BIOFARMASETIKA
OBAT ALBENDAZOLE DAN METOKLOPRAMIDE
DISUSUN OLEH :
ISTY MAULYA MARSHANDA (1948201053)
ROSA DIANA LASMINI (1948201105)
ROSNIDA DELSI (1948201106)
RUWINDA (1948201107)
SRI INDAH DOA NITA (1948201119)
SUCI RAHAYU (1948201123)
WIDYA CAHYANI (1948201139)
Pekanbaru
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengobatan albendazol dapat dikombinasikan dengan obat lain, seperti hasil yang
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Benyamin dkk pada anak sekolah di
Pulau Pemba, Tanzania. Pengobatan kombinasi albendazol–oxantelpamoat dan
albendazol–ivermectin dapat menurunkan morbiditas cacingan anak dibandingkan
dengan anak-anak yang diobati dengan albendazol saja (Speich et al, 2016). Ada
beberapa macam obat yang mempunyai efek samping yang sedikit yang digunakan untuk
mengobati cacingan, seperti albendazol, mebendazol, ivermectin, nitazoxanide, pirantel
pamoat dan levamizol. Ada takaran atau dosis tertentu yang diberikan bagi masing-
masing obat tersebut untuk mengobati cacingan. Albendazol merupakan salah satu obat
pilihan dalam mengobati cacingan, dimana dalam penggunaannya albendazol diberikan
400 mg dosis tunggal baik untuk orang dewasa maupun bagi anak-anak. (Soedarto, 2011)
Albendazol merupakan obat yang diberikan pada program pengobatan obat massal,
dimana obat ini merupakan obat dengan pemakaian dosis tunggal yang sangat efektif
dengan tingkat keamanan yang sangat baik dan biaya yang rendah dan diberikan tanpa
perlu dilakukan diagnosis laboratorium sebelumnya. Pemberian obat ini secara massal
dilakukan bersamaan dengan program rutin yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dalam
rangka pengendalian cacingan. Pada penelitian pemberian albendazol dalam penggunaan
pengobatan massal yang telah dilakukan selama bertahun-tahun dalam pengendalian STH
di Asia Selatan dan Asia Tenggara terbukti sangat efektif (Padmasiri, 2017).
Mual adalah perasaan dorongan kuat untuk muntah. Muntah atau memuntahkan adalah
memaksa isi perut naik melalui kerongkongan dan keluar dari mulut (UMMC, 2013).
Penyebab mual dan muntah ini ada bermacam-macam seperti: alergi makanan, infeksi
pada perut atau keracunan makanan, bocornya isi perut (makanan atau cairan) keatas
yang juga disebut gastroesophageal reflux atau GERD (UMMC, 2013). Mual dan
muntah sejauh ini merupakan kejadian yang sering terjadi pada kondisi kesehatan selama
kehamilan, dengan prevalensi diperkirakan sekitar 50 - 70 %. Kejadian yang sering
terjadi berupa hyperemesis gravidarum (HG), telah diperkirakan sebesar 0,5 - 2 % dari
seluruh kehamilan (Svetlana et al, 1999). Anti-emetik atau obat mual adalah obat yang
digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan
untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik dari golongan opiat,
anestesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk
mengatasi vertigo (pusing) atau migren
(Mutschler, 1991).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu profil obat albendazol secara umum?
2. Apa itu sifat fisiko kimia albendazol?
3. Apa itu tingkat kelarutan albendazol?
4. Apa itu tingkat kelas BCS albendazol?
5. Apa itu bentuk sediaan albendazol?
6. Apa itu kekuatan sediaan albendazol?
7. Apa itu profil obat metoclopramide secara umum?
8. Apaitu sifat fisiko kimia metoclopramide?
9. Apaitu tingkat kelarutan metoclopramide?
10. Apa itu tingkat kelas BCS metoclopramide?
11. Apa itu bentuk sediaan metoclopramide?
12. Apa itu kekuatan sediaan metoclopramide?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui profil obat albendazol secara umum
2. Untuk mengetahui sifat fisiko kimia albendazol
3. Untuk mengetahui tingkat kelarutan albendazol
4. Untuk mengetahui tingkat kelas BCS albendazol
5. Untuk mengetahui bentuk sediaan albendazol
6. Untuk mengetahui kekuatan sediaan albendazol
7. Untuk mengetahui profil obat metoclipramide secara umum
8. Untuk mengetahui sifat fisiko kimia metoclopramide
9. Untuk mengetahui tingkat kelarutan metoclopramide
10. Untuk mengetahui tingkat kelas BCS metoclopramide
11. Untuk mengetahui bentuk sediaan metoclopramide
12. Untuk mengetahui kekuatan sediaan metoclopramide
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil obat secara umum
a. Albendazol
(albendazole / albendazolum), dari kelas benzimidazole, adalah suatu zat antelmintik
spektrum luas. Albendazol digunakan terutama untuk mengobati hydatid disease
(disebabkan cystic echinococcosis) dan neurocysticercosis (larva Taenia solium di
otak). Albendazol juga dapat digunakan untuk membasmi infeksi nematoda, termasuk
strongyloidiasis, askariasis, dan infeksi hookworm / ankylostomiasis pada anak-anak.
