Anda di halaman 1dari 252

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

MELALUI PROGRAM SATUAN KARYA PRAMUKA


(SAKA) ANTI NARKOBA OLEH BADAN NARKOTIKA
NASIONAL KOTA (BNNK) TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Oktaviani

NIM: 1113054100052

PRODI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 M
ABSTRAK

Oktaviani. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba melalui Program


Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkoba oleh Badan Narkotika
Nasional Kota (BNNK) Tangerang Selatan

Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tangerang Selatan


bekerjasama dengan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Tangerang
Selatan telah melahirkan Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkoba
sebagai wadah bagi generasi muda (pelajar Pramuka) untuk ikut andil dalam
program pencegahan penyalahgunaan Narkotika. Melalui SAKA Anti
Narkoba, pelajar Pramuka dan BNN Kota Tangerang Selatan melaksanakan
program Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika di Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini ingin menganalisis serta mendeskribsikan bagaimana


pencegahan penyalahgunaan Narkoba melalui Program SAKA Anti
Narkoba, serta bagaimana gambaran program primer dan sekunder dari
Program SAKA Anti Narkoba yang dijalankan di Kota Tangerang Selatan.
Dalam penenlitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
wawancara, observasi, dan analisa data-data terkait untuk mendapatkan
informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa BNN Kota Tangerang


Selatan melalui Program SAKA Anti Narkoba dari tahun 2017-2018 telah
melaksanakan pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkoba di Kota
Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil temuan lapangan dan analisis, terdapat
dua klasifikasi dari program pencegahan yang terdapat dalam SAKA Anti
Narkoba, yaitu Program Pencegahan Primer dan Program Pencegahan
Sekunder. Program Pencegahan Primer yaitu dengan melakukan Sosialisasi
dan Penyuluhan, serta Pembekalan Materi dan Pelatihan (workshop).
Sedangkan Program Pencegahan Sekunder bentuk kegiatannya meliputi
Upaya Rehabilitasi dan serta Pemanfaatan Informasi dalam pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di Kota Tangerang Selatan.

Kata Kunci: Pencegahan (Preventive), Program Pencegahan Primer dan


Sekunder, Penyalahguna Narkoba, SAKA Anti Narkoba, BNN, BNNK
Tangerang Selatan

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang


Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis akhirnya dapat
menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini menjadi sebuah skripsi yang
berjudul “Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Melalui Program
Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkoba oleh Badan Narkotika
Kota (BNNK) Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.

Setelah lebih kurang 11 semester menimba ilmu di Prodi


Kesejahteraan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan segala
keterbatasan yang ada, penulis sangat menyadari bahwa penyusunan karya
ilmiah ini tidak akan pernah dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan,
bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, dengan kerendahan hati, dengan penuh keikhlasan penulis ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga Besar saya, terutama kepada Mamah dan Tante Aa yang


telah menyelipkan restu dan do’a yang telah dipanjatkan kepada-
Nya. Berkat do’a dan ridhonya lah, penulis mampu
menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, serta segenap jajaran Dekanat Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua dan Hj. Nunung
Khoiriyah, MA, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan

iv
Sosial, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta
jajarannya. Khususnya kepada Ibu Siti Napsiyah, MSW, Ibu
Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu Nurkhayati Nurbus, M.Si, dan pak
Ahmad Zaky, M.Si, terimakasih atas pembelajaran diri yang telah
penulis terima selama menjadi mahasiswa Kesejahteraan Sosial.
4. Kepada dosen pembimbing saya Pak Ismet Firdaus, M.Si, yang
secara ikhlas dan sabar senantiasa memberikan pemahaman,
petunjuk dan arahan baik dalam proses penyusunan skripsi ini,
maupun dalam memberikan pemahaman diri kepada penulis. Dan
semoga Allah memberikan kesehatan dan limpahan rizki kepada
beliau.
5. Kepada Bapak, Ibu, dan Kakak-kakak dari BNNK Tangerang
Selatan serta Adik-adik SAKA Anti Narkoba yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu saya berterimakasih yang sebesar-besarnya
karena telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya untuk
penulis selama proses penelitian.
6. Kepada HMJ Kesejahteraan Sosial dan keluarga besar mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
senantiasa memberikan peluang dan tantangan bagi penulis
selama berproses menjadi mahasiswa. Tidak bisa dipungkiri
bahwa penulis lahir disini, dan akan berkembang di luar.
7. Tanpa mengurangi rasa hormat dan bangga, kepada para senior
terutama Mas Niam yang telah meluangkan waktunya dan ikhlas
membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini. Dan tak lupa
kepada kawan-kawan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah mengenal saya.
8. Terimakasih pula kepada para Bidadari UIN yang merupakan
teman seperjuangan saya yang amat sangat saya cintai dan kasihi

v
yaitu, Aya Aisyah, Ayu Retnodewi, Fatma Rakhmatullah, Dini
Lisnawati, Prawita Hartati, Ratu Putri Yuliandari, Risha Desiana,
Syifa Fauziah atas segala bantuan baik secara langsung maupun
tidak langsung, dan dukungannya. Penulis yakin dan percaya
bahwa tanpa bantuan dan dukungan selama ini, maka proses ini
tidak akan sampai disini.
9. Kepada teman-teman Abang Nona Kota Tangerang Selatan tahun
2017 terutama JULID Family. Terimakasih telah menjadi tempat
berkeluh kesah bagi penulis, dan menjadi penyemangat disaat
penulis kehilangan semangat untuk mengerjakan penelitian ini.

Jakarta, 17 Desember 2018


Penyusun,

Oktaviani
1113054100052

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................1


B. Identifikasi Masalah ...............................................................13
C. Batasan dan Rumusan Masalah ..............................................15
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................16
E. Tinjauan Pustaka .....................................................................17
F. Metodologi Penelitian .............................................................21
G. Pedoman Penulisan Skripsi ....................................................28
H. Sistematika Penulisan .............................................................28

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penyalahgunaan Narkotika .....................................................31


1. Pengertian Narkotika ....................................................31
2. Jenis-Jenis Narkotika ...................................................34
3. Penyalahguna Narkotika ..................................................37
B. Pencegahan (Preventive) ........................................................44
1. Program Pencegahan ........................................................45
2. Tujuan Pencegahan ..........................................................50

vii
BAB III PROFIL LEMBAGA

A. Profil Badan Narkotika Nasional (BNN) ................................59


1. Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN) ......................59
2. Visi dan Misi BNN ..........................................................64
3. Tugas dan Fungsi BNN ....................................................65
B. Profil BNN Kota Tangerang Selatan ......................................70
1. Wilayah Kota Tangerang Selatan .....................................70
2. Dasar Hukum Dibentuknya BNNK Tangerang Selatan
...........................................................................................72
3. Kedudukan Tugas dan Fungsi ..........................................73
4. Susunan Organisasi ..........................................................75
C. Program Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkoba
.................................................................................................79
1. Latar Belakang Penyelanggaraan SAKA .........................79
2. Dasar Pembentukan SAKA ..............................................80
3. Tujuan dan Sasaran ..........................................................81
4. Susunan Pengurus SAKA Periode 2017-202 ...................83
5. Sifat dan Fungsi ...............................................................89
6. Logo SAKA .....................................................................90
7. Kegiatan dan Sasaran .......................................................91

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Terbentuknya SAKA Anti Narkoba ..............95


B. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA Anti
Narkoba ................................................................................102
1. Program Pencegahan Primer ................................. ..103
2. Program Pencegahan Sekunder ....................................122
C. Manfaat dan Kendala Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
oleh SAKA Anti Narkoba .....................................................129

viii
1. Manfaat Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA
Anti Narkoba ..................................................................129
2. Kendala Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA
Anti Narkoba ..................................................................134

BAB V ANALISIS DATA TEMUAN LAPANGAN

A. Latar Belakang Terbentuknya SAKA Anti Narkoba ............141


B. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA Anti
Narkoba ................................................................................143
1. Program Pencegahan Primer .........................................145
2. Program Pencegahan Sekunder .....................................150
C. Manfaat dan Kendala Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
oleh SAKA Anti Narkoba .....................................................153
1. Manfaat Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh
SAKA Anti Narkoba......................................................153
2. Kendala Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh
SAKA Anti Narkoba .....................................................154

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................157
B. Implikasi ...............................................................................160
C. Saran .....................................................................................161

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................162

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
DAFTAR SINGKATAN

APBN : Anggaran Pembelanjaan Negara

BAKIN : Badan Koordinasi Intelligen Nasional

BKNN : Badan Koordinasi Narkotika Nasional

BNK : Badan Narkotika Kabupaten/Kota

BNN : Badan Narkotika Nasional

BNNK : Badan Narkotika Nasionak Kabupaten /Kota

BNP : Badan Narkotika Provinsi

INPRES : Instruksi Presiden Republik Indonesia

Kapolri : Kepala Kepolisian Republik Indonesia

Krida P2M : Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat

LOKANTIBA : Lomba SAKA Anti Narkoba

LPNK : Lembaga Pemerintah Non-Kementrian

NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

Narkoba : Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif

PERAN SAKA : Perkemahan Antar SAKA

PERTIANTIBA : Perkemahan Bakti SAKA Anti Narkoba

P4GN : Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan

Peredaran Gelap Narkoba

SAKA : Satuan Karya Pramuka

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data rehabilitasi BNNK Tangerang Selatan tahun 2015-2017 ................... 9

Tabel 2. Subjek dan informan penelitian ................................................................ 24

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena sosial yang sangat memprihatinkan dan


merupakan suatu ancaman pada akhir-akhir ini, yaitu
permasalahan mengenai penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif (NAPZA). Narkotika dan obat-obatan terlarang
menjadi musuh bersama di negeri ini. Penyalahgunaan narkotika
inipun sudah banyak melibatkan berbagai kalangan masyarakat
terutama di kalangan publik figur atau artis yang baru-baru ini
tertangkap dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang
(NAPZA) dan itu dapat menjadi contoh yang buruk terutama bagi
generasi muda.

Salah satu cuplikan berita Liputan6.com (2018) mengenai


tertangkapnya beberapa public figure atau artis dalam kasus
penggunaan NAPZA ataupun obat terlarang lainnya. Seperti yang
dilaporkan dalam Liputan6.com sebagai berikut:

“....Beberapa dari mereka secara mengejutkan tertangkap


tangan akibat menyimpan narkoba. Kepala Badan
Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso
melihat gaya hidup para artis yang membuat mereka
rentan menggunakan narkoba. Budi Waseso menuturkan
gaya hidup atau lifestyle para selebriti di Indonesia lah
2

yang membuat, mereka dengan mudahnya menggunakan


obat-obat terlarang. Dia menuturkan lingkungan artis
sudah menjadi target dari pangsa pasar dalam memperjual
belikan narkoba. "Persoalannya sekarang selebriti ini
rentan dengan penggunaan narkotika karena mereka tidak
mengantisipasi. Karena rentannya itu dari lifestyle-nya.
Pangsa pasar di teman-teman artis itu cukup besar karena
menjadi target pangsa pasar," kata Buwas”.

Terdapat banyak faktor yang mendorong seseorang dalam


penyalahgunaan NAPZA, salah satu faktor terpentingnya adalah
pengetahuan, dimana dalam suatu kondisi jika seseorang itu tahu
bahwa hal yang akan dilakukannya akan berakibat buruk terhadap
dirinya maka orang tersebut kemungkinan tidak akan melakukan
hal tersebut. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan
cara penyuluhan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
menyatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan yang signifikan
setelah pemberian penyuluhan (Badri 2009, 7). Lingkungan
sekitar dan kesadaran diri sendiripun juga menjadi langkah awal
seseorang dapat terjerumus atau tidak nya dalam penyalahgunaan
NAPZA.

Tujuan dari seseorang yang menggunakan NAPZA


kebanyakan adalah untuk menenangkan diri dari masalah yang
dihadapinya. Banyak orang-orang cerdas yang menjadi bodoh
dan putus sekolah karena NAPZA. Hal tersebut merupakan salah
satu akibat dari penyalahgunaan NAPZA, banyak sekali dampak-
3

dampak yang membuat orang-orang sengsara dan celaka karena


kecanduan narkotika.

Salah satu sisi dari NAPZA merupakan obat atau bahan


yang bermanfaat dibidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di sisi yang lain,
NAPZA dapat menimbulkan ketergantungan apabila
dipergunakan tanpa adanya pengendalian. NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif) adalah bahan/ zat/ obat yang bila
masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak dan susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA adalah
penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala
atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial
(Azmiyati 2014, 137).

Penyalahgunaan NAPZA sangat memberikan efek tidak


baik dimana bisa mengakibatkan ketergantungan. Setelah
ketergantungan terjadi, maka hasrat akan menggunakannya lagi
tak akan bisa tertahankan yang berakibat menimbulkan gangguan
psikologis dan ketergantungan fisik dimana jika pemakaian
narkotika dihentikan akan menimbulkan perasaan gelisah, cemas,
depresi, dan hal buruk lainnya.
4

Permasalahan NAPZA merupakan permasalahan serius


yang memerlukan penanganan secara sinergis baik secara jasmani
dan rohani. Untuk itu, jauhkan lingkungan dari penyalahgunaan
narkotika, lindungi keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar
kita dari ancaman penyalahgunaan narkotika agar terjauh dari
keburukan yang akan menjadi suatu penyesalan. Dalam Al-Quran
surat Al-Maidah ayat 90-91 menjelaskan sebagai berikut;

‫صابُ َو ْاْلَ ْش ََل ُم ِزجْ سٌ ِّه ْي َع َو ِل ال َّش ْيطَا ِى‬ َ ًَ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِرييَ آ َهٌُىا إًَِّ َوا ْال َخ ْو ُس َوالْ َو ْي ِس ُس َو ْاْل‬
‫ضا َء فِي‬ َ ‫ إًَِّ َوا ي ُِسي ُد ال َّش ْيطَاىُ أَى يُىقِ َع بَ ْيٌَ ُك ُن ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬.(90) َ‫فَاجْ تٌَِبُىٍُ لَ َعلَّ ُك ْن تُ ْفلِحُىى‬
(91) َ‫َّللاِ َو َع ِي الص َََّل ِۖ ِة فَهَلْ أًَتُن ُّهٌتَهُىى‬ ُ َ‫ْال َخ ْو ِس َو ْال َو ْي ِس ِس َوي‬
َّ ‫ص َّد ُك ْن عَي ِذ ْك ِس‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya


khamar, judi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib
dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.” (Q.S. Al-Maidah : 90)

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak


menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).” (Q.S. Al-Maidah : 91)

Telah jelas dalam surat Al-quran di atas mengingatkan


kita untuk menjauhi perbuatan yang tidak bermanfaat untuk diri
sendiri, karena sekali saja mencoba dan tercemplung terlalu
5

dalam maka akan sulit terlepas dari pengaruh jahat salah satunya
adalah masalah penyalahgunaan narkotika ini.

Persoalan NAPZA merupakan persoalan yang harus


ditangani secara sungguh-sungguh oleh seluruh komponen
masyarakat. Bukan saja penanganan terhadap para pengguna,
melainkan juga perkembangan bisnis narkoba yang ada di
Indonesia. Maraknya peredaran narkoba di Indonesia
menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal
ini merupakan ancaman yang serius, bukan saja terhadap
kelangsungan hidup dan masa depan pelakunya tetapi juga sangat
membahayakan bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.
Pada mulanya zat narkotika ditemukan orang yang
penggunaannya untuk kepentingan umat manusia, khususnya di
bidang pengobatan (Makarao dan Muhammad 2005, 17). Setiap
tahun Indonesia mendatangkan NAPZA seperti opium, kodein,
petidin dan obat keras depresan untuk penggunaan dalam
pengobatan, dengan taksiran sebagai berikut, opium obat 0,5 ton,
kodein 0,5 ton, petidin 0,3 ton, fenobartibal 3,5 ton. Namun
belakangan diketahui pula bahwa zat-zat dalam NAPZA tersebut
memiliki daya kecanduan yang bisa menimbulkan si pemakai
bergantung hidupnya terus-menerus pada obat-obat narkotika itu.
Dengan demikian, maka untuk jangka waktu yang mungkin agak
panjang si pemakai memerlukan pengobatan, pengawasan dan
pengendalian guna disembuhkan (Ma’sum 1987, 28).
6

Lebih lanjut, Ma’sum (1987, 28) menjelaskan bahwa


sampai saat ini secara aktual, penyebaran narkotika dan obat-obat
terlarang mencapai tingkat yang sangat memperhatinkan.
Perkembangan penyebaran narkotika semakin meningkat pesat
dan tidak digunakan dengan tujuan untuk pengobatan maupun
pengembangan ilmu pengetahuan, melainkan dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan yang sangat besar yaitu, dengan
melakukan penyelundupan narkotika secara illegal ke berbagai
negara.

Dalam menangani permasalahan mengenai NAPZA dari


mulai pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan
peredaran gelap terdapat satu lembaga pemerintah non
kementrian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN).
Dasar hukum Badan Narkotika Nasional sebagai lembaga
pemerintahan non kementrian adalah Peraturan Presiden Nomer
23 Tahun 2010 tentang badan Narkotika Nasional (BNN 2009,
74).

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Badan Narkotika


Nasional (BNN), yaitu program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba atau biasa disebut
P4GN. Selain itu, untuk wilayah kota Tangerang Selatan sendiri
memiliki lembaga pemerintahan yang bekerjasama dengan BNN
Pusat yaitu BNNK Tangerang Selatan yang berperan dalam
7

menangani serta mengawasi permasalahan narkotika yang terjadi


di wilayah Tangerang Selatan.

Selama kurun waktu 2017 Badan Narkotika Nasional


Kota Tangerang Selatan telah merehabilitasi sebanyak 18 pelajar
yang terdiri dari, satu orang pelajar SMP, 14 orang Pelajar SMA
dan 3 orang Mahasiswa. Satu orang diantaranya yang masih
duduk di bangku Perguruan Tinggi Swasta menjalani rawat inap
di Balai Rehabilitasi dan jika di bandingkan dengan tahun
sebelumnya (2016) jumlah pelajar yang di rehabilitasi mengalami
peurunan yakni sebanyak 37 orang. Menurut paparan Kepala
BNNK Kota Tangerang Selatan AKBP Heri Istu Hariono
(9/2/2018), untuk jumlah keseluruhan klien yang direhabilitasi di
BNNK Tangsel pada 2017 yaitu sebanyak 88 orang yang terdiri
59 orang laki-laki dan 29 orang perempuan. Dari jenis
pekerjaannya, PNS 1 orang, polri 3 orang, Karyawan Swasta 17
orang, Wiraswasta 40 orang, pengangguran 9 orang, pelajar 18
orang. Untuk yang berdomisili di Wilayah Tangsel sebanyak 35
orang dan 53 orang berdomisili di luar wilayah Tangsel. Jenis
narkotika yang banyak disalahgunakan terdiri dari
Metamphetamine dan Amphetamine sebanyak 49 persen, Canabis
23 persen, dan Benzo 28 persen.

Laporan dari KabarTangsel.com (2013), Kota Tangerang


Selatan menjadi zona merah rawan narkoba. Kepala BNN Kota
Tangerang Selatan, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Heri
Istu Hariono mengaku dari data yang dia peroleh, kota otonom
8

termuda di Banten ini adalah “syurga” bagi para pengedar dan


pengguna narkoba. Dia melihat dari letak geografis Kota
Tangerang Selatan yang menjadi kota penyangga ibukota Jakarta,
Depok dan wilayah kota dan Kabupaten Tangerang, Tangeran
Selatan inipun menjadi wilayah yang paling aman dalam
peredaran dan menyimpan Narkoba.

Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang Selatan


mencatat bahwa jumlah warga setempat yang tersandung masalah
hukum jumlahnya cukup signifikan, yaitu 326 orang warga
Tangsel yang kini menjadi tahanan kasus narkoba. Dari 326
warga Tangsel yang menjadi tahanan narkotika itu, umumnya
berstatus sebagai bandar atau pengedar bahkan produsen, meski
ada juga pemakai (Kabartangsel.com 2014). Walikota Tangerang
Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany mengajak semua elemen
untuk memberantas Peredaran Narkoba saat ini yang semakin
meningkat (Kabartangsel.com 2017).

Guna menekan penyalahgunaan dan peredaran Gelap


Narkotika di Kota Tangerang Selatan, BNNK Tangsel terus
mengiatkan berbagai upaya pencegahan diantaranya sosialisasi
bahaya Narkotika di masyarakat, pelajar dan kalangan pegawai,
baik pegawai pemerintahan maupun pegawai non pemerintahan.
Selain itu, BNNK Tangsel juga telah bekerjasama dengan pihak
swasta dan pemerintahan dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan narkotika ini dengan melakukan cek urin secara
berkala. Lebih lanjut, AKBP Heri Istu Hariono (9/2/2018)
menjelaskan setidaknya ada 10 Organisasi Perangkat Daerah, 5
9

Perusahaan Swasta dan 9 lembaga pendidikan yang sudah


bekerjasama dengan BNNK Tangsel untuk melakukan
pengecekan urin bagi karyawannya. Selanjutnya, selama 2017
BNNK Tangsel juga telah berhasil mengungkap peredaran gelap
Narkotika sebanyak 5 kasus dan dari tangan para tersangka
tersebut, jumlah total barang bukti yang berhasil disita sebanyak
18,67 gram dan 0,81 gram ganja. Sebagai upaya mempersulit
ruang gerak peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika di
Kota Tangsel ini, BNNK Tangsel akan lebih mengintensifkan
kerjasama dengan berbagai organisasi penegak hukum untuk
melakukan sosialisasi dan juga operasi gabungan di berbagai
wilayah, khususnya wilayah yang di kategorikan zona merah
peredaran gelap narkotika.

Berikut hasil penelitian yang mengacu dari data


rehabilitasi yang telah di peroleh Badan Narkotika Nasional Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2015 sampai tahun 2017:

Data Rehabilitasi BNNK Tangerang Selatan pada tahun


2015-2017.

Tahun Klien Usia Profesi Jenis NAPZA

2015 90 Klien 15-20 tahun sebanyak Pekerja 68%, 68%


(Laki-laki 23 klien, 21-30 tahun Pelajar 13%, Methadone,
53% dan sebanyak 52 klien, 31- Pengangguran 13% THC, 11%
Perempua 40 tahun sebanyak 11 11%, Amfetamin, dan
10

n 47%) klien, dan usia 41-50 Wiraswasta 8% Benzo


tahun sebanyak 4 8%.
klien.

2016 136 Klien 13-20 tahun sebanyak Pekerja 46%, Methadone


(Laki-laki 50 klien, 21-30 tahun pelajar 27%, 38%, THC 30%,
77% dan 48 klien, 31-40 tahun pengangguran Amfetamin
perempua menjadi 27 klien, 41- 13%, 14%, Benzo
n 23%) 50 tahun sebanyak 7 wiraswasta 12%, ALC 3%,
klien. 50-57 tahun 14%. dan False+ 4%.
terdapat 4 klien.

2017 88 Klien 13-20 tahun sebanyak Pekerja 45%, BZO/Opioid


(Laki-laki 28 klien, 21-30 tahun pelajar 20%, 28%, Kanabis
59% dan yaitu 40 klien, usia pengangguran 23%, dan
perempua 31-40 tahun menjadi 17%, dan Metadon 49%.
n 29%) 13 klien, 41-50 tahun wiraswasta
6 klien. Dan pada usia 18%.
50-57 tahun menjadi 1
klien

Sumber: Data hasil penelitian BNNK Tangerang Selatan

Dengan demikian, lebih dari separuh mereka yang


memakai narkoba dalam setahun terakhir mengalami perubahan,
ada yang meningkat dan ada juga yang menurun. Angka
prevalensi menurut lokasi studi di tingkat kabupaten/kota, terlihat
11

jika pada tahun 2016 ini kota tangerang selatan mengalami


peningkatan yaitu 68. Dengan demikian, dapat di simpulkan
dengan mengacu dari data rehabilitasi oleh BNNK Tangerang
Selatan bahwa lebih dari separuh pengguna narkoba di kota
Tangerang Selatan dalam setahun terakhir mengalami perubahan,
cenderung mengalami penurunan. Dan dari hasil wawancara pun
saya mendapatkan informasi bahwa di kota Tangerang Selatan
untuk jenis narkoba yang paling banyak pernah dipakai dalam
kasus narkotika setahun terakhir adalah ganja. Ganja ini paling
banyak di konsumsi oleh para mahasiswa.

Penurunan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba


tersebut tidak luput dari adanya upaya pemerintah dan juga
Lembaga-lembaga swasta lainnya dalam melakukan upaya
pencegahan penanggulangan narkoba di Indonesia.

BNNK Tangerang Selatan inipun cukup terbilang baru,


karena BNNK Tangerang Selatan berdiri pada tahun 2013.
BNNK Tangerang Selatan ini sama seperti BNN Pusat yang
berfokus dalam program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba atau biasa disebut
P4GN. Ibu Desty selaku pengurus program Rehabilitasi (2018)
menjelaskan bahwa BNNK Tangerang Selatan juga memiliki
program rehabilitasi, dimana apabila kedua program dari
pencegahan dan pemberantasan fungsinya tidak berjalan berarti
ada pecandu, dan itulah fungsi dari program rehabilitasi itu
sendiri. Karena, dalam permasalahan mengenai narkotika
12

masyarakat terbagi atas 3 zona warna yaitu merah yang di


dalamnya adalah para pecandu, pengedar, bandar, dan produsen
narkotika, warna kuning adalah orang-orang yang sudah terkena
narkotika, baik proses penyembuhan ataupun sudah berhenti,
sedangkan warna hijau adalah orang-orang yang tidak pernah
menggunakan narkotika. Disini peran BNNK Tangerang Selatan
ingin menjaga yang kuning tidak menjadi merah, dan yang hijau
tidak menjadi kuning ataupun merah. Selain itu, BNNK
Tangerang Selatan juga berperan dalam meningkatkan kesadaran
diri dari masyarakat untuk memutus rantai peredaran narkotika
agar permasalahan tersebut dapat mudah di atasi.

BNNK Tangerang Selatan juga memiliki salah satu


program khusus yang membedakan dengan BNN di kota lainnya.
Yaitu untuk pertama kali kota Tangerang Selatan membuat
program Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkotika. Dimana
sejauh ini program tersebut telah menjadi keberhsilan BNNK
Tangerang Selatan dalam program pencegahan narkotika. Sejauh
ini, SAKA Anti Narkotika melibatkan beberapa pelajar yang ada
di Kota Tangerang Selatan. Mereka di berikan pengetahuan dari
mulai jenis narkotika, bahayanya, hukuman, pasal, cara
penyuluhan, cara berkomunikasi yang baik, dan hal-hal mendasar
hingga menyeluruh mengenai narkotika. Program SAKA Anti
Narkotika inipun dijadikan sebagai alat penghubung oleh BNNK
Tangerang Selatan dalam melakukan kegiatan penyuluhan serta
pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkotika di Kota Tangerang Selatan.
13

A. Identifikasi Masalah

Penanganan terhadap permasalahan NAPZA memang


sudah seharusnya menjadi tanggung jawab semua lapisan
masyarakat, terkhusus bagi para stakeholder yang menjadi ujung
tombaknya. Tanggung jawab tersebut juga meliputi kehidupan
sosial bagi para penyalahguna NAPZA untuk bisa berfungsi
sosial dalam kehidupan masyarakat. Karena para pengguna
NAPZA tersebut sering mendapatkan stigma dalam suatu
masyarakat, mereka sering dianggap abnormal atau deviant (tidak
umum). Maka diperlukan proses sosial selanjutnya, yaitu
medikalisasi dan normalisasi (medicalization and normalization)
(Suci 2015, 90). Hingga nanti selanjutnya permasalahan sosial
terkait penyalahgunaan NAPZA mereda, dan menghilangkan
stigma dalam masyarakat.

Melihat data yang dipaparkan diatas, dimana Kota


Tangerang Selatan dalam beberapa tahun terakhir telah
mengalami peningkatan dalam peredaran dan juga
penyalahgunaan NAPZA yang terjadi hampir di semua kalangan
masyarakat, khususnya kalangan generasi muda. Sehingga hal
tersebut membutuhkan perhatian bagi para pemangku
kepentingan untuk mengatasi permasalahan tersebut, terkhusus
BNNK Tangerang Selatan yang memiliki tanggungjawab dalam
menangani permasalahan peredaran dan juga penyalahgunaan
NAPZA di Kota Tangerang Selatan.
14

BNNK Tangerang Selatan bekerjasama dengan Kwartir


Cabang Gerakan Pramuka Kota Tangerang Selatan telah
melahirkan Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkotika
sebagai wadah bagi generasi muda untuk ikut andil dalam
program pencegahan penyalahgunaan Narkotika. SAKA Anti
Narkotika kota Tangerang Selatan merupakan satu wadah baru
yang diperuntukkan bagi generasi muda khususnya Pramuka
sebagai anggota, yang juga merupakan respon pemangku
kepentingan dalam menangani permasalahan penyalahgunaan
Narkotika di kalangan remaja. Hal tersebut menjadikan generasi
muda (pelajar dan Pramuka) untuk ikut andil dalam
melaksanakan program pencegahan penyalahgunaan Narkotika di
Kota Tangerang Selatan.

Usaha pencegahan penyalahgunaan Narkotika yang


dijalankan di Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu
bentuk usaha kesejahteraan sosial, yaitu fungsi pencegahan
(preventif). Dengan melihat data diatas, bahwa pendekatan yang
dilakukan oleh bidang P4GN harus efektif dan kegiatan
pencegahan (preventif) perlu dikedepankan. Kadarmanta (2010,
74) melihat upaya preventif kepada keluarga dan remaja yang
belum tersentuh hendaknya menjadi prioritas agar mereka tidak
terjerumus dalam lingkungan pengguna NAPZA. Tidakan
preventif tersebut berupaya menghindarkan orang-orang yang
belum terkena permasalahan NAPZA.

Melihat bahwa usaha pencegahan (preventif) merupakan


salah satu bentuk dari usaha kesejahteraan sosial, sebagai upaya
15

menghindarkan orang-orang terhindar dari permasalahan sosial.


Melalui SAKA Anti Narkoba, BNNK Tangerang Selatan bersama
dengan generasi muda (pelajar dan Pramuka) melaksanakan
usaha-usaha pencegahan penyalahgunaan Narkoba di kalangan
remaja Kota Tangerang Selatan. Maka dari itu perlu kiranya
untuk menggambarkan dan menganalisa Pencegahan (Preventive)
Penyalahgunaan NAPZA melalui SAKA Anti Narkotika Kota
Tangerang Selatan sebagai jawaban atas permasalahan
penyalahgunaan Narkotika di kalangan generasi muda.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, fokus dan tidak


meluas. Maka peneliti membatasi fokus permasalahan
untuk dijadikan penelitian. Yang menjadi pembatas
masalah pada penelitian ini adalah mengenai Pencegahan
(Preventive) penyalahgunaan narkotika melalui program
SAKA (Satuan Karya Pramuka) Anti Narkoba oleh Badan
Narkotika Nasional kota Tangerang Selatan. Dalam
penelitian ini juga akan dikaji bagaimana program
tersebut tepat sebagai fungsi, usaha, dan tujuan dalam
pencegahan penyalahgunaan Narkotika.
16

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah penelitian


diatas, maka diperlukan perumusan masalah sebagai
berikut:

a. Bagaimana Pencegahan (preventive)


penyalahgunaan narkotika melalui program Satuan
Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkoba oleh Badan
Narkotika Nasional kota Tangerang Selatan?
b. Bagaimana program primer dan sekunder dari
program Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti
Narkoba oleh BNNK Tangerang Selatan dalam
melakukan pencegahan penyalahgunaan narkotika
di Tangerang Selatan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

Melihat pembatasan dan perumusan masalah


diatas, selanjutnya terdapat pula tujuan dalam sebuah
penelitian. Adapun tujuan dalam penilitian ini yaitu untuk
mengetahui pencegahan (preventive) penyalahgunaan
narkotika yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional
Kota Tangerang Selatan. Serta mengetahui bagaimana
usaha dan tujuan dari program SAKA Anti Narkoba oleh
Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang Selatan dalam
melaksanakan fungsi pencegahan.
17

2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini
diantaranya:
a. Manfaat secara Akademik
Dapat dijadikan informasi mengenai isu
Narkoba di wilayah Kota Tangerang Selatan bagi
mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial
di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Serta diharapkan dapat bermanfaat
khususnya dalam hal pencegahan (preventive)
penyalahgunaan Narkoba.
b. Manfaat secara Praktis
Diharapkan dapat dijadikan acuan praktik
pekerjaan sosial bagi mahasiswa atau pekerja
sosial profesional yang mendalami isu Narkoba
terkait upaya pencegahan (preventive) narkoba
melalui program Satuan Karya Pramuka (SAKA)
Anti Narkoba yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional Kota Tangerang Selatan.
D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas


kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan topik
pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian skripsi
ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk
membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan
18

dilakukan untuk penelitian skripsi ini. Adapun tinjauan


pustaka dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan
literatur antara lain :

1. Nama : Taqiy Fannani


NIM : 113111147
Judul : Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba dan Tanggung Jawab
Guru Pendidikan Agama Islam di
SMK N 3 Semarang Tahun
Pelajaran 2015/2016
Program Studi : Ilmu Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Walisongo Semarang, 2016
Penelitian ini menjelaskan terkait pencegahan
penyalahgunaan narkoba di sekolah, dimana
dijelaskan bahwa Pencegahan penyalahgunaan
narkoba merupakan perbuatan mulai dari program-
program dari sekolah sampai tanggung jawab guru
PAI dan semua warga di sekolah maupun
masyarakat. Program pencegahan yang dilakukan
SMK N 3 Semarang meliputi beberapa kegiatan
semisal; seminar sosialisasi penyuluh anti narkoba
oleh pihak BNN, program rohani Islam di sekolah,
dan program ketertiban dan bimbingan konseling
di sekolah. Dalam kajian ini lebih melihat program
19

atau kegiatan sekolah dalam pencegahan


penyalahgunaan Narkoba, dan peran serta guru.

2. Nama : Ahmad Anhari


NIM : K6407015
Judul : Strategi Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba di
Kalangan Remaja (Studi Tentang
Partisipasi Badan Narkotika
Kabupaten Sukoharjo)
Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, 2012
Penelitian ini menjelaskan strategi yang diterapkan
oleh BNN Kabupaten Sukoharjo dalam
pencegahan dan faktor-faktor yang menyebabkan
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.
Faktor-faktor tersebut meliputi; faktor intern
terkait kejiwaan, pemahaman agama, dan
kesadaran huku, dan faktor ekstern yang meliputi
keadaan keluarga, lingkungan pergaulan,
ketersediaan zat berbahaya. Sedangkan strategi
yang ditepakan BNN Kabupaten Sukoharjo
meliputi; program penuluhan pelajar SMP dan
SMA, kampanye anti narkoba, pemberian tenda
warung makan anti narkoba, dan penyuluhan 1000
20

kampung bebas narkoba. Dan Hambatan yang


dialami BNN meliputi terbatasnya sumber dana
keuangan, kurangnya sumber daya manusia, dan
terbatasnya sarana dan prasarana.

3. Nama : Sofia Anisatul Af’idah


NIM : 12250001
Judul : Metode Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis
Satuan Tugas Anti Narkoba
Sekolah (Studi Kasus di SMK N 2
Depok, Sleman, Yogyakarta)
Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016
Penelitian ini menjelaskan metode pencegahan
penyalahgunaan narkoba berbasis satuan tugas anti
narkoba sekolah yang dilakukan GIANTS yang
terdiri dari tiga metode; 1) metode pencegahan
level individu berupa konseling sebaya, 2) level
kelompok berupa diskusi rutin dan insidental, 3)
pencegahan level masyarakat/ komunitas berupa
serangkaian kegiatan Hari Anti Narkoba
Internasional (HANI) yang meliputi pra-HANI,
saat-HANI, dan pasca-HANI.
21

E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang saya gunakan dalam penelitian


ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif, Rustanto (2015, 17) menyebutkan
bahwa: “metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi”.

Kemudian Klick dan Miller dalam Meleong (2003,


3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasa.

Dalam penelitian ini adalah bagaimana proses


pemilihan informasi untuk menjadi objek penelitian
penulis. Penulis sudah berkoordinasi dengan pihak BNNK
Tangerang Selatan terkait fungsi pencegahan (preventive)
penyalahgunaan narkotika dalam program SAKA Anti
Narkoba. Pihak BNNK Tangerang Selatan pun
22

menyetujui dengan tujuan untuk memperoleh beberapa


informasi sebagai bahan penulisan skripsi.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif,


yakni penelitian yang menggambarkan sebuah situasi
dilapangan. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Data tersebut berasal dari
wawancara secara langsung , observasi dan dokumentasi
(Bugin 2013, 39).

Berdasarkan pemahaman diatas, maka dalam


penelitian ini peneliti berusaha untuk menggambarkan dan
menganalisa fungsi pencegahan (preventive)
penyalahgunaan Narkoba serta usaha dan tujuan dari
program SAKA yang dilakukan oleh Badan Narkotika
Nasional Kota Tangerang Selatan.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Narkotika


Nasional Kota Tangerang Selatan, dengan waktu
penelitian dari bulan Februari 2018 hingga September
2018.

4. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik


Purposive Sampling. Dimana menurut Sugiono (2009, 54)
23

Teknik Purposive Sampling adalah teknik pengambilan


sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya orang
tersebut dianggap mengetahui tentang apa yang peneliti
harapkan sehingga akan memudahkan peneliti untuk
menjelajahi objek atau situasi yang diteliti.

Informan yang saya jadikan objek utama dalam


meneliti pencegahan (preventive) penyalahgunaan
narkoba melalui Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti
Narkoba. Penulis mengambil beberapa sumber karena
agar mendapatkan informasi yang lebih konkrit dalam
proses pencegahan (preventive) penyalahgunaan Narkoba
yang dilaksanakan melalui SAKA Anti Narkoba Kota
Tanerang Selatan.

Informan yang peneliti pilih sesuai dengan teknik


Purposive Sampling, yaitu dengan memilih narasumber
yang kompeten dalam bidangnya serta memahami detail
informasi yang akan peneliti kaji. Beberapa informan
yang peneliti pilih merupakan orang-orang yang ikut andil
dalam menjalankan SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang
Selatan yang meliputi; Majelis Pembimbing dan Pimpinan
SAKA Anti Narkoba, Pamong SAKA, instruktur SAKA
dan juga Dewan SAKA Putera dan Putri di periode ini.
Hal tersebut akan dijelaskan dalam tabel dibawah;
24

Tabel 2. Subjek dan Informan Penelitian

No Informasi yang di cari Informan Jumlah

1 Gambaran umum BNNK Majelis 1 Orang


Tangerang Selatan dan detail Pembimbing
program SAKA Anti Narkoba SAKA

2 Proses dari program pencegahan Pimpinan 1 Orang


yang di lakukan oleh SAKA Anti SAKA Anti
Narkoba dan kegiatan yang di Narkoba
lakukan oleh program tersebut.

3 a) Mengetahui pencegahan Pamong 1 orang


yang dilakukan dalam SAKA Anti
program SAKA Anti Narkoba
Narkoba oleh BNNK
Tangerang Selatan
b) Usaha dan tujuan apa saja Dewan SAKA 2 orang
yang telah di lakukan oleh Anti Narkoba
SAKA Anti Narkoba
dalam melakukan proses
pencegahan narkotika
25

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah


data primer (pokok) dan data sekunder (pendukung). Data
primer adalah data yang diperoleh langsung melalui hasil
wawancara dengan informan. Selanjutnya, Data sekunder
adalah data yang didapatkan melalui buku, jurnal, laporan
penelitian, dan dokumen dokumen yang berkaitan dengan
fokus penelitian skripsi.

6. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud


tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong 2003,
135).

Teknik wawancara yang peneliti gunakan


adalah secara terstruktur yaitu dengan menyusun
terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan
disampaikan kepada informan. Selain itu juga peneliti
menggunakan jenis wawancara pembicaraan informal.
Dalam jenis ini, pertanyaan sangat tergantung pada
pewawancara, jadi bergantung pada spontanitasnya
dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.
26

Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah


dalam situasi biasa, wajar. Sedangkan pertanyaan dan
jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Sewaktu pembicaraan berjalan,
terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau
tidak menyadari bahwa ia sedang di wawancarai
(Moleong 2003, 187).

b. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan


dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Melalui observasi,
peneliti mengetahui tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan observasi langsung serta menggunakan
jenis observasi partisipatif. Dengan observasi
langsung, peneliti melakukan pengamatan untuk
mencari data yang nantinya menjadi salah satu sumber
data yang kemudian dapat diolah menjadi bahan
analisis (Sugiono 2008, 227).

c. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis


atau foto, sehingga dengan adanya bantuan dokumen
peneliti terbantu mendapatkan data yang sesuai dengan
masalah penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan
27

tertulis atau film, lain dari record yang tidak


dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang
penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber
data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan (Moleong 2003, 216).

7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian


kualitatif, yang data diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian.
Menurut Bogdam, analisis data adalah proses mencari dan
menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain.,
sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiono 2008, 224).

Pada saat menganalisisis data hasil wawancara,


peneliti mengamatinya secara detail dan dilakukan
berulang-ulang dari awal sampai akhir kemudian
menyimpulkannya. Setelah itu menganalisa kategori-
kategori yang terlihat pada data-data tersebut. Analisa
data melibatkan upaya mengidentifikasi suatu objek dan
peristiwa. Kategori dari analisa data diperoleh
berdasarkan fenomena yang terlihat pada tempat
penelitian tersebut.
28

8. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti


menggunakan teknik triangulasi. Merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data pengecekan atau perbandingan
terhadap dua data tersebut. Teknik triangulasi yang
banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber
lainnya (Moleong 2003, 330).

F. Pedoman Penulisan Skripsi.

Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini dalam


penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui hubungan yang logis antara bagian


satu dengan bagian selanjutnya serta mempermudah dalam
memahami skripsi ini, maka peneliti menguraikan sistematika
penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan; Pada bab ini peneliti


menuliskan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metodelogi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
29

BAB II: Kerangka Teori; Pada bab ini memuat


didalamnya landasan teori terkait Pencegahan
(Preventive), dan Penyalahguna Narkoba
BAB III: Gambaran Umum; Pada bab ini peneliti
memuat gambaran umum tentang sejarah dan
perkembangan, visi dan misi, program SAKA, pola
manajemen di Badan Narkotika Nasional Kota
Tangerang Selatan.
BAB IV: Data dan Temuan Penelitian; Pada bab ini
peneliti menguraikan analisa hasil penelitian meliputi
gambaran umum objek penelitian, analisis data dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V: Pembahasan; Pada bab ini, peneliti akan
menuangkan uraian yang mengaitkan latar belakang,
teori, dan rumusan teori dari penelitian program
SAKA Anti Narkoba oleh BNNK Tangerang selatan.
BAB VI: Kesimpulan, Implikasi dan Saran;
mengemukakan kesimpulan terhadap hasil penelitian
pada bab-bab sebelum nya untuk memuat masukan
atau saran-saran yang membangun.
30
31

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyalahgunaan Narkotika
1. Pengertian Narkotika

Narkotika secara bahasa diambil dari bahasa


Yunani, yaitu Narke yang artinya keadaan tidak sadar dan
Narcissus yang artinya sejenis tumbuhan yang dapat
membuat orang tidak sadar. Sedangkan secara istilah,
Narkotika adalah zat-zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bahan tanaman, baik berbentuk sintetis
maupun bukan sistetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan zat yang dapat
menghilangkan rasa nyeri, serta dapat menyebabkan
ketergantungan (Sasangka 2003, 35).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 35 tahun 2009 Pasal 1 poin 1, dijelaskan bahwa
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Selanjutnya, Narkotika menurut Rasul
(2013, 516) juga diartikan sebagai zat yang manakala
dimasukkan ke dalam tubuh manusia akan dapat
32

mempengaruhi keadaan psikologi seseorang seperti


perasaan, pikiran, suasana hati, yang berakibat pada
perubahan perilaku si pemakai.

Pengertian tentang Narkotika juga memiliki


padanan dalam istilah. Seperti NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif) dan Narkoba (Narkotika,
Psikotropika, dan Bahan Adiktif). Terminologi Narkoba
telah biasa digunakan untuk aparat penegak hukum seperti
polisi, BNN, jaksa, hakim, dan juga petugas
pemasyarakatan. Sedangkan istilah NAPZA sering
digunakan oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi
(Kadarmanta 2012, 30).

Dalam pandangan Yanni (2004, 32) NAPZA


merupakan suatu bahan atau zat yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologis
seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.
NAPZA juga dapat mempengaruhi otak, terutama susunan
saraf pusat. NAPZA dapat menyebabkan gangguan
kesehatan (fisik dan psikis) dan gangguan fungsi sosial
(kebiasaan, ketagihan dan ketergantungan).

Lebih lanjut, Kadarmanta (2010, 41) menjelaskan


Narkoba dalam pengertiannya merupakan zat, obat, dan
bahan kimia baik sintetik maupun organik yang
dimasukkan kedalam tubuh dengan cara dimakan,
33

diminum, dihirup, disuntik, diintravena dan lain


sebagainya sehingga dapat mengakibatkan perubahan
pada psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati, dan
perilaku manusia.

Narkoba atau NAPZA (UU No.22/1997)


merupakan zat atau kelompok senyawa bila dimasukkan
ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut),
dihirup, maupun melalui pembuluh darah dengan
menggunakan jarum suntik, akan dapat mengubah pikiran,
suasana hati, atau perasaan, dan perilaku seseorang (Rasul
2013, 516).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013),


Narkoba dalam proses pembuatannya terdiri atas proses
alami, proses semi sintesis dan sintesis. Proses alami,
dalam proses pembuatannya merupakan zat atau obat
yang diambil langsung dari alam, tanpa proses fermentasi
atau produksi, contohnya ganja, kafein, opium, kokain dll.
Proses semi sintesis adalah zat atau obat yang diproses
melalui fermentasi, contohnya morfin, heroin, alkohol dll.
Sedangkan proses sintesis, merupakan zat atau obat yang
dikembangkan untuk keperluan kedokteran untuk tujuan
menghilangkan rasa sakit (analgesik), seperti petidin,
metadone (physeptone), dipipanon (diconal) dan
dekstropropakasifen (distalgesik) (Rasul 2013, 516).
34

1. Jenis-Jenis Narkotika

Dalam pengertian Narkotika diatas, terdapat istilah


NAPZA dan Narkoba yang sering digunakan untuk
merangkum istilah dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat
atau Bahan Adiktif. Pengertian terkait Narkotika sudah
dijelaskan diatas, selanjutnya perlu diketahui juga jenis
lain yaitu Psikotropika dan Zat atau Bahan Adiktif.

Dalam pengertiannya, Djuharis Rasul (2013, 516)


menjelaskan Psikotropika (UU No. 5/1997) merupakan
zat atau obat yang tidak termasuk dalam narkotika, baik
alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Penggunaanya biasanya dicampur dengan
alkohol atau minuman lain sehingga menimbulkan efek
yang sama dengan narkotika. Sedangkan Zat atau Bahan
Adiktif (BNN, 2007) adalah zat–zat selain Narkotika dan
Psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak.

Sesuai dengan penjelasan The World’s Digital


Library (2013) yang menyatakan bahwa Zat atau Bahan
Adiktif sangat berbahaya karena dapat memutuskan
syaraf-syaraf dalam otak. Zat-zat atau bahan tersebut di
antaranya adalah rokok, berbagai jenis alkohol, dan
minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan
ketagihan, Thiner, dan zat lainnya, seperti lem. kayu,
35

penghapus cair, dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup


akan dapat memabukkan (Rasul 2013, 516).

Narkotika dalam Undang-undang Nomor 35 tahun


2009 tentang Narkotika pasal 6 poin 1, Narkotika
dikelompokkan menjadi tiga golongan, Narkotika
golongan I, Narkotika golongan II, dan Narkotika
golongan III yang masing-masing sudah dipaparkan
dalam lampiran Undang-undang tersebut. Sedangkan
menurut Sunarno (2007. 12-26) terdapat empat jenis
Narkotika yang beredar luas dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat indonesia, yakni:

a. Ganja
Ganja merupakan salah satu jenis Narkotika
yang berasal dari tanaman dan daunnya yang
menyerupai daun singkong. Ciri-ciri daun
ganja yaitu daun bergerigi, berbulu halus,
jumlah daun ganjil, kalau diremas keluar bau
yang khas, bunganya ada bagian jantan dan
betina serta memiliki buah berwarna cokelat
dan sebesar biji melinjo. Penggunaan daun
ganja dapat dikonsumsi dengan cara diisap,
dimakan, dan dicampur dengan tembakau.
Narkotika jenis daun ganja banyak tumbuh di
beberapa daerah di indonesia, seperti Aceh,
36

Sumatera Utara, Sumatera bagian tengah,


Sumatera Selatan, dan Pulau Jawa.
b. Opium atau Candu
Opium merupakan bunga dengan bentuk yang
sangat indah dan berasal dari pohon opium,
dari pohon inilah dapat diambil getahnya untuk
diolah yang dapat menghasilkan candu. Ciri-
ciri tanaman opium, yaitu jenis tanaman perdu,
tinggi pohon kira-kira 110 cm, buahnya
berwarna hijau sebesar buah jeruk nipis,
daunnya berwarna hijau dengan panjang 25
cm, getahnya berwarna putih dan berubah
warna menjadi cokelat, pohon opium
merupakan tumbuhan musiman dan dapat
tumbuh di daerah bersuhu 20 derajat celcius.
c. Putaw
Putaw merupakan hasil olahan dari tanaman
candu atau opium, dan memiliki bentuk yang
berbeda. Putaw memiliki bentuk seperti serbuk
berwarna putih atau cokelat tua dan tidak
menutup kemungkinan berbentuk cairan.
Putaw adalah salah satu jenis dari narkotika
golongan I yang dapat menimbulkan
ketergantungan terhadap si pemakai.
Penggunaan jenis putaw dapat dikonsumsi
dengan cara diisap, dimakan, dan disuntikkan.
37

d. Kokain.
Kokain adalah jenis Narkotika golongan 1
yang berbentuk serbuk putih dan berasal dari
biji Koka. Seperti jenis narkotika pada
umumnya, kokain juga memiliki pengaruh
yang cukup hebat. Pengaruh kokain bagi si
pemakai bila digunakan sesuai dengan aturan
medis, maka akan meningkatkan kemampuan
fisik seseorang. Sebaliknya, bila digunakan
tanpa aturan medis, maka pengaruh kokain
akan mengakibatkan over dosis, kelumpuhan
dan kematian (Sunarno 2007, 12-16).
2. Penyalahguna Narkotika
a. Dampak Penggunaan Narkotika

Pada awal mulanya, NAPZA atau Narkoba


merupakan zat-zat yang sering digunakan untuk
keperluan dan tujuan medis atau kedokteran, namun
dalam perkembangannya zat-zat tersebut malah
menimbulkan ketergantuangan yang sangat kuat. Jika
zat-zat tersebut digunakan bukan untuk keperluan
medis tanpa mengindahkan kaidah-kaidah medis, pada
gilirannya dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental
dan sikap hidup masyarakat (Hanifah dan Unayah
2011, vol 16, no. 01). Selain itu, menurut Setiawan
(2018) dampak negatif dari penggunaan Narkotika
diantaranya yaitu; Perubahan dalam sikap, perangai,
38

dan kepribadian, Menjadi mudah tersinggung dan


cepat marah, Sering menguap, mengantuk, dan malas;
Tidak memedulikan kesehatan diri; Menyebabkan
kegilaan, paranoid, bahkan kematian.

Beberapa jenis Narkotika seperti; Ganja,


Opium, Putaw, Shabu, Ekstasi, dan Heroin memiliki
akibat negatif masing-masing sebagai berikut:

1) Ganja, Orang yang mengonsumsi daun ganja


dapat dikenali dengan melihat perilaku, raut
wajah, dan gerak-geriknya, misalnya matanya
merah, tubuh malas bergerak, rasa ngantuk
yang tinggi, dan nafsu makan berlipat ganda.
Apabila daun ganja dikonsumsi secara
berlebihan akan memberikan dampak negatif,
seperti merusak organ tubuh, dan merusak
pusat susunan syaraf otak (Sunarno 2007, 13).
Selain itu ganja juga memiliki dampak; denyut
jantung semakin lambat, temperatur badan
menurun, mata merah, santai, tenang dan
melayang-layang, malas, apatis, pikiran selalu
rindu pada ganja, daya tahan menghadapi
problema menjadi lemah, persepsi waktu dan
pertimbangan intelektual atau moral terganggu
(BNN, 2016).
2) Opium, Penggunaan opium atau candu dapat
menghilangkan rasa putus asa yang sifatnya
39

sementara. Orang mengonsumsi opium atau


candu hanya untuk mengambil jalan pintas
untuk lari dari permasalahan hidup yang
dihadapinya. Opium atau candu dapat
memberikan dampak yang negatif bagi
pemakainya, seperti rasa mual sehingga ingin
muntah, pupil mata mengecil, sering menguap
karena perasaan mengantuk, nafas terasa berat
dan melemah, serta menimbulkan berbagai
penyakit kulit (Sunarno 2007, 15).
3) Morfin dan Heroin, dikenal dengan nama
Putaw, Smack Junk, Horse, H, PT, Etep,
Bedak. Dalam pemakaiannya memberikan
efek; menimbulkan rasa kantuk atau lesu,
jalan mengambang, penyakit hati, dan HIV
atau AIDS (BNN, 2016). Sedangkan penyebab
orang menggunakan putaw karena mengambil
jalan pintas untuk terhindar dari rasa tegang,
tertekan, sedih, sakit, dan masalah yang ada
dalam kehidupannya. Orang yang
mengonsumsi putaw dengan secara
berlebihan, maka akan menimbulkan dampak
negatif, seperti rasa mual, pupil mata
mengecil, nafas berat dan melemah, sering
menguap karena merasa ngantuk, tubuh malas
dan susah bergerak serta menyebabkan
ketagihan dan sakaw (Sunarno 2007, 14-26).
40

4) Shabu, atau yang biasa disebut dengan nama


kristal, ubas, ss, atau mecin. Efek dari
penggunaan Shabu diantaranya; badan serasa
lebih energik, hiperaktif, jantung berdebar-
debar, tekanan darah meningkat, dan
dehidrasi.
5) Ekstasi, yang biasa disebut dengan nama Inex,
Kancing, Yuppie Drug, Essence, Clarity,
Butterfly, Black Heart. Penggunaan ekstasi
memberikan efek; euforia (rasa senang yang
berlebihan), cemas yang berlebihan, hiperaktif
dan emosional, susah tidur, sakit kepala, mual-
mual, dehidrasi, dan stroke (BNN, 2016).
b. Penyalahgunaan Narkotika

Dalam pandangan Dadang Hawari (2000, 66),


Penyalahgunaan Narkotika adalah pengunaan NAPZA
atau Narkoba bukan untuk tujuan pengobatan, yang
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis serta
menimbulkan ketergantungan tanpa resep dan tanpa
pengawasan dokter. Sedangkan Kadarmanta (2012,
30) menjelaskan bahwa Penyalahgunaan adalah orang
yang menggunakan narkotika tanpa hal atau melawan
hukum. Yang dimaksudkan dengan penyalahgunaan
dalam konteks ini adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menggunakan narkotika tanpa hak
atau melawan hukum.
41

Lebih lanjut, Lydia Harlina Martono dan Satya


Joewana (2006) memaparkan bahwa penyalahgunaan
Narkoba atau NAPZA adalah penggunaannya bukan
untuk tujuan pengobatan, tetapi agar dapat menikmati
pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, secara kurang
lebih teratur, berlangsung cukup lama, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, gangguan
kesehatan jiwa, dan kehidupan sosialnya. Diperjelas
dengan pasal 1 poin 15 Undang-undang no. 35 tahun
2009 bahwa “Penyalah Guna adalah orang yang
menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan
hukum”.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi sebab


terjadinya penyalahgunaan Narkoba atau NAPZA di
kalangan remaja, diantaranya yaitu:

1. Faktor Internal, merupakan faktor yang


berasal dari dalam diri individu seseorang
atau remaja. Fase perkembangan pada masa
remaja diikuti dengan beberapa perubahan
fisik serta psikologis dapat menimbulkan
rasa tertekan, tegang, resah, bingung, rasa
tidak aman, sedih dan depresi. Selain itu,
masa remaja terjadi proses pencarian
identitas diri diikuti oleh pencarian tokoh
yang akan dijadikan panutan
42

(personifikasi). Keadaan psikologis remaja


yang memiliki sifat ingin tahu dan ingin
mencoba atau golongan remaja yang
memiliki kepribadian lemah, mudah
kecewa, kurang kuat menghadapi
kegagalan, dan bersifat memberontak yang
kadangkala memunculkan dorongan kuat
untuk melawan apa saja yang bersifat
otoriter kalau tidak dibekali dengan nilai-
nilai yang baik akan mudah terjerumus
sebagai pemakai narkoba.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal
dari luar individu remaja seperti lingkungan
keluarga, lingkungan sosial teman sebaya,
masyarakat, serta lingkungan sekolah.
Lingkungan keluarga, terkhusus kedua
orang tua yang tidak memberikan
keteladanan serta kurangnya penanaman
disiplin di rumah membuat anak-anak
cenderung bebas melakukan apa saja.
Dalam keadaan seperti itu, dukungan
keluarga yang kuat merupakan faktor
penting yang membuat remaja menjauhi
penggunaan narkoba. Selain itu, keinginan
untuk mepersonafikasikan diri dengan
tokoh ideal sangat kuat, sehingga
cenderung mengikuti trend dan gaya tokoh
43

ideal tersebut. Dalam proses tersebut


pergaulan di dalam lingkungan keluarga
beralih menjadi pergaulan dengan teman
sebaya sehingga selalu berupaya
berkelompok, setiap anggota berusaha
dapat diterima menjadi anggota kelompok.
Oleh karena itu, remaja mencoba
menyesuaikan tingkah laku dengan teman
sebaya di kelompok tersebut. Kalau salah
satu teman sebaya dalam anggota
kelompok atau tokoh yang dipersonafikasi
tersebut sudah menjadi pengguna narkoba,
maka remaja tersebut akan cenderung
menjadi pengguna narkoba baru.
3. Faktor lain, yaitu lingkungan sosial seperti
tempat tinggal yang berada di daerah di
mana memperoleh Narkoba atau NAPZA
sangat mudah, karena pengedar yang
mencari mereka. Namun, penyebab ini
tidak berlaku untuk setiap kasus, dalam
kasus tertentu faktor-faktor tersebut bukan
penyebab utama seseorang remaja menjadi
penyalahguna narkoba karena bisa saja
anak dari keluarga harmonis menjadi
penyalahguna narkoba. Namun, semakin
banyak faktor-faktor di atas, maka semakin
besar kemungkinan seseorang menjadi
44

penyalahguna narkoba (Rasul 2013, 516-


517).

Melihat dampak negatif dari penyalahgunaan


Narkoba atau NAPZA, serta faktor-faktor yang
mengarah pada berkembangnya penyalahgunaan
Narkoba atau NAPZA. Maka dari itu, untuk
menghindari penyalahgunaan Narkotika atau NAPZA
yang tidak diharapkan, maka diperlukan pencegahan
yang nantinya dapat mengurangi tingkat
penyalahgunaan Narkotika atau NAPZA yang berada
di lingkungan masyarakat (Hawari 2000, 66).

A. Pencegahan (Preventive)

Kata Pencegahan secara umum (KBBI online, cegah)


dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menahan agar
sesuatu tidak terjadi (mencegah), penegahan, penolakan.
Selanjutnya dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, istilah
Pencegahan termasuk dalam bagian salah satu fungsi usaha
kesejahteraan sosial, yaitu fungsi pencegahan. Menurut
Pramuwito (1997, 47), dalam Usaha Kesejahteraan Sosial
(UKS) pencegahan dimaknai sebagai upaya untuk
menghalangi, merintangi atau menahan terjadinya dan
berkembangnya atau timbulnya kembali masalah sosial.

Menurut Badan Narkotika Nasional (2010, 33-34)


dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
45

Narkotika yang paling mendasar dan efektif adalah promotif


dan preventif. Istilah Preventif disebut juga sebagai program
Pencegahan, dimana program pencegahan ditujukan kepada
masyarakat sehat yang belum mengenal Narkotika agar
mengetahui seluk beluk Narkotika sehingga tidak tertarik
untuk menyalahgunakannya. Selain dilakukan oleh
pemerintah (instansi terkait), program ini juga sangat efektif
jika dibantu oleh instansi dan institusi lain termasuk lembaga
profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat,
perkumpulan, ormas, dan lain-lain.

1. Program Pencegahan

Dalam penjelasan Pramuwito (1996, 47), fungsi


Pencegahan dalam usaha kesejahteraan sosial
mengandung tiga unsur kegiatan, diantaranya:

a. Mencegah timbulnya masalah sosial.


b. Mencegah berkembangnya atau meluasnya
masalah sosial dalam kehidupan masyarakat.
c. Mencegah timbulnya atau kambuhnya kembali
permasalahan sosial yang pernah
dialami/disandang oleh perorangan,
keluarga,dan masyarakat.

Pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkoba


atau NAPZA merupakan sebuah program kegiatan yang
memiliki metode dan sasaran, bentuk program dan atau
46

agenda kegiatan pencegahan oleh Badan Narkotika


Nasional (BNN, 2010) adalah sebagai berikut:

a. Kampanye Anti Penyalahgunaan Narkotika,


merupakan program pemberian informasi satu
arah dari pembicaraan kepada pendengan
tentang bahaya pemakaian Narkotika.
Informasi disampaikan oleh tokoh masyarakat,
seperti ulama, pejabat, seniman, dan
sebagainya. Kampanye anti penyalahgunaan
Narkotika dapat juga dilakukan melalui
spanduk, poster, brosur, dan baliho. Misi yang
disampaikan adalah pesan untuk melawan
penyalahgunaan Narkotika, tanpa penjelasan
yang mendalam atau ilmiah tentang Narkotika.
b. Penyuluhan Seluk Beluk Narkotika,
penyuluhan bersifat dialog dengan tanya
jawab. Bentuk penyuluhan dapat berupa
seminar, ceramah, dan lain-lain. Tujuannya
adalah untuk mendalami pelbagai masalah
tentang Narkotika. Materi yang disampaikan
oleh tenaga profesional (dokter, psikolog,
polisi, ahli hukum, sosiolog) sesuai dengan
tema penyuluhan. Penyuluhan tentang
Narkotika ditinjau lebih mendalam dari
masing-masing aspek sehingga lebih menarik
daripada kampanye.
47

c. Pendidikan dan Pelatihan Kelompok Sebaya


(Peergroup). Pada program ini, pengenalan
materi Narkotika lebih mendalam, disertai
simulasi penanggulangan, termasuk latihan
pidato, latihan diskusi, latihan menolong
penderita dan lain-lain. Program ini dilakukan
di sekolah, kampus atau kantor dalam waktu
beberapa hari, program ini melibatkan
beberapa narasumber dan pelatih, yaitu tenaga
yang profesional sesuai dengan programnya.
d. Upaya Mengawasi dan Mengendalikan
Produksi dan Distribusi Narkotika di
Masyarakat. Pengawasan dan pengendalian
adalah program preventif yang menjadi tugas
aparat terkait, seperti polisi, Departemen
Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), imigrasi, Bea Cukai,
Kejaksaan, Pengadilan, dan lain sebagainya.
Tujuannya adalah agar Narkotika dan
Prekusor bahan baku pembuatannya tidak
beredar sembarangan.

Oakley Ray dan Charles Ksir (2004, 68-69) telah


mengklasifikasikan beberapa program pencegahan
penyalahgunaan Narkoba atau NAPZA sesuai dengan
model kesehatan masyarakat. Jenis program pencegahan
tersebut diantaranya yaitu;
48

e. Program Pencegahan Primer, merupakan


sebuah program yang ditujukan terutama pada
orang-orang muda yang belum mencoba
Narkoba atau NAPZA atau yang mungkin
telah mencoba tembakau atau alkohol
beberapa kali. Seperti yang diskusikan di
bagian "mendefinisikan tujuan dan
mengevaluasi hasil," program tersebut dapat
mendorong abstinasi lengkap dari obat-obatan
spesifik atau mungkin memiliki tujuan yang
lebih luas untuk mengajar orang-orang
bagaimana melihat narkoba dan pengaruh
potensial obat-obatan pada kehidupan, emosi,
dan hubungan sosial mereka. Karena program
tersebut disajikan kepada orang-orang dengan
sedikit pengalaman pribadi dengan obat-
obatan, mereka mungkin diharapkan menjadi
sangat efektif. Di sisi lain, ada bahaya
memperkenalkan sejumlah besar anak-anak ke
informasi tentang sejumlah obat yang
mungkin tidak pernah mereka dengar,
sehingga membangkitkan keingintahuan
mereka tentang mereka.
f. Program Pencegahan Sekunder, program
tersebut dapat dirancang untuk orang yang
telah mencoba obat yang dimaksud atau
berbagai zat lainnya. Sasaran dari program
49

semacam itu biasanya adalah pencegahan


penggunaan bentuk penggunaan lain yang
lebih suram dari zat yang sudah mereka uji
coba. Kami mungkin mendeskripsikan klien di
sini sebagai pengguna zat yang lebih canggih
yang tidak menderita secara serius dari
pengalaman obat mereka dan yang bukan
kandidat yang jelas untuk pengobatan. Banyak
mahasiswa jatuh ke dalam kategori ini, dan
program yang bertujuan mendorong
penggunaan alkohol yang bertanggung jawab
di kalangan mahasiswa adalah contoh yang
baik dari tahap pencegahan ini.
g. Pencegahan tersier, dalam skema kita adalah
pencegahan kekambuhan, atau program tindak
lanjut. Untuk pecandu alkohol atau pecandu
kokain atau heroin, program perawatan adalah
urutan prioritas pertama. Namun, begitu
seseorang telah diobati atau telah
menghentikan penggunaan zat tanpa bantuan,
kita memasuki tahap pencegahan lainnya.

Klasifikasi program pencegahan penyalahgunaan


Narkoba yang dijelaskan oleh Oakley Ray dan Charles
Ksir (2004, 69) diatas akan peneliti jadikan sebagai alat
untuk menganalisa dalam penelitian terkait program
pencegahan yang dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba
50

Kota Tangerang Selatan. Selanjutnya klasifikasi program


pencegahan tersebut akan dijabarkan dalam bab data
temuan lapangan dan analisisnya.

2. Tujuan Pencegahan

Pramuwito (1997, 48) menjelaskan tujuan usaha


kesejahteraan sosial yang bersifat pencegahan (preventif)
sebagai berikut:

a. Mencegah timbulnya masalah sosial, tujuan ini


dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat
mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial.
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pengisian
waktu terluang bagi para remaja untuk mencegah
timbulnya kenakalan remaja.
b. Mencegah berkembangnya atau meluasnya
masalah sosial dalam kehidupan masyarakat.
Untuk tujuan ini kegiatan-kegiatan yang diciptakan
mengarah agar permasalahan kesejahteraan sosial
yang telah timbul tidak meluas lebih jauh dalam
pengertian masalah tersebut tidak menjalar kepada
orang lain yang belum terkena.
c. Mencegah timbulnya atau kambuhnya kembali
permasalahan sosial yang pernah
dialami/disandang oleh perorangan, keluarga,dan
masyarakat: banyak permasalahan kesejahteraan
sosial yang telah diselesaikan tetapi kemudian
51

kambuh kembali, oleh karena itu perlu ada


pembinaan lanjut dengan maksud agar tidak
kambuh kembali masalah kesejahteraan sosial
yang telah dipulihkan.

Selanjutnya, mengutip dari Paulina G.


Padmohoedojo, pencegahan adalah kegiatan yang
dilakukan agar sesuatu yang diprediksi terjadi, tidak
terjadi atau melakukan sesuatu sebelum masalah muncul
(Kadarmanta 2012, 30). Pencegahan penyalahgunaan
Narkoba atau NAPZA menurut Hawari (2000, 66) adalah
sebuah tindakan antisipasi yang meliputi:

a. Prevensi Primer, merupakan pencegahan agar


orang yang sehat tidak terlibat penyalahgunaan
atau ketergantungan terhadap Narkoba atau
NAPZA.
b. Prevensi Sekunder, adalah terapi (pengobatan)
kepada mereka yang terlibat penyalahgunaan
Narkoba atau NAPZA.
c. Prevensi tersier, adalah rehabilitasi bagi
penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika
setelah memperoleh terapi.

Sedangkan Oakley Ray dan Charles Ksir (2004,


69) menyebutkan upaya pencegahan dikategorikan sesuai
dengan target populasi yang dituju, tetapi target tidak
52

ditentukan hanya oleh penggunaan narkoba sebelumnya.


Target program pencegahan tersebut yaitu:

a. Program pencegahan universal dirancang untuk


pengiriman ke seluruh penduduk - misalnya,
semua anak sekolah atau seluruh komunitas.
b. Strategi pencegahan selektif dirancang untuk
kelompok dalam populasi umum yang dianggap
berisiko tinggi - misalnya, siswa yang tidak
melakukannya dengan baik secara akademis atau
lingkungan termiskin dalam komunitas.
c. Strategi pencegahan yang terindikasi ditujukan
pada individu yang menunjukkan tanda-tanda
masalah yang berkembang, seperti anak yang
mulai merokok pada usia muda atau orang
dewasa yang ditangkap karena pelanggaran
mengemudi di bawah pengaruh alkohol.

Selain itu pencegahan juga merupakan kegiatan


penyuluhan dan bimbingan untuk memberi pengetahuan dan
kesadaran, tentang akibat buruk atau bahaya penyalahgunaan
Narkoba atau NAPZA. Selain itu, menurut Hanifah dan
Unayah (2011, Vol. 16 No. 01) pencegahan juga bertujuan
untuk meningkatkan ketahanan daya tangkal perseorangan,
keluarga atau masyarakat terhadap masalah penyalahgunaan
Narkoba atau NAPZA. Tujuan dari upaya pencegahan ini,
yaitu :
53

1) Terhindar dan terbebasnya generasi muda dari


penyalahgunaan Narkoba atau NAPZA.
Menumbuhkan, memulihkan, dan
mengembangkan keberfungsiaan sosial eks korban
penyalahgunaan Narkoba atau NAPZA, sehingga
dapat hidup secara wajar sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat;
2) Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam
upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba
atau NAPZA, sehingga masyarakat memiliki
ketahanan sosial dan daya tangkal terhadap
permasalahan penyalahgunaan Narkoba atau
NAPZA.
3. Peran Pekerja Sosial dalam Pencegahan
Penyalahguna NAPZA

Dalam melaksanakan program pencegahan


terhadap penyalahguna NAPZA dan atau Narkoba telah
melibatkan berpagai pihak dalam pelaksanaannya.
Diantara pihak atau profesi yang terlibat dalam
penanganan penyalahguna Narkoba adalah Pekerja Sosial,
dimana dalam intervensinya terdapat beberapa peran yang
berlaku bagi pekerja sosial dalam penanganan terhadap
penyalahguna NAPZA. Sebelunya perlu mengetahui pula
peran pekerja sosial dalam melaksanakan intervensi
pekerjaan sosial.
54

Menurut pandangan Bradford dan Harejsi (2003,


dalam Suharto, 2012), peran pekerja sosial dalam
melaksanakan intervensi pekerjaan sosial yaitu sebagai
berikut:

a. Sebagai Perantara, dimana pekerja sosial


melakukan intervensi antara klien (penerima
layanan program) dan badan atau lembaga
pemberi program.
b. Sebagai Pendorong, pekerja sosial berperan
sesuai dengan konsep pemberdayaan yang
memfokuskan intervensi pada penguatan
kapasitas dan kompetensi klien agar mampu
menolong dirinya sendiri.
c. Sebagai Penghubung, dimana pekerja sosial
bertindak untuk menemukan kesepakatan dan
melakukan intervensi bagi pihak yang
berkonflik. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan kompromi dan persuasi.
d. Sebagai Advokat, pekerja sosial berperan
sebagai juru bicara serta membela kepentingan
klien. Peran sebagai Advokat juga dibutuhkan
dalam menyediakan pelayanan dan
pengembangan program.
e. Sebagai Perunding, pekerja sosial melakukan
kerjasama dengan klien untuk mencari data
55

dan menggambarkan langkah-langkah


selanjutnya.
f. Sebagai Pelindung, dimana pekerja sosial
berperan memberikan perlindungan terhadap
klien dalam kehidupan sosial.
g. Sebagai Fasilitator, dilakukan untuk membantu
klien berpartisipasi, dan berkontribusi dalam
mencapai keberfungsian sosial klien.
mengikuti pelatihan, dan menyimpulan apa
yang telah dicapi oleh klien.
h. Sebagai Inisiator, memberikan perhatian lebih
pada hal-hal yang berpotensi menimbulkan
masalah.
i. Sebagai Negosiator, untuk membantu
berpartisipasi, berkontribusi, mengikuti
pelatihan, dan menyimpulan apa yang telah
dicapi oleh klien (Supit, 2017, 33-35).

Selanjutnya melihat pandangan Parson dkk dalam


Suharto (2005: 97), terdapat beberapa peran pekerja sosial
dalam melakukan pendampingan sosial terhadap
penyalahguna NAPZA, diantaranya yaitu; peran sebagai
fasilitator, mediator, perantara (broker), pelindung, dan
pembela. Peranan pekerja sosial tersebut akan dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut:
56

a. Fasilitator, pekerja sosial berperan dalam


memotivasi dan membina klien melalui
program pelayanan fisik, spiritual, dan sosial,
selain itu pekerja sosial juga memfasilitasi dan
memenuhi kebutuhan klien.
b. Perantara (Broker), terdapat tiga tugas yang
harus dijalankan pekerja sosial sebagai
perantara, antara lain: 1). mengidentifikasi dan
melokalisir sumber kemasyarakatan yang
tepat; 2) Menghubungkan konsumen atau klien
dengan sumber secara konsisten; 3)
Mengevaluasi efektifitas sumber dalam
kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan klien.
c. Mediator, pekerja sosial sebagai mediator
bersifat netral dan juga sebagai pihak yang
membantu dan memfasilitasi terjadinya
kesepakatan ketika terjadi perselisihan.
Strategi yang dapat dilakukan mediator antara
lain pekerja sosial mampu beinteraksi dengan
klien, dan Pekerja sosial mampu menjadi
jembatan hubungan antar klien.
d. Pembela atau Advokat, pekerja sosial
melindungi dan membantu hak klien untuk
mendapatkan informasi mengenai hak akan
hukum terkait dengan layanan management
kasus sesuai dengan kebutuhan rujukan klien.
57

e. Pelindung, pekerja sosial memberikan


perlindungan sosial kepada klien yang
meliputi; layanan perawatan dukungan
psikologi, kegiatan outing, pengenalan
program layanan (Laksaita dan Mardliyah,
2017; 8-9).
58
59

BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN)

Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan


kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat
dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia
(Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan
Koordinasi Intelligen Nasional (BAKIN) untuk
menanggulangi 6 (enam) permasalahan nasional yang
menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan
penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan,
penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi,
pengawasan orang asing.

Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN


membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas
dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba.
Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang
beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan,
Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan
Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan
bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak
mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat
alokasi anggaran sendiri dari APBN melainkan disediakan
berdasarkan kebijakan internal BAKIN.
60

Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia


masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde
Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa
permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang
karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila
dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan
seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya
narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak
dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan
tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak
siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura,
Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara
konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba.

Menghadapi permasalahan narkoba yang


berkecenderungan terus miningkat, Pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI)
mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang
tersebut, Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid)
membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN),
dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN
adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang
beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik


Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002
61

BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran


sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes
Polri), sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya secara maksimal.

BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak


memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba
yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika
Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional
(BNN). BNN (23/11/2010), sebagai sebuah lembaga forum
dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah
terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional,
mempunyai tugas dan fungsi:

1. Mengoordinasikan instansi pemerintah terkait


dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan
nasional penanggulangan narkoba;

2. Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional


penanggulangan narkoba.

Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi


anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN
tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya
bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena
tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando
yang tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan
fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja
62

optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan


narkoba yang terus meningkat dan makin serius. Oleh
karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007
tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika
Provinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota
(BNK), yang memiliki kewenangan operasional melalui
kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas,
yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra
kerja pada tingkat nasional, Provinsi dan kabupaten/kota
yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden,
Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-masing
(BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai
hubungan struktural-vertikal dengan BNN.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba


yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan
MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada
DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI
mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai
perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan
UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan
63

kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana


narkotika dan prekursor narkotika.

Berdasarkan undang-undang tersebut, status


kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-
Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke Provinsi
dan kabupaten/kota. Di Provinsi dibentuk BNN Provinsi,
dan di Kabupaten/Kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota.
BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden. BNN berkedudukan di
bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala
BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur
Utama, dan 5 (lima) Deputi yaitu Deputi Pencegahan,
Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi,
Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja
Sama.

Saat ini BNN (23/11/2010), BNN telah memiliki


perwakilan daerah di 33 Provinsi. Sedangkan di tingkat
kabupaten dan kota, BNN telah memiliki 100
BNNK/Kota. Secara bertahap, perwakilan ini akan terus
bertambah seiring dengan perkembangan tingkat
kerawanan penyalahgunaan Narkoba di daerah. Dengan
adanya perwakilan BNN di setiap daerah, memberi ruang
gerak yang lebih luas dan strategis bagi BNN dalam
upaya P4GN. Dalam upaya peningkatan performa
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta
peredaran gelap Narkoba.
64

B. Visi dan Misi BNN

Visi BNN

Menjadi Lembaga Non Kementerian yang


profesional dan mampu menggerakkan seluruh koponen
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam
melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika,
Psikotropika, Prekursor dan Bahan Adiktif Lainnya di
Indonesia.

Misi

a. Menyusun kebijakan nasional P4GN


b. Melaksanakan operasional P4GN sesuai bidang
tugas dan kewenangannya.
c. Mengkoordinasikan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya
(narkoba)
d. Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan
nasional P4GN.
e. Menyusun laporan pelaksanaan kebijakan nasional
P4GN dan diserahkan kepada Presiden.
65

C. Tugas dan Fungsi BNN


1. Tugas Pokok BNN
a. Kedudukan :
Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya
dalam Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional disebut BNN adalah lembaga
pemerintah non kementrian yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia. BNN dipimpin oleh
Kepala.
b. Tugas :
1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan
nasional mengenai pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
2) Mencegah dan memberantas penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
3) Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam
pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
4) Meningkatkan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
66

pecandu Narkotika, baik yang


diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat;
5) Memberdayakan masyarakat dalam
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
6) Memantau, mengarahkan dan meningkatkan
kegiatan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Psikotropika Narkotika;
7) Melalui kerja sama bilateral dan multiteral,
baik regional maupun internasional, guna
mencegah dan memberantas peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
8) Mengembangkan laboratorium Narkotika
dan Prekursor Narkotika;
9) Melaksanakan administrasi penyelidikan dan
penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika; dan
10) Membuat laporan tahunan mengenai
pelaksanaan tugas dan wewenang.

Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga


bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional
mengenai pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap psikotropika, prekursor dan bahan
67

adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan


alkohol (23/11/2010).

2. Fungsi BNN
a) Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di
bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan
alkohol yang selanjutnya disingkat dengan
P4GN.
b) Penyusunan, perumusan dan penetapan norma,
standar, kriteria dan prosedur P4GN.
c) Penyusunan perencanaan, program dan anggaran
BNN.
d) Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis
pencegahan, pemberdayaan masyarakat,
pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan
kerjasama di bidang P4GN.
e) Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna
teknis P4GN di bidang pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan,
rehabilitasi, hukum dan kerjasama.
f) Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN
kepada instansi vertikal di lingkungan BNN.
g) Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan
komponen masyarakat dalam rangka penyusunan
68

dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan


nasional di bidang P4GN.
h) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan
administrasi di lingkungan BNN.
i) Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian
wadah peran serta masyarakat.
j) Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika.
k) Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan
terorganisasi di bidang narkotika, psikotropika
dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
l) Pengoordinasian instansi pemerintah terkait
maupun komponen masarakat dalam pelaksanaan
rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam
masyarakat serta perawatan lanjutan bagi
penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan
psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di
tingkat pusat dan daerah.
m) Pengkoordinasian peningkatan kemampuan
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan
adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk
tembakau dan alkohol yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan masyarakat.
69

n) Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi


penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan
psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis
komunitas terapeutik atau metode lain yang telah
teruji keberhasilannya.
o) Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan
perumusan peraturan perundang-undangan serta
pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.
p) Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan
internasional di bidang P4GN.
q) Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap
pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.
r) Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional
instansi pemerintah terkait dan komponen
masyarakat di bidang P4GN.
s) Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik
pegawai BNN dan kode etik profesi penyidik
BNN.
t) Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional
penelitian dan pengembangan, serta pendidikan
dan pelatihan di bidang P4GN.
u) Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika
dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali
bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.
v) Pengembangan laboratorium uji narkotika,
psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif
70

lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan


alkohol.
w) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kebijakan nasional di bidang P4GN.

D. Profil BNNK Tangerang Selatan


1. Wilayah Kota Tangerang Selatan
a. Geografis
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian
timur Provinsi Banten yaitu pada titik koordinat
106’38’ – 106’47’ Bujur Timur dan 06’13’30’ –
06’22’30’ Lintang Selatan. Wilayah Kota
Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali
Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane
sebagai batas administrasi kota di sebelah barat.
Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang
berbatasan dengan dengan Provinsi DKI Jakarta
pada sebelah utara dan timur memberikan peluang
pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu
daerah penyangga provinsi DKI Jakarta, selain itu
juga sebagai daerah yang menghubungkan
Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta.
Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi
salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi
Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
71

b. Batas Wilayah dan Pembagian Administrasi


1) Utara bersebelahan dengan Kota Tangerang dan
DKI Jakarta.
2) Selatan bersebelahan dengan Provinsi Jawa
Barat (Kabupaten Bogor dan Kota Depok.
3) Barat bersebelahan dengan Kabupaten
Tangerang.
4) Timur bersebelahan dengan Provinsi Jawa Barat
(Kota Depok) dan DKI Jakarta.

