Anda di halaman 1dari 11

kelompok 8

“Model PLS Sanggar kegiatan belajar dan PKBM”

Disusun Oleh :
Apriatin : 1711010315
Ayu Fajriani muhidin : 1711010316
Sabella Putri : 1711010287

Jurusan/Kelas/Semester : PAI/ J/ 5
Dosen : Asmaroni, M.Pd.I
Mata Kuliah : Pendidikan Islam Luar Sekolah

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2019

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanggar Kegiatan belajar
Sanggar adalah suatu tempat atau suasana yang digunakan oleh suatu
komunitas atau skumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan. Selama ini
suatu tempat dengan nama sanggar bisa digunakan untuk kegiatan sebagai berikut
:
1. Sanggar ibadah: tempat untuk beribadah biasanya di halaman belakang
rumah (tradisi masyarakat Jawa zaman dulu).
2. Sanggar seni: tempat untuk belajar seni (lukis, tari, teater, musik,
kriya/kerajinan dll).
3. Sanggar anak: tempat untuk anak-anak belajar suatu hal tertentu di luar
kegiatan sekolah, dll.
Selain sanggar kursus juga merupakan salah satu lembaga pelatihan yang
termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal, sehingga hal ini kadang
menimbulkan kerancuan pemahaman tentang sanggar dan kursus, untuk
membedakan hal tersebut dapat kita lihat dalam penjelasan di bawah ini
Sanggar dan kursus adalah sama-sama merupakan lembaga pelatihan dan
keduanya termasuk kedalam jenis pendidikan nonformal, namun antara sanggar
dan kursus memiliki perbedaan, adapun perbedaan tersebut adalah:
1. Kursus biasanya hanya mencakup proses pembelajaran atau kegiatan
belajar mengajar, sedangkan sanggar mencakup seluruh proses dari awal
hingga akhir yaitu mencakup proses pengenalan (biasanya melalui
workshop/pelatihan singkat),pembelajaran, penciptaan atau membuat
karya, dan produksi. contoh: pembelajaran melukis, membuat karya lukis
kemudian pameran, penjualan/pelelangan semua dilakukan di dalam
sanggar. Untuk sertifikat sebagian besar sanggar biasanya tidak
memberikan sertifikat, kecuali pada sanggar-sanggar tertentu yang
memang memiliki program untuk memberikan sertifikat pada peserta
didiknya.
2. Kursus biasanya menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dalam waktu
singkat (kursus menjahit, selama 3 bulan/ 50 jam) jadi pesrta pelatihan
dalam lembaga kursus tersebut hanya menjadi anggota selama 3 bulan
saja, setelah itu peserta mendapat sertifikat dan keanggotaan kursus
berakhir, sedangkan pada sanggar seni memiliki masa keanggotaan lebih
lama bahkan terkesan tidak ada batas waktu keanggotaan.

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) merupakan tempat pembelajaran dan pusat


informasi kegiatan pendidikan Nonformal. Dilihat dari aspek sejarah dan latar
belakang terbentuknya UPTD SKB ditingkat kabupaten dan kota, sebelum
pemberlakuan undang-undang otonomi daerah di akhir tahun 90-an, UPTD SKB
merupakan unit pelaksana teknis daerah yang bertanggung jawab langsung ke
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (sekarang Ditjen
PAUDNI) yang secara hirarki struktur organisasi merupakan bahagian dari Ditjen
PLSP, serta diserahi tugas untuk melaksanakan sebagian tugas-tugas Menteri
Pendidikan dibidang Pendidikan Luar Sekolah dan pemuda. dari aspek tugas dan
fungsi, meskipun UPTD SKB telah menjadi bagian dari pemerintah kabupaten
dan kota, tugas dan fungsinya tidak mengalami perubahan yang signifikan, yang
secara garis besar tetap menjadi unit pelaksana teknis daerah di bidang pendidikan
nonformal dan bertanggung jawab ke Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
sebagaimana yang termuat dalam aspek pembentukannya.
Adapun Sanggar Kegiatan Belajar atau lazim disingkat SKB adalah Unit
Pelaksana Teknis Dinas yang ada di bawah Dinas Pendidikan di tingkat
kabupaten/kota. UPTD Sanggar Kegiatan Belajar bertugas melaksanakan sebagian
kewenangan Dinas Pendidikan dalam rangka mengembangkan model pendidikan
anak usia dini, nonformal dan informal di tingkat kabupaten/kota.

B. Sejarah Sanggar kegiatan Belajar


Untuk pertama kalinya Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) berdiri tanggal 23
Juni 1978 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
206/O/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sanggar Kegiatan
Belajar. Namun saat itu belum ada pamong belajar dalam struktur organisasi SKB.
Berdasarkan keputusan Mendikbud tersebut terbentuk 151 SKB yang tersebar di
kabupaten/kota di 25 provinsi. SKB dibentuk dengan mengalihkan fungsi Kursus
Penelitian Pendidikan Masyarakat (KPPM), Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat
(PLPM), dan Pusat Pembinaan Aktivitas Generasi Muda (PPAGM).
Tugas SKB pada awalnya pembentukannya adalah melaksanakan program
kegiatan belajar luar sekolah dan olah raga untuk pamong pendidikan luar sekolah
dan instruktur olah raga. Jadi pada awalnya dibentuk SKB belum
menyelenggarakan layanan satuan pendidikan luar sekolah, namun melakukan
kegiatan pelatihan bagi pamong pendidikan luar sekolah dan instruktur olah
raga. Menariknya ada sebutan pamong luar sekolah, bukan pamong belajar.
Pamong luar sekolah digunakan untuk menyebut pendidik dan tenaga
kependidikan kelompok belajar seperti Paket A maupun program pemberantasan
buta huruf (sekarang program keaksaraan fungsional).
Pada saat itu, penilik masih melakukan tugas melaksanaan program di
lapangan. Penilik serta pendidik dan tenaga kependidikan program pendidikan
luar sekolah dan olah raga inilah yang menjadi sasaran program SKB. SKB tidak
melaksanakan program pendidikan luar sekolah bagi warga belajar secara
langsung. SKB saat itu tidak menyelenggarakan layanan satuan pendidikan.
Di samping melaksanakan program kegiatan belajar luar sekolah dan olah
raga bagi pamong pendidikan luar sekolah dan instruktur olah raga, SKB juga
memiliki fungsi menyediakan sarana kegiatan bagi kelompok belajar/instruktur.
Instruktur yang dimaksud pun adalah instruktur olah raga.bukan instruktur kursus.
Maka tidak heran jika pada saat itu banyak SKB yang menyelenggarakan
pelatihan bagi pelatih wasit sepakbola yang bekerjasama dengan pengurus PSSI
setempat. Juga untuk cabang olah raga lainnya.
Ketika SKB dan BPKB pertama kali dbentuk, belum dikenal adanya
jabatan fungsional pamong belajar. Bahkan saat itu belum dikenal istilah pamong
belajar. Sebutan pamong pendidikan luar sekolah justru tidak untuk menyebut
ketenagaan di internal SKB dan BPKB. Tapi sebutan untuk sasaran program.
Pada tahun 1980, jumlah SKB bertambah lagi menyusul perubahan
PPAGM dan PLPM yang masih ada. Ada tujuh SKB yang dbentuk berdasarkan
Keputusan Mendikbud nomor 139/O/1980. Di antaranya adalah SKB Banda
Aceh, SKB Selong dan SKB Kupang yang di kemudian hari pada tahun 1997
ketiganya berubah menjadi BPKB.
Setelah semua PLPM, PPAGM, dan KPPM berubah menjadi SKB, maka
pada tahun 1981 pemerintah menambah jumlah SKB melalui skema pembentukan
SKB baru. Menurut Keputusan Mendikbud nomor 293/O/1981 jumlah SKB
ditambah lagi 17 SKB. Sehingga jumlah total SKB pada tahun 1981 berjumlah
175 lembaga.
Seiring dengan pembentukan SKB maka pemerintah pada tahun 1980
menyelenggarakan program pendidikan Diploma I PLS bekerjasama dengan
jurusan PLS di beberapa perguruan tinggi. Program tersebut diselenggarakan
sebagai crash programuntuk mengisi kekosongan ketenagaan di SKB. Program
D I PLS merupakan program ikatan dinas, lulusannya langsung ditempatkan di
SKB seluruh Indonesia.