Efek terapi obat albendazol, secara sistemik maupun lokal di intestinal, adalah
mengganggu proses reproduksi dan ketahanan hidup larva, kista, atau cacing dewasa.
Cacing dibuat tidak bertenaga, karena metabolisme energinya diganggu, sehingga
tidak dapat bergerak kemudian mati. Efek samping obat umumnya ringan berupa
nyeri lambung.
Albendazol mengandung zat benzimidazole carbamate, yang secara struktur
berhubungan dengan mebendazole. Obat ini berbentuk solid, berupa bubuk kristal
berwarna keputihan, tidak berbau dan tidak ada rasa. Albendazol sangat tidak larut
dalam air. Larut dalam dimethylsulfoxide, asam kuat, basa kuat, dan asam asetat
glasial. Serta sedikit larut dalam aseton, etanol, metanol, kloroform, etil asetat, dan
asetonitril.
Sinonim: albendazole, albendazolum.
Nama kimia: methyl N-(6-propylsulfanyl-1H-benzimidazol-2-yl) carbamate
Tabel 1 Deskripsi Singkat Albendazol
Kelas Anti infeksi
Subkelas Antelmintik
Akses Resep
Wanita hamil Kategori FDA & TGA
Wanita menyusui Diekskresikan ke dalam air susu ibu
Anak anak Bilamana perlu, sesuai usia dan aturan
Infant Bilamana perlu, sesuai usia dan aturan FDA Approved
b. Sifat fisiko kimia
Sifat Kimia albendazole
Nama sinonim : Albendazol, Albendazole
Rumus molekul : C 12 H 15 N 3 O 2 S
BM : 265,34
Kadar bahan aktif : mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari
101,0%
Sifat Fisika Pemerian : Tidak stabil terhadap udara lembab,dan harus terlindungi
dari cahaya Titik leleh : 208-210 ºC
Sifat farmakologis
Indikasi : Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang
hidup sebagai parasit tunggal atau majemuk. Albendazol
efektif untuk pengobatan cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing
kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), cacing
pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.
Kontra Indikasi : Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis
pada percobaan dengan hewan. Karena itu obat ini tidak
boleh diberikan pada wanita yang sedang mengandung.
Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi (15
40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7
hari dihitung mulai dari hari pertama haid.
Efek samping : Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan
sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita,
tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada
hubungannya dengan pengobatan.
Perhatian : Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal dan hati. Jangan diberikan pada ibu menyusui.
Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2
tahun.
Mekanisme Kerja : Hasil percobaan preklinis dan klinis menunjukkan bahwa
albendazol mempunyai khasiat membunuh cacing,
menghancurkan telur dan larva cacing. Efek antelmintik
albendazol dengan jalan menghambat pengambilan glukosa
oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi
untuk mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini
mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi
untuk mempertahankan hidup.
Dosis Lazim : 400 mg sehari
c. Rancangan Formulasi Zat aktif
Albendazole Pengikat, Avicel ph 102 Penyedap Pengisi Pewarna Lubrikan, Aspartam
dan Mint, Manitol, Asam Sitrat, Mg stearat
1. Alatas, F., Aprilliana, M., & Gozali, D. (2017). The Preparation and Solubility of
Loratadine-Fumaric
2. Molina AJ, Merino G, Prieto JG, Real R, Mendoza G, Alvarez AI: Absorption and
metabolism of albendazole after intestinal ischemia/reperfusion. Eur J Pharm Sci.
3. Oxberry ME, Reynoldson JA, Thompson RC: The binding and distribution of
albendazole and its principal metabolites in Giardia duodenalis.
4. J Vet Pharmacol Ther. Ramirez T, Benitez-Bribiesca L, Ostrosky-Wegman P, Herrera
LA: In vitro effects of albendazole and its metabolites on the cell proliferation
kinetics and micronuclei frequency of stimulated human lymphocytes. Arch Med Res.
5. Horton, J. (2000). Albendazole: a review of anthelmintic efficacy and safety in
humans. Parasitology,