Tangerang Selatan terdiri atas tujuh


kecamatan, yang dibagi lagi atas 49 kelurahan dan
lima desa. Berdasarkan Undang-undang Nomor 51
tahun 2008, Kota Tangerang Selatan terdiri atas
tujuh Kecamatan, yaitu; Serpong dengan luas
2.404Ha; Serpong Utara dengan luas 1.784 Ha;
Ciputat dengan luas 1.838 Ha; Ciputat Timur
dengan luas 1.543 Ha; Pondok Aren dengan luas
2.988 Ha; Pamulang dengan luas 2.682 Ha; dan
Setu dengan luas 1.480 Ha.

c. Permasalahan Narkoba di Kota Tangerang Selatan


Polres Kota Tangerang, mengatakan
catatan kepolisian di wilayah Kota Tangerang
Selatan tahun 2011 hingga 2012 telah terjadi
peningkatan angka pengguna narkoba di wilayah
tersebut. Dibandingkan 2011 lalu, pada 2012 telah
mengalami peningkatan hingga 17,5 persen. Dari
72

data tersebut, catatan peningkatan angka pengguna


narkoba itu lebih banyak terjadi di wilayah
pengamanan Polsek Serpong dan Polsek Pondok
Aren. Hal itu dipengaruhi dengan berkembangnya
hiburan malam yang terjadi di dua daerah tersebut
dalam beberapa tahun terakhir.
Kota Tangerang Selatan sebagai daerah
baru berkembang kerap menjadi target peredaran
narkoba oleh para bandar. Hanya saja untuk
penangkapan bandar, kepolisian dirasa belum
maksimal. Hal itu disebabkan putusnya jaringan
pengguna dengan bandar yang mengedarkannya.
2. Dasar Hukum dibentuknya BNNK Tangerang
Selatan
a. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
b. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Badan Narkotika Nasional;
c. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
pelaksanaan kebijakan dan Strategis Nasional,
Pencegahan, Pemberantasan penyalahgunaan dan
Peredaran gelap Narkoba.
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2013 tentang fasilitasi Pencegahan,
Penyalahgunaan Narkotika.
e. Peraturan Kepala BNN Nomor 3 tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
73

Narkotika Nasional, diubah menjadi Peraturan


Kepala BNN Nomor 16 tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika
Nasional.
f. Peraturan Kepala BNN Nomor 4 tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota, diubah menjadi
Peraturan Kepala BNN Nomor 3 tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
g. Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor B/2225/M.PAN-RB/7/2013 tanggal 4 Juli
2013 perihal pembentukan 25 Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota termasuk Kota
Tangerang Selatan.
3. Kedudukan Tugas dan Fungsi
a. Kedudukan
1) Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota
disebut BNNK/Kota adalah instansi vertikal
Badan Narkotika Nasional yang melaksanakan
tugas, fungsi, dan wewenang Badan Narkotika
Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota.
2) BNNK/Kota berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala BNNP.
74

3) BNNK/Kota dipimpin oleh Kepala


b. Tugas
BNNK/Kota mempunyai tugas melaksanakan
tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah
Kabupaten/Kota.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, BNNK/Kota
menyelenggarakan fungsi;
1) Pelaksanaan koordinasi penyusunan
rencana strategis dan rencana kerja tahunan
di bidang P4GN dalam wilayah
Kabupaten/Kota.
2) Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pencegahan, pemberdayaan masyarakat,
rehabilitasi dan pemberantasan dalam
wilayah Kabupaten/Kota
3) Pelaksanaan layanan hukum dan kerja
sama dalam wilayah Kabupaten/Kota
4) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama
P4GN
5) Pelayanan administrasi BNNK/Kota dan
6) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
BNNK/Kota.
75

3. Susunan Organisasi
Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional
Kota Tangerang Selatan

KEPALA
AKBP HERI ISTU HARIONO,
S,SI
AKBP/67040500
KASUBBAG UMUM
EMMANUEL HENRY WIJAYA, S.H.,
M.H
PENDA TK. I/III-

KEPALA SEKSI PENCEGAHAN KEPALA SEKSI REHABILITASI KASI


DAN PEMBERDAYAAN DRG. VINNA TAURIA PEMBERANTASAN
MASYARAKAT PENATA TK. I/III- MP. SIDABUTAR, S.H.
SONY GUNAWAN, S.E C/197504282006042002 AKP/60110331

Diangkat berdasarkan:
a. Petikan Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional
Nomor: KEP/258/VIII/2013BNN tentang
Pengangkatan Dalam Jabatan Di lingkungan Badan
Narkotika Nasional Kabupaten/Kota, tanggal 30
Agustus 2013 terhitung mulai tanggal 1 September
2013 atas nama AKBP/67040500 Heri Istu Hariono,
S.Si diangkat sebagai Kepala Badan Narkotika
Nasional Kota Tangerang Selatan;
b. Surat Perintah Markas Besar Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor: Sprin/1685/IX/2013
tanggal 18 September 2013, perihal Pelaksanaan
Penugasan di Lingkungan Badan Narkotika Nasional
76

sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional Kota


Tangerang Selatan.
c. Surat Perintah Markas Besar Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor: Sprin/1640/IX/2014
tanggal 12 September 2014, perihal Perpanjangan
Penugasan Anggota Polri di Badan Narkotika
Nasional sebagai Badan Narkotika Nasional Kota
Tangerang Selatan. Yang mempunyai tugas:
1) Memimpin BNNK/Kota dalam pelaksanaan tugas,
fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah
Kabupaten/Kota; dan
2) Mewakili Kepala BNN dalam melaksanakan
hubungan kerja sama P4GN dengan instansi
pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam wilayah Kabupaten/Kota.
1. Subbagian Umum
Diangkat berdasarkan: Petikan Keputusan Kepala
Badan Narkotika Nasional Nomor:
KEP/130/III/SU/KP.02.00/2015 BNN tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan dalam Jabatan di
Lingkungan Badan Narkotika Nasional tanggal 31 Maret
2015 atas nama Emmanuel Henry Wijaya, S.H diangkat
sebagai Kasubbag Umum BNN Kota Tangerang Selatan.
Mempunyai tugas: Melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana program dan
anggaran, pengelolaan data informasi P4GN, Layanan
Hukum dan Kerjasama, urusan tata persuratan,
77

kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi,


hubungan masyarakat, dan penyusunan evaluasi dan
pelaporan dalam wilayah BNNK/Kota.
2. Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
Diangkat berdasarkan: Petikan Keputusan Kepala
Badan Narkotika Nasional Nomor:
KEP/130/III/SU/KP.02.00/2015 BNN tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan dalam Jabatan di
Lingkungan Badan Narkotika Nasional tanggal 31 Maret
2015 atas nama Emmanuel Sony Gunawan, S.E diangkat
sebagai Kasi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
BNN Kota Tangerang Selatan.
Mempunyai tugas: melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan
rencana kerja tahunan P4GN, kebijakan teknis P4GN,
diseminasi informasi dan advokasi, pemberdayaan
alternatif dan peran serta masyarakat, dan evaluasi dan
pelaporan di bidang pencegahan dan pemberdayaan
masyarakat dalam wilayah Kabupaten/Kota.
3. Seksi Rehabilitasi
Diangkat berdasarkan: Petikan Keputusan Kepala
Badan Narkotika Nasional Nomor:
KEP/130/III/SU/KP.02.00/2015 BNN tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan dalam Jabatan di
Lingkungan Badan Narkotika Nasional tanggal 31 Maret
2015 atas nama Drg. Vinna Taurina diangkat sebagai Kasi
Rehabilitasi BNN Kota Tangerang Selatan.
78

Mempunyai tugas: melakukan penyiapan bahan


pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan
rencana kerja tahunan, kebijakan teknis P4GN, assesmen
penyalahguna dan atau pecandu narkotika, peningkatan
kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial penyalahguna dan atau pecandu narkotika baik
yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat,
peningkatan kemampuan layanan paska rehabilitasi dan
pendampingan, penyatuan kembali ke dalam masyarakat
dan evaluasi dan pelaporan bidang rehabilitasi dalam
wilayah Kabupaten/Kota.
4. Seksi Pemberantasan
Diangkat berdasarkan: petikan keputusan Kepala
Badan Narkotika Nasional Nomor:
KEP/283/IX/2013/BNN atas nama Misran Pires Sidabutar
diangkat sebagai Kasi Pemberantasan BNN Kota
Tangerang Selatan.
Mempunyai tugas: melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan
rencana kerja tahunan, kebijakan teknis P4GN,
administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak
pidana narkotika, pengawasan distribusi prekursor sampai
pada pengguna akhir, dan evaluasi dan pelaporan di
bidang pemberantasan dalam wilayah Kabupaten/Kota.
79

E. Program Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti


Narkoba
1. Latar Belakang Penyelenggaraan SAKA

Menimbang bahwa Gerakan Pramuka sebagai


wadah pembinaan generasi muda menjadi kader
pembangunan yang bermoral Pancasila, dan sanggup ikut
serta membangun masyarakat, bangsa, dan negara, perlu
membekali anggotanya dengan pengetahuan dan
keterampilan praktis di bidang P4GN. Sesuai dengan
perkembangan saat ini yang rawan penyalahgunaan obat
terlarang di Kota Tangerang Selatan, perlu dibentuk suatu
wadah bagi pramuka dalam bidang P4GN yaitu Satuan
Karya Pramuka Anti Narkoba yang ditetapkan dengan
keputusan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota
Tangerang Selatan.

Maka dari itu sesuai dengan Keputusan Kwartir


Cabang Gerakan Pramuka Kota Tangerang Selatan
Nomor 015 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Satuan Karya Anti Narkoba,
memutuskan, Menetapkan: Membentuk keorganisasian
Satuan Karya Pramuka Anti Narkoba Kota Tangerang
Selatan; Petunjuk penyelenggaraan Satuan Karya
Pramuka Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan
sebagaimana tercantum pada lampiran keputusan ini yang
ditetapkan di Tangerang Selatan, pada tanggal 11 Oktober
2017.
80

Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok


menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna
menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang
lebih baik, bertanggung jawab, mampu membina dan
mengisi kemerdekaan nasional serta membangun dunia
yang lebih baik. Salah satu upaya untuk membentuk
tenaga kader tersebut adalah membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam
bidang P4GN. Maka dari itu perlu dibentuk Satuan Karya
Pramuka Anti Narkoba yang merupakan sarana dan
wahana guna memupuk, membina, mengembangkan dan
mengarahkan minat dan bakat generasi muda terhadap
pengetahuan dan keterampilan dalam P4GN.

2. Dasar Pembentukan SAKA


a. Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2010 tentang
Gerakan Pramuka
b. Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Republik Indonesia.
c. Keputusan Presiden RI Nomor 24 tanun 2009
tentang pengesahan Anggara Dasar Gerakan
Pramuka
d. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Nomor 203 tahun 2009 tentang Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka.
81

e. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka


Nomor 170.A tahun 2008 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka.
f. Keputusan Bersama Kepala BNN Kota Tangerang
Selatan dan Ketua Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Kota Tangerang Selatan Nomor... tahun
2016 tentang pemberian fasilitas kegiatan P4GN di
Lingkungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka
Kota Tangerang Selatan.
3. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Tujuan dibentuknya SAKA Anti Narkoba
adalah untuk mewujudkan kader-kader bangsa
yang memiliki akhlak dan moral Pancasila guna
ikut serta bertanggung jawab terhadap pencegahan
dan sekaligus ikut berpartisipasi P4GN.
b. Sasaran
Sasaran dibentuknya SAKA Anti Narkoba
adalah agar para anggota Gerakan Pramuka telah
mengikuti kegiatan kesakaan Anti Narkoba dapat:
1) Memiliki pengetahuan, kemampuan,
kecakapan dan keterampilan serta pengalaman
dalam bidang P4GN
2) Memiliki sikap hidup yang tertib dan disiplin
serta bersih dari Narkoba dan taat terhadap
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
82

3) Memiliki sikap, kebiasaan dan perilaku yang


tangguh sehingga mampu mencegah,
menangkal serta menanggulangi timbulnya
setiap penyalahgunaan obat terlarang sebagai
anggota SAKA Anti Narkoba.
4) Memiliki kepekaan dan kewaspadaan serta
daya tangkal dan penyesuaian terhadap setiap
perubahan dan dinamika sosial di
ingkungannya sehingga mampu
menyelenggarakan pengamanan lingkungan
secara swakarsa, swadaya, serta swasembada
secara nyata yang berguna bagi dirinya dan
masyarakat di lingkungannya.
5) Mampu memberikan latihan tentang
pengetahuan kesakaan kepada para anggota
Gerakan Pramuka di Gugus Depannya.
6) Memiliki pengetahuan tentang perundang-
perundangan yang terkait P4GN, mampu
menangani dan memberikan penyuluhan
terhadap masyrakat.
7) Mampu melakukan tindakan pelaporan
terhadap penyalahgunaan narkoba di
lingkungannya untuk kemudian segera
melaporkannya kepada BNN.
8) Mampu membantu BNN dalam memberikan
penyuluhan dan penerangan terhadap bahaya
Narkoba.
83

9) Mampu membantu mengarahkan pertolongan


dan penyelamatan serta rehabilitasi kepada
korban penyalahgunaan obat terlarang ke BNN
10) Dapat memahami dan mengaplikasikan di
lapangan setiap krida yang telah di dapat
dalam SAKA Anti Narkoba untuk membantu
tugas BNN dalam menciptakan situasi
Kamtibmas yang kondusif.
4. Susunan Pengurus SAKA Periode 2017-2022

Berikut merupakan susunan pengurus Satuan


Karya Pramuka (SAKA) Anti Narkoba Kota Tangerang
Selatan sesuai dengan Surat Keputusan Kwartir Cabang
Gerakan Pramuka Tangerang Selatan Nomor: 018 Tahun
2017, diantaranya:

SUSUNAN PENGURUS
MAJELIS PEMBIMBING SATUAN KARYA PRAMUKA
(SAKA) ANTI NARKOBA PERIODE 2017-2018

Ketua : AKBP Heri Istu Hariono, S.Si, Kepala BNN


Kota Tangerang Selatan

Wakil Ketua : Sapta Mulyana, S.Pd, Wakil Ketua Kwartir


Cabang

Sekretaris : Emmanuel Henry Wijaya, SH, MH. Kasubag


Umum BNN Kota Tangerang Selatan
84

Bendahara : Diah Paramitasari, SE, Staf BNN Kota


Tangerang Selatan

Anggota : Misran Sidabutar, SE, Kasi Pemberantasan BNN


Kota Tangsel

Drg. Vinna Tauria, Kasi Rehabilitasi BNN Kota


Tangsel

Soni Gunawan, SE, Kasi P2M BNN Kota Tangsel

Nandang ACS, Unsur Kwartir Cabang

SUSUNAN PENGURUS
PIMPINAN SATUAN KARYA PRAMUKA (SAKA) ANTI
NARKOBA
PERIODE 2017-2022

Ketua : Soni Gunawan, SE, Kabid P2M BNN


Kota Tangsel

Wakil Ketua : Matroji, S.Pd, Unsur Kwartir Cabang

Sekretaris I : Nandang ACS, Unsur Kwartir Cabang

Sekretaris II : Desti Pratiwi, S.IKOM, Staf BNN Kota Tangsel

Bendahara : Nova Dwi Ayuningtyas, AMKL, Staf BNN Kota


Tangsel

Anggota : Anis Anjani, MA, Unsur Kwartir Cabang


85

Mohamad Khirun Nizar, A.Md, Staf BNN Kota


Tangsel

Fiona Indah Fitriana, SKM, Staf BNN Kota


Tangsel

Larry Yudhawan, SKM, Staf BNN Kota Tangsel

SUSUNAN PENGURUS
PAMONG SAKA ANTI NARKOBA
PERIODE 2017 – 2020

1. Ateng Moch. Tauhid, S.Pd Pamong Saka Putera

2. Maman Suparman, S.Sos Pamong Saka Putera

3. Nandang ACS Pamong Saka Putera

4. Anis Anjani, MA Pamong Saka Puteri

5. Francisca Swastiana, S.Pd Pamong Saka Puteri

6. Helianti, M.Pd Pamong Saka Puteri

7. Muhamad Soleh Asisten Pamong Saka Putera

8. Ma’rifah Asisten Pamong Saka Puteri


86

SUSUNAN PENGURUS
INSTRUKTUR SAKA ANTI NARKOBA
PERIODE 2017-2020

Koordinator : Fiona Indah Fitriana, SKM. Staff BNN


Kota Tangerang Selatan

Anggota : Dr. Edy Kurniawan Staff BNNK


Tangerang Selatan

Gerda Roselin Napitupulu, SKM. Staff BNNK


Tangerang Selatan

Larry Yudawan, SKM. Staff BNN Kota


Tangerang Selatan

Tri Widiyanto, ST. Staff BNN Kota Tangerang


Selatan

Joko Nugroho, S.H. Staff BNN Kota Tangerang


Selatan

Desti Pratiwi, S.Ikom Staff BNN Kota Tangerang


Selatan

Nova Dwi Ayuningtyas, AMKL Staff BNNK


Tangerang Selatan

Mohamad Khoirun Nizar, A. Md. Staff BNNK


Tangerang Selatan
87

Slamet Prayogo, A.Md. Staff BNN Kota


Tangerang Selatan

SUSUNAN PENGURUS
DEWAN SAKA ANTI NARKOBA
PERIODE 2017 – 2019

A. DEWAN SAKA PUTERA

KETUA : Fajar Al Farizi

(Alumni MA Islamiyah Ciputat)

WAKIL KETUA : I Gusti Ngurah Agung

(SMKN 1 Tangerang Selatan)

SEKRETARIS : Yoga Apriyanto

(SMAN 1 Kota Tangerang Selatan)

BENDAHARA : Muhammad Elan A

(SMKN 1 Tangerang Selatan)

PEMANGKU ADAT : Imam Saepudin

(SMAN 5Kota Tangerang Selatan)

ANGGOTA : Wahyu Ibrahim (SMK ANNASHIHIN)

M. Rifal A (SMK ANNASHIHIN)


88

Muhammad Azis (UNPAM)

B. DEWAN SAKA PUTERI

KETUA : Fania Widi Salsabhila

(SMAN 1 Tangerang Selatan)

WAKIL KETUA : Delima Indah Permata Sari (SMA PGRI)

SEKRETARIS : Selviana Munggarani(Alumni SMAN 12)

BENDAHARA : Diffa Kusumawardany

(SMAN 2 Kota Tangerang Selatan)

PEMANGKU ADAT : Salsa Risma F

(SMKN 1 Tangerang Selatan)

ANGGOTA : Nurleha

(SMAN 9 Kota Tangerang Selatan)

Tika Ratna Desi (MAN 1 Kota Tangerang


Selatan)

Aulia Febriana (SMA Cendrawasih 2)

Selain beberapa pengurus tersebut, terdapat juga


siswa-siswi dari berbagai sekolah yang berada di Kota
Tangerang Selatan turut aktif berpartisipasi dalam
kegiatan yang diselenggarakan oleh SAKA Anti Narkoba
89

Kota Tangerang Selatan. Mengingat fokus perhatian


SAKA Anti Narkoba menyasar pada generasi muda
khususnya pelajar di Kota Tangerang Selatan, maka
berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh SAKA
dilaksanakan oleh siswa/siswi Pramuka dan pelajar secara
umum sebagai peserta kegiatan.

