Kelp Aritmia Jantung

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 39

ASKEP ARITMIA JANTUNG

DISUSUN OLEH:

1. ADE NURUL FITRA P201601065


2. SITTI SUARNI P201601083
3. SUCIARMA SARTONO PUTRI P201501086
4. TITIN P201601075
5. RISNI P201601085
6. NADYA NOVRIANA P201601100

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kita, sehingga makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien ARITMIA JANTUNG” dapat selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu saya
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak


kekurangan di dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Kendari 23 oktober 2019

Penulis
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan rumit yang sering terjadi
pada infbateramio kardium. Aritmia atau kamudisrit besaran adalah perubahan
pada frekuensi yang karena oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doengos, 1999).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga istilah gangguan kecepatan tolak konduksi. Aritmia besar
menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak
teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali
mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang
melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dan HR
abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan HR yang
normal atau dengan HR yang cepat (Hanafi, 2001).
Pada jantung orang normal, setiap denyut berasal dari nodus SA (irama
sinus normal), Jantung berdenyut sekitar 70 kali dalam satu menit pada keadaan
istirahat. Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur dan dipercepat
(lakikardia) oleh emosi, olahraga,demam, dan rangsangan lain. Pada orang
muda sehat yang bernapas dengan frekuensi normal, frekuensi jantung
bervariasi sesuai fase pernapasan meningkat selama inspirasi dan menurun
selama ekspirasi, terutama bila kedalaman napas meningkat. Aritmia sinus ini
adalah fenomena normal dan terutama disebabkan oleh fluktuasi persarafan
simpatis di jantung (Ganong, 2008).
Obat jantung yang disebut myocardium mempunyai kesanggupan luar
biasa untuk berkontraksi secara teratur. Ini disebabkan denyutan dibagian atas
jantung pada daerah yang disebut sinotrial node. Ini terletak pada serambi
kanan, dekat vena besar (vena cava besar) yang mengirimkan darah.
Rangsangan jantung timbul pada nodus ini. Dari sini menyebar dengan cepat ke
seluruh jantung. Mula-mula gelombang kontraksi melintasi serat otot serambi
jantung sampai tiba pada persimpangan atrium dan ventrikel. Kemudian
menyebar kepada jaringan khusus jantung (yang disebut bundle of his) lalu
masuk ke jaringan ventrikel. Kemudian terbagi dua dan bervariasi diseluruh
myokardium ventrikel itu. Dari sini gelombang kontraksi tersebut meluas
keseluruh ventrikel yang menimbulkan kontraksi otot (Knight, 1997).

B. Etiologi
Adapun etiologi dari Aritmia ini adalah :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung). (Price,1995)

C. Patofisiologi

Aritmia ventrikel umumnya disebabkan oleh iskemia atau infark myokard.Lokasi


terjadinya infark turut mempengaruhi proses terjadinya aritmia. Sebagai contoh, jika
terjadi infark di anterior, maka stenosis biasanya barada di right coronary artery yang
juga berperan dalam memperdarahi SA node sehingga impuls alami jantung mengalami
gangguan.( Price,1995)
Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat menimbulkan gangguan pada
depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan
dilepaskannya berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat ,
maka jalur-jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan
hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan
kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat menstimulus pangaktifan
katekolamin yang meningkatkan rangsang system saraf simpatis, akibatnya akan terjadi
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokonstriksi
(Wilson,1995)
D. Pathway

ARITMIA

Waktupengisianventrik Kebutuhan O₂ Jaringantidakdapatmengo


el ototjaringanme mpensasi
ningkat
Suplaidarahkeja Suplaidarahk
ringan ejantung Penurunan curah jantung
kelelahan

Suplai O₂ Suplai O₂
Intoleransi
kejaringan kejantung
aktivitas
Kurang pengetahuan
Metabolism
Ketidakefektifa
selsecaraana
n pola nafas
erob Cemas

Menghasilkana
Perubahan status
samnukleat
kesehatan

peradangan Pelepasan mediator Nyeri dada


inflamasi
E. Macam-macam aritmia

1. Sinus Takikardi. Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting


pada ECG adalah laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan
ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
2. Sinus bradikardi. Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting
pada ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak
disandapan I,II dan aVF.
3. Komplek atrium prematur. Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus
sinus menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus
berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang
P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P berikutnya.
4. Takikardi Atrium. Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu
kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
5. Fluter atrium. Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium
cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau
aVF seperti gambaran gigi gergaji
6. Fibrilasi atrium. Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau
daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
7. Komplek jungsional prematur.
8. Irama jungsional
9. Takikardi ventrikuler (Smeltzer,2002)
F. Pemeriksaan Penunjang

1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan


tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Scan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
1) Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
2) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
3) Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
1) Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
2) Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
1) Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
1) Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
1) Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
1) Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.(Tambayong,2001)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS:
Pasien Tn. I berumur 50 tahun dirawat diruangan ICCU Bahtramas Kendari, didapatkan
Hasil TTV: TD; 180/110, Suhu; 37,5 N; 120x/ menit, RR 28x/menit TB;160cm, BB;77 kg.
Tn. I mengatakan nyeri bagian dada pada bagian kanan dan sesak napas. Selain
itu,Tn. I mengeluh berkeringat, sesak saat bernapas, pusing & demam. Saat pengkajian
yang dilakukan Ns. Riski didapatkan bunyi napas tambahan (kreleks,ronki,mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan. Pasien mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang diderita dan kadang bingung dengan kondisi fisiknya
sekarang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang (EKG) didapatkan abnormal, sumber
distrimia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikeserta terdapat cairan di dalam paru.

