PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
demam, nyeri otot, dan nyeri sendi serta disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
dan trombositopenia. Penularan infeksi virus Dengue terjadi melalui vektor utama
Aedes aegypti L. dan vektor potensial melalui Aedes albopictus. Banyak faktor
yang mempengaruhi kejadian penyakit DBD ini, antara lain faktor host,
yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin,
vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu virus Dengue,
yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4
(Zulkoni, 2010).
genangan air bersih yang menjadi tempat yang sangat baik untuk berkembang
nyamuk berupa bak mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil bekas dan
1
Pencegahan penyakit DBD sudah banyak dilakukan dengan berbagai cara,
residu pestisida dalam air, terutama air minum. Abate tidak digunakan secara oral,
fenol, saponin, flavonoid dan tanin yang diduga kuat berpotensi dan dapat
ketersediaan bahan dialam yang cukup melimpah dan juga jarang dimanfaatkan
oleh masyarakat serta terbuang sia –sia, oleh karena itu pada penelitian kali ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas biolarvasida dan nilai LC50 dari ekstrak
2
B. Rumusan Masalah
aegypti L. ?
(Artocarpus champeden) ?
C. Hipotesis
D. Tujuan Penelitian
3
E. Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
haemorhagie fever (DHF) adalah penyakit yan disebabkan oleh suatu virus
Virus ini memiliki empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. Selama ini secara klinis mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda, bergantung dari serotype virus Dengue, Penyebab atau vektor virus
demam berdatah adalah nyamuk Aedes aegypti L. yang termasuk atau tergolong
kelas insekta. Sampai sekarang penyakit DBD telah menular dan melanda hampir
Nyamuk Aedes aegypti L. termasuk ke dalam ordo diptera. Saat ini penyakit
ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa di
Indonesia (Depkes RI, 2009). Penyakit ini menyerang semua orang dan dapat
kejadian luar biasa atau wabah. Tempat yang paling disukainya adalah kamar-
5
1. Taksonomi Aedes aegypti
b. Pada kepala terdapat sepasang antenna yang berbulu dan moncong yang
daranhnya.
6
c. Pada dada ada 3 pasang kaki yang beruas serta sepasang sayap depan dan
(Sudarto, 1972).
bagian dada, perut, dan kaki terdapat bercak-bercak putih yang dapat
proboscis yang pada nyamuk betina dipakai untuk menghisap darah pada
sari bunga. Terdapat juga palpus maksilaris yang terdiri dari 4 ruas yang
proboscis. Sepanjang antenna terdapat diantara dua bola mata, yang pada
nyamuk jantan berbulu lebat (Plumose) dan pada nyamuk betina berbulu
jarang (pilose).
yang berbentuk tiga lobus. Bagian dada ini kaku, ditutupi oleh scutum
ini terdapat dua macam sayap, sepasang sayap kuat pada bagian
Pada sayap terdapat saluran trakea longitudinal yang terdiri dari chitin
7
yang disebut venasi. Venasi pada Aedes aegypti L. terdiri dari vena kosta,
vena subkosta, dan vena longitudinal. Terdapat tiga pasang kaki yang
masing-masing terdiri dari coxae, trochanter, femur, tibia dan lima tarsus
sepuluh ruas terakhir menjadi alat kelamin. Pada nyamuk betina alat
empat stadium, yang pertama yaitu telur, kemudian larva, pupa dan menjadi
Setelah dua hari, telur menetas menjadi larva, selanjutnya kulit larva
Dari telur menjadi nyamuk dewasa dibutuhkan waktu sekitar 8 hari. Pada
8
Dapat diketahui bahwa masa inkubasi nyamuk berlangsung selama 6 hari
(Zulkoni, 2010).
Kingdom : Plantae
Subkingom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus champeden (Sumeru, 2006).
2. Nama Daerah
dunia dan daerah pedesaan. Cempedak adalah salah satu jenis tanaman
yang banyak ditanam di daerah tropis. Tanaman ini berasal dari India
9
bagian selatan yang kemudian menyebar ke daerah tropis lainnya
termasuk Indonesia.
a. Batang
abu-abuan, tebalnya 2 – 3,5 cm3, jika batang dipotong atau dilukai akan
b. Daun
c. Bunga
10
(monoecious). Karangan bunga jantan berbentuk bongkol seperti
terbentuk pada pucuk yang berdada di pinggiran tajuk (canopy). Hal ini
Musim bunga tidak tergantung musim, dapat berbunga pada setiap saat,
d. Buah
11
mudah dilepas dari kulit buahnya dan tangkai buahnya meskipun masih
dikelilingi oleh dami buah. Daging buah adalah perhiasan bunga yang
ukurannya lebih kecil, kulit lebih halus dan aromanya tajam antara
buah nangka. Buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna
berukuran 5 - 6 cm, tebal kulit buah ±1 cm; berat buah 0,6 - 3,5 kg,
berat daging buah dan biji 25 - 30% dari berat buah Periode
Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur umumnya dilakukan pada bulan
manis. Berat daging buah segar bervariasi antara 0,1 - 1,2 kg dengan
kadar air 58 - 85%. Komposisi dari setiap 100 gram berat kering daging
84,0 - 87,0 %, serat 5,0 - 6,0%, dan unsur abu 2,0 - 4,0% (Mody dan
Suhartati, 2013).
e. Biji
12
Setiap buah mengandung biji ± 98 butir, biji berbentuk lonjong
kadang ada yang bulat pipih sampai bulat, warna putih keabu-abuan.
Kadar air biji segar 51,7 %, berat biji rata-rata 3,9 g atau ± 256 biji/kg,
setelah kering udara berat biji rata-rata 2,7 g atau ± 370 biji/kg.
karbohidrat 77,0 - 81,0%, serat 4,0 - 6,0% dan abu 2,0 - 4,0 % (Mody
4. Khasiat Tumbuhan
13
C. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder
1. Flavonoid
pada rangka karbon C6-C3-C6 yang memiliki suatu cincin piran atau
kroman yang membawa cincin benzene atau cincin aromatic kedua yang
posisi strategisnya pada C-2, C-3, atau C-4 (Kar, 2009). Aglikon
(Harborne, 1987).
2. Steroid
14
3. Tanin
yang tidak larut dalam air banyak mempunyai khasiat sebagai anti
4. Saponin
glikosida dengan molekul gula yang terikat dengan aglikon triterpen atau
steroid. Saponin larut dalam air, tidak larut dalam eter, dan jika
5. Ekstaksi
untuk pemisahan secara bersih dan cepat, baik untuk zat organik maupun
anorganik. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tumbuhan
15
konsentrasi pada keseimbangan (Depkes RI, 2002). Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia kedalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
dan zat aktif tersebut akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dan luar sel, maka larutan yang paling pekat didesak
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyari
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tirak, dan lain-lain. Cairan penyari yang digunakan dapat
berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Maserasi yang menggunakan air
sebagai cairan penyari perlu ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada
dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana
sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.
16
Pada penyaringan dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan.
larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel tetap terjaga. Hasil penyarian
dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu untuk mengendapkan
zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari. Maserasi
1. Digesti
yaitu pada suhu 40-50°C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
3. Remaserasi
dan diperas, dan ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua
17
4. Maserasi Melingkar
agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari
terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (DepKes
RI, 1986).
6. Abate
digunakan secara umum, mengandung produk yang sedikit beracun (EPA toxicity
digunakan untuk mengontrol nyamuk dan lain lain. Biasa digunakan di kolam, danau,
dan rawa rawa. Juga bisa digunakan untuk membasmi kutu pada anjing dan kucing
juga kutu pada manusia. Temephos tersedia dalam sdiaan 50% emulsi konsentrat,
50% serbuk basah, dan bentuk granul yang mencapai 5% (Wartamedika, 2006).
18
Gambar 3. Struktur Kimia Temephos
memiliki titik lebur 300C – 30,50C , tidak larut dalam air pada suhu 200C (kurang
dari 1 ppm). Larut dalam aseton, aseronitril, eter dan kebanyakan aromatic dan
klorinasi hidrokaarbon dan tidak larut dalam heksana. Produknya berupa cairan
kental berwarna cokelat. Mudah terdegradasi bila terpapar atau terkena sinar
pada ujung syaraf tersebut. Hal ini lah yang mengakibatkan kematian. Jadi, seperti
(Wartamedika, 2006).
Serangga yang terpapar atau terkena fosfat organik akan terlihat ketidak
ditunjukkan, kecuali pada larva nyamuk yang kematiannya disebabkan oleh tidak
19
Metabolisme dari temephos yaitu gugus phosphorothioat (P=S) dalam
tubuh binatang diubah menjadi fosfat (P=O) yang lebih berpotensi sebagai
P=O ester lebih cepat dibandingkan lalat rumah, begitu pula penetrasi temephos
terhadap larva berlangsung dengan cepat dimana lebih dari 99% dari temephos
sebgaian dari produk metabolic tersebut dieksresikan ke dalam air. Dosis Abate
yang diperlukan untuk membunuh larva nyamuk dalam air minum adalah 10
7. Biolarvasida
tumbuhan yang mengandung zat kimia (bioaktif) yang toksik atau bersifat racun
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tahap, pertama yaitu tahap penyediaan hewan uji
B. Objek Penelitian
Objek yang diamati adalah jumlah kematian larva nyamuk Aedes aegypt
orientasi dosis 0 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm dan 600 ppm.
adalah pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti yang
menganggap usur-unsur yang dikehendaki telah ada didalam sampel yang telah
21
champeden). Daun cempedak yang diambil memiliki beberapa kriteria
pertimbangan dari peneliti yaitu daun cempedak tua dengan warna hijau tua, daun
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dari penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun cempedak
dengan orientasi dosis 0 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm dan 600
ppm.
2. Variabel Terikat
3. Variabel Kontrol
aegypti L.
E. Definisi Operasional
nya.
22
3. Larva nyamuk adalah Aedes aegypti instar III dan instar IV awal .
a. Alat
b. Bahan Penelitian
2. Prosedur Penelitian
a. Pengambilan Sampel
yang sudah tua dengan warna hijau tua. Sampel diperoleh dari
23
b. Determinasi Tanaman
c. Pembuatan Simplisia
sortasi basah untuk memisahkan daun dari kotoran dan benda asing,
d. Pembuatan Ekstrak
24
dan dalam suhu ruangan, hasil maserasi kemudia disaring
labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan air suling sampai 100 mL (DepKes
RI, 1977).
1. Uji Alkaloid
a. Pereaksi Mayer
25
b. Peraksi Bouchardat
c. Pereaksi Dragendorf
2. Uji Flavonoid
diamati. Bila warna kuning, orange atau merah terbentuk pada lapisan
3. Uji Saponin
26
menunjukkan bahwa terdapat senyawa saponin pada ekstrak tersebut
4. Uji Tanin
larutan besi (III) klorida 1%. Diamati, bila warna biru atau hijau
5. Uji Triterpenoid/Steroid
klorida pekat, maka akan timbul warna ungu atau merah kemudian
3. Uji Biolarvasida
orientasi dosis 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm dan 0 ppm sebagai
kontrol negatif. Pada penelitian ini, digunakan kontrol positif dan kontrol
negatif. Kontrol negatif digunakan air hujan. Kontrol positif yang digunakan
27
adalah abate sebagai pembanding aktifitas larvasida ekstrak etanol daun
a. Disiapkan larva nyamuk Aedes aegypti instar III dan instar IV awal
sebanyak 20 larva.
plastik berisi kontrol negatif dan 4 gelas plastik berisi ekstrak etanol daun
Parameter Uji yaitu banyaknya larva yang mati ataupun larva yang tidak
dengan tanda tidak bergerak sama sekali yaitu tidak mampu naik kepermukaan
air bila disentuh dan selalu tenggelam, tubuh kaku, menghitam, memanjang
28
G. Analisis Data
yangbertujuan untuk melihat perbedaan data jumlah kematian larva nyamuk antara
kelompok uji. Selanjutnya digunakan metode analisa probit untuk mengetahui nilai
29