Beberapa sekolah yang turut aktif dalam program


kegiatan SAKA Anti Narkoba diantaranya yaitu: SMAN
1, 2, 4, 5, 6, 9, 11, dan 12 Kota Tangerang Selatan, SMKN
1 dan 6 Kota Tangerang Selatan, MAN 1 Kota Tangerang
Selatan, SMA PGRI 5 Serpong, SMK TI PGRI 11
Serpong, SMK ANNASHIHIN, MA Islamiyah Ciputat,
SMK Islamiyah Ciputat, SMK Nusantara 1, SMA
Cendrawasih 2, dan SMK BLM. Berbagai sekolah
tersebut senantiasa terlibat aktif dalam mencegah
penyalahgunaan Narkoba dan melaksanakan P4GN yang
telah dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba bagi generasi
muda khususnya pelajar di Kota Tangerang Selatan.
5. Sifat dan Fungsi
a. Sifat
SAKA Anti Narkoba bersifat terbuka bagi
Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, baik
putra maupun putri yang berasal dari gugus depan
di wilayah ranting atau cabangnya.
b. Fungsi
SAKA Anti Narkoba berfungsi sebagai:
90

1) Wadah pendidikan dan pembinaan,


pengembangan ilmu pengetahuan dan
keterampilan di bidang P4GN.
2) Sarana untuk melaksanakan kegiatan nyata
produktif.
3) Sarana untuk melaksanakan bakti kepada
masyarakat, bangsa, dan negara.
4) Sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pengembangan Gerakan Pramuka Kwartir
Cabang Gerakan Pramuka Kota Tangerang
Selatan.
6. Logo SAKA
Makna Logo
a. Makna Bentuk
1) Bentuk
segi lima melambangkan
falsafah Pancasila.

2) Lingkaran dengan garis putus-putus


melambangkan memutuskan peredaran gelap
Narkoba.
3) Lingkaran berwarna biru tua menjelaskan satu
kesatuan bulat yang tidak memberikan celah
bagi penyalahgunaan dan pengedar gelap
Narkoba.
91

4) Tulisan Satuan Karya Anti Narkoba


menjelaskan nama Satuan Karya Anti
Narkoba.
5) Tulisan BNN menjelaskan bahwa Satuan
Karya Anti Narkoba bersinergi dalam upaya
P4GN dengan BNN
6) Garuda melambangkan bahwa komitmen
SAKA Anti Narkoba terhadap tekad
pemerintah RI dalam upaya menanggulangi
permasalahan Narkoba.
7) Tunas kelapa kembar melambangkan tunas
penerus bangsa putra putri.
f. Makna Warna
1) Warna Hitam, artinya keseriusan dan
ketegasan
2) Warna kuning gading, memiliki kreativitas dan
inovatif makna kecerdasan; antusiasme.
3) Warna biru muda artinya integritas dan
kekuatan bersama
4) Warna hijau artinya komitmen dan semangat
juang
5) Warna merah artinya keberanian
6) Warna biru tua artinya lambang universalisme
7) Warna putih artinya keluhuran cita-cita.
7. Kegiatan dan Sarana
a. Sifat dan Ruang Lingkup Kegiatan
92

1) Kegiatan SAKA Anti Narkoba yang memiliki


pengetahuan dan keterampilan di bidang
P4GN sehingga memiliki sikap dan perilaku
sesuai dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan
Metode Kepramukaan serta Sistem Among.
2) P4GN secara umum
3) P4GN yang diterapkan dalam kegiatan krida
4) Bakti kepada masyarakat, bangsa dan negara
dalam rangka menumbuhkan rasa pengabdian
secara nyata dan produktif atas dasar
kesadaran serta kemauan sendiri secara
swakarsa, swadaya, dan swasembada.
b. Bentuk dan Macam Kegiatan
1) Latihan SAKA Anti Narkoba secara berkala
dilaksanakan di luar latihan gugus depan
2) Perkemahan Bakti SAKA Anti Narkoba
disingkat PERTIANTIBA yaitu perkemahan
yang diikuti oleh anggota SAKA Anti Narkoba
dalam rangka membaktikan diri kepada
masyarakat yang diisi dengan kegiatan bakti
saka anti narkoba, dalam rangka ikut serta
bertanggung jawab terhadap P4GN dikalangan
masyarakat sesuai dengan bekal pengetahuan
dan kemampuan yang ada pada dirinya,
misalnya: kegiatan penyuluhan tentang bahaya
Narkoba.
93

3) Lomba SAKA Anti Narkoba disingkat


LOKANTIBA yaitu kegiatan lomba yang
diikuti oleh para anggota SAKA Anti Narkoba
dalam rangka memperagakan kemampuan,
pengetahuan, hasil kegiatan, keterampilan dan
kecakapan SAKA Anti Narkoba.
4) Perkemahan Antar SAKA disingkat PERAN
SAKA yaitu kegiatan yang diikuti oleh
berbagai macam SAKA (lebih dari satu
SAKA) dalam rangka bertukar pengetahuan
dan pengalaman,
5) Kegiatan berkala yang dilaksanakan dalam
menghadapi kejadian penting tertentu,
misalnya; Hari Besar Nasional, Hari Pramuka,
Hari Anti Narkoba, Hari TNI, dan lain
sebagainya.
c. Tingkat Kegiatan
1) Latihan SAKA Anti Narkoba dilaksanakan di
tingkat cabang dengan dipimpin oleh Dewan
SAKA Anti Narkoba, serta didampingi oleh
Pamong SAKA Anti Narkoba dan instruktur
SAKA Anti Narkoba.
2) Perkemahan Bakti SAKA Anti Narkoba
diselenggarakan di tingkat Cabang dan Daerah
sekurang-kurangnya sekali dalam satu masa
bakti yang bersangkutan.
94

3) Lomba SAKA Anti Narkoba diselenggarakan


di tingkat Cabang dan Daerah, dengan
ketentuan waktu: tingkat Cabang sekali dalam
3 tahun; Tingkat Daerah sekali dalam 4 tahun.
4) Perkemahan Antar Saka diselenggarakan di
tingkat Cabang, Daerah, Nasional, yang
penyelenggaraannya sesuai dengan
kepentingannya.
5) Kegiatan berkala dilaksanakan di tingkat
Cabang dan Daerah, sesuai dengan
kepentingannya.
d. Sarana
1) Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat
mendukung kegiatan SAKA Anti Narkoba
2) SAKA Anti Narkoba harus dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana yang
tersedia di lokasi kegiatan
3) Dengan bantuan Majelis Pembimbing SAKA
Anti Narkoba, Kwartir dan Pimpinan SAKA
Anti Narkoba yang bersangkutan, Pamong
SAKA Anti Narkoba beserta Instruktur SAKA
Anti Narkoba mengusahakan adanya sarana
yang memadai, baik dalam jumlah maupun
mutu.
95

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini akan mencoba memaparkan hasil temuan


lapangan terkait pencegahan (preventive) penyalahgunaan
Narkoba melalui program Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti
Narkoba oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tangerang
Selatan yang bekerja sama dengan Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Kota Tangerang Selatan. Dari hasil penelitian yang
sudah dilakukan, terdapat beberapa program kegiatan pencegahan
yang dilaksanakan BNN Kota Tangerang Selatan melalui
program SAKA Anti Narkoba di Kota Tangerang Selatan.

Sebelum memaparkan pencegahan (preventive) melalui


program SAKA Anti Narkoba, perlu kiranya memaparkan hasil
temuan lapangan terkait latarbelakang terbentuknya SAKA Anti
Narkoba di Kota Tangerang Selatan.

A. Latar Belakang Terbentuknya Satuan Karya


Pramuka (SAKA) Anti Narkoba

Latar belakang terbentuknya SAKA Anti Narkoba


setidaknya telah dibahas dalam BAB III sesuai dengan
petunjuk penyelenggaraan SAKA Anti Narkoba. Dalam
pembahasan ini akan dikembangkan sesuai dengan temuan
lapangan dari hasil wawancara yang sudah dilakukan. Dalam
proses awal terbentuknya SAKA Anti Narkoba telah
dikemukakan oleh Nandang ACS yang menjabat sebagai
96

salah satu pimpinan dan pamong SAKA Anti Narkoba,


selanjutnya Nandang (7/9/2018) menjelaskan;

“Terbentuknya SAKA Anti Narkoba, di mulai saat


Peringatan Hari Pramuka Tingkat Kota Tangerang
Selatan, Pada Tanggal 30 Agustus 2016 di Lapangan
Puspiptek Setu, yang pada saat itu ada obrolan antara
Ibu Walikota, Ketua Kwarcab, Kapolres Tangsel dan
Kepala BNN Kota Tangerang Selatan, yang inti
obrolannya Keprihatinan beliau beliau terhadap
penyalahgunaan Narkoba di kalangan generasi muda
khususnya di Kota Tangerang Selatan dan
keprihatinan berikutnya adalah ternyata di Lapas
Tangerang, ternyata penghuni lapas yang terkait kasus
narkoba hampir 80% itu dari wilayah kota tangerang
selatan dan para anak - anak muda”

Keprihatinan terhadap penyalahgunaan Narkoba


dikalangan generasi muda di Kota Tangerang Selatan melatar
belakangi para stakehoder untuk merumuskan suatu wadah
dalam menangani permasalahan sosial tersebut. Hasil
keputusan para stakeholder tersebut juga menyasar akan
kebutuhan wadah bagi generasi muda untuk mendapatkan
pembekalan dan wawasan terkait bahaya penyalahgunaan
Narkoba di Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Soni Gunawan selaku ketua
Pimpinan SAKA Anti Narkoba periode 2017-2022 yang
97

peneliti temui Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan


(10/9/2018), beliau menjelaskan sebagai berikut;

“kemudian beliau-beliau ini mulai diskusi kemudian


berbicara terkait keprihatinan akan masalah remaja
kemudian terformulasikanlah satu bentuk wadah bagi
anak-anak muda khususnya pramuka untuk
mendapatkan pengetahuan tentang narkoba yang
digagas dalam bentuk SAKA anti Narkoba, tapi
sebelum itu gak tau namanya apa itu,”

Senada dengan Soni Gunawan, Fajar Al Farizi selaku


Ketua Dewan SAKA Putra Periode 2017-2019 yang peneliti
wawancara di Sekretariat Kwarcab SAKA (14/9/2018) juga
menjelaskan terkait bentuk kerjasama yang dilakukan oleh
pihak BNN dan Kwartir Cabang Pramuka Kota Tangerang
Selatan dalam membentuk SAKA Anti Narkoba. Fajar
mengungkapkan;

“sejak itulah pihak BNN dan Kwartir cabang pramuka


kota Tangerang Selatan melakukan pertemuan untuk
dibentuknya satuan anti narkoba itu gabungan dari
BNN dan Kwartir cabang pramuka kota Tangerang
Selatan.”

Keresahan terhadap penyalahgunaan Narkoba di


kalangan generasi muda telah menginisiasi BNN untuk
bekerjasama dengan Kwartir Cabang Pramuka Kota
98

Tangerang Selatan untuk membentuk satu wadah


pengembangan bagi generasi muda. Pramuka sebagai wadah
bagi generasi muda memerlukan satu wadah tersendiri dalam
menangani permasalahan di kalangan generasi muda,
khususnya permasalahan terkait penyalahgunaan Narkoba di
kalangan generasi muda. Hal tersebut yang memungkinkan
terbentuknya Satuan Karya di dalam Kwartir Cabang
Pramuka Kota Tangerang Selatan, yang selanjutnya disebut
Satuan Karya Pramuka (SAKA).

Pada masa awal terbentuknya SAKA Anti Narkoba di


Tangerang Selatan, setelah disepakati oleh para stakeholder,
pada tahun 2017 telah melakukan launching SAKA Anti
Narkoba hasil kesepakan berbagai pihak. Hal tersebut juga
telah dipaparkan oleh Nandang sebagai berikut;

“Pada Tahun 2017, tepatnya Tanggal 17 November


2017 di Lapangan PTP Cilenggang, kami lakukan
percepatan dengan melaksanakan Launching SAKA
Anti Narkota pada momen Jambore Pramuka Cabang
Kota Tangerang Selatan dan langsung dilakukannya
penandatanganan MOU antara pihak Kwarcab dan
BNN Kota Tangerang Selatan, yang disaksikan oleh
Wakil Walikota Tangsel dan Kepala BNN Provinsi
Banten” (7/9/2018).

Keberadaan SAKA Anti Narkoba di Kota Tangerang


Selatan merupakan salah satu terobosan yang telah digagas
99

oleh para stakeholder dari berbagai pihak. Sehingga SAKA


Anti Narkoba di Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu
Satuan Karya yang pertama di Indonesia dalam menanggapi
permasalahan penyalahgunaan Narkoba di kalangan generasi
muda khususnya dalam Pramuka. Hal tersebut juga telah
diakui oleh Fajar, dia memaparkan penjelasannya sebagai
berikut;

“SAKA anti Narkoba Tangsel ini merupakan SAKA


yang pertama kali di Indonesia, nah setelah launching
kita melalukan musyawarah dan menyusun
kepengurusan SAKA anti Narkoba” (14/9/2018).

Selanjutnya hal tersebut juga diperkuat oleh


pemaparan Nandang dalam proses penyusunan kepengurusan
SAKA Anti Narkoba, dimana dalam penyusunan
kepengurusan telah melibatkan pihak BNN dan Pramuka
Kota Tangerang Selatan. Dalam proses awal terbentuknya
susunan kepengurusan SAKA, pihak BNN dan Pramuka Kota
Tangerang Selatan yang mengisi posisi dalam struktur
kepengurusan SAKA Anti Narkoba. Nandang menjelaskan
bahwa;

“Setelah Launching, sekjen pramuka menyusun draft


dan disampaikan kepada pihak tim dan kita lakukan
musyawarah untuk menyusun Kepengurusan SAKA
Anti Narkoba dari mulai Kepengurusan Majelis
Pembimbing SAKA (Mabisaka) yang ex-officio
100

dijabat oleh Kepala BNN, Kepengurusan Pimpinan


SAKA, Kepengurusan Pamong SAKA yang di isi oleh
Pembina Pramuka yang sudah mahir, Kepengurusan
Instruktur yang di isi oleh pihak BNN dan Pembina
Pramuka serta kepengurusan Dewan SAKA yang diisi
oleh para Anggota Usia 16 s.d 25 Tahun (Pramukan
Pandega)” (7/9/2018).

Selanjutnya Nandang (7/9/2018) menjelaskan bahwa;

“Pada Tanggal 1 Oktober 2017, dilaksanakanlah


Musyawarah Dewan SAKA untuk memilih
kepengurusan Dewan Saka Periode 2017-2019 dan
pada Tanggal 22 Oktober 2017 dilaksanakan
Pelantikan Kepengurusan SAKA Anti Narkoba
Periode 2017 – 2022 oleh Ibu Walikota Tangerang
Selatan di Tandon Ciater”

Melihat proses awal terbentuknya SAKA Anti


Narkoba di Kota Tangerang Selatan memang telah melewati
lika-liku dalam perjalanannya, hal tersebut dikarenakan
keberadaan SAKA Anti Narkoba yang merupakan pertama
dalam Satuan Karya di Pramuka. Hasil kerja sama pihak BNN
dan Kwartir Cabang Pramuka Kota Tangerang Selatan telah
memperlihatkan hasil dalam bentuk SAKA Anti Narkoba
hingga struktur kepengurusan yang di isi oleh kedua belah
pihak atas izin dari Walikota Tangerang Selatan. Kerjasama
pihak BNN dan Pramuka tersebut juga telah membentuk
101

program-program dalam SAKA Anti Narkoba sesuai dengan


latar belakang awal terbentuk, yaitu atas dasar keresahan
terhadap penyalahgunaan Narkoba di kalangan generasi
muda.