Pengkajian keperawatan
1. Identitas pasien
a. Nama :Tn.I
b. Tempat dan tanggal lahir :
c. Usia :50 tahun
d. Pendidikan terakhir :-
e. Agama :Islam
f. Tinggi badan / Berat badan :160 cm/77kg
g. Alamat :Kendari
h. Orangyang dapat dihubungi :tidak ada

Pengkajian primer :
1. Airway
a) Apakah ada peningkatan sekret? tidak ada
b) Adakah suara nafas : krekels,ronchi dan mengi? ada
2. Breathing
a) Adakah distress pernafasan? iya diamana terdapat penumpukan cairan
didalam paru
b) Adakah hipoksemia berat ? tidak
c) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas? iya
d) Apakah ada bunyi whezing ? tidak
3. Circulation
a) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?tidak ada perubahan tingkat
kesadaran
b) Apakah ada takikardi ?tidak
c) Apakah ada takipnoe ?tidak
d) Apakah haluaran urin menurun ?tidak
e) Apakah terjadi penurunan TD ?tidak
f) Apakah ada sianosis ?tidak

Pengkajian sekunder
a. Get Vital Sign/ tanda-tanda vital secara kontinyu
Kaji :
1. Tekanan darah
2. Irama dan kekuatan nadi
3. Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu
4. Saturasi oksigen
b. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit
2. Lamanya waktu kejadian sampai dengan di bawah ke rumah sakit
3. Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera
4. Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada organ tubuh
yang menggunakan : provoked (P), quality (Q), radian (R), severity (S) dan
time (T)
5. Kapan makan terakhir
6. Riwayat penyakit lain yang pernah di alami /operasi pembedahan/kehamilan
7. Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang,
imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien
8. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien

c. Pengkajian Head to toe


1. Pengajian kepala, leher, dan wajah
1) Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan
jaringan lunak adakah perdarahan serta benda asing
2) Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda perdarahan
benda asing , deformitas, laserasi, perlukaan serta adanya keluaran
3) Amati bagian kepala adakah depresi tulang kepala, tulang wajah,
kontusio/jejas, hematom, serta krepitasi tulang.
4) Kaji adanya kaku leher
5) Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea, distensi vena
leher, perdarahan edema, kesulitan menelan, emfisema subkutan dan
krpitas pada tulang
2. Pengkajian Dada
1) Pernafasan : irama kedalam dan karakter pernafasan
2) Pergerakan dinding dada anterior dan posterior
3) Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan
4) Amati penggunaan otot bantu nafas.
5) Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae, perdarahan,
sianosis, abrasi dan laserasi.
3. Abdomen dan pelvis
Hal-hal yang dikaji pada abdomen dan pelvis:
1) Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
2) Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi, abrasi,
distensi abdomen, jejas
3) Masa :besarnya, lokasi dan mobilitas
4) Nadi femoralis
5) Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
6) Bising usus
7) Distensi abdomenGenitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada
meatus, ekimosis, tonus spinkter ani
4. Ekstremitas
Pengkajian di ekstremitas meliputi:
1) Tanda-tanda injuri eksternal
2) Nyeri
3) Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
4) Sensasi keempat anggota gerak
5) Warna kulit
6) Denyut nadi perifer
5. Tulang belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi:

1). Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka


pasien dimiringkan untuk mengamati:

1 Deformitas tulang belakang


2 Tanda-tanda perdarahan
3 Laserai
4 Jejas
5 Luka
d. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan meliputi:
1) Radiologi dan scanning
2) Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi, elektrolit, urine
analisa dan lain-lain.

A. Diagnosa / Masalah Keperawatan Gawat Darurat


Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori
urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah
dilakukan. Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan
:Airway, breathin, dan circulation

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada gawat darurat adalah :


