Degradasi Moral Pada Remaja
Degradasi Moral Pada Remaja
PENDAHULUAN
1
warganya. Dengan demikian peran serta orang tua sangatlah penting dalam pengawasan
pertumbuhan moral bangsa melalui generasinya. Lingkungan tempat hidup regenerasi
juga sangat mempengaruhi berlangsungnya proses sosialisasi dan interaksi sesama hidup
yang kedepannya menentukan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dan akibat degradasi moral pada remaja
2. Untuk mengetahui cara penanggulangan degradasi moral pada remaja
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian degradasi moral
Deg·ra·da·si /dégradasi/ n kemunduran, kemerosotan, penurunan, (tentang
mutu, moral, pangkat). Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti
kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai
positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral
dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia,
moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima maupun mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban.
Immanuel Kant berpendapat, moralitas adalah hal keyakinan dan sikap bathin
dan bukan hal sekedar penyesuain aturan dari luar, entah itu aturan hukum Negara,
agama atau adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan bahwa, criteria mutu moral seseorang
dalah hal kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban
karena hormat terhadap hukum, sedang hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia.
Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untukk mengikuti apa yang dalam hati
didasari sebagai kewajiban mutlak.
Jadi dapat disimpulkan degradasi moral adalah penurunan tingkah laku
manusia akibat tidak mengikuti hati nurani Karena kurangnya kesadaran diri terhadap
kewajiban mutlak.
1. Penyimpangan sosial
Menurut James W.van der Zanden,penyimpangan sosial merupakan perilaku yang
oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela dan di luar batas
toleransi.penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang
kurang sempurna. Retaknya sebuah rumah tangga menjadikan seorang anak tidak
mengenal disiplin dan sopan santun.Hal ini di sebabkan karena orang tua sebagai agen
sosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.
3
2. Pengaruh budaya asing
Kota merupakan tempat pusat segala aktifitas,keluar masuknya budaya asing
menjadikan munculnya budaya-budaya baru dan menghapus budaya-budaya lama
merasuknya budaya-budaya asing dalam kehidupan suatu bangsa membawa banyak
sekali perubahan walaupun dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi budaya
asing membawa dampak positif namun dalam bidang pergaulan budaya asing
membawa dampak yang negatif masuknya budaya clubing,minum-minuman keras
,juga juga narkotika sekarang menjadi budaya baru di kota-kota besar,tidak hanya
remaja yang hidup dikota-kota besar yang mengalami tingkat degradasi moral yang
tingi bahkan remaja yang tinggal di pedesaan yang mengenal adat istiadat yang kuat
pun ikut terpengaruh budaya asing dan mengalami tingkat degradasi moral yang
tinggi.
4
sosialisasi,karena pendidikan menjadi landasan perilaku seseorang. Kurangnya
pendidikan mengakibatkan proses sosialisasi kurang seimbang.
5
permasalahan pasti ada penyebab dan ada cara mengatasinya. Di usianya yang dini,
banyak remaja yang telah terlibat pergaulan bebas.
3) Kriminalitas. Beragam bentuk kriminalitas yang dilakukan remaja bukan barang
baru lagi di negeri ini. Mulai dari menjambret, memalak, merampok, membunuh,
memperkosa, tawuran, hingga geng motor, dll. Kriminalitas remaja tersebut kini
mengalami peningkatan secara kuantitas, jumlah maupun motifnya. Jika hal ini
dibiarkan, maka akan kian merusakkan moral remaja, yang karenanya harus diatasi
secara menyeluruh.
6
Keempat, aspek penegakan hukum/sanksi. Ketegasan penerapan sanksi
mungkin dapat menjadi shock teraphy (terapi kejut) bagi remaja yang melakukan
tindakan-tindakan yang menyimpang. Dan ini dimulai dari lingkungan keluarga,
sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya.
Terakhir, aspek sosial kemasyarakat. Terciptanya relasi-relasi sosial yang baik
dan serasi di antara warga masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap
tumbuh dan berkembangnya kontak-kontak sosial yang dinamis, sehingga muncul
sikap saling memahami, memperhatikan sekaligus mengawasi tindak perilaku warga
terutama remaja di lingkungannya. Hal ini tentu sangat mendukung terjalinnya
hubungan dan aktifitas remaja yang terkontrol.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Degradasi moral pada remaja dapat terjadi karena faktor Penyimpangan sosial,
Pengaruh budaya asing, Kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua, Rendahnya
tingkat pendidikan, Kurangnya keefisienan dan keefektifan lembaga sosial masyarakat
dan masa atau media informasi. Degradasi moral pada remaja dapat diatasi dengan
beberapa aspek yaitu: aspek keluarga, pendidikan, lingkungan pergaulan, sanksi atau
hukum dan aspek sosial masyarakat.
3.2 Saran
Terkait dengan paper yang kami buat, kami penulis menyarankan agar generasi muda
tidak terjerumus pada degradasi moral pada remaja. Karena remaja adalah generasi penerus
bangsa yang akan menjadi penerus kelak kedepannya. Jika perilaku remaja telah
menyimpang maka rusaklah juga kehidupan kita di masa yang akan mendatang.
8
DAFTAR PUSTAKA
Herimanto dan Winarno. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya. Jakarta Timur: Bumi Aksara.
Afnizar, Nurma. 2013. Degradasi Moral.
http://nurmacievibeer.blogspot.com/2012/04/degradasi-moral.html. 5 Desember 2013.
9
LAMPIRAN
Kasus video mesum SMPN 4 dan makin mirisnya perilaku seks siswa
Merdeka.com - Video mesum yang diperankan pelajar SMPN 4 Sawah Besar Jakarta Pusat
membuat geger masyarakat. Dari awalnya mengaku dipaksa, terungkap jika tindakan asusila
itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Perilaku seks di kalangan pelajar semakin
mengkhawatirkan.
Polda Metro Jaya sudah memeriksa FP (13), siswa yang menjadi pemeran di video yang kini
beredar di masyarakat itu. Kepada penyidik, dia mengaku sudah berpacaran dengan kakak
kelasnya, AE (14), pemeran perempuan dalam video itu sejak awal September.
"FP sudah diperiksa. Menurutnya FP dan AE sudah berpacaran atau kalau bahasa mereka
sudah jadian sejak awal September," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto,
di Mapolda Metro Jaya, Rabu (30/10) kemarin.
FP mengaku tidak ada paksaan dalam peristiwa itu. Bahkan, faktanya mereka telah perbuatan
itu sebanyak 5 kali. "Dari keterangan yang disampaikan, yang mereka lakukan pertama kali
itu bertiga. Artinya ada satu teman yang menemani," ujar Rikwanto.
Rikwanto menambahkan, saat melakukan pertama kali, adegan tersebut terjadi secara
alamiah. "Ada satu temannya yang menyaksikan saat pertama kali. Dan itu terjadi secara
alamiah," tegas Rikwanto.
Begitu pula pada kejadian yang kedua kali. "Saat yang kedua kalinya hadir juga temannya
yang lain," tuturnya.Pengakuan FP ini juga diungkap Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat
AKBP Tatan Dirsan sebelumnya. "Dari keterangan saksi, mereka sudah sering melakukan.
Dalam 3 hari 5 kali melakukan," ujar dia.
Tatan menambahkan, pertama kali beradegan seks yaitu pada 24 September di dalam kelas.
Kedua pada esok nya 25 September. "Tanggal 25 tiga kali melakukan di tempat yang
berbeda. Pertama jam 08.00 WIB, lalu siangnya dan pas pulang sekolah. Semua dilakukan di
dalam kelas," katanya.Terakhir, yaitu pada 27 September yang dilakukan usai pulang
sekolah. "Saat melakukan adegan itu, selalu direkam oleh teman-temannya," tukas Tatan.
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devi Rahmawati, menilai, kasus video mesum ini
merupakan fenomena gunung es yang mewabah di kalangan pelajar. Jika dulu awal tahun
2000-an sempat heboh dengan video 'Bandung Lautan Api' yang dilakukan mahasiswa, kini
pemeran video mesum dilakukan pelajar SMA bahkan SMP.
"Tentu saja ini akibat perkembangan teknologi yang semakin canggih dan internet yang
10
mudah diakses melalui handphone," kata Devi dalam perbincangan dengan merdeka.com,
Rabu (30/10).
Di sisi lain, akibat teknologi ini, para remaja menjadi lebih 'cepat dewasa' terutama dalam hal
seksualitas. "Ini diperparah lagi sistem pendidikan kita mengenai seks yang tidak terbuka.
Karena masa remaja, perkembangan fisik dan naluri terus terjadi. Mereka terus mencoba dan
mencari tahu," ujarnya.
Sementara itu, lanjut Devi, pengawasan orangtua dan sekolah semakin minim. "Orangtua
sibuk memikirkan kompetisi ekonomi. Pengawasan sekolah juga kurang. Buktinya, perbuatan
itu dilakukan di dalam kelas," imbuhnya.
Menurut Devi, kasus seperti ini akan semakin parah jika semua pihak terkait saling
menyalahkan dan tidak mau introspeksi. "Keluarga menyalahkan sekolah, sebaliknya sekolah
menyalahkan orangtua. Ini tidak akan tuntas dan substansi permasalahannya tidak
diselesaikan," tukasnya.
Devi meminta, orang tua harus mulai lebih memperhatikan anak-anaknya dan lebih terbuka
terutama dalam pendidikan seks. Pihak sekolah pun, lanjut dia, harus mengetatkan
pengawasan terhadap muridnya. "Masalah ini sangat urgent dan mendesak untuk dibenahi,
semua pihak harus turun tangan," ujarnya.
Terkait proses hukum yang sedang dilakukan kepolisian, Devi menyatakan mendukung.
Yang paling penting, hukuman yang diberikan bisa memberikan efek jera. "Tapi harus
proporsional dan tidak mematikan masa depan mereka. Para pelajar seperti ini masih bisa
dibina," tandasnya.
11