Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL KASUS II

KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Nirmalah (21116032)
2. Tasya Melangga Putri (21116034)
3. Endang Kartasari (21116035)
4. Andini (21116036)
5. Akhmad Syoferi (21116038)
6. Aldo Prananta (21116039)
7. Rexy Septadiansyah (21116040)
8. Tri Oktaviana (21116041)
9. Muzilla Wati (21116042)
10. Gisella Rara Aliande A (21116043)
11. Aprianti Rosidah (21116061)
12. Mustika Damayanti (21116062)

Dosen Pembimbing :
Yuniza, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
SKENARIO II

Seorang perempuan berusia 60 tahun tinggal dipanti werda, mengeluh sakit daerah
persendian, dan sering mengalami kekakuan dan bengkak pada sendi di daerah
kaki, otot kaki mengalami spastic dan terlihat membengkak. Pengkajian didapat
tekanan darah 140/90 mmHg, nyeri sendi skala nyeri 5, disertai bunyi krepitasi
pada sendi yang digerakan, sulit berjalan, terlihat tofus pada sendi pada
ekstermitas bawah dextra dan sinistra, kekuatan otot extermitas bawah dextras dan
sinistra 3, terlihat meringis menahan sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan uric acid 8,5 mg/dl, klien mengatakan sudah menapouse sejak usia 58
tahun. Klien merasakan nyeri bertambah saat malam dan pagi hari, klien hanya
mengoleskan balsam pada bagian yang mengalami nyeri, saat malam hari sering
terbangun karena nyeri dan sulit tidur kembali, klien mengatakan kurang minum,
dan menyukai makan jeroan ayam.

THE SEVEN JUMPS METHOD


1. STEP I – Clarify Unfamiliar Term (Mengklarifikasi Istilah atau Identifikasi Data
Objektif dan Subjektif)
a. Spastic : penegangan pada otot
b. Krepitasi : Suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang kartilago
c. Tofus : penumpukan kristal asam urat pada persendian
d. Dextra : bagian tubuh sebelah kanan
e. Sinistra : bagian tubuh sebelah kiri
f. Ekstremitas : anggota gerak pada tubuh atau perpanjangan dari anggota
tubuh utama
g. Manopause : berakhirnya siklus menstruasi secara alami.

2. STEP II – Define the Problems (Membuat Pertanyaan) 5W1H


a. Rexy : Program Layanan kesehatan yang paling tepat dalam kasus tersebut?
b. Akhmad : Apa saja penyebab terjadinya otot spastic ?
c. Mustika : apakah ada terapi khusus yang dapat perawat berikan pada lansia
tersebut untuk mengatasi kekakuan pada persendian nya ?
d. Nirmala : Intervensi yang tepat pada kasus tersebut ?
e. Tri : sebutkan masalah-masalah kesehatan yang sering ditemukan pada
lansia ?
f. Endang : apa saja makanan dan obat-obatan yang perlu dikonsumsi untuk
menghindari penyakit nyeri sendi ?
g. Aprianti : sebutkan diagnose keperawatan yang muncul pada kasus tersebut ?
h. Andini : bagaimancara mengatasi kecemasan pada pasien terhdapa nyeri yang
dialami serta saat pasien susah tidur ?
i. Gisel : mengapa pada lansia sering mengalami gangguan persendian ?
j. Aldo : mengapa klien sering merasakan nyeri bertambah saat pagi dan
malam hari, apa penyebabnya dan bagaimana cara penangananya ?
k. Tasya : Aktivitas/ olahraga apa saja yang dapat diberikan untuk mengatasi
nyeri sendi ?

3. STEP III – Brainstorm Possible Hypothesis (Menjawab Pertanyaan sementara)


a. Rexy : Program Layanan kesehatan yang paling tepat dalam kasus tersebut?
- Andini : Puskesmas santun lansia, posyandu lansia.
b. Akhmad : Apa saja penyebab terjadinya otot spastic ?
- Mustika : otot spastic/ tegang otot penyebabnya muncul pasca terkena serangan
stroke danmuncul bertahun-tahun/ berbulan-bulan.
- Aldo : dapat disebabkan oleh kerusakan jalur saraf yang dapat mengontrol
pergerakan otot seperti cedera tulang, kerusakan otak atau cerebral palsy
c. Mustika : apakah ada terapi khusus yang dapat perawat berikan pada lansia tersebut
untuk mengatasi kekakuan pada persendian nya ?
- Aprianti : dengan memberikan terapi kompres air hangat
d. Nirmala : Intervensi yang tepat pada kasus tersebut ?
- Tasya : Manajemen Nyeri, Terapi Aktifitas,
e. Tri : sebutkan masalah-masalah kesehatan yang sering ditemukan pada lansia ?
- Rexy : osteoporosis, masasalah penglihatan, penyakit Alzheimer, arthritis/ nyeri
sendi dan gangguan metabolism tubuh
- Endang : Risiko jatuh, Sulit BAB/BAK, ganggauan seksualitas,
f. Endang : apa saja makanan dan obat-obatan yang perlu dikonsumsi untuk
menghindari penyakit nyeri sendi ?
- Tri : konsumsi suplemen yang mengandung glukosamin, minum susu dan
perbanyak asupan vitamin D
g. Aprianti : sebutkan diagnose keperawatan yang muncul pada kasus tersebut ?
- Nirmala : gangguan pola tidur dan nyeri akut
h. Andini : bagaiman cara mengatasi kecemasan pada pasien terhdapa nyeri yang
dialami serta saat pasien susah tidur ?
- Gisel : dengan melakukan teknik relaksasi seperti tarik napas dalam,
mendengarkan music/ murotal, rekreasi
i. Gisel : mengapa pada lansia sering mengalami gangguan persendian ?
- Akhmad : kondisi ini terjadi ketika tulang rawan sendi mulai menipis seiring
usia sehingga tulang bergesekan langsung dengan tulang lainnya.
- Aprianti : pada sendi terdapat cairan synovial yang berkurang sehingga
menyebabkan terjadinya pergesekan sendi.
j. Aldo : mengapa klien sering merasakan nyeri bertambah saat pagi dan malam hari,
apa penyebabnya dan bagaimana cara penangananya ?
- Gisel : saat pagi dan malam hari lansia beristirahat sehingga mengalami
nyeri dikarenakan faktor lingkungan dan kekakuan sendi yang dialami lansia.
Penanganan : manajemennyeri, terapi farmakologi, terapi farmakologi dan non
farmakologi ( Relaksasi dan distraksi)
4. STEP IV – Main Mapping / Pathway

Gaya Hidup Usia Genetik

Degenerasi sel

Peningkatan Uric Acid


Penipisan Lapisan Kelainan struktur
Kartilago kartilago
Penumpukan kristal as.
Urat di persendiran
Erosi permukaan
kartilago
Tofus pada
ekstremitas
Abrasi antar
kartilago di sendi
Gangguan Citra Pembengkakan Krepitasi pada
Tubuh pada ekstremitas sendi
Osteoathritis

Aktivitas Inflamasi pada Cairan sinovial Kekakuan sendi Peregangan


terhambat rawan sendi menurun tendon

Hambatan Nyeri Sendi Spasme


Mobilitas Fisik
Kurang
Pengetahuan Nyeri Akut

Gangguan Pola Tidur Gelisah


5. STEP V – Learning Objective (Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
a. Mahasiswa/I mampu memahami mengenai Tinjauan Teoritis Osteoathritis pada lansia
b. Mahasiswa/I mampu memahami mengenai Asuhan keperawatan Osteoathritis pada
lansia
c. Mahasiswa/I mampu memahami program kesehatan lansia yang menderita
Osteoathritis
d. Mahasiswa/I mampu memahami mengenai Perubahan Fisik yang terjadi pada lansia
terutama pada sistem musculoskeletal
e. Mahasiswa/I mampu memahami mengenai cara menentukan kekuatan otot dan sendi
gerak
6. STEP VI – Belajar Mandiri

7. STEP VII (Mensintesis & Menguji Informasi Baru)

A. Tinjauan Teori Osteoathritis


1. Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan
kekakuan pada sendi (CDC, 2014).
OA sebagai kelainan sendi kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan
sintesis dan degradasi pada sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang
subkondral pada usia tua (Sjamsuhidajat et.al, 2011).
2. Etiologi
Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan
OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak
diketahui dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun
perubahan lokal pada sendi, sedangkan OA sekunder merupakan OA yang ditengarai
oleh faktor-faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja,
olahraga berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer
lebih banyak ditemukan daripada OA sekunder (Davey, 2006).
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri
merupakan gejala khas pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri semakin
berat bila melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri diakibatkan
setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri semakin ringan
dengan istirahat (Sumual, 2012).
3. Patofisiologi
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks
rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan
sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi
terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit
osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :
a) Fase 1 : Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme
kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti
metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit
juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi proteolitik. Kondisi
ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago.
b) Fase 2 : terjadinya fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya
pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovial.
c) Fase 3 : pada fase ini rasa nyeri dialami oleh penderita osteoathritis yang
disebabkan oleh peregangan tendon, ligamen serta spasme otot.
d) Fase 4 : pada fase ini terjadi perubahan bentuk pada sendi dan memberikan
dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur
sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh [ada permukaan artikular
menjadi kondisi gangguan yang progresif. (Helmi, 2012).
4. Manifestasi Klinik
Menurut Australian Physiotherapy Association (APA) (2003) dalam Nur
(2009) penyakit osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang biasanya menyulitkan
bagi kehidupan penderitanya. Adapun gejala tersebut antara lain :
1) Nyeri Sendi : Biasanya nyeri sendi bertambah dikarenakan gerakan dan sedikit
berkurang bila istirahat. Pada gerakan tertentu (misal lutut digerakkan ke tengah)
menimbulkan rasa nyeri.
2) Kekakuan (stiffness) : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika
setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
3) Krepitasi : Sendinya terdengar berbunyi saat bergerak. Suaranya lebih kasar
dibandingkan dengan artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih halus. Gemeretak
yang jelas terdengar dan kasar merupakan tanda yang signifikan.
4) Hambatan Gerakan Sendi : Kelainan ini biasanya ditemukan pada osteoarthritis
sedang sampai berat. Hambatan gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi
membengkok, perubahan bentuk. Hambatan gerak sendi biasanya dirasakan pada saat
berdiri dari kursi, bangun dari tempat berbaring, menulis atau berjalan. Semua
gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang terkena.
5) Pembengkakan Sendi : Sendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh radang
sendi dan bertambahnya cairan sendi atau keduanya.
6) Perubahan cara Berjalan atau Hambatan Gerak : Hambatan gerak atau perubahan cara
berjalan akan berkembang sesuai dengan beratnya penyakit. Perubahan yang terjadi
dapat konsentris atau seluruh arah gerakan maupun eksentris atau salah satu gerakan
saja (Sudoyono, 2009).
7) Kemerahan pada daerah sendi : Kemerahan pada sendi merupakan salah satu tanda
peradangan sendi. Hal ini mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya
sinovitis, dan biasanya tanda kemerahan ini tidak menonjol dan timbul belakangan.
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnostik OA selain melalui pemeriksaan fisik juga diperlukan
pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan laboratorium. Foto polos
dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosis OA walaupun sensivitasnya
rendah terutama pada OA tahap awal. USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan
diagnosis OA karena selain murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding sinar-
X, CT-scan atau MRI (Amoako dan Pujalte, 2014).
6. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada pasien osteoarthritis adalah untuk mengurangi gejala
dan mencegah terjadinya kontraktur atau atrofi otot. Penanganan pertama yang perlu
dilakukan adalah dengan memberikan terapi non farmakologis berupa edukasi
mengenai penyakitnya secara lengkap, yang selanjutnya adalah memberikan terapi
farmakologis untuk mengurangi nyerinya yaitu dengan memberikan analgetik lalu
dilanjutkan dengan fisioterapi (Imayati, 2012).
Penanganan osteoatritis berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang
terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Penanganannya terdiri dari 3 hal :
1) Terapi non-farmakologis :
a) Edukasi
b) Terapi Fisik dan rehabilitasi
c) Penurunan berat badan
2) Terapi farmakologis :
a) Analgesik oral non-opiat
b) Analgesik topikal
c) NSAID
d) Chondroprotective
e) Steroid intra-artikuler
3) Terapi Bedah :
a.Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus dsb
b. Arthroscopic debridement dan joint lavage
c. Osteotomi
d. Artroplasti sendi total