a) Bersihan jalan nafas tidak efektif
b) Pola nafas tidak efektif
c) Gangguan pertukaran gas
d) Gangguan perfusi jaringan perifer
e) Penurunan curah jantung
f) Nyeri
g) Volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan
h) Gangguan perfusi serebral
B. Perencanaan / Pelaksanaan Keperawatan Gawat Darurat : Mandiri dan
Kolaborasi
Prinsip – prinsip didalam penanganan masalah keperawatan gawat
darurat berdasakan prioritas adalah :
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
a) Peningkatan produksi spulum
b) Masuknya benda asing / cairan
c) Penumpukan sekresi
1 Tujuan jalan nafas efektif
2 Kriteria hasil :
1) Pernafasan regular, dalam dan kecepatan nafas teratur.
2) Pengembangan dada kiri dan kanan simetris.
3) Batuk efektif, reflex menelan baik.
4) Tanda dan gejala. Observsi pernafasan tidak ada : stridor (-), sesak
nafas (-), wheezing (-).
5) Suara nafas : vesikuler kanan dan kiri
6) Sputum jernih, jumlah normal, tidak berbau dan tidak berwarna.
7) Tanda-tanda sekresi tertahan tidak ada : demam (-), takhikardi (-),
takhipneu (-)
1. Intervensi :
a. Mandiri
1) Auskultasi bunyi nafas, perhatikan apakah ada bunyi nafas abnormal
2) Monitor pernafasan, perhatikan rasio inspirasi maupun ekspirasi.
3) Berikan posisi semi fowler
4) Jauhkan dari polusi lingkungan al : debu, rokok, dll
5) Observasiervasi. Karateristik batuk terus-menerus, atau produksi sputum.
6) Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif
7) Lakukan suction bila perlu
8) Lakukan jaw thrust, chin lift
9) Berikan posis miring sesuai indikasi.
b. Kolaborasi
1) Berikan O₂
2) Pemeriksaan laboratorium analisa gas darah
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan :
a. Depresi pernapasan
b. Kelemahan otot pernnapasan
c. Penurunan ekspansi paru
1. Tujuan : pola nafas efektif
2. Kriteria hasil :
1) Pernafasan reguler, dalam dan kecepatannya teratur
2) Pengembangan dada kiri dan kanan simetris
3) Tanda dan gejala obstruksi pernafasan tidak ada : stridor (-), sesak
nafas (-), wheezing (-)
4) Suara nafas : vaskuler kiri dan kanan
5) Trachea midline
6) Analisa gas darah dalam batas normal : PaO₂ 80-100 mmHg, Saturasi
O₂>95 %, PaCO₂ 35-45 mmHg, Ph 7,35-7,45
1. Intervensi :
a. Mandiri
1) Observasi frekuensi, kecepatan, kedalaman dan irama pernafasan.
2) Observasi penggunaan otot bantu pernafasan
3) Berikan posisi semi fowler bila tidak ada kontra indikasi
4) Ajarkan dan anjurkan nafas dalam serta batuk efektif
5) Perhatikan pengembangan dada simetris atau tidak
6) Kaji fokal fremitus dengan meletakkan tangan di punggung pasien
sambil pasien menyebutkan angka 99 atau 77
7) Bantu pasien menekan area yang sakit saat batuk
8) Lakukan fisiotherapi dada jika tidak ada kontra indikasi
9) Auskultasi bunyi nafas, perhatikan bila tidak ada ronkhi, wheezing dan
erackles.
10) Lakukan suction bila peril
11) Lakukan pendidikan kesehatan
b. Kolaborasi
1) Pemberian O₂ sesuai kebutuhan pasien
2) Pemeriksaan laboratorium / analisa gas darah
3) Pemeriksaan rontgen thora
4) Intubasi bila pernafasan makin memburuk
5) Pemasangan oro paringeal
6) Pemasangan water seal drainage / WSD
7) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
a. Mempunyai suplay O₂ (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus)
b. Kerusakan alveoli
c. Hipoventilasi
1 Tujuan : pertukaran gas tidak terganggu
2 Kriteria hasil :
1) Analisa gas darah dalam batas normal
2) Warna kulit normal, hangat dan kering
3) Tingkat kesadaran membaik sampai komposmentis
4) Pernafasan reguker,kecepatan dan kedalaman dalam batas normal.
1 Intervensi :
a. Mandiri
1) Kaji frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan, nafas mulut,
penggunaan otot-otot pernafasan, dyspnoe, ketidakmampuan bicara
2) Tingkat temppat tidur 30-4- derajat
3) Kaji warna kulit, kuku dan membrane mukosa (adanya sianosis)
4) Ajarkan mengekuarkan sputum dengan teknik batuk efektif
5) Lakukan suction bila di indikasikan
6) Auskultasi bunyi nafas adanya suara ronkhi, wheezing, dan crakles
7) Awasi tingkat kesadaran
8) Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung
9) Kaji tingkat kecemasan dan ansietas
10) Kolaborasi
11) Pemberian oksigen
12) Pemeriksaan analisa gas darah

Klasifikasi Data

Data subjektif Data Objektif


- Tn. I mengatakan nyeri bagian -dada
- - Hasil TTV: TD; 180/110, Suhu; 37,5
pada bagian kanan dan sesak napas N; 120x/ menit, RR 28x/menit
TB;160cm, BB;77 kg
- Tn. I mengeluh berkeringat, sesak saat
bernapas, pusing & demam. -Berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang (EKG) didapatkan
- Pasien mengatakan tidak mengetahui
abnormal, sumber distrimia dan efek
penyakit yang diderita dan kadang
ketidakseimbangan elektrolit dan
bingung dengan kondisi fisiknya
obat jantung sehubungan dengan
sekarang.
disfungsi ventrikeserta terdapat
cairan di dalam paru.
Analisa data
No Data Etiologi Masalah

DS
1. : Ds:

-Klien mengatakan nyeri Penumpukan cairan di Ketidak efektifan


bagian dada pada bagian paru pola nafas
kanan dan sesak napas
Do :
Terhambatnya aliran
- Hasil TTV: TD; 180/110, Suhu;
nafas
37,5 N; 120x/ menit, RR
28x/menit TB;160cm, BB;77 kg

Sesak nafas

2. Ds : Hipertensi Penurunan curah


jantung
- Klien mengeluh
berkeringat, sesak saat
Peningkatan beban
bernapas, pusing & demam.
kerja jantung
Do :

DO: - Suhu; 37,5 N; 120x/ menit,


Hipertropi serabut
RR 28x/menit
jantung

Gagal jantung
kongestif

Penurunan oksigen
keorgan dan jaringan

Penurunan perfusi

Kelelahan lemah
sesak

Penurunan curah
jantung

3. Ds: Kurang informasi Kurang


-Pasien mengatakan tidak tentang penyakitnya pengetahuan
mengetahui penyakit yang
diderita dan kadang bingung
dengan kondisi fisiknya Tidak mengetahui
sekarang. tentang penyakitnya
Do:
- Berdasarkan hasil
pemeriksaan penunjang (EKG) Kurang pengetahuan
didapatkan abnormal, sumber
distrimia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikeserta
terdapat cairan di dalam paru.
4. DS: Beban sistol berlebih Intoleransi aktifitas

Tn. I mengatakan nyeri bagian


dada pada bagian kanan dan
Kontraktilitas menurun
sesak napas

- Tn. I mengeluh berkeringat,


sesak saat bernapas, pusing & Hambatan
demam pengosongan ventrikel

DO: - Hasil TTV: TD; 180/110, Suhu;


37,5 N; 120x/ menit, RR
Beban jantung
28x/menit TB;160cm, BB;77 kg
meningkat
-Berdasarkan hasil
pemeriksaan penunjang (EKG)
didapatkan abnormal, sumber Atrofi serabut otot
distrimia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung sehubungan Gagal jantung
dengan disfungsi ventrikeserta
terdapat cairan di dalam paru.
Gagal memompa
ventrikel kiri

Forward failure
Suplay darah jaringan
menurun

Metabolisme anaerob

Asidosis metabolic

ATP berkurang

Fatigue

Intoleransi aktifitas

Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidak efektifan pola nafas penumpukan sekresi
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal,penurunan kontraktilitas miokard
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Intervensi NOC Intervensi NIC
keperawatan

1. Ketidak - Status pernapasan Manajemen jalan napas


efektifan pola Monitor pernapasan
Definisi:Proses keluar
nafas 1. Surveilans
masuknya udara keparu-
2. Bantuan ventilasi
paru serta pertukaran O2
3. Monitor tandatanda vital
dan Co2 dialveoli
4. Stabilisasi dan
Setelah dilakukan intervensi membuka jalan napas
keperawatan selama 2x24 5. Pemberian analgesic
jam,diharapkan: 6. Pencegahan aspirasi
7. Manajemen nyeri
1. Frekwensi pernapasan
kembali dalam kisaran
normal
2. Irama pernapasan
kebali dalam kisaran
normal
3. Kedalaman inspirasi
dalam deviasi sedang
dari kisaran normal
4. Suara auskultasi nafas
dalam kisaran normal
5. Tidak lagi terdapat
dispneu dalam aktivitas
ringan
2. Penurunan - Setelah dilakukan tindakan 1. Raba
curah jantung Kperawatan selama 2x24 nadi(radial,femoral,dors
jam diharapkan penurunan alis pedis)catat
curah jantung dapat teratasi frekwensi,keteraturan,
amplitudo dan
1. Tanda vital dalam
simetris.Rasional:
rentang normal
perbedaan
(Tekanan
frekwensi,kesamaan
darah,nadi,respirasi)
dan keteraturan nadi
2. Dapat mentoleransi
menunjukan efek
aktifitas,tidak ada
gangguan curah jantung
kelelahan
pada sirkulasi
3. Tidak ada edema
sistemik/perifer
paru,perifer dan tidak
2. Auskultasi bunyi
ada asites
jantung,catat
4. Tidak ada penurunan
frekwensi,irama, catat
kesadaran
adanya denyut jantung
5. AGD dalam batas
ekstra,penurunan nadi
normal
3. Pantau tanda vital dan
6. Tidak ada distensi vena
kaji ke adekuatan curah
leher
jantung/perfusi jaringan
7. Warna kulit normal
4. Tentukan tipe distritmia
dan catat
irama:takikardi,brakikar
di,dstritmia
atrial,distritmia
ventrikel,blok Antung
5. Berikan lingkungan
tenang.Kaji alasan
untuk membatasi
aktifitas selama fase
akut
6. Demonstrasikan/dorong
penggunaan perilaku
pengaturan stres missal
relaksasi nafas dalam,
7. Selidiki laporan
nyeri,catat
lokasi,lamanya, dan
intensitas dan faktor
penghilang/pemberat
.catat nyeri non-verbal
contoh wajah
mengkerut,menangis,pe
rubahan TD
8. Siapkan/lakukan
resuitasi jantung paru
sesuai indikasi
9. Pantau pemeriksaan
laboratorium
10. Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi
11. Berikan obat sesuai
indikasi
12. Siapkan untuk bantu
kardioversi elektif
13. Bantu
pemasangan/memperta
hankan fungsi pacu
jantung
14. Siapkan untuk proedur
diagnostic invasive
15. Siapkan untuk
pemasangan otomatik
kardioverter atau
defibtillator.
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji respon pasien
aktivitas keperawatan selama 2x24 terhadap aktifitas
jam pasien bertoleransi 2. Pantau frekwensi
terhadap aktifitas dengan jantung,TD,pernapasan
criteria hasil: setelah aktifitas
3. Pertahankan tirah
1. Berpartisipasi dalam
baring selama periode
aktitas fisik tanpa
demam dan sesuai
disertai dengan
indikasi
peningkatan tekanan
4. Bantu pasien dalam
darah,nadi dan RR
program latihan
2. Mampu melakukan
akttivitas
aktifitas sehari-hari
secara mandiri
3. Keseimbangan
aktifitas dan istrahat
4. Kurang Selama dilakukan tindaan 1. Kaji ulang fungsi
pengetahuan keperawatan selama 2x24 jantung
jam pasien menunjukan normal/konduksi
pengetahuan tentang elektrikal
proses penyakit dengan 2. Jelaskan/tekankan
criteria hasil: masalah aritmia khusus
dan tindakan terapeutik
1. Pasien dan keluarga
pada pasien /keluarga
menyatakan
3. Identifikasi efek
pemahaman tentang
merugikan/komplikasi
penyakit,kondisi,prog
aritmia khusus contoh
nosis dan program
kelemahan,perubahan
pengobatan
mental,vertigo,
2. Pasien da keluarga
4. Anjurkan/catat
mampu
pendidikan tentang
melaksanakan
obat,termasuk mengapa
prosedur yang
obat
dijelaskan secara
diperlukan,bagaimana
benar
dan kapan minum
3. Pasien dan keluarga
obat,dan apa yang
mampu menjelaskan
dilakukan bila dosis
kembali apa yang
terlupa
dijelaskan oleh
5. Dorong pengembangan
perawat/tim
llatihan
kesehatan lain
rutin,menghindari
latihan berlebihan
6. Kaji ulang kebutuhan
diet, contoh kalium dan
kafein
7. Meberikan informasi
kepada pasien dalam
bentuk tulisan agar
dapat dibaa pulang
8. Anjurkan pasien
melakukan pengukuran
nadi dengan tepat
9. Kaji ulang
kewaspadaan
keamanan ,tekhnik
mengevakuasi pacu
jantung dan gejala yang
memerlukan intervensi
medis
10. Kaji ulang prosedur
untuk menghilangkan
PAT contoh pijatan
karotis/sinus,maneuver
valsava bila
diperlukan(kadang-
kadang prosedur ini
perlu pada beberapa
pasien untuk
memperbaiki irama
teratur/curah jantung
pada situasi darurat)

Implementasi dan evaluasi

N Diagnosa Implementasi Evaluasi


o
1. Ketidak efektifan Manajemen Jalan Nafas S:
pola nafas Observasi: Klien
1. Mengauskultasi suara nafas,catat area mengatakan
yang ventilasinya menurun atau tidak tidak
adanya suara tambahan merasakan
2. Memonitor status pernapasan dan sesak nafas
oksigenasi,sebagaimana mestinya O:
Mandiri : Klien
3. Membuka jalan nafas dengan tekhnik tampak
chin lift atau jawthrust,sebagaimana sudah tidak
mestinya mengalami
4. Memprioritaskan pasien untuk sesak nafas
memaksimalkan ventilasi dan tidak
5. Memposisikan pasien untuk lagi
meringankan sesak nafas menggunak
Edukasi: an otot
6. Mengaarkan untuk bernapas pelan dan pernapasan
dalam ketika
7. Mengajarkan pasien bagaimana bernafas
menggunakan terapi pedis sesuai resep A:
sebagaimana mestinya Masalah
Kolaborasi: Keperawata
8. Mengelola pemberian kortikosteroid n teratasi
metal petmisolon sesuai resep dokter P:
9. Mengelola pemberian bronkodilator Intervensi
sesuai anjuran dokter dihentikan
2. Penurunan curah 1. Meng auskultasi nadi apical,frekwensi S:
jantung dan irama jantung serta bunyi jantung Pasien
2. Mempalpasi nadi perifer mengatakan
3. Memantau tekanan darah masih cepat
4. Mengkaji keadaan kulit bila ada sianosis mengalami
atau pucat kelelahan
5. Pantau produksi urine,dan konsentrasi dan masih
urine sesak bila
6. Kaji perubahan beraktifitas
sensori,kecemasan,letargi,bingung,disor O:
intasi dan depresi A:
7. Cptakan lingkungan yang kondusif untuk Penurunan
istrahat.batasi aktifitas yang dapat curah
menamnah beban kerja jantung jantung
8. Tinggikan kaki,hindarkan tekanan pada P:
daerah lutut dan dorong untuk Lanjutkan
aktifitas/ambulansi sesuai toleransi intervensi
9. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian pengobatan sesuai indikasi
10. Mendokumentasikan semua hasil
pemeriksaan dan tindakan keperawatan
3. Intoleransi aktifitas 1. Mengkaji kemampuan klien sejauh S:
berhubungan mana dapat beraktifitas dan aktifitas Pasien
dengan yang dapat dilakukan tanpa menambah mengatakan
kelelahan/kelemah beban kerja jantung masih sesak
an 2. Mengkaji tanda-tanda vital sebelum dan bila
sesudah beraktifitas
beraktifitas,takikardi,distritmia,dispnea,b O:
erkeringat dan pucat/sianosis A:intoleransi
3. Mengkaji prespitor /penyebab aktifitasme
kelemahan umum ,penumpukan P:
cairan,nyeri atau obat-obatan Lanjutkan
4. Mengevaluasi peningkatan toleransi intervensi
terhadap aktivitas
5. Memberikan bantuan dalam beraktivitas
untuk pemenuhan kebutuhan perawatan
diri sesuai indikasi,selingi periode
aktivitas dengan periode istrahat
6. Berkolaborasi dengan mengikutkan klien
dalam program rehabilitasi
jantung/aktivitas
7. Mendokumentasikan semua hasil
pencapaian tindakan keperawatan yang
dilakukan.
4. Kurang 1. Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam S:
pengetahuan belajar Pasien
berhubungan 2. Membantu pasien untuk menyatakan
dengan kurang mengidentifikasi faktor-faktor resiko pemahaman
informasi kardiovaskular Tentang
3. proses
penyakit
dan regimen
O:dapat
menjawab
pertanyaan
yang
diajukan
oleh
perawat
terkait
dengan
penyakitnya
A:
Masalah
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa.Ed. 3.Jakarta :
EGC;1999
Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2008.
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I. Ed. 3.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI ; 2001
Knight, John F.1997. Jantung Kuat Bernapas Lega. Bandung : Indonesia Publishing
House.
Price, S.A, Wilson,L.M. 1995. Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 4. Jakarta :EGC.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih.
Tambayong, dr.Jan. 2001. Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta:Widya Medika.
BAB III
ANALISIS JURNAL

Judul jurnal 1:
GAMBARAN KEJADIAN ARITMIA DAN KEJADIAN MORTALITAS PADA PASIEN
STEMI DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Penulis:

Kata kunci:

aritmia, mortalitas, STEMI.

Putri Anggraini, Abdurrahman Wahid, Noor Diani

Latar Belakang Masalah:

Aritmia merupakan gangguan irama pada jantung bisa cepat, lambat dan
ireguler.Komplikasi dari STEMI salah satunya adalah aritmia disebabkan adanya
gangguan konduksi listrik dan sel jantung pada jantung.Angka kejadian aritmia 50%
yang dapat mengakibatkan kematian.

Tujuan penelitian:

Tujuan penelitian mengetahui gambaran kejadian aritmia dan mortalitas pada pasien
STEMI di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini adalah pasien STEMI yang mengalami komplikasi aritmia dari 4
september 2015 – 31 desember 2015 dengan tekhnik pengambilan sampel yang
digunakan adalah nonprobability sampling dengan jenis sampling aksidental. Instrumen
yang digunakan lembar EKG dan lembar observasi.Hasil penelitian kejadian aritmia
berjumlah 11 responden (65%), tidak aritmia 6 responden (35%).Kejadian mortalitas
didapatkan 2 responden (12%).Rata – rata umur responden 57 tahun.Jenis kelamin laki
– laki terdapat 15 responden (88%), perempuan 2 responden (12%).Kesimpulan
prevalensi kejadian aritmia pada pasien STEMI tinggi, ditemukan irama sinus takikardi
dan sinus bradikardi dapat mengakibatkan kematian.

Metodologi Penelitian:

Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan


pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian yang diamati pada saat
bersamaan atau seluruh variabel diamati bersamaan pada waktu penelitian
berlangsung

Hasil Penelitian:

Kejadian aritmia pada pasien STEMI berjumlah 9 responden (81,8%) dari 17


responden dan hanya 6 responden yang tidak mengalami aritmia, hal ini membuktikan
bahwa komplikasi aritmia banyak terjadi pada pasien yang terdiagnosis STEMI.
Beberapa hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa
komplikasi STEMI yaitu aritmia sangat banyak terdapat pada pasien jantung baik dari
jenis aritmia tidak lethal sampai aritmia lethal. Aritmia merupakan komplikasi sangat
umum setalah operasi jantung dan merupakan sumber utama morbiditas dan kematian

Kelebihan Penelitian yang didapat dijurnal ini yaitu:

1. Penelitian sudah menjelaskan seberapa besar resiko kematian penderita aritmia


jantung
2. Penelitian sudah menjelaskan bagaimana STEMI sangat beresiko terhadap
kejadian penyakit artmia jantung

Manfaat penelitian yang didapat dijurnal ini yaitu:

1. Dapat mengetahui seberapa besar resiko STEMI terhadap kejadian penyakit


ARITMIA
Judul jurnal 2:
Gambaran aritmia pada pasien penyakit jantung koroner di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2015
Penulis:

1Cathleen S. Kalangi 2Edmond L. Jim 2Victor F. F. Joseph

Latar Belakang Masalah:

Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang merujuk kepada setiap gangguan
frekuensi, regularitas, lokasi asal atau konduksi impuls listrik jantung. Iskemik
miokardium ditandai dengan perubahan ion dan biokimiawi, mengakibatkan aktivitas
listrik yang tidak stabil yang memicu dan mempertahankan aritmia, dan infark
menciptakan daerah aktif dan blok konduksi listrik, yang juga memromosikan
aritmogenesis.

Tujuan penelitian:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aritmia pada pasien penyakit
jantung koroner (PJK) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015-
31 Desember 2015

Metodologi Penelitian:

Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif

Hasil Penelitian:

Hasil penelitian mendapatkan 101 data pasien PJK yang mengalami aritmia,
diantaranya Angina Pektoris Stabil (APS) 57 kasus (56%), Old Myocardial Infarction
(OMI) 6 kasus (6%), Unstable Angina Pectoris (UAP) 16 kasus (16%), Non ST Segment
Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) 20 kasus (20%), dan ST Segment Elevation
Myocardial Infarction (STEMI) 2 kasus (2%). Mayoritas kasus ialah jenis kelamin laki-
laki (66%), usia 51-60 tahun (35%). Faktor risiko tertinggi pada pasien PJK dengan
aritmia ialah hipertensi (41%) dan terendah ialah merokok (12%). Kasus tertinggi ialah
APS, dengan aritmia terbanyak ialah Premature Ventricular Contraction (PVC), Kata
kunci: gambaran, aritmia, penyakit jantung koroner

Kelebihan Penelitian yang didapat dijurnal ini yaitu:

1. menjelaskan kasus aritmia berdasarkan jenis kelamin didapatkan prevalensi laki-


laki (66%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (34%),sejalan dengan penelitian
yang dilakukan di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2012, yang menunjukkan bahwa prevalensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan
perempuan, dengan hasil 30 orang laki-laki (72,9%) dan 13 orang (27,1%)
perempuan.5 Distribusi laki-laki lebih tinggi disebabkan oleh faktor risiko seperti
gaya hidup yang tidak sehat, sedangkan perempuan disebabkan oleh faktor
hormonal, terutama perempuan post menopause karena menurunnya kadar
estrogen.

1. Mengetahui gambaran aritmia pada pasien penyakit jantung koroner dimana


Angina Pektoris Stabil (APS) merupakan kasus tertinggi dengan Premature
Ventricular Contraction (PVC) sebagai kasus aritmia terbanyak, dominan terjadi
pada laki-laki, paling banyak terjadi pada usia antara 51-60 tahun dan hipertensi
menjadi faktor risiko tertinggi.
2. mengetahui bahwa prevalensi laki-laki (66%) lebih tinggi dibandingkan
perempuan (34%)
Jurnal 3

Judul jurnal 3:

SOC BERBASIS BIOMEDICAL TERTANAM SISTEM PERENCANAAN


ARRHYTHMIA

Penulis:

Norhafizah Ramli b, Yuan Wen Hau A*

Kata kunci:

Aritmia, elektrokardiogram (EKG), Antaramuka Pengguna Bergrafik (GUI), pengelas


berasaskan Pengetahuan.

Latar Belakang Masalah:

Aritmia adalah kondisi di mana sistem konduksi listrik jantung abnormal yang
menyebabkan denyut jantung tidak teratur, dimana denyut jantung bisa lebih cepat
(takikardia) atau lebih lambat (bradikardia) [1]. Meskipun sebagian besar aritmia tidak
menimbulkan gejala yang menonjol pada pasien, ada beberapa aritmia yang dapat
menyebabkan SCA seperti VF mana darah tidak dikirimkan ke tubuh. Ada lebih dari 4
juta pasien aritmia di dunia dan lebih dari 400 ribu orang meninggal karena penyakit ini
setiap tahun

Tujuan penelitian:

Makalah ini mengusulkan sebuah front-end on-board desain antarmuka grafis dari
detektor aritmia System-on-Chip (SoC) berdasarkan yang dapat digunakan sebagai
perangkat screening pertama untuk pasien penyakit jantung. Sistem ini terdiri dari
classifier aritmia berbasis pengetahuan yang mampu mengidentifikasi tiga jenis aritmia
yang fibrilasi ventrikel (VF), prematur ventrikel kontraksi (PVC) dan tingkat dua
atrioventrikular (AV) blok. Sistem ini telah dievaluasi dan dibandingkan dengan data
ECG dari database aritmia MIT-BIH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi
adalah sampai dengan 99,25% dengan waktu komputasi dari 6,385 detik. Hal ini sangat
portabel dan relatif murah untuk instalasi di klinik kecil dan monitoring rumah.

Metodologi Penelitian:

Hasil Penelitian:

detektor aritmia berbasis SoC yang diusulkan memiliki kinerja yang meyakinkan pada
kecepatan pemrosesan, pengurangan kebisingan, dan puncak R akurasi deteksi serta
beberapa fitur tambahan yang ditambahkan seperti classifier aritmia dan interaktif layar
sentuh GUI. Untuk perbaikan lebih lanjut, akurasi yang lebih tinggi dan diperpanjang
algoritma klasifikasi aritmia harus dirancang untuk mendeteksi lebih banyak jenis
aritmia. Selain itu, perbaikan pada platform FPGA juga harus dilakukan dengan
meningkatkan memori atau

meningkatkan pemanfaatan memori algoritma sehingga lebih EKG dataset dapat


dimuat dan diproses dalam sistem.

Kelebihan Penelitian yang didapat dijurnal ini yaitu:

Sistem yang di usulkan mampu mengidentifikasi tiga jenis aritmia yang PVC, VF dan
tingkat dua blok AV.

pengurangan, dan klasifikasi. klasifikasi akurasi dari metode ini adalah sampai dengan
99,71% [13].

Jurnal 4

Judul jurnal 4: ventricular aritmia KLASIFIKASI DAN SERANGAN SISTEM ventricular


aritmia KLASIFIKASI DAN SERANGAN SISTEM

Penulis: Mohd Afzan Othman *, Norlaili Mat Safri, Noraini Zakaria

Kata kunci:Aritmia ventrikel, ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardia, klasifikasi aritmia,


prediksi aritmia, EKG

Latar Belakang Masalah:


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 17,3 juta orang
meninggal akibat penyakit kardiovaskular (CVD) pada tahun 2008 [1]. Dari 17,3 juta,
lebih dari 80% kematian CVD berlangsung di negara-negara berpenghasilan menengah
lowand. Ini tidak mendiskualifikasi Malaysia dari daftar itu, di mana tingkat kematian
CVD berkisar 239-362 kematian per 100.000 penduduk pada laki-laki dan 181-281
kematian per 100.000 penduduk pada wanita [1]. Di Malaysia khususnya, yang CVDs
menjadi pembunuh nomor satu (Mei 2010) dan angka kematian terus meningkat setiap
tahun.

Karena alasan ini, kami telah memutuskan untuk melakukan studi di CVD. Penelitian ini
akan berkonsentrasi pada aritmia karena beberapa aritmia yang mengancam nyawa
dan memerlukan pengobatan segera. Aritmia adalah jenis CVDs yang didefinisikan
sebagai sekelompok kondisi di mana aktivitas listrik jantung tidak teratur yang dapat
mengakibatkan jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat dari biasanya. Selama
aritmia, jantung tidak dapat memompa cukup darah dan oksigen ke seluruh tubuh. Ini
memompa kurang efisien darah dan oksigen oleh jantung akan menyebabkan paru-
paru, otak dan organ dapat bekerja dengan baik dan shutdown atau rusak.

Tujuan penelitian:

Penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah sistem yang tidak hanya bisa
mengklasifikasikan N, VT dan VF .Segmen akurat tetapi juga bisa melacak perilaku
sinyal EKG yang berguna untuk monitoring jantung juga. Sistem ini dikembangkan akan
meniru perangkat EKG saat ini, tidak hanya untuk memperoleh sinyal EKG, tetapi untuk
memungkinkan pemantauan yang lebih efisien dari pasien di mana ia dapat
menentukan terjadinya terjadinya aritmia ventrikel dengan mempelajari pola perilaku
perubahan sinyal EKG. Sehingga berpotensi dapat menyelamatkan hidup seseorang
sekali VT atau VF tiba-tiba terjadi, karena kita dapat mengambil langkah-langkah
perbaikan segera.

Metodologi Penelitian:

Hasil Penelitian:
klasifikasi dan determinasi onset sistem (cods) dikembangkan menggunakan LabVIEW
sebuah perangkat lunak berbasis pada SOD-BD analisis dan ventrikel aritmia deteksi
onset yang telah dilakukan sebelumnya [7, 9]. Gambar 1 menggambarkan panel depan
VI dari sistem yang dikembangkan. Dari panel depan VI Angka, cods dibagi menjadi
enam komponen dinotasikan sebagai A, B, C, D, E dan F. A adalah path file yang
digunakan untuk memilih catatan EKG yang diinginkan yang ingin kita menganalisis
atau kita dapat beralih ke perekaman real-time dengan menempatkan elektroda pada
kulit. B adalah grafik gelombang digunakan untuk menunjukkan bentuk sinyal ECG
yang telah dipilih dari A.

C dan D sedang merencanakan grafik yang menunjukkan dan melacak distribusi


amplitudo dan rasio parameter diekstrak (frekuensi alami dan parameter input), masing-
masing. E menunjukkan grafik dari

5 Othman, Mat Safri & Zakaria / Jurnal Teknologi (Ilmu & Teknik) 78: 7-5 (2016) 1-6

perubahan tarif dari ω dan u parameter. C, D dan E digunakan untuk melacak tanda-
tanda kelainan dengan mempelajari perubahan sinyal EKG dari normal ke irama
normal, yang berguna dalam menentukan timbulnya

aritmia ventrikel. Akhirnya, F highlight jenis sinyal EKG bahwa aku s otomatis
diklasifikasikan oleh cods. Jika sistem mendeteksi episode takikardi ventrikel, VT emitor
cahaya dioda (LED) berubah dari hijau ke kuning. Jika Cods mendeteksi episode
fibrilasi ventrikel, VF LED berubah dari hijau ke warna merah. Kedua LED tetap hijau
ketika ritme sinus normal terdeteksi oleh sistem.

Kelebihan Penelitian yang didapat dijurnal ini yaitu:

Jurnal ini menyajikan berhasil mengembangkan takikardia ventrikel dan fibrilasi


ventrikel klasifikasi dan sistem penentuan onset (Cods) dengan menggabungkan SOD-
BD dan aritmia ventrikel teknik penentuan awal dalam satu sistem. Cods ini tidak hanya
mampu mengklasifikasikan antara N, VT dan VF akurat, tetapi memiliki kemampuan
untuk menentukan terjadinya aritmia ventrikel juga. kemampuan ini berguna untuk
pasien pemantauan dan pelacakan yang memiliki penyakit pembuluh darah jantung
terutama untuk mereka yang menderita dari aritmia ventrikel.

Anda mungkin juga menyukai