Anda di halaman 1dari 2

MEBENDAZOLE (MBZ)

Introduction dan dosis


Mebendazole (MBZ) merupakan obat anti-helminthic golongan benzimidazole
spektrum luas. Mebendazole ada dalam kelas yang sama dengan albendazole, fluobendazole,
oxfendazole, dan lain-lain. MBZ ini biasa diresepkan dokter untunk mengobati berbagai infeksi
cacing parasite nematoda dan trematode pada manusia dan hewan peliharaan. Dalam sebuah
penelitian membuktikan bahwa mebendazole lebih efektif terhadap A. lumbricoides
dibandingkan T. trichiura. Apalagi jika penggunaan dilakukan secara double dose (Sri Wahdini
et al., 2018).
Pada pengobatan manusia dan hewan perlihara, formulasi mebendazole yang paling
umum adalah tablet 100 mg. Dosis yang diberikan bervariasi tergantung spesies hewan dan
jenis infeksi cacing yang sedang dilakukan pengobatan atau perawatan. Biasanya pemberian
MBZ pada cacing kremi diberikan 100 mg dengan dosis tunggal, sedangkan cacing gelang atau
cacing tambang diperlakukan dengan 100 mg dua kali sehari selama tiga hari. Adapun
kombinasi mebendazole dengan albendazole dapat digunakan secara jangka panjang untuk
pengobatan echinococcosis kistik.

Toksisitas
Mebendazole memiliki toksisitas rendah, dapat diberikan pada pasien yang
menunjukan gejala sementara seperi sakit perut dan diare dalam kasus infeksi massif dan
ekskresi parasit. Reaksi hipersensitivitas, seperti ruam, urtikaria, dan angioedema ditemukan
pada beberapa penelitian penggunaan MBZ. Mebendazole dikontraindikasikan pada betina
bunting, dan sangat harus diperhatiakan penggunaanya pada hewan muda. Namun, masih
kurangnya data pada pemberian MBZ pada kasus-kasus tersebut. dalam kasus pemberian MBZ
jangka panjang untuk echinococcosis, secara umum pengobatan ditoleransi dengan baik.
Tetapi dalam satu penelitian observasional, pada pasien yang diobati dengan MBZ (masa
pengobatan 24 bulan) mengalami beberapa reaksi (alopesia reversible, gangguan psikologis,
dan penurunan kinerja) sehingga pengobatan diubah menjadi albendazole.

Mekanis kerja
Metabolisme MBZ first-pass hanya 20% dari dosis oral yang mencapai sirkulasi
sistemik, dengan onset maksimum 2-4 jam pasca pemberian. Pemberian dosis yang diimbangi
dengan makanan berlemak tinggi diketahui secra sederhana meningkatkan bioavailabilitas.
Dosis kronis MBZ meningkatkan konsentrasi plasma. Albendazole dan MBZ berinteraksi
dengan simentidin, yang menghambat metabolisme dan telah didokumentasikan untuk
meningkatkan kadar plasma (kadar serum maksimun menjadi naik).
Tindakan anti-parasit MBZ disebabkan oleh aksinya sebagai zat pengganggu
mikrotubulus yang bertindak untuk mencegah polimerasi tubulin dalam usus cacing, kemudian
menyebabkan parasite mati dimana tubulin ini sangat penting untuk pembelahan sel. MBZ
seperti halnya benzimidazole lainnya, berikatan dengan domain pengikat colchicine tubulin.
Penghambatan polimerasi tubulin oleh MBZ telah dikonformasi secara in vitro dalam model
glioblastoma dan dalam model melanoma. Respon apoptosis terhadap gangguan mikrotubulus
dimediasi oleh fosforilasi Bcl-2. Selanjurnya melanoma mengkonformasi hasil ini, dan
menunjukan bahwa MBZ menurunkan kadar X-linked inhibitor of apoptosis, tetapi sampai saat
ini belum ada konfirmasi dalam garis sel non-melanoma (Pan Pantziarka et al., 2014)
Dapus

Namwanje, H., Kabatereine, N.B., and Olsen A., 2011. Efficacy of single and double doses
of albendazole and mebendazole alone and in combination in the treatment of
Trichuris trichiura in school-age children in Uganda Tran R Soc Trop Med Hyg. 105
(10) 586–590. DOI: 10.1016/j.trstmh.2011.07.009.

Keiser, J., et al., 2012. Effect of combinations of marketed human anthelmintic drugs against
Trichuris muris in vitro and in vivo Parasit Vectors. 5(1) 292 DOI: 10.1186/1756-
3305-5-292 PMID: 23231753 PMCID: 3533970.

Pan Pantziarka., Gauthier Bouche., Lydie Meheus., Vidula Sukhatme., and Vikas P.
Sukhatme., 2014. Repurposing Drigs in Oncology (ReDo) – Mebendazole as an anti-
cancer agent. 8:443. DOI: 10.3332/ecancer.2014.443.

Sri Wahdini., Yusuf A. Fikri., dan Saleha Sungkar., 2018. Efektivitas Mebendazol Double-
Dose terhadap Infeksi Soil-Transmitted Helminths di Desa Perokonda, Sumba Barat
Daya. eJKI Vol. 6 No. 2, Agustus 2018. DOI: 10.23886/ejki.6.9769

Anda mungkin juga menyukai