B. Asuhan Keperawatan pada Osteoathritis


1. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
- Klien mengeluh sakit Osteoathritis Nyeri Akut
daerah persendian
- Klien tampak meringis Inflamasi pada rawan sendi
sakit
- P : nyeri disebabkan Kekakuan sendi
oleh kekakuan dan
bengkak pada sendi Peregangan pada tendon di
- Q : nyeri terasa seperti persendian
ditusuk-tusuk
- R : nyeri pada daerah Nyeri sendi
persendian kaki
- S : Skala Nyeri : 5 Nyeri akut
- T : nyeri datang secara
tiba-tiba
- Klien mengalami Peningkatan uric acid Hambatan Mobilitas Fisik
kekakuan sendi
- Klien mengalami Terdapat tofus pada
peningkatan asam urat ekstremitas
(Uric Acid : 8,5 mg/dL)
- Terdapat bunyi krepitasi Pembengkakan pada
pada sendi yang ekstremitas
digerakkan
- Klien tampak sulit Aktivitas fisik terhambat
berjalan
- Kekuatan otot Hambatan mobilitas fisik
ekstremitas bawah
dextra dan sinistra 3
- Klien mengalami Peningkatan uric acid Gangguan Citra Tubuh
peningkatan asam urat
(Uric Acid : 8,5 mg/dL) Terdapat tofus pada
- Terlihat tofus pada ekstremitas
persendian ekstremitas
bawah dextra dan Pembengkakan pada
sinistra ekstremitas
- Klien tampak sulit
berjalan Gangguan citra tubuh
- Terjadi pembengkakan
pada persendian kaki
- Klien mengatakan nyeri Nyeri persendian Gangguan Pola Tidur
bertambah saat malam
dan pagi hari Kurang pengetahuan
- Klien sering terbangun
karena nyeri dan sulit Perasaan gelisah
tidur kembali
Gangguan pola tidur

2. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Biologis
- Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan
- Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan
- Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan
C. Program Kesehatan Lansia
Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang.
Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata lansia yang terbesit di benakkita adalah
seseorang yang tidak berdaya, dan memiliki banyak keluhan kesehatan. padahal, Lansia
sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek dalam pembangunan kesehatan. pengalaman hidup
menempatkan lansia bukan hanya sebagai orang yang dituakan dan dihormati
dilingkungannya, tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of change)
dilingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dalam mewujudkan keluarga sehat, dengan
memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya dengan pemberian
pengetahuan kesehatan yang sesuai.
Lansia yang sehat harus diberdayakan agar dapat tetap sehat dan mandiri selama
mungkin. Salah satu upaya untuk memberdayakan lansia di masyarakat adalah melalui
pembentukan dan pembinaan Kelompok Lansia di beberapa daerah disebut dengan Posyandu
Lansia atau Posbindu Lansia. Melalui kelompok ini, lansia dapat melakukan kegiatan yang
dapat membuat mereka tetap aktif, antara lain : berperan sebagai kader di Kelompok
termasuk membuat kerajinan tangan yang selain berperan sebagai penyalutan hobi juga dapat
meningkatkan pendapatan keluarga. (Depkes, 2016).

