Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM

Analisis Kasus Perlindungan Konsumen dikaitkan dengan Sosiologi Hukum

Disusun oleh :

M Fardian Muttaqin E1A015195


Hendry Hamonangan S. E1A016159
Siti Anindita Farhani E1A016161
Widya Swastika E1A016187
Arlenya Atthasa Lusika E1A016311

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2019
ANALISIS

Sengketa antara Mustolih dan PT Sumber Alfaria Trijaya (PT SAT) yang
awalnya diselesaikan di Komisi Informasi Pusat dan kemudian berlanjut di Pengadilan
Negeri Tangerang , pada dasarnya adalah sengketa yang terkait dengan perlindungan
konsumen. Sebagai konsumen, Mustolih memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Dalam kasus sengketa dengan PT
SAT, Mustolih ingin menggunakan haknya untuk mengetahui informasi mengenai
penggunaan uang kembalian yang didonasikan melalui Alfamart kepada beberapa yayasan
sosial. Memang uang kembalian tersebut tidak dikategorikan sebagai barang yang
dikonsumsi. Namun upaya Alfamart untuk menjadi penghubung antara yayasan sosial dengan
konsumen yang ingin berdonasi dapat dikategorikan sebagai jasa. Dalam pasal 1 butir 5 UU
Nomor 8 Tahun 1999, jasa didefinisikan sebagai layanan yang berbentuk pekerjaan atau
prestasi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Peran yang dijalankan PT SAT
sebagai media pengumpulan sumbangan sukarela adalah bentuk pelayanan yang disediakan
oleh PT SAT kepada konsumen, di samping PT SAT juga menjual barang kebutuhan sehari-
hari pada konsumen.

Menurut Undang-Undang Dasar tahun 1945 Pasal 28F “Setiap Orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosioalnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. Sehingga
dapat dikatakan berdasarkan Pasal ini Mustolih sebagai warga negara Indonesia memiliki hak
untuk memperloh informasi atas dana donasi yang diselenggarakan Alfamart agar tercapainya
transparansi.

Sebagai pelaku usaha, berdasarkan pasal 7 butir b UU Nomor 8 Tahun 1999, PT SAT
berkewajiban untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan . Oleh karena itu, hasil dari jasa pengumpulan donasi yang dilakukan oleh PT
SAT melalui kasir Alfamart wajib dilaporkan penggunaannya secara benar, jelas, dan jujur.
tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang maksud benar, jelas, dan jujur dalam UU Nomor 8
Tahun 1999.
Menurut kelompok kami PT SAT harus melaporkan hasil pengumpulan donasi
dengan cara yang benar, misalnya melaporkan secara langsung di gerai Alfamart atau
melalui situs resmi perusahaan. Isi laporannya juga harus jelas sehingga dapat diketahui
siapa yang memberi donasi, kapan donasi diberikan, dan bagaimana donasi itu dipergunakan
oleh yayasan-yayasan sosial yang bekerja sama dengan PT SAT. Selain benar dan jelas, isi
laporannya juga harus jujur dan tidak mengada-ada sehingga laporan harus diaudit oleh
akuntan publik, mengingat jumlah donasi yang terkumpul sangat besar. Hingga 30
September 2016, donasi yang terkumpul mencapai Rp21,1 miliar.

Dana tersebut juga tidak dapat di katakan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility) karena dana tersebut jika akan disumbangkan seharusnya
diambil dari keuntungan perusahaan bukan dari dana yang diambil dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai