Oleh:
NIM : 1601148
MAKASSAR
2023
SUPPOSITORIA (METRONIDAZOLE)
A. Studi Pasar
Nama produk : Metronidazole
Indikasi : Untuk infeksi bakteri anaerob dan protozoa
Contoh dipasaran : Flagyl, Fladystin, Vagistin, dsb
2. Sifat Farmakologi
Khasiat : Antimikroba
Absorpsi : Metronidazole diabsorbsi dengan cepat di gastrointestinal.
Konsentrasi puncak dalam plasma (Cmax) terjadi dalam 1-2
jam untuk sediaan oral, 20 menit untuk sediaanbintravena, 5-
12 jam untuk sediaan rektal,bdan 8 jam untuk sediaan gel
intravagina. Besarnya Cmax proporsional terhadap dosis
obat yang diberikan. Bioavailabilitas Metronidazole sebesar
80% untuk sediaan oral. Bioavailabilitas dilaporkan sebesar
60-80% untuk sediaan rektal, 20-25% sediaan ovula, dan
56% untuk gel intravagina.
Distribusi : Terdistribusi secara luas ke dalam cairan dan jaringan
tubuh, termasuk cairan empedu, saliva, air susu ibu,
plasenta, cairan semen, dan cairan serebrospinal, dengan
konsentrasi setara konsentrasi obat dalam plasma.
Metronidazole terikat pada protein plasma sebesar
Metabolisme : Di metabolisme dihati dengan rantai samping oksidasi dan
pembentukan glukoronida. Metabolit oksidatif utama adalah
1-(2-hidroksietil)-2- hidroksimetil-5-nitroimidazol (hidroksil
metabolit), yang memiliki aktivitas antibakteri dan terdeteksi
dalam plasma dan urine, dan 2-metil-5-nitroimidazol-1-asam
asetat (metabolit asam), yang hampir tidak memiliki aktivitas
antibakteri dan sering kali tidak terdeteksi dalam plasma,
tetapi diekskresikan dalam urine.
Ekskresi : Diekskresi melalui urine dalam bentuk asal dan bentuk
metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Juga diekskresi
melalui urine dalam bentuk melalui air liur, air susu, cairan
vagina.
Mekanisme kerja : Metronidazole menghambat sintesis protein dengan
berinteraksi dengan DNA dan menyebabkan hilangnya
struktur DNA heliks dan kerusakan untai . Oleh karena itu,
menyebabkan kematian sel pada organisme yang rentan.
Mekanisme kerja Metronidazole terjadi melalui proses empat
langkah yaitu langkah pertama adalah masuk ke organisme
melalui difusi melintasi membran sel patogen anaerobik dan
aerobik. Namun, efek Antimikroba terbatas pada anaerob.
Langkah kedua Melibatkan aktivitas reduktif oleh protein
transpor intraseluler dengan mengubah struktur kimia
piruvatferedoxin Oxidoreductase. Pengurangan
Metronidazole menciptakan gradien konsentrasi dalam sel
yang mendorong penyerapan lebih banyak obat dan
mendorong pembentukan radikal bebas yang bersifat
sitotoksik. Langkah ketiga, interaksi dengan target
intraseluler, dicapai oleh partikel sitotoksik yang berinteraksi
dengan DNA sel inang yang mengakibatkan kerusakan untai
DNA dan destabilisasi heliks DNA yang fatal. Langkah
keempat adalah pemecahan produk sitotoksik.
Metronidazole juga bersifat sitotoksik terhadap bakteri
anaerob fakultatif seperti helicobacter pylori dan Gardnerella
Vaginalis, tetapi mekanisme kerjanya terhadap patogen ini
belum dipahami dengan baik.
Indikasi : Untuk terapi infeksi bakteri anaerob dan protozoa, seperti
pada trikomoniasis, giardiasis, dan amebiasis.
Efek samping Mual, muntah anoreksia, nyeri pada epigastrium, rasa tidak
enak di mulut, furry tongue, urtikaria, urine menjadi gelap.
Dosis : Untuk infeksi bakteri anaerob: Dewasa :1 g supp setiap 8
jam sampai pemberian secara oral memungkinkan, jika lama
terapi >13 hari, kurangi dosis selanjutnya menjadi 1 g setiap
12 jam setelah hari ke 3. Untuk pencegahan infeksi bakteri
anaerob sesudah menjalani pembedahan: Dewasa : 1 g
supp, 2-4 jam sebelum operasi, kemudian setelah operasi
setiap 8 jam sampai pemberian secara oral memungkinkan.
Anak-anak : ½ / ¼ dari 500 mg suppositoria setiap 8 jam.
Aturan pakai : Dimasukkan jauh ke dalam vagina
Bentuk sediaan : Bentuk sediaan oral, intravena, suppositoria, dan ovula
Rancangan formula
Metronidazole 500 mg
PEG 1000 75%
PEG 6000 25%
Gliserin 2%
5. Evaluasi sediaan
Uji Organoleptik
Untuk melihat ada atau tidaknya distribusi zat aktif yang tidak merata,
keretakan, lubang, eksudasi cairan, dan pembengkakan basis. Pengamatan
dilakukan secara organoleptik. Untuk melihat ada tidaknya migrasi zat aktif
dilakukan dengan memotong suppositoria secara longitudinal lalu dilihat
secara visual pada bagian internal dan eksternal dan harus nampak seragam.
Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat didalam basis
suppositoria. Juga diamati adanya retakan atau lubang. Suppositoria yang baik
memberikan penampilan yang diamati (internal dan eksternal), juga tidak ada
keretakan atau lubang.
Keseragaman bobot
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keseragaman bobot
pada masing-masing sediaan suppositoria. Adanya variasi bobot antar
suppositoria dapat terjadi karena proses pembuatan yang tidak konsisten,
penutupan cetakan yang tidak sempurna, dan proses pengerokan sediaan
yang tidak merata. Uji ini dilakukan dengan menimbang 10 suppositoria dan
dihitung bobot rata-ratanya. Simpangan rata-rata 10 suppositoria yang baik
yaitu ± 5%. Apabila bobot yang dihasilkan terlalu kecil, perlu dilakukan
pemeriksaan homogenitas (keseragaman kandungan) meskipun cetakan
sudah terisi sempurna. Pemeriksaan dilakukan karena kemungkinan terdapat
gelembung udara di dalam suppositoria atau muncul surfaktan yang tidak
diinginkan pada sediaan.
Waktu leleh
Merupakan ukuran waktu yang diperlukan untuk suppositoria dapat
larut sempurna atau terdispersi menjadi komponen-komponennya. Pada
umumnya, titik leleh suppositoria harus ≤ 37ºC. Pengukuran dilakukan dengan
mencelupkan suppositoria dalam keadaan tercelup sempurna di dalam
penangas air dengan suhu terkontrol 37 ± 0,50ºC dan dihitung waktu
suppositoria meleleh dengan sempurna. Uji di replikasi sebanyak tiga kali.
Keseragaman kandungan
Kekerasan
Disolusi.
Ansel, Howard. 2005. Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System 9
th Edition. China: The Point.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. Informasi Spesialite Obat Vol 51. Jakarta: ISFI
Lachman, Leon et al. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets Vol 1. New
York:Marcel Dekker, Inc.
Lachman, Leon, Herbert Lieberman, dan Joseph Kanig. 2008. Teori dan Praktek
Farmasi Industri Edisi 3 Jilid II. Jakarta: UI Press.
A. Studi pasar
2. Studi farmakologi
Rancangan formula
5. Evaluasi sediaan
a. Uji kualitas granul dan massa
Uji kecepatan alir
Laju alir massa cetak ditentukan dengan menggunakan granul
flow tester. Masing-masing sampel ditimbang kemudian diletakkan
pada corong alat, waktu jatuhnya seluruh sampel dicatat untuk
menentukan laju alir. (Nawangsari,2019)
DAFTAR PUSTAKA
ISO. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol 52. ISFI Penerbitan
B. Sifat Farmakologi
Rancangan Formula
E. Evaluasi Sediaan
• Evaluasi Granul
Sudut diam
Penentuan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong.
100 gram granul dimasukkan ke dalam corong, permukaan atas corong
diratakan, kemudian penutup bawah corong dibuka dan biarkan granul
mengalir melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan
rumus:
Tg Ɵ = 2h / D
Keterangan:
Ɵ = sudut diam
H = tinggi kerucut (cm)
D = diameter (cm)
Syarat Sudut Diam: 20º˂Ɵ˂40º
Waktu alir
Penentuan waktu alir dilakukan dengan memasukkan 100 gram
serbuk ke dalam corong dimana ujung corong ditutup dengan jari,
kemudian permukaan corong diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan
bersamaan dengan stopwatch dinyalakan. Jika granul yang mengalir
melalui corong sudah habis maka stopwatch dimatikan dan dicatat waktu
alirnya. Syarat: Waktu alir (t) ˂ 10 detik (Cartensen,J.T.,1977).
Indeks
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL dan diukur volume
awalnya (V1) kemudian di hentakan sehingga diperoleh volume akhirnya
(V2) yang konstan. Indeks taps dapat dihitung
Dengan rumus:
I = V1-V2/V1 × 100%
Keterangan:
I = Indeks taps
V1 = volume sebelum hentakan
V2 = volume sesudah hentakan
Syarat Indeks Taps : I ≤ 20%
• Evaluasi Tablet
Uji Keseragaman Bobot Tablet
Percobaan dilakukan pada 20 tablet yang sudah dicetak, kemudian
ditimbang masing-masing tabletnya dan dihitung nilai rata-ratanya. Setelah
diperoleh nilai rata-rata ditentukan penyimpangan kolom A dan B (Depkes.
RI.,1979).
Uji Keseragaman Ukuran
Percobaan ini dilakukan pada 10 tablet, kemudian diukur masing –
masing tablet diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong.
Allen. L. V & Luner. P. E., 2006, Methylcellulose. In: Rowe, R. C., Sheskey, P. J.,
& Weller, P. J. (Eds) Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6nd, 462-
465, American Pharmaceutical Association,Washington.
Cartensen, J.T. 1977. Pharmaceuticl of Solid Dosage Forms. New York: A Wiley
Interscience Publication John Wiley and Son.
Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Sari, N.E. (2015). Formulasi Talet Hisap Ekstrak Kulit Manggis (garcinia
Mangostana L.)Sebagai Produk Nutrasetika. Jurusan FMIPA UI, Depok.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta. 54 – 55, 98 – 115.