Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PROYEK ARSITEKTUR IV

BOARDING SCHOOL
DI JAKARTA SELATAN

DISUSUN OLEH

TIM DOSEN - 2
JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TRISAKTI

Gedung C FTSP Kampus A


Universitas Trisakti – Jakarta
Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol, Jakarta Barat
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440
Telp. 02125565600, 5663232 Pes. 8201-8208, Fax. 021 5684643
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PROYEK ARSITEKTUR 4
Semester Genap, Tahun Akademik 2017/2018

Kode MK : PPA 604 Semester : 4 (empat)


Bobot : 6 sks Pra-Syarat : PA 1, 2, dan 3

Capaian Pembelajaran
Objek Rancangan
* Bangunan multi massa, multi fungsi, bertingkat sedang (6-10 lantai) berikut sarana umum
pendukungnya.
CP - Pengetahuan
1. Menguasai konsep teori arsitektur, perancangan arsitektur, estetika, sistem struktur dan utilitas
bangunan; dan penerapannya pada objek rancangan*.
2. Menguasai prinsip sains bangunan, lansekap perkotaan, perencanaan dan perancangan
kota, ekologi, dan penerapannya pada objek rancangan*.
3. Menguasai pengetahuan teori perilaku manusia di ruang dalam dan ruang luar bangunan,
fisika bangunan, anggaran dan biaya, serta metode penelitian dan perancangan arsitektural
dan penerapaannya pada objek rancangan*.
CP - Keterampilan Khusus
1. Mampu menyusun konsep rancangan arsitektur yang mengintegrasikan hasil kajian aspek
perilaku, lingkungan, teknis, dan nilai-nilai yang terkait objek rancangan*.
2. Mampu merancang secara mandiri dengan metode perancangan yang berbasis riset, dan
menghasilkan karya arsitektur yang kreatif, yang merupakan penyelesaian masalah arsitektur
yang kontekstual, dan teruji secara teoretis terhadap kaidah arsitektur.
3. Mampu mengkomunikasikan pemikiran dan hasil rancangan dalam bentuk grafis, tulisan, dan
model yang komunikatif dengan teknik manual maupun digital.
4. Mampu menyajikan beberapa alternatif solusi rancangan dan membuat keputusan pilihan
berdasarkan prinsip teori arsitektur.

Metode Pembelajaran
Bentuk pembelajaran studio dengan metode Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based
Learning (PBL), Pembelajaran Berbasis Masalah/Problem Based Learning (PBL).

Tim Dosen PA 3
1. Dr. Ir. Dermawati D.S., MTArs. 6. Ir. Rita Walaretina, MSA.
2. Dr. Ir. M. Bambang Susetyarto, MT. 7. Ir. Ratih Budiarti, MT.
3. Ir. Indartoyo, MTArs. 8. Ir. Endhi I. Purnomo, MSP.
4. Ir. Endang Marlina, MT. 9. Arief Fadhilah, ST., MT.
5. Ir. Nuzuliar Rahmah, MT. 10. Rizki Fitria Madina, ST., MT.

Referensi
1. Calthorpe, Peter, The Next American Metropolis: Ecology, Community, and The American Dream. Princeton Architectural
Press.
2. Chadderton, D; 2004,Building Services, London, Spon Press.
3. Ching, Francis DK,1996, Architecrure: Form, Space and Order. New Jersey : Jon Wille & Sons.
4. Clark, Roger. 1986. Preseden dalam Arsitektur, New York,Van Nostrand Reinhold.
5. Eisele, J &Kloft, E (Editor); 2003,High-Rise Manual: Typology and Design, Construction and Technology, Michigan:
Birkhauser-Publisher for Architecture.
6. Farrelly, Lorraine, 2007, The Fundamental of Architecture. Lousanne Switzerland, AVA Book.
7. Gandarum, Dedes N, 2008, Prinsip-prinsip Pengembangan Permukiman Baru, Jakarta, Universitas Trisakti
8. Gropius, Walter, 1925, International Architecture.
9. Hall, Edward T. 1982. The Hidden Dimention. New York: Garden City.
10. Juwana, J.Siswanto; 2008, Panduan Sistem Bangunan Tinggi.. Jakarta: Erlangga.
11. Khotijah, L., Sediadi, E & Judawati, W, 2010, Pedoman Perancangan Utilitas pada Bangunan, Jakarta, Universitas Trisakti.
12. Le Corbusier, J. Arsitektur Modern. 1986. New York: Oxford University Press.
13. Lin, C.Y. & Michael; 2009, Construction Technology for Tall Buildings. Singapore: World Scientific Publishing Co.
14. Lippsmejer, Gorge; 1980, Bangunan Tropis (terjemahan) edisi 2, Jakarta, Erlangga,
15. Panero, Julius. 1979. Human Dimension and Interior Space. Watson-Guptill.
16. Rapoport, Amos. 1969. House, Form and Culture, New York: Prentice Hall.
17. Shirvani, H. 1985,Urban Design Process, New York: Van Nostrand Reinhold Comp.
18. Spinellis, Diomidis; Gousios, Georgios (ed). 2009. Beautiful Architecture. Tokyo: O’Reilley Media.
19. Trancik, R. 1986, Finding Lost Space: Theories of Urban Design. New York: John Wiley & Sons.
20. Winandari, MIR. 2010, Karakter Arsitektur Kota: Metode Pencarian Indentitas Kota. Jakarta, Universitas Trisakti.
21. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007: Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
I. LATAR BELAKANG

Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini disiapkan sebagai pedoman Mata Kuliah Proyek
Arsitektur 4 Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Trisakti.

Pendidikan dengan kelengkapan asrama atau yang sering disebut dengan Boarding
School bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia. Telah lama
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia menerapkan konsep pendidikan
berasrama dalam wujud ”Pondok Pesantren”, yang dianggap cikal-bakal pendidikan
berasrama di Indonesia (Panduan Asrama Pendidikan Profesi Guru, Dirjend.
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, 2017).

Lembaga pendidikan formal persekolahan juga menerapkan sistem pendidikan


berasrama, ditandai dengan cukup banyak bermunculan sekolah yang melengkapi
fasilitasnya dengan asrama, antara lain SMA Matauli di Sibolga Sumatera Utara, SMA
Madania di Parung Bogor, SMA Dwiwarna di Parung Bogor, SMA Al-Azhar di Lippo
Cikarang, SMA Insan Cendekia di Serpong, SMP dan SMA Al-Kautsar di Sukabumi, MTs
dan MA Pondok Modern Gontor, SMA IIBS di Lippo Cikarang, dan SMA Taruna
Nusantara di Magelang.

Cukup beragamnya permintaan pembangunan Boarding School di DKI Jakarta


(beberapa pemberitaan seperti: Djarot Diminta Bangun "Boarding School" untuk Kaum
Duafa (Kompas, 19 Juli 2017), M. Taufik (Wakil Ketua DPRD) Usul DKI Punya "Boarding
School" untuk Anak Pintar (Kompas, 14 September 2015), dan Contoh Bali, Pemprov DKI
Diminta Bangun "Boarding School" untuk Siswa Miskin (Kompas, 12 September 2015),
disambut baik oleh salah satu pengusaha/yayasan/pemilik lahan di Jakarta Selatan
dengan menugaskan seorang arsitek untuk merancang komplek Boarding School
dengan visi terwujudnya pendidikan yang lebih utuh, yang mencakup cipta, rasa,
karsa, dan karya, agar lulusannya unggul berpikir dan berkepribadian. Komplek
bangunan tersebut diharapkan dapat mengakomodir program pendidikan yang
komprehensif-holistik, mencakup pengembangan akademik, life skills (soft skills dan
hard skills), wawasan kebangsaan, keagamaan dan global.

Dengan segala bentuk tantangan di lokasi rancangan (tapak terlampir), seperti


keterbatasan dan topografi lahan, kemacetan sekitar tapak, iklim mikro, arsitek dituntut
untuk mendesain dengan pendekatan kontekstual, dan tetap memperhatikan aspek
lingkungan, green design, dan sustainable architecture.

