada area lokasi ke 3 merupakan lokasi gerbang masuk utama akses ke dalam Taman
Anak Surawiseka. Gerbang ini berada di tengah koridor gerbang timur dan gerbang barat atau
titik lokasi nomor 2 dan nomor 8.

Gambar 3. 7 Data 3 Area Taman


(Sumber: Penulis)

Pada area lokasi nomor 4 berupa gerbang masuk sekunder. Gerbang masuk tambahan
yang disediakan di beberapa sisi Taman sebagai area masuk dan area keluar tambahan saat
terlalu sesak pengunjung. Juga sebagai akses service saat area Taman harus di tutup karena
ada perbaikan atau renovasi.

Gambar 3. 8 Data 4 Area Taman


(Sumber: Penulis)

Pada area lokasi nomor 5, area barat daya, area ini sering dimanfaatkan sebagai area
pedagang kaki lima yang berjualan setiap harinya. Area ini tetap dimanfaatkan sebagai area
transaksi perniagaan oleh para pedagang kaki lima setiap hari dengan maupun tanpa adanya
acara yang dilaksanakan di area Taman sri Baduga, para pedagang kaki lima tetap berjualan.
Kecuali pada saat masa Pandemi atau Covid-19, para pedagang dibubarkan untuk
mengosongkan area sampai masa Pandemi berakhir.

Gambar 3. 9 Data 5 Area Taman


(Sumber: Penulis)

Pada area lokasi titik nomor 6 berupa titik lokasi gerbang utama atau Main Entrance ke
dalam Taman Air Mancur Sri Baduga. Gerbang ini di desain tinggi menjulang dengan pagar
besi dan gapura Sunda yang merupakan ciri khas kota Purwakarta.

Gambar 3. 10 Data 6 Area Taman


(Sumber: Penulis)

Pada lokasi nomor 7 adalah Patung Badak bercula satu dan patung penunggang kuda.
Kedua patung ini merupakan ciri Khas atau Landmark dari Taman Air Mancur sri Baduga.
Patung Badak Bercula Satu sebagai tanda pengingat asal usul Taman yang dulu dikenal
sebagai Situ Buleud yang sering di datangi Badak bercula satu sebagai area mandi mereka.

Gambar 3. 11 Data 7 Area Taman


(Sumber: Penulis)

Lokasi 8 merupakan gerbang barat berupa koridor penghubung antara Taman Air
Mancur Sri Baduga dan Taman Anak.
Gambar 3. 12 Data 7 Area Taman
(Sumber: Penulis)
Area lokasi nomor 9 adalah area dalam taman tersedia pedestrian, kursi taman dan pagar
pembatas dengan Situ. Area tengah Situ Buleud terdapat 1 buah patung Landmark utama situ
Buleud dan empat buah patung yang merupakan area pertunjukan air mancur.

Gambar 3. 13 Data 9 Area Taman


(Sumber: Penulis)
3.4 Konsep Tata Ruang Kawasan Taman
Kota Purwakarta dalam masa pengembangan, dipenuhi dengan berbagai unsur sejarah,
Arsitektur Sunda, disertai unsur seni dan budaya, serta unsur keagamaan (Islam). Secara
keruangan terbagi menjadi sebagai berikut:

Gambar 3. 14 Konsep Tata Ruang Kawasan Taman


(Sumber: RDTR Purwakarta dan di
sempurnakan oleh Penulis)
1. Wilayah Pusat Kegiatan Skala Kota
Wilayah bagian tengah berwarna merah merupakan lokasi pusat kegiatan skala kota
atau Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta. Berbagai kegiatan telah
tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Arahan pengembangan kegiatan pada area
wilayah tengah diantaranya pemerintahan, pariwisata, Pendidikan, Kesehatan dan
peribadatan.
2. Wilayah Kegiatan Transportasi
Wilayah bagian utara yaitu Jl. Marthadinata tergambarkan dengan garis hitam,
merupakan wilayah yang terpengaruh kegiatan transportasi, merupakan kawasan
pertemuan jaringan jalan arteri arah Cikampek, arah Subang dan arah Bandung, serta
merupakan jalan menuju jalan tol Cipularang gerbang Sadang. Pada bagian wilayah utara
terdapat Kota Bungursari dengan pengembangan kegiatan industri, sehingga interaksi
kegiatan kotanya menjadi lebih kuat. Arahan pengembangan kegiatan pada wilayah utara
diantaranya perbelanjaan, kuliner, dan permukiman. Dan pada persimpangan Jl. K. K.
Singawinata di arah timur laut ada Stasiun Kereta Api Purwakarta.
3. Wilayah Akses Masuk Kota
Wilayah bagian selatan merupakan akses menuju Kota Purwakarta dari arah rute
Bandung, baik melalui jalan arteri maupun jalan tol Cipularang gerbang Jatiluhur.
Jatiluhur dalam pengembangannya merupakan lokasi industri dan kawasan wisata.
Arahan pengembangan kegiatan pada wilayah selatan ini diantaranya perumahan
permukiman dan fasilitas transportasi.
4. Wilayah Jalur Hijau
Jalur hijau dialokasikan sepanjang kawasan aliran sungai, jaringan jalan, rel kereta
api, dan pada kawasan dengan topografi atau kemiringan relatif terjal.
5. Wilayah Interaksi Antar Kota
Interaksi menuju Kota Purwakarta sangat baik karena adanya jalan tol Cipularang
dengan pintu Jatiluhur untuk BWK Selatan dan pintu Sadang untuk BWK Utara. Interaksi
antar bagian wilayah kota akan banyak didukung 88 oleh jaringan jalan arteri yang ada,
dan pada wilayah ini terdapat stasiun kereta api sebagai sarana interaksi pengunjung antar
kota.
(Data ini didapatkan dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Purwakarta)

3.5 Urban Design


Perancangan perkotaan berhubungan dengan perencanaan kota, tetapi memfokuskan pada
perancangan fisik suatu tempat dan berhadapan dengan skala yang lebih detail. Dia dapat
termasuk seni dari perancangan perkotaan dan unsur arsitektur dan arsitektur lanskap. Berikut
elemen Urban Design Taman Air Mancur Sri Baduga:
3.5.1 Land Use
Penggunaan lahan area Taman Air Mancur Situ Buleud Purwakarta sangat beragam.
Melingkupi mengenai pemahaman tata guna lahan tentang penatagunaan lahan untuk
mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan
pembangunan disesuaikan dengan area taman yang sebagian besar merupakan Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Berikut pembagian penggunaan lahan sekitar taman:

Gambar 3. 15 Land Use


(Sumber: Penulis)

3.5.2 Bentuk dan Massa Bangunan Sekitar


Kawasan area taman pada dasarnya dipenuhi dengan bangunan pemerintahan dan
permukiman. Ada beberapa gedung sekolah yang terletak di area kawasan, satu puskesmas,
dan area perniagaan yang berada di sekeliling area Taman Air Mancur Sri Baduga. Di area
kawasan tidak tersedia gedung tinggi. Gedung – gedung yang tersedia hanya memiliki elevasi
sampai tiga lantai bangunan, lebih banyak permukiman warga, dan bangunan lain yang
relative hanya memiliki satu lantai. Massa bangunan rata – rata memiliki gaya Arsitektur
Sunda dan masih memiliki gedung – gedung bersejarah yang dipertahankan keasliannya.
Berikut gambaran bentuk dan massa bangunan sekitar kawasan:
Gambar 3. 16 Bentuk dan Massa Bangunan Sekitar

(Sumber: Penulis)

3.5.3 Sirkulasi dan Parkir


Kawasan sekitar taman Air Mancur Situ Buleud Purwakarta di apit dua jalan yang
bertepatan dengan batas wilayah perencanaan taman, yaitu Jl. K.K. Singawinata dan Jl.
Siliwangi. Jl. K. K. Singawinata pada area timur dapat di lalui kendaraan dalam satu jalur
perjalanan ke arah selatan, dan Jl. K. K. Singawinata di area utara dapat dilalui dua arah lalu
lintas sehingga pada waktu tertentu area jalan ini bisa saja terkena macet walau hanya dalam
waktu tertentu saja. Sedangkan Jl. Siliwangi hanya dapat dilalui satu jalur yang mengarah ke
utara.
Kemudian adapula jalur lalu lintas lain, yaitu Jl. Kapten Halim yang dipergunakan hanya
untuk satu arah kea rah barat. Dijalan ini terdapat pasar kota yang merupakan tempat
perniagaan terbesar di area wilayah. Untuk Jl. Laks. Martadinata merupakan jalur lalu lintas
jalan arteri atau jalur utama pusat kota. Jalan ini dapat dilalui dua arah jalur dengan masing
masing dapat menampung dua jalur mobil. Jalan ini memiliki lebar 12m. Disetiap pinggir
jalan selalu disediakan pedestrian yang dapat dipergunakan setiap pejalan kaki dengan aman.
Setiap pedestrian dirancang dengan lebar 1,2m. ini dilakukan agar dapat dilalui dua orang
dan bahkan dapat digunakan dua jalur. Sedangkan sirkulasi pada terusan Jl. Habib Muhamad
ke Jl. Cendrawasih merupakan jalan gang permukiman yang dapat dilalui satu ukuran
kendaraan roda empat dan berlaku satu arah. Dan untuk parker, hanya terdapat pada dua
lokasi.
Gambar 3. 17 Data Sirkulasi Lalu Lintas dan Parkir

(Sumber: Penulis)

Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta dapat diakses dari jalur Kereta
Api. Di area batas penelitian terdapat satu yang merupakan pusat transportasi Stasiun Kereta
Api dengan berbagai jurusan (rute). Stasiun ini terletak di area utara dari taman, lebih
tepatnya di Jl. K.K Singawinata, di apit oleh dua gedung kembar yang memiliki nilai
kesejarahan pada masa colonial bahkan dari awal terbentuknya Kota Purwakarta.
Taman dapat dicapai dengan berbagai jenis transportasi umum maupun pribadi.
Diantaranya angkutan umum, mobil pribadi maupun sewa, sepeda, sepeda motor, bus. Untuk
jalur lain, terdapat dua jalur tol berbeda yang bisa diakses agar dapat menuju area titik Taman
Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta. Yaitu wilayah bagian selatan merupakan
akses menuju Kota Purwakarta dari arah rute Bandung, baik melalui jalan arteri maupun jalan
tol Cipularang gerbang Jatiluhur.
(Sumber: Penulis)

Gambar 3. 18 Lokasi Transportasi

Selain dari jalur kereta api, taman bisa di akses semua transportasi umum beperti
angkutan umum, mobil sewa, mobil pribadi, bus, gojek maupun grab, dan lain sebagainya.
Untuk angkutan kota, di Purwakarta cukup beragam. Angkutan kota dibedakan berdasarkan
warna dan angka. Warna kuning, merah, hijau, dan warna biru. Akan tetapi angkutan umum
yang bisa mengakses ke area Taman Air Mancur Situ Buleud Purwakarta adalah angkutan
umum berwarna merah. Dari warna merah angkutan umum, di bedakan lagi dengan angka 01,
02, 03, dan 05. Akan tertapi hanya angkutan kota berwarna merah dengan nomor 01 dan 02

Gambar 3. 19 Angkutan Kota


yang dapat mengakses area Taman Air Mancur Situ Buleud Purwakarta.
(Sumber: Penulis)
3.5. 4 Ruang Terbuka Hijau
Untuk area Ruang Terbuka Hijau pada dasarnya Taman Air Mancur Sri Baduga sendiri
sebagian besar merupakan Ruang Terbuka Hijau dan Plaza. Taman dilengkapi berbagai
macam vegetasi mulai dari bentuk dan ukuran yang beragam. Di area selatan taman tersedia
lapangan terbuka hijau yang dipergunakan sebagai sarana olahraga tenis dan merupakan
bagian dari perencanaan tapak pemerintahan.
Pada area barat terdapat Alun – Alun Purwakarta yang sebagian besar merupakan Ruang
Terbuka Hijau dan Plaza. Alun – Alun ini merupakan alun – alun utama dan satu – satunya
yang ada di Kota Purwakarta. Sedangkan untuk di area timur laut merupakan area pertanian
dimana area tersebut merupakan sawah yang dimiliki warga sekitar yang masih dipergunakan

untuk bertani.
Gambar 3. 20 Peta Data Area Ruang Terbuka Hijau
(Sumber: Penulis)

3.5.5 Pedestrian dan Jalan


Kawasan disekitar Taman dirancang memiliki pedestrian, terutama pada jalan Arteri
Peimer atau jalan utama. Pedestrian dirancang agar dapat memfasilitasi setiap pejalan kaki.
Hal ini di dukung dengan konsep area taman yang memang tidak banyak menyediakan area
parkir agar menjadi area Open Space yang dimanfaatkan secara berkala untuk berjalan kaki
dan berolahraga. Tidak hanya itu, ini juga dilakukan karena di area pedestrian dan jalan yang
mengelilingi area taman dimanfaatkan untuk wisata kuliner pada malam hari setiap weekend.

Gambar 3. 21 Pedestrian

(Sumber: Penulis)
Berikut perbandingan area pedestrian area taman Jl. Siliwangi dengan salah satu batas
jalan utama yaitu Jl. Laks. Martadinata. Perbandingan digambarkan berupa potongan Garis
Sempadan Jalan:

Gambar 3.25 Potongan Jl. K. K. Singawinata


(Sumber: Penulis)

Gambar 3.25 Area Potongan Jalan


(Sumber: Penulis)

Gambar 3. 22 Potongan Jalan Main Entrance Taman


(Sumber: Penulis)
Pada Jl. Siliwangi dengan lebar jalan 8 meter, batas jalan digunakan sebagai pedestrian
dengan lebar 2 meter, sedangkan batas dengan area taman disediakan area lintasan lari
dengan lebar 1,2 meter dan setelahnya diberi pembatas jalan, tumbuhan dan gerbang
menjulang tinggi. Pada jalan ini bisa dilalui dua buah mobil dengan satu jalur ke arah utara.

Gambar 3. 23 Potongan Jl. Siliwangi

(Sumber: Penulis)

Pada Jl. Laks. Martadinata dengan lebar jalan 12 meter, kedua batas jalan digunakan
sebagai pedestrian dengan lebar 1,2 meter, Pada jalan ini bisa dilalui dua jalur dengan masing
– masing dua baris mobil disetiap jalurnya..

Gambar 3. 24 Potongan Jl. Laks. Martadinata


(Sumber: Penulis)
3.5.6 Fungsi Penggerak Kegiatan
Area Kawasan Taman air Mancur sri Baduga dipenuhi dengan kegiatan pemerintahan dan
perniagaan karena merupakan pusat kota Purwakarta. Area Kawasan tidak memiliki sebuah
area perniagaan berupa pasar, hanya berupa area café, warung, dan pedagang kaki lima.
1. Perniagaan
Area sekitar jalan lalu lintas masih banyak dipergunakan oleh pedagang keliling atau
pedagang kaki lima untuk berjualan di area sekitar. Bahkan terdapat satu pasar inti yang
berada di area selatan Kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta.
Pada saat tertentu, bahkan area sekitar jalan yang mengelilingi Situ Buleud ini
dimanfaatkan sebagai area wisata kuliner yang dilaksanakan setiap hari Sabtu Malam
demi meramaikan area tersebut pada saat malam hari.

Gambar 3. 25 Peta Lokasi Perniagaan

(Sumber: Penulis)

Terdapat satu pasar induk yang diberi nama Pasar Rebo. Pasar ini merupakan
pusat perniagaan jual beli berbagai macam barang. Akan tetapi pasar ini berada diluar
batas area penelitian Taman, dan terletak di Jl. Kapten Halim.
Gambar 3. 26 Pasar Rebo
(Sumber: Penulis)

Area luar Taman sri Baduga di manfaatkan sebagai area kuliner dimana
terjadinya jual beli makanan pinggir jalan maupun dari sebuah Café.

Gambar 3. 27 Area Pedagang Kaki Lima


(Sumber: Penulis)

2. Pemerintahan

Kawasan taman dipenuhi dengan bangunan pemerintahan dan kegiatan pemerintahan.


Aktivitas pemerintahan yang terjadi di di dasarkan pada terdapatnya beberapa gedung
pemerintahan seperti gedung Sigrong, gedung Pengadilan dan Kejaksaan, dan gedung
Dinas Tata Ruang dan Permukiman. Berikut peta area pemerintahan yang telah kami
buat:
Gambar 3. 28 Peta Aktivitas Pemerintahan
(Sumber: Penulis)

Gambar 3. 29 Gedung Pemerintahan

(Sumber: Penulis)

Aktivitas pemerintahan yang paling terlihat terdapat di gedung sigrong, gedung


Kejaksaan dan gedung Pengadilan yang berada di area penelitian.
3.5.7 Activity Support
Activity support adalah segala aktivitas yang memperkuat keberadaan suatu kawasan atau
area publik. Kawasan area taman memiliki fungsi beragam. Sehingga masyarakat yang
beraktivitas di wilayah ini memiliki aktivitas yang beragam dengan keperluannya masing –
masing. Dari data yang di dapat, berikut pemahaman dari setiap aktivitas yang terjadi di area
Kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta:
1. Rekreasi dan Wisata
Selain di area Taman Sri Baduga, kawasan terdapat berbagai macam tempat rekreasi
dan pariwisata. Diantaranya Museum, dan Alun – Alun Kota Purwakarta. Biasanya selain
masyarakat asli Purwakarta, ada juga masyarakat dari luar kota yang memang sengaja
menyempatkan diri untuk sekadar berkeliling melihat area Situ Buleud dan Alun – Alun
Purwakarta. Untuk di area Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud nya sendiri,
masyarakat akan menyaksikan pertunjukan air mancur pada hari sabtu malam.

Gambar 3. 30 Peta Lokasi Rekreasi dan Wisata


(Sumber: Penulis)

Untuk di area alun – alun para pengunjung maupun warga sekitar melakukan
aktivitas rekreasi untuk sekadar berfoto, jogging pagi atau sore, bertemu teman atau
kerabat. Hanya saja area Alun – Alun berada diluar wilayah penelitian yang telah
ditetapkan.

Gambar 3. 31 Aktivitas di Alun - Alun


(Sumber: Penulis)
Taman sri Baduga memberikan wisata rekreasi berupa pertunjukan air mancur
pada malam hari disertai wisata kuliner di sekeliling area luar Taman Sri Baduga.

Gambar 3. 32 Wisata Kuliner dan Pertunjukan Air Mancur

(Sumber: Penulis)
2. Transportasi
Selain memakai kendaraan roda empat dan roda dua, terdapat satu stasiun kereta api
sebagai sarana transportasi keluar masuk wilayah.

(Sumber: Penulis)
Satu – satunya stasiun kereta api yang ada di Kota Purwakarta. Jalur kereta api
sebagai akses antar kota terhadap kota Purwakarta. Terdapat di Jl. K. K. Singawinata,
area utara Kawasan penelitian.

(Sumber: Penulis)
3. Olahraga

Gambar 3. 33 Peta Lokasi Transportasi

Gambar 3. 34 Stasiun Kereta Api Purwakarta


Aktivitas lain yang dilakukan yaitu olahraga. Masyarakat biasanya meluangkan waktu
pada hari weekend untuk sekadar jogging, bersepeda, dan bermain di area sekitar Taman
Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta.
(Sumber: Penulis)

Taman sri
baduga
menjadi
sarana
olahraga
masyarakat. Olahraga yg biasanya dilakukan disini berupa olahraga ringan, senam,
dan jalan santai. Aktivitas olahraga sebenarnya bisa juga dilakukan di area dalam
Taman, hanya saja bisa untuk jalan santai dan jogging saja.

Gambar 3. 35 Peta Aktivitas Olahraga

Gambar 3. 36 Aktivitas Olahraga


(Sumber: Penulis)
4. Pendidikan
Terdapat beberapa sekolah yang terletak di kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga
Situ Buleud Purwakarta. Dari Sekolah
Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas.
Sehingga banyak siswa yang beraktivitas di
sekitar kawasan.
(Sumber: Penulis)

Terdapat beberapa sekolah yang berada di


Kawasan penelitian, dari tingkatan Taman Kanak – Kanak sampai Sekolah Menengah
Atas. Akan tetapi satu sekolah yaitu SMAN 1 Purwakarta yang menjadi ikon utama yang
paling dikenal di area Kawasan penelitian.

Gambar 3. 38 SMAN 1 Purwakarta

Gambar 3. 37 Peta Lokasi Pendidikan

(Sumber: Penulis)
5. Kesehatan
Terdapat beberapa area puskesmas yang tersedia di kawasan sehingga kecukupan
fungsi kawasan terpenuhi. Diantaranya
ada UPTD Puskesmas Purwakarta.
(Sumber: Penulis)

Terdapat beberapa puskesmas


yang berada di Kawasan penelitian. Akan tetapi puskesmas ini di Kelola langsung
oleh pemerintah. UPTD Puskesmas Purwakarta menjadi ikon utama yang paling
dikenal di area Kawasan penelitian.

Gambar 3. 39 Peta Lokasi Puskesmas

Gambar 3. 40 UPTD Puskesmas Purwakarta


(Sumber: Penulis)

3.5. 8 Konservasi
Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi juga didefinisikan sebagai pemeliharaan
dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan
dan kemusnahan dengan cara pengawetan. Bisa dikatakan kota Purwakarta sangat
menjunjung tinggi nilai budaya Sunda dan tetap melestarikan nilai sejarah yang terkandung di
setiap sisi kota. Tidak dipungkiri lagi, karena taman berada di area pusat kota, maka
memiliki banyak tempat bersejarah yang tetap dilestarikan bahkan ada yang di alih fungsikan
sebagai museum, gedung pemerintahan, dan Pendidikan. Berikut data peta lokasi setiap
gedung:

(Sumber: Penulis)

Dapat di katakana pada gedung kembar. Gedung ini dibangun semenjak zaman VOC dan
penjajahan Belanda. Masih termasuk ke dalam zaman peralihan Karawang, Kesederhanaan
gedung bergaya arsitektur Eropa ini tetap akan memesona siapa pun yang melihatnya,
termasuk Anda.Dalam nuansanya yang megah sekaligus anggung, Gedung Kembar

Gambar 3. 41 Peta Lokasi Bangunan Bersejarah

digunakan sebagai markas BKR (Barisan Keamanan Rakyat) pada masa revolusi
kemerdekaan.
Gambar 3. 42 Gedung Kembar pada tahun 1854

(Sumber: http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/fimages/GedungKembar.jpg diakses 03 Desember 2021)

Gedung kembar ini masih dilestarikan arsitektur aslinya dan dikombinasikan dengan
arsitektur sunda sehingga masih memiliki nilai sejarah paling dalam. Pada saat ini, gedung
digunakan sebagai Museum.

Gambar 3. 43 Gedung Kembar pada tahun 2021

(Sumber: https://toplintas.com/wp-content/uploads/2018/11/Gedung2Bkembar2BPurwakarta-1.jpg diakses 03


Desember 2021)
BAB IV
ANALISIS TAMAN

4.1 Waterfront
Taman Sri Baduga dapat di katakana sebagai waterfront city karena desainnya yang
mengelilingi sebuah danau buatan yaitu Situ Buleud dan berada di pusat kota yang berada
berbatasan dengan permukiman maupun ruang aktivitas masyarakat. Dari data dan observasi
yang telah kami lakukan, maka berikut analisis yang kami dapat mengenai Taman sebagai
waterfront city:
4.1.1 Jenis
Berdasarkan tipe proyeknya, Taman Air Mancur Sri Baduga termasuk kedalam jenis
Konservasi dimana penataan waterfront terbilang kuno atau lama dan masih ada sampai pada
saat ini dan tetap menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.
Berdasarkan fungsinya, Taman Air Mancur Sri Baduga merupakan mixed used
waterfront dan recreational waterfront dimana area sekitar taman dimanfaatkan sebagai area
transaksi perniagaan, kebudayaan, permukiman, perkantoran/pemerintahan, sekolah, rumah
sakit. Sedangkan tamannya sendiri beralih fungsi sebagai area rekreasi, taman, arena bermain
(open space).
Tabel 4. 1 Tabel Analisa Jenis Taman Terkait Waterfront
Teori Data Analisa
Waterfrontcity Berdasarkan  Taman Air Mancur Sribaduga didirikan sejak Berdasarkan teori dan data yang
Pembangunannya tahun 1830 telah ada, Taman Air Mancur Sri
 Konservasi  Awalnya taman ini hanya berupa danau dan Baduga termasuk kedalam jenis
Memanfaatkan kawasan tua situ Konservasi dikarenakan Taman Air
yang berada di tepi air  Taman Air Mancur Sri Baduga digarap Mancur Sribaduga merupaka salah
dimana pada kondisi menjadi danau buatan oleh R.A Suriawinata satu kawasan tua yang telah
sekarang masih terdapat tahun 1830. dibangun sejak tahun 1830 dan
potensi yang dapat di hingga sekarang masih menjadi
Tahun Tahun
kembangkan 1830- 1926: 2000-an: potensi yang baik bagi kegunanaya
Dibuatnya situ Pembangunan area untuk masyarakat dan tetap
 Development dan danau buatan hardscpae dan berkembang.
Perencanaan yang sengaja yang digagas oleh sofscape seperti
R.A Suriawinata gazebo, patung badak Selain itu, Taman ini termasukk
dibentuk dengan
dengan tujuan bercula satu serta dalam jenis Development karena
menciptakan sebuah
untuk sumber air taman lainnya. Taman ini sengaja dibuat oleh orang
kawasan tepi air dengan bagi masyarakat
orang terdahulu untuk dijadikan
melihat kebutuhan dan tempat
rekreasi. Tahun 2013- sumber air, dan juga tempat
masyarakat.
sekarang : rekreasi. Dan taman ini pun
 Redevelopment Dibangun kembali
Tahun 2009 : termasuk dalam jenis
Pembangunan kembali untuk Direnovasi dan oleh Bupati Dedi
Mulyani dengan Redevelopment dikarenakan
meningkatkan nilai dan Taman Situ
Buleud menjadi membangun Patung Taman ini melkaukan peningkatan
fungsi sebuah kawasan yang Sri Baduga, 1000
Landmark Kota fungsi dengan membangun beberapa
sudah ada sebelumnya. selang air mancur,
Purwakarta. area hardscape dan softscape dan
perubahan nama
mnejadi Taman Air juga mengubah nama taman yang
Mancur Sri Baduga. awalnya Taman Situ Buleud
menjadi Taman Air Mancur
Sribaduga.

50
Waterfrontcity Berdasarkan
Fungsi Kawasan area taman pada dasarnya dipenuhi dengan Berdasarkan data dan juga teori
 Mixed Use Waterfront City: bangunan pemerintahan dan permukiman. Ada yang terkait, dapat disimpulkan
Jenis waterfront kombinasi beberapa gedung sekolah yang terletak di area bahwa Taman Air Mancur Sri
yang memadukan kawasan, satu puskesmas, dan area perniagaan yang Baduga termasuk kedalam jenis Mix
perumahan, perkantoran, berada di sekeliling area Taman Air Mancur Sri Used Waterfront city karena
restoran, pasar, rumah sakit, Baduga. Di area kawasan tidak tersedia gedung tinggi. menurut data yan telah ada taman
dan atau tempat-tempat Gedung – gedung yang tersedia hanya memiliki elevasi ini berada dikawasan perumaha,
kebudayaan. sampai tiga lantai bangunan, lebih banyak permukiman perkantoran dan gedung lainnya.
warga, dan bangunan lain yang relative hanya memiliki Selain itu, Tamna ini jug atermausk
satu lantai. Selain itu Taman Air mancur sri baduga kedalam jeins Recreational
 Recreatioal Waterfront:
dibangu memiliki tujuan untuk dijadikan tempat Waterfront karena taman ini
Menyediakan semua sarana-
rekereasi sebagai penunjang hiburan masyarakat. menyediakan semua saran prasana
sarana dan prasarana yang
dan fasilitas yang menunjang
menunjang kegiatan hiburan
hiburan bagi masyarakat.
dan rekreasi. Oleh sebab itu,
tersedia fasilitas taman,
arena bermain, tempat
pemancingan.

 Residential Waterfront City:


Kawasan permukiman atau
hunian di daerah tepian air.
Bisa ditemukan di
perumahan, apartemen alias
hunian vertikal, hotel, resort,
dan lain.

 Working Waterfront City


Berfungsi sebagai area bisnis
dan komersial. Tak heran
apabila banyak terdapat
tempat-tempat penangkapan
ikan, reparasi kapal pesiar,
industri berat, dan fungsi-
fungsi pelabuhan.
(Sumber: Penulis)
4.1.2 Kriteria
Dalam menentukan suatu lokasi tersebut waterfront atau tidak, maka ada beberapa kriteria
yang kami gunakan untuk menilai lokasi Taman Air Mancur Sri Baduga apakah termasuk
dalam waterfront atau tidak. Berikut kriteria yang kami tetapkan:
a. Taman berlokasi dan berada di tepi danau buatan dimana taman mengelilingi Situ Buleud.
b. Taman di alih fungsikan sebagai area rekreasi pariwisata, dan wilayah sekitarnya di
manfaatkan sebagai area perniagaan, permukiman, pemerintaha, sekolah, dan Kesehatan
(rumah sakit).
c. Fungsi utama taman sebagai area rekreasi pariwisata yang menyuguhkan pertunjukan Air
Mancur terbesar se-Asia.
d. Taman yang mengelilingi Situ Buleud sehingga dominan menyuguhkan pemandangan
dan orientasi kea rah perairan (Situ atau danau).
e. Perancangan dilakukan kea rah vertical horizontal atau lebih tepatnya sama rata terhadap
area wilayah.
4.1.3 Aspek Perancangan
Pada perancangan kawasan waterfront city, ada dua aspek penting yang mendasari
keputusan – keputusan rancangan taman sehingga menciptakan rancangan waterfront city.
Kedua aspek tersebut adalah; Faktor Geografis; dan Konteks Perkotaan.
1. Faktor Geografis
Faktor geografis menyangkut keadaan geografis kawasan dan akan menentukan jenis
serta pola penggunaannya. Taman terletak di bagian Utara Provinsi Jawa Barat dengan
batas koordinat 6°33'25″S 107°26'46″E. Posisi Taman terletak di persimpangan jalan
nasional yang menghubungkan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara dengan Bandung sebagai
Ibu Kota Provinsi Jawa barat, dan yang menghubungkan Jakarta dengan Cirebon. Selain
terletak di daerah iklim tropis, Taman memiliki temperature antara 23°C s.d 31°C, dengan
curah hujan yang tinggi.
2. Konteks Perkotaan (Urban Context)
Konteks perkotaan yang termasuk merupakan factor – factor yang nantinya akan
memberikan ciri khas tersendiri bagi kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan
antara kawasan taman dengan bagian kota terkait. Aspek – aspek tersebut diantaranya:
a. Pemakai, dimana masyarakat Purwakarta bahkan luar kota dapat memakai fasilitas yang
disediakan.
b. Khasanah sejarah dari zaman penjajahan Belanda periode VOC dan budaya Sunda yang
melekat
c. Pencapaian dan sirkulasi ke area Taman
d. Karakter visual

4.1.4 Struktur Pengembangan


Sebagai elemen dan fasilitas penumjang taman sebuah struktur waterfront city, tersedia
berbagai elemen sebagai berikut:
1. Paving (Hardscape)
Sebagian besar elemen hardscape berupa pedestrian, bangunan penunjang, gapura dan
gerbang masuk.

Gambar 4. 1 Elemen Hardscape


(Sumber: Penulis)

2. Vegetasi (Softscape)
Sebagian besar taman merupakan area terbuka hijau. Terdapat bebrbagai jenis elemen
softscape yang sengaja di tanam maupun sudah ada di area site sejak awal. Sebagian
besar tanaman yang ada merupakan pohon tinggi besar dengan tinggi mencapai 12 meter.

Gambar 4. 2 Elemen Softscape


(Sumber: Penulis)
3. Pencahayaan
Taman merupakan lahan terbuka hijau dimana sinar matahari bebas menembus
seluruh area. Ini mengakibatkan area taman menggunakan pencahayaan alami langsung
dari matahari sehingga saat malam hari taman memerlukan banyak pencahayaan buatan
di seluruh areanya.

Gambar 4. 3 Pencahayaan
(Sumber: Penulis)
4. Handrail
Area yang disediakan handrail dapat di temukan di area dalam taman sebagai batas
sisi Situ Buleud dengan taman sehingga tidak membahayakan pengunjung. Selebihnya
tidak tersedia handrail karena lahan taman yang tidak berkontur sehingga minim adanya
sebuah tangga.

Gambar 4. 4 Handrail
(Sumber: Penulis
5. Fasilitas Penunjang
Bangku taman, tempat sampah, papan informasi, serta fasilitas keamanan, prasarana
berupa bangunan pendukung seperti toilet, mushola, bangunan operasional taman, dan
sarang burung.
Gambar 4. 5 Fasilitas Penunjang
(Sumber: Penulis

4.1.5 Komponen Penataan


Taman Air Mancur sri Baduga memiliki berbagai macam komponen taman yang
mendukung pembangunan dan pengembangannya. Komponen – komponen tersebut yang
memberikan kesan tersendiri pada taman ini. Komponen air pada Situ Buleud memberikan
efek segar, rumput hijau, dan juga elemen – elemen hardscape yang telah di susun dan
dirancang sedemikian rupa menambah kesan alam.
Desain taman ini di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekitarnya
yang menjadikan taman ini termasuk waterfront city. Desain pada taman berupa berbagai
elemen softscapedan hardscape, beberapa bangunan berupa ruang operator, pos keamanan,
gazebo, mushola maupun toilet.
4.2 Tata Massa
Dari beberapa fungsi yang dikaitkan pada taman sehingga taman memenuhi kebutuhan
masyarakat sebagai area terbuka, taman di tata dengan berbagai jenis dan kegiatan yang
berbeda untuk setiap areanya. Diantaranya :
Tabel 4. 2 Tabel Analisa Jenis Taman Terkait Tata Massa

Teori Data Analisa


Konfigurasi Massa  Taman ini memiliki luasan sekitar 4 Ha dengan GSJ Berdasarkan teori dan
1. Bentuk Terpusat (Garis Sempadan Jalan) 12,5 m, KDH (Koefisien data yang telah diperoleh,
Dasar Hijau) 40% dan berbentuk oval dilihat dari Taman Air Mancur Sri
Bentuk-bentuk terpusat peta. Baduga termasuk kedalam
menuntut adanaya dominasi konfigurasi massa bentuk
secara visual dalam terpusat, area taman yang
dirancang mengelilingi
keteratuan geometris, bentuk area danau sehingga
yang harus ditempatkan berbentuk oval semakin
terpusat, misalnya seperti menguatkan bentuk
tatanan massa tersebut.
bola, kerucut, ataupun
silinder.
2. Bentuk Linear
Urutan ruang yang berada
dalam satu garis dan
berulang. Organisasi linier
pada dasarnya terdiri dari
sederetan ruang
3. Bentuk Radial
Organisasi ruang radial
memadukan unsur-unsur
organisasi terpusat dan linier.
Organisasi ini terdiri dari
ruang pusat yang dominan di
mana sejumlah organisasi
linier berkembang menurut
ruang dan jari-jarinya.  Area taman dikelilingi banyak bangunan dengan
4. Bentuk Cluster funngsi yang beragam. Diantaranya sekolah,
museum, bangunan pemerintahan, Alun-Alun,
Organisasi dalam bentuk rumah sakit, sarana prasarana perniagaan, dan jalur
kelompok atau “cluster” transportasi.
mempertimbangkan
pendekatan fisik untuk
menghubungkan suatu ruang
terhadap ruang lainnya.
5. Bentuk Grid
Grid adalah suatu system
perpotongan dua garis-garis
sejajar atau lebih yang
berjarak teratur.

(Sumber : Data Pribadi, 2022)

4.2.1 Konfigurasi
Wujud dan bentuk yang merujuk kepada bentuk, wujud untuk menggambarkan rancangan
taman berupa pengolahan area lanskap dengan pengaturannya antara elemen softscape dan
hardscape. Area pedestrian dengan jogging track lebar 3 meter di desain menggunakan
paving dan batu alam mengelilingin setiap sisi Situ Buleud dimana pada sisi kanan berupa
kursi taman dan sisi kiri berupa gapura setinggi 1,5 m sebagai pagar pembatas dengan area
kursi menonton pertunjukan air mancur.
Gambar 4. 6 Pedestrian Utama
(Sumber: Penulis)

Penyediaan sebuah venue yang dimanfaatkan untuk pertunjukan seni maupun musik
disediakan di tiga titik tempat, yaitu di tengah Situ yang merupakan area pertunjukan air
mancur, dipinggir area taman, dan dibagian utara taman yang disertai dengan layer lebar dan
kursi penonton pertunjukan.

(Sumber: Penulis)

4.2.2 Kegiatan
Dari aktivitas
yang terjadi diluar
taman yang berupa
aktivitas
pemerintahan,
Gambar 4. 7 Venue
wisata pariwisata, sekolah, dan permukiman warga. Area taman dirancang sehingga aktivitas
yang terjadi di taman berupa aktivitas sosialisasi, tempat peralihan, olahraga, dan temat
bermain anak – anak.
Gambar 4. 8 Kegiatan
(Sumber: Penulis)

4.2.3 Ruang Pasif


Walaupun taman merupakan area open space dengan segala elemen softscape dan
hardscape nya, masih terdapat beberapa ruang pasif yang digunakan sebagai tempat ibadah,
toilet, ruang operasional, dan pos keamanan. Tiap bangunan di desain sederhana dengan
menerapkan unsur arsitektur sunda, bahkan area ruang dalampun dibuat sederhana tanpa
banyak ornament maupun furniture yang tidak terlalu penting.

Gambar 4. 9 Ruang Pasif


(Sumber: Penulis)
4.2.4 Fungsi
Meliputi konsep rancangannya sebagai area publik dengan infrastruktur sebagai
waterfront city, Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud memiliki beragam fungsi yang
meliputi kesejahteraan masyarakat, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kota, serta
kebutuhan area ruang terbuka hijau di pusat kota. Dari analisis dan observasi yang dilakukan,
kami menyimpulkan beberapa fungsi taman sebagai berikut:
a. Penghijauan kota sebagai upaya pelestarian lingkungan ekosistem
b. Sebagai penjaga kualitas lingkungan kota
c. Sarana rekreasi pariwisata
d. Menghasilkan oksigen dan peredam kebisingan dari aktivitas kota
e. Sebagai area hijau penyerap karbondioksida dan hasil udara kotor dari kendaraan
f. Area terbesar untuk menyerap air hujan
g. Sebagai tempat pertunjukan Air Mancur terbesar se Asia
h. Sarana area wisata kuliner
i. Sebagai sarana olahraga
j. Area sarana perniagaan
4.3 Orientasi Taman
Orientasi taman air mancur sribudaga ini mengelilingi jalanan yg mengitari taman
tersebut, karenaa bentuk taman air yg bundar dan lebih berbentuk seperti oval maka orientasi
taman itu sendiri mengelilingi jalanan disekitarnya dan menjadi taman air mancur ini menjadi

Gambar 4. 10 Orientasi Taman


pusat.
Sumber: Penulis

Namun di dalam taman air mancur ini terdapat patung prabu siliwangi yang disimpan di
tengah danau tersebut yang berorientasi kearah pintu masuk taman di mana pintu masuk ini
berada di pintu masuk utama.