C. Program-Program pada SKB

1. Pendidikan Kesetaraan adalah salah satu satuan pendidikan pada jalur


pendidikan nonformal yang meliputi kelompok belajar (kejar) Program
Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program
Paket C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB). Sasaran pendidikan keaksaraan adalah warga
masyarakat yang putus dalam jenjang atau antar jenjang yang karena
berbagai alasan dan kondisi sehingga tidak dapat menempuh pendidikan
pada jalur formal. Tujuan pendidikan kesetaraan program kejar paket A, B
dan C adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap warga
belajar sehingga dpat memiliki pengetahuan , keterampilan.
2. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditunjukan kepada anak sejak umur tiga tahun sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
3. Keaksaraan fungsional merupakan sebuah pendekatan melalui program
pendidikan non formal untuk mengatasi jumlah masyarakat yang
menyandang buta aksara. Keaksaraan fungsional diartikan secara
sederhana sebagai kemampuan untuk membaca, menulis dan berhitung
serta berorientasi pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di lingkungan sekitar untuk meningkatkan
mutu dan taraf hidup. Keaksaraan fungsional memiliki beberapa tujuan
memberikan pengetahuan untuk sumber penghidupan; melaksanakan
kehidupan sehari-hari secara efisien dan efektifmemecahkan masalah
keaksaraan yang terkait dalam kehidupan sehari-hari; mengali dan
memahami, keterampilan dan sikap untuk meningkatkan mutu dan taraf
hidup serta ikut berpartisipasi dalam rangka pembangunan nasional.

D. Pengertian PKBM
Menurut UNESCO defenisi PKBM adalah pusat kegiatan belajar
masyarakat adalah sebuah lembaga pendidikan yang diselenggrakan di luar sistem
pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaan dan perkotaan dengan
dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi kesempatan kepada mereka
untuk mengembangkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan
mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar mampu
meningkatkan kualitas hidupnya. (Mustafa kamal, 2009: 85)
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan satuan pendidikan
nonformal sebagai tempat pembelajaran dan sumber informasi yang dibentuk dan
dikelola oleh masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan potensi setempat
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat dalam
bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah tempat pembelajaran
dalam bentuk berbagai macam keterampilan dengan memanfaatkan sarana,
prasarana, dan segala potensi yang ada di sekitar lingkungan kehidupan
masyarakat, agar masyarakat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan dan memperbaiki taraf hidupnya.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ini merupakan salah satu alternative
yang dipilih dan dijadikan sebagai ajang proses pemberdayaan masyarakat. Hal ini
selaras dengan adanya pemikiran bahwa dengan melembagakan Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat, maka akan banyak potensi yang dimiliki oleh masyarakat
yang selama ini belum dikembangkan secara maksimal. Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat diarahkan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut
menjadi bermanfaat bagi kehidupannya. Agar mampu mengembangkan potensi-
potensi tersebut, maka diupayakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di
PKBM bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

E. Program-program yang dikembangkan PKBM


Dalam hal ini, ada beberapa program yang dikembangkan PKBM
diantaranya, bidang pendidikan nonformal, bidang pendidikan ini merupakan
program andalan PKBM saat ini. Terutama program-program yang menjadi
kebijakan pemerintah, diantaranya:

1. Program keaksaraan fungsional


Program ini bertujuan untuk membelajarkan masyarakat, agar dapat
memanfaatkan kemampuan dasar baca, tulis, hitung dll

2. Pengembangan anak usia dini


Program ini bertujuan untuk meningkatkan hasil kualitas karena sampai
saat ini perhatian terhadap pendidikan usia dini sangat rendah.

3. Program kesetaraan
Program kesetaraan meliputi program kelompok belajar paket A setara
SD/ MI, kelompok belajar paket B setara SMP/ MTS dan kelompok
belajar paket C setara dengan SMA/ MA.

4. Kelompok belajar usaha atau KBU


Melalui program usaha kerja ini diharapkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap serta kemampuan warga belajar akan semakin bertambah atau
semakin meningkat, terutama bagi warga yang belum memiliki sumber
mata pencaharian yang tetap dan berpenghasilan yang rendah. Program
kelompok belajar usaha diperuntukkan bagi masyarakat yang minimal
telah bebas buta aksara atau selesai program kesetaraan paket A.
5. Pengembangan program magang pada PKBM
Program magang merupakan program khusus yang dikembangkan
PKBM, program magang tidak dilaksanakan oleh semua PKBM, karena
program ini menuntut kesiapan dan kerjasama dengan mitra industri
tertentu. Program pembelajaran magang biasa disebut dengan belajar
sambil bekerja. Oleh karena itu program ini cenderung menyatukan antara
pendidikan dan pelatihan atau menyatukan antara peningkatan
pengetahuan dan dalam melakukan suatu keahlian sehingga menjadi
rangkaian pekerjaan yang saling berhubungan

6. Khursus keterampilan
Program khursus keterampilan dalam PKBM merupakan program yang
tidak dapat dipisahkan dengan program magang. Kedua program ini
pengembangannya saling terkait satu sama lainnya, dimana khursus
keterampilan yang dikembangkan dalam PKBM bisa dilakukan melalui
pendekatan magang. Adapun keterampilan yang teridentifikasi dan
dikembangkan dalam PKBM adalah keterampilan komputer, keterampilan
bahasa, khursus keterampilan mekanik otomotif, tata kecantikan dll.

F. Pengelolaan PKBM

1) Pengelolaan sumberdaya Manusia


Pengaruh perubahan masyarakat yang sangat cepat menuntut konsep
pengelolaan PKBM yang membuka diri terhadap tuntutan perubahan dan
berupaya menyusun strategi yang selaras dengan perubahan yang terjadi
ditengah-tengah masyarakat (lingkungan), terutama lingkungan
masyarakat yang secara langsung bersinggungan dengan pengembangan
PKBM. Pengelolaan PKBM yang selaras dengan perubahan yang terjadi
sangat bergantung kepada kemampuan pengelola (penyelenggara) dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan masyarakat dimana
PKBM dikembangkan.
Pengelola PKBM harus mampu menyusun strategi yang ampuh terutama
dalam rangka mengatasi setiap perubahan yang terjadi. Untuk itu
diperlukan pengetahuan tentang perilaku manusia dan kemampuan untuk
mengelolanya sehingga program yang dikembangkan PKBM efektif dan
efisien.
2) Strategi pengembangan Pengelolaan program PKBM
Untuk menghadapi perubahan pengelolaan program PKBM, maka
disusunlah strategi yang baik untuk menilai hal perilaku dan hal
kompetensi sumber daya manusia yang bertujuan agar peran sumber daya
manusia dapat meningkatkan keunggulan kompetitif PKBM serta dapat
diperoleh peran sumberdaya manusia strategis. Adapun strategi sumber
daya manusia yang dapat mengarahkan PKBM kearah yang professional,
antara lain :
a. Strategi rekrutmen dan seleksi
Strategi ini bergantung kepada PKBM yang didalamnya terdapat
factor-faktor seperti tipe pengelola yang dibutuhkan, jumlah anggaran
yang tersedia, apakah tujuan PKBM termasuk memperkuat program
atau produk dan jasanya.

b. Strategi perencanaan sumber daya manusia


Seperti perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, dan PKBM
dapat memilih strategi perencanaan mana yang cocok dan sesuai
dengan kebutuhan program.

c. Strategi pelatihan dan pengembangan


Dengan strategi ini dapat dilihat secara spesifik level keahlian dari staf
yang dibutuhkan PKBM sehingga staf tersebut dapat mengelola dan
mengikuti perubahan program dalam pemahaman menajemen.
d. Strategi penilaian kenerja
Penilaian ini sangat dibutuhkan untuk hasil evaluasi, salah satunya
dalam masalah pengelolaan PKBM dan tingkat kemampuan control
program dari masing-masing penanggung jawab program.

e. Strategi Kompensasi
PKBM akan berkembang lebih professional dan bisa bersaing secara
kompetitif apabila bisa ditekankan pada kompetensi individual dan
kreatifitas serta menggunakan honor atau gaji yang didasarkan atas
pengetahuan dan keahlian masing-masing.

f. Strategi manajemen staf/ karyawan


Strategi ini dapat digunakan untuk penetapan kebijakan yang jelas
terhadap staf dan pengelola terutama dalam tugas dan tanggungjawab
masing-masing, kreatifitas dan proaktif terhadap pengembangan
program dan masalah.

Anda mungkin juga menyukai