II. JUDUL dan BATASAN AREA PERANCANGAN

Nama Proyek : Perancangan Boarding School di Jakarta Selatan


Lokasi : Jalan Pejaten Barat, Kelurahan Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu – Jakarta Selatan
Batasan Tapak : Terlampir
Luas Lahan : + 14.300 m2
Peruntukkan : Sub Zona Prasarana Pendidikan
Kriteria : Kawasan dengan peruntukkan sebagai tempat kegiatan pendidikan
beserta fasilitasnya
Intensitas : KDB  40%
KLB  3,2
KB  maksimal 8 lantai
KDH  35%
KTB  50%
GSB  20 m dari Jalan Pejaten Barat
Iklim Mikro : Temperatur udara 26°C - 33°C, dan kelembaban 55% - 80%.
III. TARGET PERANCANGAN

Mahasiswa sebagai calon arsitek diminta melakukan kegiatan proses perancangan


Komplek Boarding School pada tapak terpilih dengan ketentuan, metode, dan lingkup
kegiatan proses perancangan, yakni sebagai berikut:

III.1 Ketentuan Perancangan Dasar:


a. Setiap mahasiswa di dalam setiap cluster mengusulkan jenis Boarding School
dengan kurikulum tertentu yang akan dirancang melalui penyusunan urgensi /
analisis kebutuhan untuk disetujui oleh masing-masing dosen cluster.
b. Kegiatan utama yang harus diakomodir pada fungsi komplek Boarding School
adalah kegiatan pendidikan, penghunian, dan kegiatan olahraga/serbaguna
untuk strata Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) sederajat.
c. Diasumsikan rasio kurikulum pendidikan umum dan kurikulum khas jenis Boarding
School adalah 70:30.
d. Standar sarana dan prasarana untuk kegiatan pendidikan stata SMP dan SMA
sederajat mengacu pada standar minimal Permendiknas RI Nomor 24 Tahun
2007, dengan rincian sebagai berikut.
Pra sarana SMP sederajat:
- ruang kelas,
- ruang perpustakaan,
- ruang laboratorium IPA,
- ruang pimpinan,
- ruang guru,
- ruang tata usaha,
- tempat beribadah,
- ruang konseling,
- ruang UKS,
- ruang organisasi kesiswaan,
- jamban,
- gudang,
- ruang sirkulasi,
- tempat bermain/berolahraga.
Pra sarana SMA sederajat:
- ruang kelas,
- ruang perpustakaan,
- ruang laboratorium biologi,
- ruang laboratorium fisika,
- ruang laboratorium kimia,
- ruang laboratorium komputer,
- ruang laboratorium bahasa,
- ruang pimpinan,
- ruang guru,
- ruang tata usaha,
- tempat beribadah,
- ruang konseling,
- ruang UKS,
- ruang organisasi kesiswaan,
- jamban,
- gudang,
- ruang sirkulasi,
- tempat bermain/berolahraga.
e. Kapasistas Boarding School dapat mengakomodir sejumlah + 720 siswa SMP dan
SMA dengan asumsi:
- SMP memiliki 3 tingkatan kelas, masing-masing tingkatan 3 kelompok belajar,
dengan jumlah siswa 40 orang/kelompok belajar  360 siswa
- SMA memiliki 3 tingkatan kelas, masing-masing tingkatan 3 kelompok belajar,
dengan jumlah siswa 40 orang/kelompok belajar  360 siswa
f. Kebutuhan ruang pada asrama dan bangunan serbaguna mengikuti hasil
analisis kebutuhan kegiatan pengguna, dan selanjutnya dicross-check dengan
hasil studi literatur, studi lapangan, dan studi banding.
g. Kurikulum khas jenis Boarding School tertentu yang memiliki konsekuensi
bertambahnya kebutuhan ruang harus ikut dirancang, dengan tetap mengikuti
ketentuan dasar yang sudah ada.

III.2 Ketentuan Perancangan Lanjutan


a. Mahasiswa juga harus memikirkan beberapa hal berikut:
- sisi inovasi desain baik eksterior maupun interior.
- sisi keamanan dan kenyamanan (anti vandalism), terutama terkait dengan
penggunan mayoritas usia remaja.
- sisi keterbangunan dan detil keteknikan (mudah dan efektif secara teknis dan
cost).
b. Dilandasi dengan pendekatan contextualism dan environmentalism.
c. Desain arsitektur mendukung konsep bangunan hijau, tujuannya untuk
mengurangi dampak jejak ekologis, mempertimbangan aspek iklim tropis dan
efisiensi energy, pemanfaatan maksimal potensi tata lingkungan secara cerdas.
d. Mengadopsi prinsip-prinsip sustainable architecture.
e. Aksesibilitas harus jelas dan baik untuk semua pengguna (pejalan kaki, kaum
difable, pengendara sepeda, sepeda motor, kendaraan mobil pribadi, maupun
pengguna kendaraan umum).
f. Optimum Reliability, dengan memperhatikan durable design details, praktis dan
mudah dalam pemeliharaan.

IV. LINGKUP DAN PRODUK PERANCANGAN:

IV.1 PENDATAAN
o Laporan studi literatur, studi banding.
o Laporan studi lokasi tapak perancangan:
- Deskripsikan aspek-aspek yang diamati, kondisi fisik tapak, potensi dan masalah,
berbasis pada KAK dan informasi peraturan kota.
- Laporan harus dilengkapi gambar/foto/sketsa, dan catatan naratif hasil studi
lapangan.

IV.2 ANALISIS
o Analisis data studi literatur, studi banding, serta data studi tapak, ke dalam
sketsa ide desain dengan metode pendekatan analisis arsitektur.
o Transformasikan sketsa ide menjadi wujud studi penataan massa-massa
bangunan pada tapak terpilih melalui eksplorasi maket studi, lengkap dengan
skema-skema pengolahan tapak yang berkontur.
o Lakukan dokumentasi atas beberapa kali exercise eksplorasi tersebut sebagai
penguatan konsep untuk dipresentasikan pada sesi presentasi konsep.

IV.3 DESAIN
o Gambar pengembangan rancangan meliputi:
1) Blockplan minimal skala 1:700
2) Site Plan minimal skala 1: 500
3) Groundfloor Plan minimal skala 1: 500
4) Denah Bangunan minimal skala 1:200
5) Tampak masing-masing Bangunan (4 muka) skala 1:200
6) Potongan masing-masing Bangunan (2 arah) skala 1:200
7) Detail Arsitektur dalam sketsa perspektif
8) Detail Struktur
9) Perspektif Eksterior (minimal dua arah pandang)
10) Perspektif Interior (minimal dua arah pandang)
11) Skema utilitas
o Maket rancangan, skala disepakati kemudian.

Seluruh gambar produk rancangan dikerjakan pada kertas gambar ukuran A2, lengkap
dengan kop informasi proyek di bagian bawahnya, dengan teknik manual sampai
dengan desain skematik, dan diperbolehkan teknik digital untuk produk gambar
rancangan akhir.

V. KRITERIA PENILAIAN

Penilaian diselenggarakan dalam beberapa tahap dengan pembobotan tertentu:


Bobot  Tugas : UTS : UAS  40 : 30 : 30

Nilai Tugas merupakan komponen nilai proses studio, yakni aktif berasistensi dan
menyerahkan tugas-tugas kecil secara lengkap; mengikuti tahap 3 presentasi (sesuai
timeline), menyelesaikan tugas tahap pendataan hingga tahap analisis secara lengkap,
termasuk studi maket eksplorasi, menyelesaikan tugas hingga tahap desain secara
lengkap, termasuk maket rancangan akhir. Berdasarkan juknis PA, kriteria untuk
penilaian tiap komponen adalah sebagai berikut:

Nilai 80-100 : lengkap, diaplikasikan dengan benar dan rapi


Nilai 65-80 : lengkap, diaplikasikan degan benar
Nilai 56-65 : lengkap namun tidak diaplikasikan dengan benar
Nilai 0-55 : tidak lengkap dan tidak diaplikasikan dengan benar

Penilaian ini hanya berlaku apabila mahasiswa memenuhi ketentuan administrasi


kehadiran dan kepesertaan UTS serta UAS. Hal penilaian lainnya yang dirasa perlu akan
dikoordinasikan dalam perkuliahan studio.

“Selamat bekerja, semoga sukses”


Lampiran 1 - TAPAK PERANCANGAN
Lokasi: Jl. Pejaten Barat – Pasar Minggu Jakarta Selatan, File KAK dan CAD dapat diunduh
pada:

KEYPLAN
lokasi tapak

Anda mungkin juga menyukai