Department of Radiologic Sciences, Hahnemann University Hospital / Drexel University College of Medicine, Philadelphia, PA
A B C
FIGURE 1. Anterior paranasal sinuses. Three axial CT images through the paranasal sinuses identify the maxillary (A), anterior ethmoid (B), and frontal
(C) sinuses (arrows).
FIGURE 2. Posterior paranasal sinuses. Axial CT image demonstrating the FIGURE 3. Frontal sinus drainage pathway. Coronal CT image
sphenoid sinuses (red arrow), posterior ethmoid air cells (white arrow), and of the frontal sinus drainage pathway (red arrow) which courses
sphenoethmoidal recess (dashed white arrow). along the lateral aspect of the middle turbinate and drains into
the middle meatus (white arrowheads).
Oleh karena itu, OMU merupakan tulang sel udara ethmoid di mana Varian anatomis
target pembedahan mayor seperti berhubungan dengan lamina cribosa Beberapa varian dari sinus paranasal
functional endoscopic sinus surgery melalui lamella lateral. Crista galli adalah dasar penting dalam
(FESS), untuk mengurangi episode sinusitis menjorok ke superior di garis tengah perencanaan operasi. Juga penting
rekuren.3 dari lamina cribosa. Sepanjang aspek bahwa varian ini dapat meningkatkan
Sinus posterior mengalir ke meatus inferiornya, lamina cribosa kemungkinan terkena penyakit sinus.
superior melalui recessus berhubungan dengan tulang vertikal Varian sel udara ethmoid termasuk sel
sphenoethmoidalis (Figure 2). Ductus berorientasi tipis, yang dikenal agger nasi, sel frontal tipe I-IV, bullae
nasolacrimalis adalah bagian yang sebagai lamina perpedicularis, di ethmoidalis yang menonjol, sel Haller
mengalir ke meatus inferior. mana inferiornya adalah septum nasi. dan sel Onodi. Varian umum dari
Struktur tulang tambahan penting Dalam cavum nasi terdapat concha concha media disebut concha bullosa,
pada anatomi sinonasal termasuk - superior, media, dan inferior. yang digambarkan sebagai
fovea ethmoidalis, lamella lateral, Lamina papyracea sangat tipis dan pneumatisasi dan pembesaran concha
lamina cribosa, crista galli, lamina membatasi dinding lataral sinus media. Ada banyak kebingungan
perpendicularis, septum nasal, lamina ethmoidalis dengan dinding medial mengenai sel agger nasi. Sel agger
papyracea, and concha nasi (Figure cavum orbita. nasi menjelaskan sel udara ethmoid
5). Fovea ethmoidalis merupakan atap paling anterior dan letaknya antero-
FIGURE 4. Ostiomeatal unit (OMU). Coronal FIGURE 5. Important bony structures in sinus FIGURE 6. Agger nasi and frontal air cells.
CT image shows the maxillary sinus ostium imaging. Axial CT image demonstrates the Coronal CT image demonstrates the agger
(solid white arrow), infundibulum (red arrow), fovea ethmoidalis (red arrow), crista galli nasi cells (solid arrows) and a type 1 frontal
hiatus semilunaris (blue arrow), and uncinate (dashed red arrow), lateral lamella (white cell (dashed arrow).
process (dashed white arrow). arrow), cribriform plate (dashed white arrow),
perpendicular plate (blue arrow), lamina papy-
racea (dashed blue arrow), inferior turbinate
(IT), and middle turbinate (MT).
obstruksi nasal dan OMU, dan
sinusitis dan dapat dieksaserbasi oleh spur
osseus
Varian pseudoanatomis sinus
paranasal adalah ensefalokel, atau
herniasi intracranial melalui defek
kongenital atau didapat pada lamina
cribosa (Figure 8). Substansi hernia
dapat berupa jaringan saraf
(ensefalokel), cairan serebrospinal
(meningokel), atau keduanya
(meningoensefalokel). Semakin besar
kedalaman lamella lateral, biasanya
lebih dari 8 mm, semakin besar risiko
cedera atau defek pada lamina cribosa.