D. Perubahan Fisik Lansia pada Sistem Muskuloskeletal


Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau
denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat.
Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan beberapa
hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan
seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.
1) Sistem Skeletal
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh mengalami penurunan.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses
menua:
 Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan diskus intervertebral dan
penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini adalah postur tubuh
menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-chest.

 Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi sebagai


perlindungan terhadap beban geralkan rotasi dan lengkungan. Implikasi dari hal ini
adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur

2) Sistem Muskular
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat proses
menua:
• Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari hal ini
adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif.

• Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi, penyusutan
dan sklerosis tendon dan otot, den perubahan degeneratif ekstrapiramidal. Implikasi
dari hal ini adalah peningkatan fleksi.

3) Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses menua:
 Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah nyeri,
inflamasi, penurunan mobilitas sendi dan deformitas.
 Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera.
4) Estrogen
Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu penurunan
hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-unsur tulang yang
berdampak pada pengeroposan tulang.

E. Cara Menentukan Kekuatan Otot dan Sendi Gerak


1) Mengukur Kekuatan Otot (Manual Muscle Test)
Mengukur kekuatan otot secara manual dengan menggunakan tangan tanpa alat
khusus.
Penilaian hasil pengukuran kekuatan otot :
Derajat Kekuatan Cara Penilaian
5 = 100% (Normal) Otot berkontraksi dengan gerak sendi
penuh pada bidang sagital dengan tahanan
gerak maksimal.
Dengan melawan vertikal, volume otot
normal.
4 = 75 % (Good) Otot berkontraksi dengan gerak sendi
penuh pada gerak vertikal, melawan
tahanan minimal
3 = 50 % (Fair) Otot berkontraksi dengan gerak sendi
penuh pada bidang vertikal, tanpa
melawan tahanan
2 = 25 % (Poor) Otot berkontraksi dengan gerak sensi
penuh atau tidak penuh pada bidang
horizontal
1 = 10 % (Trace) Otot berkontraksi tanpa gerak sendi pada
bidang horizontal dan perabaan dirasakan
ada kontraksi otot
0 = 0 % (Zero) Tidak ada gerakan sendi dan kontraksi
otot

2) Mengukur Rentang Sendi (Range of Motion)


Luas gerak sendi menunjukkan kemampuan luas gerak persendian tertentu.
Pengukuran kualitas gerak sendi terbagi menjadi dua, yaitu Passive ROM dan Active
ROM. Pengukuran ROM diukur menggukana alat goniometer.
Penilaian Hasil Pengukuran Rentang Sendi
Derajat Fungsi Rentang Gerak Sendi (ROM)
I = Normal Gerak penuh tanpa hambatan (100%)
II = Good Gerak tidak penuh (75%)
III = Fair Gerak tidak penuh ada hambatan (50%)
IV = Poor Gerak ada hambatan (25%)
V = Trace Tidak ada gerak (0%)
DAFTAR PUSTAKA

www.depkes.go.id/lansia-sehat-lansia-aktif-mandiri-dan-produktif.html

Nugroho dan Wahjudi SKM, 2008. “ Keperawatan Gerontik Edisi32 Cetakan 1.” Jakarta :
EGC.

Stanley & Beare. 2006. “Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.” Jakarta : EGC.

Mansjoer Arif dkk, 2013. “Kapita Selekta Kedoktertan Edisi Ketiga Jilid 1.” Jakarta : Media
Aesculapius.

Padila, 2012. “Buku Ajar : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”. Yogyakarta : Nuha


Medika

Herdman dkk, 2015. “NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan : Definisi &
Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gloria dkk, 2013. “Nursing Intervention Classification (NIC), 6th edition.” Jakarta : CV.
Mocomedia.

Moorhead dkk, 2013. “Nursing Outcome Classification (NOC), 5th edition.” Jakarta : CV.
Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai