Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN BEST PRACTICE

PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN


TAHUN 2019 / 2020

Pembelajaran IPA Berorientasi HOTS Materi Kalor


dan Perpindahannya Melalui Model Discovery
Learning pada Peserta Didik Kelas VII SMPN 16
Konawe Selatan Tahun 2019/2020

NAMA PESERTA : EKA ILAH MARWATI, S.Pd


SEKOLAH : SMP N 16 Konawe Selatan
KABUPATEN/ : Konawe Selatan
PROVINSI : Sulawesi Tenggara
GURU INTI : KUSWINARTI, S.Pd

KONAWE SELATAN
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

BIODATA PENULIS

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


B. Jenis kegiatan
C. Manfaat kegiatan

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan sasaran


B. Bahan/materi kegiatan
C. Metode/ cara melaksanakan kegiatan
D. Alat/instrumen
E. Waktu dan tempat kegiatan

BAB III HASIL KEGIATAN

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN
B. Rekomndasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
HALAMAN PENGESAHAN

Pengembangan dalam bentuk Best Practice berjudul Pembelajaran IPA Berorientasi HOTS
Materi Kalor dan Perpindahannya Melalui Model Discovery Learning pada Peserta Didik Kelas
VII SMPN 16 Konawe Selatan Tahun 2019/2020

Nama : EKA ILAH MARWATI, S.Pd

Asal Sekolah : SMP Negeri 16 Konawe Selatan

Telah disetujui dan disahkan pada / oleh

Hari : Sabtu

Tanggal : 23 November 2019

Kepala SMP Negeri 16 Konawe Selatan

SUCIPTO, S.Pd.
NIP 197401122005021003
BIODATA PENULIS

1 Nama NITA APRIYANI


2 NIP
3 NUPTK 2061715665203003
4 Jabatan Guru SMP N 1 Tumijajar
5 Pangkat / Gol.Ruang
6 Tempat / Tanggal Lahir Margomulyo, 26-08-1992
7 Jenis Kelamin Perempuan
8 Agama islam
9 Pendidikan Terakhir S-1
10 Unit Kerja SMP N 1 Tumijajar
11 Alamat Margodadi

Lalembuu , 23 November 2019

Penulis

EKA ILAH MARWATI, S.Pd., Gr.


NIP. 19920416 201903 2 039
KATA PENGANTAR

Assalammualaiku m. Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan 23 November 2019

Dalam penyusunan Best Practice penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat.

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Konawe Selatan


2. Kepala SMP Negeri 16 Konawe Selatan yang telah memberi izin, kesempatan dan
kepercayaan kepada penulis untuk mengadakan best practice ini seluas – luasnya
3. Semua rekan guru di SMPN 16 Konawe Selatan yang telah memberi bantuan selama
proses pembuatan Best Practice ini.
4. Guru Inti yang selalu memberi bimbingan dalam menyelesaikan best practice ini
5. Suami dan anak - anak tercinta yang selalu memberi dukungan doa dan memberikan
kekuatan dalam setiap langkah.
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan berupa apapun dalam menyelesaikan best practice ini.

Penulis menyadari bahwa besr practice ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikannya.

Waalaikumsalam Wr.Wb

Lalembuu , 23 November 2019

Penulis

EKA ILAH MARWATI, S.Pd., Gr.


NIP. 19920416 201903 2 039
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis
menggunakan buku peserta didik dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah
sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi
dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang peserta didik. Selain itu, penulis masih berfokus
pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan
demikian proses berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan
C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS). Penulis juga jarang
menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-
anak tampak tidak ceria.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik diperoleh informasi
bahwa (a) peserta didik malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara
ceramah (b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian
peserta didik mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin
dari buku teks.
Untuk menghadapi era Revolusi Industri peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills). Salah satu model pembelajaran yang berorientasi
pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran discovery learning.
Menurut Hosnan (2014:282): “discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, peserta didik
juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi”
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar
yang teacher oriented menjadi student oriented.
Setelah melaksanakan pembelajaran IPA dengan model discovery learning, penulis
menemukan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik meningkat. Lebih bagus dibandingkan
pembelajaran sebelumnya. Ketika model discovery learning ini diterapkan pada kelas VIII dan
VII ternyata proses dan hasil belalajar peserta didik sama baiknya. Praktik
pembelajaran discovery learning yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best
practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model discovery learning.
B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik ini adalah kegiatan pembelajaran IPA di
kelas VII

C. Manfaat Kegiatan
Manfaat penulisan pratik baik ini adalah meningkatkan kompetensi peserta didik
dalam pembelajaran IPA yang berorientasi HOTS.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penulisan praktik baik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik baik penulis dalam
menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS).
Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah peserta didik kelas VII semester 1 di SMP N
16 Konawe Selatan sebanyak 20 orang.

B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi kelas VII untuk
materi Kalor dan Perpindahannya, sebagai berikut ini:

IPA KELAS VII


Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan
KD 3.4 penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga
kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan
Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan
KD 4.4
wujud benda serta perpindahan kalor

C. Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menggunakan model
pembelajaran discovery learning.
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis.
1. Pemetaan KD
Pemetaan KD dilakukan untuk merancang pembelajaran yang digunakan di kelas VII.
Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VII penulis menggunakan
model discovery learning dengan metode windows shopping.

2. Analisis Target Kompetensi


Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.

3. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi


IPK IPA KELAS VII
3.4.1 Mendeskripsikan konsep kalor

3.4.2 Mendeskripsikan hubungan kalor dengan perubahan wujud.

3.4.3 Menganalisis azaz black dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

4. Pemilihan Model Pembelajaran


Model pembelajaran yang dipilih adalah discovery learning .
5. Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan Model Pembelajaran
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran
yang dilakukan sesuai dengan sintak discovery learning.

Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan


model Discovery Learning:
ALOKASI
TAHAP
KEGIATAN PEMBELAJARAN WAKTU
PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Pendahuluan

Pendahuluan Orientasi :
(persiapan/orientasi)  Melakukan pembukaan dengan salam 10 menit
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik
dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi :
 Mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
“ketika memasak air dengan menggunakan
kompor. Air yang semula dingin
lama kelamaan menjadi panas. Mengapa air
menjadi panas?”
Motivasi :
 Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
Pemberian Acuan
 Menyampaikan materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu.
 Menyampaikan tentang IPK dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
 Menyampaikan penilaian yang akan dilakukan
 Pembagian kelompok belajar
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman
belajar sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.
B. Kegiatan Inti

Pemberian  Menyajikan gambar mengenai kalor 60 menit


rangsangan
(Stimulation)

 Peserta didik mengamati gambar


 Peserta didik diminta untuk menjelaskan hasil
pengamatannya
 Mengajukan pertanyaan :
“Apa persamaan pada kedua gambar
tersebut?”
“mengapa orang tersebut merasa hangat
berada di sekitar api unggun?”
“apa yang menyebabkan air berubah suhunya
menjadi lebih panas?”
Identifikasi Masalah  Membagikan pertanyaan kepada peserta didik
dalam bentuk kartu-kartu pertanyaan.
(Problem Statemen)  Meminta peserta didik untuk
mendeskripsikan pertanyaan tersebut

Pengumpulan data  Memfasilitasi peserta didik berdiskusi materi


kalor.
(Data Collection)  Memfasilitasi peserta didik untuk
mendeskripsikan pertanyaan-pertanyaan
tentang kalor.

Pengolahan Data  Peserta didik berdiskusi dan mencari jawaban


dari berbagai sumber
(Data Prosesing)  Peserta didik menuliskan hasil diskusinya
pada kertas plano.
 Peserta didik menempelkan jawaban dari
kelompoknya pada dinding kelas.
Pembuktian  Peserta didik diminta untuk melakukan
windows shopping (berkunjung ke kelompok
(Verification) lain untuk melihat hasil kerjannya dan
membandingkan dengan kerja kelompok
sendiri)
 Meminta perwakilan dari dua kelompok untuk
mempresentasikan hasilnya.
 Meminta kelompok lainnya menanggapinya.
Menarik Simpulan  Membimbing peserta didik membuat
kesimpulan
(Generalization)

C. Kegiatan Penutup

 Guru bersama dengan peserta didik melakukan refleksi dari 10 menit


pembelajaran dan menginformasikan kepada peserta didik untuk
mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya;
 Memberikan post test/quis
 Memberikan penghargaan pada kelompok yang berkinerja terbaik
 Mempersilahkan peserta didik untuk berdoa dan memberi salam.

6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran


Berdasarkan rencana kegiatan tersebut, kemudian disusun perangkat pembelajaran
meliputi RPP, bahan ajar, kartu-kartu pertanyaan dan instrumen penilaian. RPP disusun
dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan
kecakapan abad 21.

D. Media dan Instrumen


Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah :
a) Gambar tentang kalor
b) Kartu-kartu pertanyaan
Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 3 macam yaitu
a. instrumen untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi
b. instrumen untuk melihat hasil belajar peserta didik dengan menggunakan tes tulis
pilihan ganda dan uraian singkat, dan
c. instrument untuk menilai keterampilan presentasi.

E. Waktu dan Tempat Kegiatan


Praktik baik ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 November 2019 kelas VII A di
SMP Negeri 16 Konawe Selatan.
BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Hasil
Hasil yang dapat diilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran discovery learning berlangsung aktif. Peserta didik menjadi lebih aktif
merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun
temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak discovery
learning megharuskan peserta didik aktif selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran discovery
learning meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer
knowledge. Setelah kegiatan pembelajaran tersebut, peserta didik tidak hanya
memahami teori materi tersebut, tetapi bagaimana mengamalkan dalam kegiatan sehari
– hari yang berhubungan dengan materi dan manfaatnya dalam kehidupan nyata.
Pemahaman ini menjadi dasar peserta didik dalam mempelajari materi IPA tentang
Kalor dan Perindahannya, peserta didik dapat menyimpulkan dan memanfaatkan
peranan kalor dalam kehidupan sehari – hari.
3. Penerapan model pembelajaran discovery learning meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik
untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana
kelas cenderung sepi dan serius. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk
berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana
peserta didik dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses
berpikir peserta didik. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu
disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang
dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat peserta didik cenderung
menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang
diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran IPA
berorientasi HOTS dengan menerapkan discovery learning ini. Dalam pembelajaran ini
pemahaman benar-benar dibangun oleh peserta didik melalui pengamatan dan diskusi
yang meuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis.
4. Penerapan model pembelajaran discovery learning juga meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam memecahkan masalah (problem solving). Discovery learning yang
diterapkan metode windows shopping mampu mendorong peserta didik merumuskan
pemecahan masalah.

Sebelum menerapkan discovery learning, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai


dengan buku guru dan buku peserta didik. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam
buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, tetap saja
penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks.

B. Masalah yang Dihadapi


Masalah yang dihadapi terutama adalah peserta didik belum terbiasa peserta didik
belajar dengan model discovery learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang
baik guru selalu mengguakan metode ceramah, peserta didik pun merasa lebih percaya diri
menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.

C. Cara Mengatasi Masalah


Agar peserta didik yakin bahwa pembelajaran IPA dengan discovery learning dapat
membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas
tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan
pentingnya HOTS akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghafal teori dan konsep akan membuat
peserta didik mau belajar dengan HOTS.
Bab IV
Simpulan dan Rekomendasi
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran discovery learning layak dijadikan


praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan
masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan
cermat, pembelajaran IPA dengan model pembelajaran discovery learning yang
dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK,
literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran IPA dengan model pembelajaran discovery
learning berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.

1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku peserta didik dan
buku guru yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran IPA yang
kontekstual sesuai dengan latar belakang peserta didik dan situasi dan kondisi
sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
2. Peserta didik diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan
membantu peserta didik menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama
(tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan
pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana
dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan
praktik baik ini akan menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA

https://drive.google.com/file/d/1WuKw9B2XZ5o4zK47CJOOgqtBFIaRmg5U/view
https://www.liputan6.com/health/read/2325617/arti-lambang-tut-wuri-handayani-
kemdikbud
https://www.kajianpustaka.com/2017/09/metode-pembelajaran-penemuan-discovery-
learning.html
http://berita-guru-terkini.blogspot.com/2015/07/langkah-langkah-model-
discovery_12.html
http://arisriyadi.blogspot.com/2019/08/contoh-best-practice-pada-program-pkp.html
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-foto kegiatan


Lampiran 2 : RPP
Lampiran 3 : Bahan Ajar
Lampiran 4 : Kisi-kisi soal piliha ganda dan uraian
Lampiran 1

Foto-Foto Kegiatan
Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP )

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 16 Konawe Selatan


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : VII/1
Materi Pokok : Kalor dan Perpindahannya
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran@40 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KI1 dan KI2:Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai dan
menghayati perilaku jujur,disiplin,santun,percaya diri,peduli, danbertanggung jawabdalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
KI3:Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentangilmu
pengetahuan,teknologi,seni,budayadengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4:Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secarakreatif,
produktif,kritis,mandiri,kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi

No KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Kompetensi Pengetahuan 3.4.1 Mendeskripsikan konsep kalor
3.4 Menganalisis konsep suhu, 3.4.2 Mendeskripsikan hubungan kalor dengan
pemuaian, kalor, perpindahan perubahan wujud.
kalor, dan penerapannya dalam 3.4.3 Menganalisis azaz black dan
kehidupan sehari-hari termasuk penerapannya dalam kehidupan
mekanisme menjaga kestabilan suhu sehari-hari
tubuh pada manusia dan hewan
Kompetensi Keterampilan 4.4.1 Menerapkan konsep kalor dalam
4.4 Melakukan percobaan untuk kehidupan sehari-hari
menyelidiki pengaruh kalor
terhadap suhu dan wujud benda
serta perpindahan kalor

Karakter yang diharapkan adalah kerjasama, disiplin, tanggung jawab

C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pengamatan gambar, peserta didik dapat memahami konsep kalor dengan benar
2. Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan kalor jenis dengan benar
3. Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat mengidentifikasi perubahan wujud dengan
benar
4. Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat menganalisis prinsip azaz black dengan benar

D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian kalor
2. Kalor jenis
3. Kapasitas kalor
4. Kalor pada perubahan wujud
5. Azas Black

E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Model : Discovery Learning
Metode : diskusi, tanya jawab, windows shoping, presentasi

F. Media Pembelajaran
1. Gambar tentang kalor
2. Kartu pertanyaan

G. Sumber belajar
1. Kemendikbud, 2017. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII Semester I Kurikulum 2013
Edisi Revisi 2017. Pusat Perbukuan Kemdikbud. Jakarta.
2. Nurachmadani S., Samsulhadi S., 2010. Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu Untuk SMP/MTs Kelas
VII. Pusat Perbukuan Kemdikbud. Jakarta.
3. Internet
(http://rieskamarinda.blogspot.com/2016/03/kalor-dan-perpindahannya.html)

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ke 2
ALOKASI
TAHAP PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN WAKTU

D. Kegiatan Pendahuluan

Pendahuluan Orientasi :
(persiapan/orientasi)  Melakukan pembukaan dengan salam pembuka 10 menit
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi :
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan.
“ketika memasak air dengan menggunakan
kompor. Air yang semula dingin
lama kelamaan menjadi panas. Mengapa air
menjadi panas?”
Motivasi :
 Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran
Pemberian Acuan
 Menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
 Menyampaikan tentang IPK dan KKM pada pertemuan yang
berlangsung
 Menyampaikan penilaian yang akan dilakukan
 Pembagian kelompok belajar
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
E. Kegiatan Inti

Pemberian rangsangan  Menyajikan gambar mengenai kalor 60 menit

(Stimulation)

 Peserta didik mengamati gambar


 Peserta didik diminta untuk menjelaskan hasil
pengamatannya
 Mengajukan pertanyaan :
“Apa persamaan pada kedua gambar tersebut?”
“mengapa orang tersebut merasa hangat berada
di sekitar api unggun?”
“apa yang menyebabkan air berubah suhunya
menjadi lebih panas?”

Identifikasi Masalah  Membagikan pertanyaan kepada peserta didik


dalam bentuk kartu-kartu pertanyaan.
(Problem Statemen)
 Meminta peserta didik untuk mendeskripsikan
pertanyaan tersebut

Pengumpulan data  Memfasilitasi peserta didik berdiskusi materi


kalor.
(Data Collection)
 Memfasilitasi peserta didik untuk
mendeskripsikan pertanyaan-pertanyaan tentang
kalor.

Pengolahan Data  Peserta didik berdiskusi dan mencari jawaban


dari berbagai sumber
(Data Prosesing)
 Peserta didik menuliskan hasil diskusinya pada
kertas plano.
 Peserta didik menempelkan jawaban dari
kelompoknya pada dinding kelas.
Pembuktian  Peserta didik diminta untuk melakukan windows
shopping (berkunjung ke kelompok lain untuk
(Verification)
melihat hasil kerjannya dan membandingkan
dengan kerja kelompok sendiri)
 Meminta perwakilan dari dua kelompok untuk
mempresentasikan hasilnya.
 Meminta kelompok lainnya menanggapinya.
Menarik Simpulan  Membimbing peserta didik membuat kesimpulan
(Generalization)

F. Kegiatan Penutup

 Guru bersama dengan peserta didik melakukan refleksi dari pembelajaran 10 menit
dan menginformasikan kepada peserta didik untuk mempelajari materi yang
akan dibahas dipertemuan berikutnya;
 Memberikan post test/quis
 Memberikan penghargaan pada kelompok yang berkinerja terbaik
 Mempersilahkan peserta didik untuk berdoa dan memberi salam.

I. Penilaian
a. Teknik Penilaian
1) Sikap
Observasi
Jurnal Penilaian Sikap
Butir Sikap Tindak
Hari/ Nama Kejadian/
No Kerja Disiplin Tanggung Lanjut
Tanggal siswa Peristiwa
sama jawab

2) Keterampilan
Penilaian Presentasi (terlampir)
3) Pengetahuan
Tes tulis (terlampir)

b. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


a. Remedial
 Remidial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM . Remidial
terdiri atas dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial karena
belum mencapai Kompetensi Dasar
 Cara yang dapat ditempuh
 Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi peserta didik yang belum
atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu.
 Pemberian tugas-tugas atau perlakuan secara khusus, yang sifatnya
penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular.
Bentuk penyederhanaan itu dapat dilakukan guru antara lain melalui:
 Penyederhanaan strategi pembelajaran untuk KD tertentu
 Penyederhanaan cara penyajian
 Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.
b. Pengayaan
c. Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai
KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
d. Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan peserta
didik.
e. Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas

J. Bahan Ajar
(Terlampir)

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SUCIPTO, S.Pd EKA ILAH MARWATI, S.Pd., Gr.


NIP.197401122005021003 NIP.199204162019032039
Lampiran 3 Bahan Ajar

BAHAN AJAR

KALOR DAN PERPINDAHANNYA

Waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan menjadi
panas. Mengapa air menjadi panas? Air menjadi panas karena mendapat kalor, kalor yang diberikan
pada air mengakibatkan suhu air naik. Dari manakah kalor itu? Kalor berasal dari bahan bakar, dalam hal
ini terjadi perubahan energi kimia yang terkandung dalam gas menjadi energi panas atau kalor yang
dapat memanaskan air.

1. Kalor
a. Pengertian Kalor
Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah energi yang dimiliki oleh partikel
penyusun benda sedangkan kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik
yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda.
Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah dapat berpindah dari benda yang
suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah. Kalor juga dapat berpindah dari suhu
rendah ke suhu yang lebih tinggi jika dibantu dengan alat yaitu mesin pendingin yang
mengakibatkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya.

Gambar1 Aliran Kalor

Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung
oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit.

Satuan Joule merupakan satuan kalor yang umum digunakan dalam Fisika, Kalori (kal)
merupakan satuan kalor yang biasa digunakan untuk menyatakan kandungan energi
dalam bahan makanan. Contohnya: sepotong roti memiliki kandungan energi 200 kalori
dan sepotong daging memiliki kandungan energi 600 kalori.

Nilai 1 kalori (1 kal) adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg
air agar suhunya naik 1°C. Hubungan satuan kalori dengan joule adalah:
1 Joule = 0.24 Kalori
1 Kalori = 4.2 Joule
Perhatikan gambar berikut ada dua gelas kimia yang berisi air yang sama suhunya
tetapi yang berbeda volumenya. Air pada gelas kimia mana yang mengandung kalor
lebih banyak?

Gambar 2 Perbandingan Kalor


Walaupun memiliki suhu yang sama tetapi air yang volumenya 1000 ml mengandung
lebih banyak kalor dibandingkan dengan air yang volumenya 500 ml.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kalor yang yang diperlukan untuk
meningkatkan suhu benda yaitu:
 massa zat
 jenis zat (kalor jenis)
 perubahan suhu

b. Kalor Jenis Zat (c)


Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk menaikkan
suhu 1 kg zat tersebut sebesar 10C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg °C, artinya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 °C adalah 4.200 J.
Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan alat kalorimeter Berdasarkan definisi
tersebut, maka hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda dan
kalor jenis benda, serta kenaikan suhu benda,ditulis dalam bentuk persamaan berikut:
Q
c=
m.ΔT
Jumlah kalor yang diterima atau dilepaskan suatu benda besarnya sebanding dengan
massa, jenis benda, dan kenaikan atau penurunan suhu.
Sehingga persamaan untuk kalor dapat ditulis sebagai berikut:
Q = m.c. ΔT
Dimana:
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (Joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (joule/kg °C)
ΔT = Perubahan suhu (°C)
Satuan kalor jenis benda (c) untuk CGS untuk kalor jenis benda adalah kal/g oCatau
K.Kal/kgoC, sedangkan dalam Satuan Sistem Internasional (SI) untuk kalor jenis benda
adalah J/kg.K.

Tabel 1Kalor Jenis benda (Pada tekanan 1 atm dan suhu 20 0C)

Kalor Jenis (c)


No Jenis Benda 0
J/kg C kkal/kg0C Kal/g0C
1 Air 4180 1,00 1
2 Alkohol (ethyl) 2400 0,57 0.57
3 Es 2100 0,50 0,50
4 Kayu 1700 0,40 0,40
5 Aluminium 900 0,22 0,22
6 Marmer 860 0,20 0,20
7 Kaca 840 0,20 0,20
8 Besi / baja 450 0,11 0,11
9 Tembaga 390 0,093 0,093
10 Perak 230 0,056 0,056
11 Raksa 140 0,034 0,034
12 Timah hitam 130 0,031 0,031
13 Emas 126 0,030 0,030
14 Kuningan 370 0.9 0.9

Catatan :
Kalor jenis sebuah benda dipengaruhi oleh suhu. Tetapi apabila perubahan suhu tidak terlalu besar maka besar kalor jenis
bisa dianggap tetap.

c. Kapasitas Kalor (H)


Kapasitas kalor suatu zat adlah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
zat itu sebesar 1°C. Jika dinyatakan dengan rumus dapat di tulis:

𝑄
H=
ΔT

dimana:
H = kapasitas kalor (J/C)
Q = banyaknya kalor (J)
ΔT = perubahan suhu (C)
Contoh Soal:
1) Berapa banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 500 gram air dari
10 0C menjadi 600C, jika kalor jenis air adalah 4,2 x 10 3 J/kg 0C.
Jawab : ∆Q = m . c . ∆T
= 0,5 kg x 4,2 x 10 3 J/kg 0C x (60 -10) 0C
= 105.000 Joule

2) Untuk menaikkan suhu benda yang memiliki massa 5 kg dari 30° C menjadi 80°C
diperlukan kalor sebanyak 80.000 Joule. Tentukan:
 Berapa kapasitas kalor benda itu?
 Berapakah kalor jenisnya?
Penyelesaian:
Diketahui :
Q = 80000 Joule
m = 5kg
Δt = 80°C - 30°C = 50°C
Ditanya : H = ........?
c = ........?
Jawab :
 H = Q/Δt = 80.000 = 1600 J/°C
c = H/m = 1600/5 = 320 J/kg°C

d. Kalor pada Perubahan Wujud


Kalor yang diserap suatu zat tidak selalu menyebabkan kenaikan suhu/temperatur zat
tersebut. Kadangkala kalor yang diserap oleh suatu zat dapat mengubah wujud zat
tersebut tanpa menaikkan suhunya itu disebut kalor laten, contoh es yang dipanaskan
lama kelamaan akan menjadi air, sebaliknya air yang didinginkan, lama kelamaan akan
menjadi es. Zat dapat berada dalam tiga wujud, yaitu padat, cair, dan gas. Pada saat
terjadi perubahan wujud, misalnya dari padat menjadi cair atau dari cair menjadi gas,
selalu diawali dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Akan tetapi perubahan wujud
tidak disertai dengan perubahan suhu.

Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu maksimum, maka zat
akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan
kalor terus-menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor
dapat digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah
wujud zat. Menguap dan melebur adalah peristiwa perubahan wujud yang
membutuhkan kalor, sedang mengembun dan membeku adalah peristiwa perubahan
wujud yang melepaskan kalor.Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor dapat
digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 3 Perubahan Wujud

Untuk lebih memahami pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat, perhatikan
grafik pemanasan es berikut:

Gambar 4Pemanasan Es

Garis AB dan CD condong ke atas, apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Hal ini
disebabkan karena saat itu energi kalor yang diperlukan pada garis AB adalah untuk
menaikkan suhu es mencapai 00C untuk mengubah wujud es menjadi cair. Juga pada
garis CD kalor yang diperlukan adalah untuk mengubah wujud zat cair menjadi gas pada
suhu1000C dan garis EF adalah proses ketika energi kalor digunakan untuk menaikkan
suhu uap dari 1000C dst . Jika diperhatikan garis BC dan DE mendatar, apa yang
menyebabkannya? Pada saat proses garis BC es yang berwujud padat mulai mencair
berubah menjadi air, demikian pula garis DE terjadi perubahan wujud zat cair menjadi
gas. Apabila kamu perhatikan garis BC dan DE mendatar, hal ini menunjukkan bahwa
energi kalor yang diperlukan saat itu tidak digunakan untuk menaikkan suhu zat,
melainkan untuk mengubah wujud zat.

Energi Kalor ada yang digunakan untuk menaikkan suhu benda dan juga yang
digunakan untuk mengubah wujud. Selama perubahan wujud zat, kalor yang diterima
atau di lepaskan oleh zat tidak digunakan untuk menaikkan suhu tetapi mengubah
wujud . Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud zat bukan untuk menaikkan suhu
disebut Kalor Laten.

Istilah kalor laten khusus untuk suatu perubahan wujud tertentu adalah sbb:
1) Kalor Laten Lebur (Kalor lebur) Banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 kg
zat dari wujud padat menjadi cair pada titik leburnya.

𝑄
LF =𝑚 Q = m.LF

2) Kalor Laten Beku (Kalor beku) Banyaknya kalor yang di lepas untuk mengubah 1kg
zat dari wujud cair menjadi padat pada titik bekunya.
𝑄
LF =𝑚 Q = m.LF

3) Kalor Laten didih (Kalor didih) Banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1kg
zat dari wujud cair menjadi uap pada titik didihnya.
𝑄
L u =𝑚 Q = m.Lu

4) Kalor Laten embun (Kalor embun) Banyaknya kalor yang di lepas untuk mengubah
1kg zat dari wujud uap menjadi cair pada titik embunnya.

𝑄
Lv =𝑚 Q = m.Lv
Dimana:
LF = Lu = LV = Kalor Laten (J/kg)
Q = Kalor (J)
m = massa zat (kg)

Tabel 2Kalor Laten Zat

Kalor Lebur Titik Lebur Kalor Uap Titik Didih


Zat
(kJ/kg) (°C) (kJ/kg) (°C)
Air 340 0 2258 100
Alkohol 109 -114 838 78
Raksa 11 -39 294 357
Hidrogen 60 -259 449 -253
Oksigen 14 -219 213 -183
Nitrogen 25 -210 199 -196
Aluminium 403 660 10.500 2.450
Tembaga 206 1.083 7.350 2300
Contoh Soal :
1) Beberapa kalor yang diperlukan untuk meleburkan 100 gram es pada titik
leburnya? (kalor lebur es = 3,34 x 105 J/kg.
Penyelesaian :
Diketahui: mes = 100 g = 0,10 kg
Les = 3,34 x 105 J/kg
Ditanyakan: Q?
Jawab: Q = m . L
Q = 0,10 kg x 3,34 x 105 J/kg = 33.400 J

2) Perhatikan grafik berikut ini!

Berdasarkan grafik berapa banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh 3 kg es


dalam proses dari A-B-C ? bila diketahui (kalor jenis es = 2.100 J/kg oC, kalor
lebur es = 336.000 J/kg).
Jawab:
Grafik menggambarkan proses perubahan wujud es menjadi air.
Pada proses A-B, kalor digunakan untuk menaikan suhu es dari 10 oC sampai 0
oC.

Q = m. c . ∆ T
Q = (3).(2100).(0-(-10))
= (3).(2100)(10.)
= 63.000 Joule
Pada proses B-C, kalor digunakan untuk mencairkan semua es menjadi air. Pada
proses ini, suhu es tidak mengalami perubahan
Q = m LF
Q = (3)(336.000)
Q = 1.008.000 Joule
Banyaknya kalor yang dibutuhkan es pada proses A-B-C adalah:
Q = (63.000 Joule + 1.008.000 Joule)
Q = 1071.000 Joule = 1071 K.Joule
e. Azas Black
Mengapa jika air panas dicampur dengan air dingin maka air campurannya menjadi
hangat. Dalam peristiwa ini air panas melepaskan kalor sehingga suhunya turun dan air
dingin menerima kalor sehingga suhunya naik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa zat cair yang memiliki energi kalor lebih
tinggi melepaskan kalornya kepada zat yang energi kalornya lebih rendah sehingga
terjadi keseimbangan energi. Joseph Black seorang saintis berhasil menemukan
bahwa banyaknya kalor yang dilepaskan oleh zat cair yang memiliki energi kalor lebih
tinggi sama besarnya dengan kalor yang diterima oleh zat cair yang energi kalornya
lebih rendah. Banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang
diterima.

Selanjutnya penemuan ini dikenal dengan istilah Azas Black yang persamaannya
dituliskan sebagai berikut :
Qlepas = Qterima

Contoh soal:
Sepotong besi yang bermassa 200 gram dan suhunya 100 0C dimasukan ke dalam 400
gram air yang suhunya 20 0C. Jika kalor jenis air 4,2 x 103 j/kg0C dan kalor jenis besi
adalah 4,6 x 102J/kg0C, tentukan suhu akhir campuran besi dan air tersebut?
Jawab :
Qlepas = Qterima
Mbesi . cbesi . (Tbesi- Ta) = mair . cair . (Ta – Tair)
0,2 kgx4,6x102J/kg0Cx(100–Ta) = 0,4kgx4,2x103J/kg0C x(Ta–20)
92 (100 – Ta) = 1680 (Ta – 20)
9200 – 92 Ta = 1680 Ta – 33.600
9200 + 33.600 = 1680 Ta + 92 Ta
42800 = 1772 Ta
Ta = 24,15 0C
Jadi suhu campuran akhir adalah 24,15 0C
Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal

Jenis sekolah : SMP Negeri 16 Konawe Selatan


Jumlah soal :2
Mata pelajaran : IPA
Bentuk soal/tes : PG dan Uraian
Penyusun : EKA ILAH MARWATI, S.Pd.
Alokasi waktu :
Kisi-Kisi Penulisan Soal

Kompetensi Materi Bentuk Nomor


No. IPK Level
Dasar Pokok Soal Soal
Indikator Soal

1 2 3 4 5 6 7

Memahami Mend Kalor Disajikan 1


konsep suhu, eskrip dan sebuah tabel,
pemuaian, sikan Perpind peserta didik L3 Pilihan
kalor, hubun ahanny dapat Ganda
perpindahan gan a Memprediksi
kalor, dan kalor jenis logam
penerapannya denga berdasarkan
dalam n suhu
prinsip azas
kehidupan dan
black
sehari-hari hubun
termasuk gan
Disajikan L3 Uraian 2
mekanisme kalor
sebuah grafik,
menjaga denga
kestabilan suhu n peserta didik
tubuh pada wujud dapat
manusia dan menentukan
hewan. banyaknya
kalor yang
diterima
terhadap
perubahan
wujud zat
Soal
1. Perhatikan tabel kalor jenis berikut !

Jenis logam Kalor Jenis ( J/ kg°C )

Aluminium 900
Besi 450
Tembaga 380
Perak 235

Logam bermassa 2,1 kg dipanaskan hingga suhunya 120°C. Setelah itu, logam dimasukkan ke dalam 1 kg
air bersuhu 22°C. setelah beberapa saat, suhu akhir sistem 40°C. Jika kalor jenis air 4200 J/ kg°C, logam
tersebut adalah…..
a. Besi
b. Perak
c. Tembaga
d. aluminium

2. Perhatikangrafik berikut
Sebongkah es memiliki massa 0,5 gram

Jika kalor jenis es 0,5 kkal/kg0C, kalor lebur es 80 kkal/kg dan kalor jenis air 1 kkal/kg0C .
Hitunglah kalor yang diperlukan pada proses B - C !

Kunci Jawaban

1. A
2. Diketahui :
mes = 0,5 gram = 0,0005 kg
C es = 0,5 kkal/kg°C
L es = 80 kkal/kg
C air = 1 kkal/kg°C
Ditanyakan :
Q B – C = …………?
Penyelesaian
Proses B - C adalah proses melebur jadi
Q = m es . L es
= 0,0005 kg . 80 kkal/kg°C
= 0,04 kkal.
Lampiran 3

R-9 Rubrik Laporan Best Practise

Rubrik ini digunakan fasilitator untuk menilai hasil refleksi dari peserta.
A. Langkah-langkah penilaian hasil kajian:

1. Cermati tugas yang diberikan kepada peserta pembekalan pada LK-9!


2. Berikan nilai pada hasil kajian berdasarkan penilaian anda terhadap hasil kerja peserta
sesuai rubrik berikut!

B. Kegiatan Praktik

1. Memuat Lembar Judul


2. Memuat Halaman Pengesahan yang ditanda tangani Kepala Sekolah
3. Memuat Biodata Penulis dengan lengkap
4. Memuat Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Lampiran
5. Menguraikan Latar Belakang Masalah dari kesenjangan harapan dengan kenyataan yang
ada dengan jelas
6. Menguraikan jenis dan manfaat kegiatan dengan jelas
7. Memuat tujuan dan sasaran, Bahan/Materi Kegiatan, Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan,
Alat/Instrumen, Waktu dan Tenpat Kegiatan dengan jelas
8. Menguraikan hasil kegiatan dengan penjelasan hasil yang diperoleh, masalah yang dihadapi
dan cara mengatasi masalah tersebut dengan jelas
9. Memuat simpulan dan rekomendasi yang relevan
10. Memuat daftar pustaka sesuai materi yang dituangkan
11. Memuat lampiran yang dilengkapi dokumentasi, instrumen dan hasil pembelajaran

Rubrik Penilaian:
Nilai Rubrik
90  nilai  100 Sebelas aspek sesuai dengan kriteria
80  nilai  90 Sembilan aspek sesuai dengan kriteria, dua aspek kurang sesuai

70  nilai  80 Tujuh sesuai dengan kriteria, empat aspek kurang sesuai


60  nilai  70 Lima sesuai dengan kriteria, enam aspek kurang sesuai
<60 Empat aspek sesuai dengan kriteria, tujuh aspek kurang sesuai

Anda mungkin juga menyukai