Jika ada, MRI dapat berguna dalam
menentukan herniasi pada jaringan
otak.5
lateral dan inferior terhadap recessus berhubungan recessus frontalis.4 Sel
frontoetmoidalis, dan anterior dan Haller merupakan sel udara ethmoid Patologi Pada Sinus Paranasal
superior untuk concha media. Hal ini yang berada di sepanjang aspek Patologi sinus paranasal jinak yang
biasa dilihat pada kebanyakan orang. inferomedial cavum orbita dan dapat umum mencakup penyakit inflmasi
Namun, ketika menonjol, dapat berisiko mengobstruksi OMU (Figure mukosa, mukokel, osteoma, sinusitis
berisiko menjadi penyakit sinus.3 7). Terakhir, sel Onodi atau fungal noninvasive (alergi atau
Varian sel udara frontal terkait sphenoethmoid adalah sel yang misetoma), mucous retention cysts,
dengan sel nasi agger dan memiliki 4 terletak paling posterior dari sel udara dan polip. Penyakit radang mukosa
tipe. Tipe I adalah sebuah sel yang ethmoid dan letaknya lateral dan yang hanya menjelaskan penebalan
terletak superior dari sel agger nasi superior dari sinus sphenoidalis. mukosa sinus, terlihat pada pasien
(Figure 6). Tipe II adalah tingkat sel Kehadiran sel Onondi penting secara asimtomatik dan sinusitis akut (Figure
di atas sel agger nasi yang mungkin klinis karena risiko manipulasi pada canalis 9). Dalam ketiadaan riwayat klinis
"menginvasi" ke dalam sinus frontal. opitcus dan cedera nervus opticus. yang adekuat, membedakan antara
Tipe III adalah sebuah sel besar yang Pneumatisasi dari berbagai struktur tulang dapat keduanya sulit. Temuan-temuan
menginvasi ke sinus frontal dan dilihat termasuk crista galli, processus seperti adanya air-fluid level,
menempel ke tabula anterior. Jenis IV pterygoideus, dan clivus. Deviasi septum nasi cenderung untuk mendukung proses
adalah sebuah sel yang terisolasi sangat umum dan mungkin dianggap sebagai akut. Namun, temuan ini tidak spesifik
dalam sinus frontal dan tidak variasi anatomis. Hal ini dapat mempengaruhi dan dapat ditemui pada kondisi
J Am Osteopath Coll Radiol 2015; Vol. 4, Issue 3 Page 7
Paranasal Sinuses, Kazmi
A B C
FIGURE 10. Odontogenic sinusitis. Axial (A), coronal (B), and sagittal (C) CT images demonstrate a right first maxillary molar periapical lucency (white
arrows) with adjacent rounded soft-tissue density in the left maxillary sinus, suggestive of odontogenic sinusitis.
FIGURE 11. Osteitis. Axial CT image of chronic sinusitis indicated by left sphenoid sinus mucosal FIGURE 12. Intracranial extension of sinus
thickening and debris with adjacent osseous wall thickening (blue arrow). There is also scattered disease. Enhanced axial T1 MR image demon-
ethmoid air cell opacification (white arrow). strates intracranial extension of frontal sinus-
itis. Subdural empyemas are seen as low signal
Mucous retention cysts, or dilatasi Tipe poliposis nasal yang lebih parah
intensity subdural collections with peripheral
glandula aksesorius, timbul sebagai adalah polyposis intrakranial atau enhancement (red arrows). There are also
massa bundar, bentuk kubah, densitas massif (Figure 15). Hal ini dapat patchy areas of cortical enhancement or lep-
jaringan lunak pada sinus maksilaris dilihat dalam kondisi yang disebut tomeningeal enhancement (white arrows), as
yang umumnya ditemukan kebetulan, triad Samter, yang terlihat pada pasien well as overlying dural enhancement, indicat-
ing cerebritis/meningitis.
mirip dengan polip. Kista ini jarang dalam dekade ketiga hingga keempat
ditemukan pada sinus yang lainnya kehidupan. Penyakit ini berhubungan menyebabkan remodeling ossea tanpa
dan biasanya tidak membutuhkan dengan asma dan sensitivitas terhadap destruksi.3 Sebaliknya, inverted
pemeriksaan tambahan dan follow- aspirin, dan pasien dapat memiliki papiloma dapat bersifat agresif local.
up.9 Polip dapat menjadi lebih luas polip massif yang meluas ke cavum Penyakit ini biasanya muncul dari
dan bermasalah, menyebabkan orbita atau intrakranial.11 Sebuah polip dinding lateral hidung dan dapat
obstruksi dan remodeling ossea. yang paling sering dilihat di dekade menojol ke dalam sinus dan rongga
Kehadiran opasifikasi sinus difus dan ketiga sampai kelima muncul di sinus hidung, sering menyebabkan
cavum nasi menunjukkan sinonasal maxillaris dan meluas melalui ostium obstruksi. Inverted papilloma
polyposis. Pembesaran infundibulum menuju cavum nasi, dan biasanya memerlukan reseksi bedah karena
hampir selalu ada. Opasifikasi melalui choana ke nasofaring, disebut sifatnya local agresif dan gambaran
umumnya menunjukkan kombinasi polip antrochoanal (Figure 17). Polip pencitraan tumpang tindih dengan
dari polip dan inflamasi obstuktif antrochoanal dianggap jinak dan dapat karsinoma sel skuamosa. Selain itu,
(Figure 14 and 15).
FIGURE 13. Mucocele. Axial CT image demonstrates a well circum- FIGURE 14. Sinus opacification with increased attenuation. Axial CT image
scribed rounded mass expanding the right ethmoid sinus with osse- demonstrates sinonasal polyposis seen as heterogeneous soft-tissue density
ous thinning and protrusion into the orbit. Note the adjacent orbital in the maxillary sinuses and left nasal cavity (white arrows). The high-density
fat is clean, typical for a mucocele. material could represent inspissated secretions or fungus.
A B C
FIGURE 15. Sinonasal polyposis with increased attenuation. Intracranial polyposis seen on coronal (A) and axial (B and C) CT images. There is com-
plete opacification of the maxillary, ethmoid, and frontal sinuses, as well as nasal cavities with heterogeneous soft-tissue density. Additionally, osse-
ous remodeling is seen within the ethmoid air cells and nasal cavities. High-density material may represent inspissated secretions and/or fungal
colonization.
A B C
FIGURE 16. Osteoma. Axial (A), sagittal (B), and coronal (C) CT images demonstrate an osteoma seen as a high-density lobular lesion in the left ante-
rior ethmoid air cells (white arrows).
A B
FIGURE 19. Invasive fungal sinusitis. Invasive fungal sinusitis seen on axial CT images in bone FIGURE 20. Invasive fungal sinusitis with
(A) and soft-tissue (B) windows. Note the layering fluid in the right maxillary sinus (A), asymmet- orbital and intracranial involvement. Invasive
ric enlargement of the right pterygoid muscles (dashed circle, B), and infiltration of the maxillary fungal sinusitis seen on a contrast-enhanced
soft-tissues (arrow, B). axial T1 MR image with fat suppression. Note
the right intraorbital enhancement (blue
A B arrow) and proptosis, enhancement and
enlargement of the right temporalis mus-
cle (white arrow), and medial right temporal
dural enhancement (red arrow).
Surgery
Dua jenis operasi yang telah
digunakan pada penyakit inflamasi
sinonasal. Metode yang lebih tua
adalah prosedur Caldwell Luc, yang
memerlukan pendekatan melalui
dinding sinus maxilaris anterior.
Mukosa sinus maxilaris kemudian
FIGURE 21. Wegener’s granulomatosis. Wegener’s granulomatosis seen on coronal CT images (A dilucuti secara keseluruhan. Jalur
and B). Note the soft-tissue density in the right maxillary sinus with adjacent osseous remodeling drainase kemudian dibuat untuk isi
and absence of the nasal septum. There is evidence of a Caldwell Luc procedure with a defect in sinus maxilaris melalui dinding lateral
the anterior maxillary sinus wall (arrow, A). cavum nasi menuju meatus inferior.
Pada CT, temuan umum setelah
A B prosedur Caldwell Luc yaitu defek
pada dinding anterior dan medial
(Figure 21), penebalan dinding tulang,
dan kolapsnya sinus maxilaris yang
terkait.14 Oleh karena komplikasi dan
prosedur yang radikal, FESS
berkembang. Pertama kali dilakukan
di US di pertengahan tahun 1980,
FESS telah menggantikan Caldwell
Luc sebagai metode bedah pilihan
untuk penyakit inflamasi sinonasal.
Caranya adalah menggunakan
endoskopi melalui saluran hidung dan
membuang dinding sinus dan
melakukan septasi untuk
FIGURE 22. Squamous cell carcinoma. Left maxillary sinus squamous cell carcinoma with exten- membuka/membuat jalur drainase
sion into the left nasal cavity, ethmoid air cells, and left orbit seen on coronal pre- (A) and fat-sup-
pressed postcontrast (B) T1 images. The T1 hyperintense material on the precontrast images in
untuk debris inflamasi/infeksi
the lateral maxillary sinus may represent proteinaceous or calcified material secondary to sinus (Figure 24). Studi CT perencanaan
obstruction. bedah biasanya digunakan sebagai
pentunjuk, penting untuk meng-
A B A
FIGURE 23. Rhabdomyosarcoma. Axial CT images in bone (A) and soft tissue (B) windows
demonstrate a right maxillary sinus rhabdomyosarcoma. Note the expansile heterogeneous
soft-tissue density within the right maxillary sinus with adjacent osseous destruction.
A B
Trauma
Fraktur dinding sinus umumnya
sinus maxilaris dan ethmoidalis.
Orbital blowout fractures timbul
akibat trauma tumpul pada cavum
orbita. Karena lemahnya canalis
infraorbitalis, fraktur ini bisa sampai
ke dasar orbital dan sinus maxilaris.
Dinding medial cavum orbita atau lamina
papyracea juga merupakan titik lemah,
memungkinkan fraktur sampai ke sel
FIGURE 25. Orbital blowout fractures. Coronal CT images in bone (A) and soft tissue (B) algorithm
udara ethmoid (Figure 25). Pada kedua
demonstrate right orbital floor and medial wall/lamina papyracea fractures. Note the orbital fat her- kasus, ada risiko terjadi herniasi otot ekstraokuler
niation (red arrows, B) without extraocular muscle herniation. Hemorrhage is present within the melalui celah fraktur dengan atau tanpa jebakan
adjacent right maxillary and ethmoid sinuses. otot, mengakibatkan disfungsi otot dan diplopia.3