(Sumber: Penulis) Gambar 4. 11 Area Batas Taman dengan Situ


Buleud
Tabel 4. 3 Tabel Analisa Orientasi Taman

(Teori Data Analisa


Menurut Setyo Soetiadji Kawasan Taman Air Mancur Sri Baduga Berdasarkan teori dan data terkait,
(Soetiadji S, 1986) orientasi memiliki orientasi yang mengelilingi taman taman air mancur sri baduga
memiliki orientasi pada potensi
adalah “suatu posisi relatif suatu tersebut yang dikarenakan taman ini mengarah
potensi terdekat karena taman ini
bentuk terhadap bidang dasar, arah dekat terhadap kegiatan masyarakat berada di pusat kota dan dekat
mata angin, atau terhadap disekitarnya sehingga taman ini menjadi pusat dengan area kegaiatan masyarakat.
Taman Air Mancur Sri Baduga tidak
pandangan seseorang yang pada kawasan tersebut.
memiliki orientasi pada arah
melihatnya. Dengan berorientasi pandnag tertentu karena Taman ini
dan kemudian mengadaptasikan jauh dari arah pandang yang
berpotensi seperti pemandangan
situasi dan kondisi setempat,
alam ataupun arah laut.
bangunan kita akan menjadi milik
lingkungan.
 Orientasi terhadap garis edar
matahari yang merupakan
suatu bagian yang elemen
penerangan alami. Namun
pada daerah beriklim tropis
penyinaran dalam jumlah
yang berlebihan akan
menimbulkan suatu masalah,
sehingga diusahakan adanya
elemen-elemen yang dapat
mengurangi efek terik
matahari.
 Orientasi pada potensi-
potensi terdekat, merupakan
suatu orientasi yang lebih
bernilai pada sesuatu,
bangunan dapat mengarah
pada suatu tempat atau
bangunan tertentu atau cukup
dengan suatu nilai orientasi
positif yang cukup membuat
hubungan filosofisnya saja.
 Orientasi pada arah pandang
tertentu, yang biasanya
mengarah pada
potensipotensi yang relatih
jauh, misalnya arah laut, atau
pemandangan alam.
(Sumber: Penulis)

4.4 Sirkulasi
Sirkulasi taman berpengaruh pada tingkat kenyamanan fungsional penggunanya. Selain
itu, perencanaan dan perancangan taman sangat berpengaruh pada tipologi ruang dan
sirkulasi yang terjadi di dalam taman. Selain dari sirkulasi pedestrian, sirkulasi udara maupun
drainase di area taman penting siperhatikan. Berikut analisis kami terkait sirkulasi yang
terjadi di area taman.
(a) Merupakan sebuah venue dilengkapi dengan kursi penonton di khususkan untuk
pertunjukan seni maupun lainnya, (b) merupakan area parkir taman dengan luasan 100m 2
dapat dipakai kendaraan roda dua maupun roda empat, (c) main entrance ke dalam area
taman, (d) area Situ Buleud, (e) pusat utilitas pertunjukan air Mancur, (f) area pedestrian di
dalam area taman yang dilengkapi
dengan jogging track, (g) sirkulasi
pejalan kaki dan jogging track diluar
sisi taman bersinggungan
dengan sirkulasi kendaraan, (h)
sirkulasi kendaraan satu arah.

Gambar 4. 12 Sirkulasi
(Sumber: Penulis)
Tabel 4. 4 Tabel Analisa Sirkulasi Taman

Teori Data Analisa


 Elemen Parkir Pada kawasan Taman Air Mncur Sri Baduga Taman Air Mancur Sri Baduga
Memiliki dua pengaruh langsung pada disetiap pinggir jalan selalu disediakan memiliki area elemen parkir
kualitas lingkungan, yaitu : pedestrian yang dapat dipergunakan setiap dalam sebuah sikulasi jalan
pejalan kaki dengan aman. Setiap pedestrian untuk mengurangi terjadinya
kelangsungan aktivitas komersial dan dirancang dengan lebar 1,2m. ini dilakukan parkir kendaraan dimana saja
pengaruh visual pada struktur dan agar dapat dilalui dua orang dan bahkan yang mengakibatkan macet di
bentuk fisik kota. dapat digunakan dua jalur. Sedangkan sekitar kawasan tersebut.
sirkulasi pada terusan Jl. Habib Muhamad ke Selain itu taman ini pun telah
Jl. Cendrawasih merupakan jalan gang memberi fasilitas kepada
 Jalur Pedestrian permukiman yang dapat dilalui satu ukuran pengunjung dengan
Merupakan elemen yang penting kendaraan roda empat dan berlaku satu arah. menyediakan jalur pedestrian
dalam perancangan kota, yang Dan untuk parker, hanya terdapat pada dua di area yang telah disediakan.
diwuiudkan sebagai elemen lokasi.
kenyamanan dan elemen pendukung
bagi para penjual eceran serta
kehidupan ruang-ruang kota.

(Sumber: Penulis)

4.5 Frontage
Frontage zona transisi antara area pedestrian dan garis bangunan, untuk memberikan
jarak kenyamanan bagi pejalan kaki terhadap frontage dari bangunan. Pada zona ini
ditempatkan elem-elemen seperti kursi, telpon umum, tiang petunjuk.
Tabel 4. 5 Tabel Analisa Frontage
Teori Data Analisa
 Frontage adalah konsep Pada kawasan Taman Air Mncur Sri Baduga Pada Area taman Air Mancur
pengembangan jalan dengan telah disediakan area transisi antara jalan Sribaduga ini telah dilengkapi
umum dan area masuk kedalam Taman Air dengan zona transisi yang baik,
basis jalur cepat dan jalur Mancur, terdapat 1 Gerbang keluar dan pada taman ini dibatasi dengan
lambat. Setiap jalur nantinya masuk, beberapa pintu masuk khusus untuk pagar untuk batas antara jalan
akan dipisahkan dengan penyandang disabilitas, dan juga zona umum dan area masuk kedalam
pemisah jalan dan diberikan pedestrian untuk bersantai. Taman Air mancur ini. Selain
itu, rangkaian frontage pada
sela untuk berpindah jalur di
area kawasan taman telah di
setiap beberapa meter. Zona tata dengan baik karena
frontage merupakan zona ditempatkannya elemen seperti
transisi antara area pedestrian tiang petunjuk, kursi taman,
dan garis bangunan, untuk utilitas, fasilitas penunjang, dll.

memberikan jarak
kenyamanan bagi pejalan
kaki terhadap frontage dari
bangunan.
 Frontage ini ditempatkan
elem-elemen seperti kursi,
Gambar diatas yaitu gerbang utama untuk
telpon umum, tiang petunjuk masuk kedalam area taman dan sekaligus
serta tiang utilitas. Rangkaian pemisah antara jalan umum dan area Taman
frontage zone yang ditata Air Mancur Sribaduga.
baik akan mengundang
pejalan kaki bergerak masuk
ke dalam fungsi bangunan.
Terdapat akses langsung dari
frontage zone menuju fungsi
bangunan yang memberi
kontinuitas gerak dari jalur
pedestrian ke dalam Gambar diatas yaitu area pejalan kaki dan
bangunan jalan umum

Gambar diatas yaitu gerbang pembatas antara


jalan umum dan area bersantai bagi para
pengunjung didalamnya terdapat beberapa
kursi untuk bersantai.
Pada taman air mancur Sri Baduga ini telah memiliki zona transisi antara area pedestrian
dan garis bangunan dengan adanya elemen elemen seperti kursi, lampu, tiang petunjuk dan
telepon umum.

Gambar 4. 13 Frontage

Sumber: Penulis
BAB V
SIMPULAN

Taman Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta merupakan taman dengan konsep
waterfront city dimana taman ini berada berbatasan dengan sumber air berupa danau buatan
yang disebut Situ Buleud. Dari system penataan massa sekitar area taman yang berupa
bangunan pemerintahan, pendidikan, bahkan permukiman, taman ini merupakan sumber
utama dalam perkembangan masyarakat dalam beraktivitas maupun melakukan kegiatan
perniagaan.
Taman menerapkan jenis waterfront city Konservasi dengan pengembangan
Development dan Redevelopment dimana penataan waterfront terbilang kuno atau dari
zaman lama dan masih ada sampai pada saat ini dan tetap menjaganya agar tetap dinikmati
masyarakat. Berdasarkan fungsinya, Taman Air Mancur Sri Baduga merupakan mixed used
waterfront dan recreational waterfront dimana area sekitar taman dimanfaatkan sebagai area
transaksi perniagaan, kebudayaan, permukiman, perkantoran/pemerintahan , sekolah, rumah
sakit. Sedangkan tamannya sendiri beralih fungsi sebagai area rekreasi, taman, arena bermain
(open space).
Taman Air Mancur sri Baduga di katakan memakai konsep waterfront city juga di
dukung oleh kriteria taman yang memenuhi konsep waterfront city. Kriteria tersebut
diantaranya:
a. Taman berlokasi dan berada di tepi danau buatan dimana taman mengelilingi Situ Buleud.
b. Taman di alih fungsikan sebagai area rekreasi pariwisata, dan wilayah sekitarnya di
manfaatkan sebagai area perniagaan, permukiman, pemerintaha, sekolah, dan Kesehatan
(rumah sakit).
c. Fungsi utama taman sebagai area rekreasi pariwisata yang menyuguhkan pertunjukan Air
Mancur terbesar se-Asia.
d. Taman yang mengelilingi Situ Buleud sehingga dominan menyuguhkan pemandangan
dan orientasi kea rah perairan (Situ atau danau).
e. Perancangan dilakukan kea rah vertical horizontal atau lebih tepatnya sama rata terhadap
area wilayah.
Hal ini juga di dukung dengan fungsi taman yang dimanfaatkan masyarakat sekitar
sebagai:
a. Penghijauan kota sebagai upaya pelestarian lingkungan ekosistem
b. Sebagai penjaga kualitas lingkungan kota
c. Sarana rekreasi pariwisata
d. Menghasilkan oksigen dan peredam kebisingan dari aktivitas kota
e. Sebagai area hijau penyerap karbondioksida dan hasil udara kotor dari kendaraan
f. Area terbesar untuk menyerap air hujan
g. Sebagai tempat pertunjukan Air Mancur terbesar se Asia
h. Sarana area wisata kuliner
i. Sebagai sarana olahraga
j. Area sarana perniagaan

65
Dari teori yang telah kami bahas dan pelajari, kami menganalisis kembali dan
menyimpulkan keterkaitan taman terhadap teori teori waterfront city. Sehingga didapatkan
seperti berikut:

Tabel 5. 1 Tabel Analisa Taman Air Mancur sri Baduga Terhadap Teori Terkait

TEORI Taman Sri Baduga


WATERFRONT Keterangan
Konservasi Redevelopment Development Menurut sejarah taman ini
sengaja dibangun untuk
kepentingan kebutuhan
   masyarakat sekitar dan telah
kembali mendapat rekontruksi.
JENIS WATERFRONT BERDASARKAN FUNGSI Keterangan
Mixed Use Recreational Residential Working Taman dirancang sebagaimana
fungsi yang ingin diwujudkan
sebagai area penunjang
  kebutuhan masyarakat dan
sebagai sarana rekreasi.
STRUKTUR PENGEMBANGAN WATERFRONT CITY Keterangan
Komersial Budaya, Sejarah Wisat Perm Pelabuh Perta Konsep rancangan dengan
Pendidikan, a ukima an hanan unsur pengembangan area
Lingkungan n wilayah taman yang memiliki
Hidup fungsi sebagai area
permukiman, perniagaan, dan
area wisata dengan sejarah yang
     kental oleh budaya Sunda
berdasarkan kegiatan yang
terjadi disekitar taman.
TATANAN MASSA Keterangan
Terpusat Linear Radial Cluster Grid Area taman yang mengelilingi
bentuk yang telah dirancang
terhadap Situ Buleud yang
 memiliki bentuk melingkar/oval
sehingga memiliki tatanan
massa terpusat.
ORIENTASI Keterangan
Garis Edar Matahari Potensi Terdekat Arah Pandang Taman berada di pusat kegiatan
masyarakat sehingga taman
menjadi daya tarik utama dalam
 segala kegiatan yang terjadi.

SIRKULASI Keterangan
Elemen Parkir Jalur Pedestrian Taman memiliki sirkulasi yang
memenuhi kriteria kebutuhan
masyarakat berdasarkan
  ketersediaan area parkir dan
pedestrian.

FRONTAGE Keterangan
Zona Transisi Antara Area Pedestrian dan Garis Bangunan Area taman sudah dilengkapi
dengan zona transisi yang baik,
pada taman ini dibatasi dengan
 pagar untuk batas antara jalan
umum dan area masuk kedalam
Taman Air mancur ini. Selain
itu, rangkaian frontage pada
area kawasan taman telah di tata
dengan baik karena
ditempatkannya elemen seperti
tiang petunjuk, kursi taman,
utilitas, fasilitas penunjang, dll.
(Sumber: Penulis)

k.
DAFTAR PUSTAKA

Notanubun, Rivai. (2017). Kajian Pengembangan Konsep Waterfront City Di Kawasan


Pesisir Kota Ambon. Musadun 2.
Delima, Siti R. A, dkk . (2015). Peran pemangku kepentingan dalam realisasi konsep
waterfront city di kota Palembang. Jurnal Bumi Indonesia Volume 4, nomor 4.
Bowles, Rachel. (1994). A Waterfront City: Plymouth (Study Kits Geography).
Scholastic.
Kabul, Ali. (2021). Perencanaan Pembangunan Waterfront City dan Percepatan
Pembangunan. Prenada Media Kencana.

68

Anda mungkin juga menyukai