Beberapa program dalam SAKA Anti Narkoba


tersebut menunjukkan arah dalam upaya pencegahan terhadap
penyalahgunaan Narkoba di kalangan generasi muda di Kota
Tangerang Selatan. Beberapa program SAKA Anti Narkoba
tersebut telah dipaparkan oleh Soni Gunawan sebagai berikut;

“setelah pelantikan penguatan kapasitas perkemahan


SAKA Anti Narkoba, yang dilakukan diperkemahan
itu sesuai dengan krida masing-masing, jadi ilmunya
P2M itu kita eksplore, ilmunya rehab, ilmunya
interdiksi dan diakhir perkemahan itu mereka
melakukan karya bakti dengan masuk ke sekolah-
sekolah, mereka sudah digembleng sudah dibentuk
diakhir diuji, nah itu mereka turun ke sekolah-sekolah
melakukan sosialisasi melakukan upaya-upaya
pencegahan sesuai dengan kemampuan mereka”
(10/9/2018).

Dalam pelaksanaan program SAKA merupakan satu


bentuk upaya dalam pencegahan penyalahgunaan Narkoba,
lebih lanjut Soni (10/9/2018) menjelaskan;
102

“Nah program SAKA ini memang nantinya


diharapkan mampu selain pembekalan terhadap
anggota SAKA itu sendiri nantinya ada penguatan
dalam dirinya kalau sudah punya pengetahuan
pemahaman sehingga dia bisa membentengi diri
menjaga diri sendiri, setelah itu nanti mereka mampu
mempengaruhi temen-temennya.”

Dalam proses awal terbentuknya SAKA Anti Narkoba


di Kota Tangerang Selatan merupakan respon terhadap
penyalahgunaan Narkoba di kalangan generasi muda,
Pramuka sebagai wadah generasi muda turut pula andil dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh generasi muda
khususnya di Kota Tangerang Selatan. Anggota SAKA Anti
Narkoba yang juga merupakan anggota dari Pramuka Kwartir
Cabang Kota Tangerang Selatan diharapkan mampu
melakukan upaya pencegahan dalam penyalahgunaan
Narkoba di kalangan generasi muda, khususnya untuk
membentengi diri sendiri dan juga mampu melakukan upaya
pencegahan terhadap orang-orang dilingkungan sekitarnya.

B. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA


Anti Narkoba

Program pencegahan dalam pemaknaannya sudah


mendapat perhatian dari kalangan akademisi maupun praktisi,
dimana pencegahan merupakan suatu upaya mencegah
timbul, berkembang, dan kambuhnya permasalahan sosial
103

yang pernah dialami atau disandang oleh perorangan,


keluarga, maupun masyarakat (lihat BAB II, h. 37). Dalam
pelaksanaannya, program pencegahan seringkali dilaksanakan
oleh lembaga atau instansi yang terkait dengan permasalahan
sosial yang ada, dalam hal ini BNN sebagai lembaga atau
instansi yang melingkupi permasalahan sosial terkait
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA).

Dalam melihat program pencegahan (preventive),


Oakley Ray dan Charles Ksir (2004) telah mengklasifikasikan
tiga bentuk program pencegahan penyalahgunaan Narkoba
atau NAPZA. Diantaranya yaitu; Program Pencegahan
Primer, Program Pencegahan Sekunder, dan Program
Pencegahan Tersier (lihat BAB II, h. 39-40). Dari hasil
penelitian yang sudah dilakukan, sesuai dengan klasifikasi
Ray dan Ksir (2004), program pencegahan (preventive)
melalui SAKA Anti Narkoba oleh BNN Kota Tangerang
Selatan sedikitnya terdapat dua program pencegahan
(preventive). Diantaranya yaitu; Program Pencegahan Primer
dan Program Pencegahan Sekunder yang masing-masing akan
menjadi gambaran dalam menjelaskan hasil temuan lapangan
yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Program Pencegahan Primer

Program Pencegahan Primer, merupakan sebuah


program yang ditujukan terutama pada orang-orang muda
yang belum mencoba Narkoba atau NAPZA atau yang
104

mungkin telah mencoba tembakau atau alkohol beberapa


kali (lihat BAB II, h. 39). Lebih lanjut, Ray dan Ksir
(2004) menjelaskan bahwa program pencegahan primer
berusaha untuk menginformasikan kepada orang-orang
untuk bagaimana melihat Narkoba dan pengaruh obat-
obatan pada kehidupan, emosi, dan hubungan sosial.
Selain itu, dalam program pencegahan primer juga
dikhawatirkan menimbulkan bahaya ketika
memperkenalkan Narkoba atau obat-obatan kepada anak-
anak, remaja, atau masyarakat awam yang belum
mengetahui Narkoba, dimana hal tersebut dapat
membangkitkan keingintahuan akan Narkoba.

Pada dasarnya program pencegahan primer


ditujukan bagi anak-anak, remaja, maupun masyarakat
yang belum terkena dampak dari bahaya Narkoba.
Program pencegahan primer berusaha melakukan upaya
pencegahan dengan menginformasikan terkait bahaya
yang diakibatkan dari penggunaan Narkoba, sehingga
program tersebut dipandang efektif dalam pencegahan
terhadap anak-anak, remaja, maupun masyarakat yang
belum atau hanya sedikit mengetahui tentang Narkoba.

Program SAKA Anti Narkoba yang berbasiskan


generasi muda khususnya Pramuka, memfungsikan
golongan muda dalam melaksanakan program pencegahan
primer terhadap penyalahgunaan Narkoba. Dimana hal
tersebut juga sesuai dengan tujuan SAKA Anti Narkoba
105

dalam mewujudkan kader-kader yang memiliki akhlak


dan moral pancasila guna ikut serta bertanggung jawab
dalam pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Dimana hal
tersebut sesuai dengan penjelasan Soni sebagai berikut;

“Seperti yang kita ketahui bahwa permasalahan


narkoba ini sangat luar biasa, sasarannya tidak saja
orang tua tapi semua golongan, dan yang menjadi
target utama adalah anak-anak usia produktif yaitu
anak-anak usia sekolah remaja sampai kuliah, ya
ini yang harus kita lindungi” (10/9/2018).

Hal tersebut menjadi jelas bahwa generasi muda


khususnya para pelajar siswa maupun mahasiswa menjadi
fokus utama, sehingga menjadi penting bagi generasi
muda untuk ikut andil dalam pencegahan terhadap
penyalahgunaan Narkoba. Bentuk keterlibatan generasi
muda di Kota Tangerang Selatan dalam pencegahan
penyalahgunaan Narkoba yaitu dengan dibentuknya
SAKA Anti Narkoba hasil kerjasama BNN dan Kwartir
Cabang Gerakan Pramuka Kota Tangerang Selatan.

Dari hasil observasi dan dokumentasi yang peneliti


peroleh, terealisasinya wadah bagi generasi muda tersebut
terlihat dari dibentuknya tim yang beranggotakan generasi
muda khususnya pramuka. Pembentukan anggota SAKA
anti Narkoba dilaksanakan pada 9 September 2017,
bertempat di halaman kantor BNN Kecamatan Setu
106

dengan kegiatan pengisian biodata dan registrasi bagi


anggota SAKA. Hal tersebut diinisisasi oleh BNN dan
Kwarcab Pramuka Kota Tangerang Selatan.

Sumber: Dokumentasi SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan, 2017

Kebutuhan akan wadah bagi generasi muda,


khususnya Pramuka, dalam menjawab tantangan akan
bahaya Narkoba dijelaskan lebih lanjut oleh Soni
(10/9/2018) sebagai berikut;

“Kemudian di SAKA sendiri, di kwarcab sendiri


dibutuhkan wadah bagi anak-anak pramuka sendiri
yang khusus untuk pengetahuan terhadap narkoba,
selama ini ada SAKA Bhakti Husada, tapi ini kita
lebih fokus ke anti Narkobanya, tapi memang
ternyata itu direspon positif, animo dari anak-anak
pun sangat tinggi sekali.”

Terbentuknya satu wadah bagi generasi muda,


khususnya pramuka, telah mendapatkan perhatian khusus
di kalangan generasi muda. Hal tersebut terlihat dari
107

keterlibatan generasi muda dalam program SAKA Anti


Narkoba dalam beberapa kegiatan yang mengarah pada
upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkoba di
Kota Tangerang Selatan. Dimana keterlibatan generasi
muda tersebut telah dijelaskan oleh Fajar yang menjabat
sebagai ketua Dewan SAKA putra, Fajar memaparkan
bahwa;

“Untuk pelaksanaan SAKA Anti Narkoba itu ya


kita lebih kepada penyuluhan ke sekolah-sekolah
lalu mengikuti pameran P4GN bersama BNN, nah
di SAKA itu kan ada 3 krida, biasanya yang ikut
pameran itu Krida P2M karena P2M itu
Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat dia lebih
ke sosialisasi penyalahgunaan Narkoba,”
(14/9/2018).

Kegiatan dalam program SAKA Anti Narkoba


tersebut merupakan bentuk kerjasama BNN dengan
anggota pramuka yang tergabung dalam SAKA Anti
Narkoba. Salah satunya adalah yang menjadi program
BNN Nasional, yaitu Pencegahan, Pemberantasan,
Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)
yang dilaksanakan oleh SAKA pada 12 November 2017
bertempat di Kelurahan Pondok Benda. Kegiatan tersebut
berbentuk pameran P4GN yang dilaksanakan oleh SAKA
Anti Narkoba dan BNN Kota Tangerang Selatan.
108

Sumber: Dokumentasi SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan, Pameran P4GN
di Kelurahan Pondok Benda (12 November 2017)

Beberapa kegiatan seperti edukasi, sosialisasi, dan


penyuluhan juga menjadi aktivitas anggota SAKA,
bersama dengan bimbingan dari BNN mereka melakukan
upaya-upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan
Narkoba di kalangan generasi muda.

Hal tersebut juga dipertegas dengan penjelasan


Nandang (7/9/2018) tentang kegiatan SAKA Anti Narkoba
sebagai berikut;

“beberapa kegiatannya mengikutsertakan SAKA


Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan, seperti
Penyuluhan ke sekolah – sekolah dan Pameran
P4GN, yang banyak dilakukan oleh Krida P2M
selain ada kegiatan kunjungan ke rumah – rumah
Rehabilitasi dan beberapa kegiatan latihan rutin
juga disampaikan edukasi P4GN melalui
Instruktur”

Keikutsertaan SAKA Anti Narkoba dalam upaya


pencegahan penyalahgunaan Narkoba tersebut dapat
109

dilihat dari kegiatan sosialisasi dan penyuluhan, selain itu


pembekalan materi yang berkaiatan dengan Narkoba juga
merupakan bekal bagi anggota SAKA sebagai penguatan
kapasitas anggota. Hal tersebut diharapakan agar nantinya
anggota SAKA memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba,
sehingga mereka mampu melakukan upaya pencegahan
sejak dini. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
Nandang sebagai berikut;

“karena tugas mereka selain menjadi anggota juga


sebagai penyuluh P4GN kepada rekan dan
temanya di sekolah khususnya di kalangan
anggota pramuka itu sendiri, minimal melakukan
edukasi dan pencegahan dini” (7/9/2018).

Peran dan tugas anggota SAKA Anti Narkoba


dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba
merupakan satu bentuk langkah konkrit dalam menjawab
tantangan bahaya Narkoba di kalangan generasi muda.
Kegiatan pembekalan materi tentang bahaya Narkoba bagi
anggota SAKA Anti Narkoba merupakan satu langkah
dalam melahirkan kader-kader dalam pengentasan
penyalahgunaan Narkoba. Dimana nantinya para kader
tersebut mampu menginformasikan kepada teman-teman
generasi muda maupun lingkungan sekitar tentang bahaya
Narkoba.
110

Keterlibatan SAKA Anti Narkoba dalam


pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkoba sudah
tertuang dalam program Pencegahan dan Pemberdayaan
Masyarakat (P2M) yang merupakan salah satu krida di
SAKA Anti Narkoba. Berbagai kegiatan seperti
sosialisasi, penyuluhan, dan edukasi bahaya Narkoba
menjadi aktivitas anggota SAKA Anti Narkoba, dimana
hal tersebut merupakan upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di kalangan generasi muda di
Kota Tangerang Selatan.

Salah satu kegiatan sosialisasi tersebut adalah


dengan adanya Sosialisasi tentang P4GN bagi masyarakat.
Dari hasil observasi dan dokumentasi, kegiatan sosialisasi
tersebut dilaksanakan pada 3 Februari 2018 bertempat di
Cikal Harapan Serpong, dimana anggota SAKA terlibat
aktif mensosialisasikan program P4GN bagi masyarakat.

Sumber: Dokumentasi SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan,


Pameran Sosialisasi P4GN di Cikal Harapan Serpong (3 Februari 2018)
111

Terbentuknya Krida-krida dalam SAKA Anti


Narkoba tersebut merupakan respon BNN Kota
Tangerang Selatan dalam pencegahan penyalahgunaan
Narkoba di kalangan generasi muda. Sehingga nantinya
generasi muda yang tergabung dalam SAKA Anti
Narkoba juga mampu melakukan pencegahan terhadap
penyalahgunaan Narkoba di lingkungan sekitarnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Soni sebagai berikut;

“Ya tadi yang saya sampaikan di BNN ini kan ada


tiga pilar yang itu diterjemahkan di dalam krida-
krida yang ada di SAKA anti Narkoba, krida
pencegahan dan pemberdayaan masyarakat
harapannya adalah mereka yang menjadi anggota
krida tersebut mampu memberikan informasi lagi
bahaya narkoba kepada teman sebaya atau adik
kelasnya, itu salah satu upaya pencegahan seperti
itu,” (10/9/2018).

Perhatian para stakeholder Kota Tangerang


Selatan dalam memerangi bahaya Narkoba telah
mendapatkan perhatian dari pelbagai kalangan, khususnya
BNN dan Kwartir Cabang Pramuka Kota Tangerang
Selatan. Lebih jauh dengan terbentuknya SAKA Anti
Narkoba yang anggotanya adalah generasi muda,
khususnya pelajar Pramuka, telah memberikan warna
tersendiri dalam melakukan pencegahan terhadap
112

penyalahgunaan Narkoba. Kegiatan dalam upaya


pencegahan penyalahgunaan Narkoba di Kota Tangerang
Selatan tersebut telah dijelaskan Ifa sebagai berikut;

“Kalo di Tangsel sendiri dewannya itu selalu ikut


sosialisasi dan penyuluhan, kalo untuk penyuluhan
sosialisasi itu dari SAKA Anti Narkoba
diikutsertakan sama BNN, menurut saya udah,
karena kita ke kelurahan kecamatan, setiap
sosialisasinya bawa barang bentuk-bentuk
Narkoba Cuma bukan aslinya lebih ke pameran-
pamerannya aja” (14/9/2018).

Keikutsertaan SAKA Anti Narkoba bersama BNN


Kota Tangerang Selatan dalam mensosialisasikan serta
melakukan penyuluhan akan bahaya Narkoba kepada
masyarakat semakin gencar dilaksanakan. Hal tersebut
juga dijelaskan oleh Soni (10/9/2018) sebagai berikut;

“Nah kalo kita lihat pencegahan dari sisi demand


reduction kita memberikan pengetahuan edukasi
yang benar dan sesuai kepada masyarakat tentang
bahaya narkoba, karena saya yakin semua orang
tau narkoba itu bahaya, tapi bahayanya seperti apa
mereka tidak tau persis nah inilah tugas dari
temen-temen di SAKA anti narkoba atau kami
untuk memberikan informasi itu dengan baik dan
benar kepada masyarakat,”
113

Beberapa kegiatan penyuluhan dalam upaya


pencegahan penyalahgunaan Narkoba telah dilaksanakan
oleh SAKA Anti Narkoba bersama dengan BNN Kota
Tangerang Selatan. Dari hasil observasi, beberapa
kegiatan penyuluhan terkait bahaya penyalahgunaan
Narkoba kepada masyarakat telah dilaksanakan pada awal
Februari hingga Maret 2018 di Pondok Benda dan daerah
Serpong.

Sumber: Dokumentasi SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan.


Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat di Kota Tangerang Selatan

Penyampaian informasi dan edukasi kepada


masyarakat akan bahaya Narkoba menjadi langkah SAKA
Anti Narkoba dalam melaksanakan tugasnya. Pembekalan
materi dan penguatan kapasitas anggota SAKA Anti
Narkoba menjadi penting dalam usaha untuk menciptakan
kader-kader yang kompeten dalam melakukan upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba di masyarakat.
Anggota SAKA Anti Narkoba yang telah mendapatkan
materi dan pelatihan nantinya mampu melakukan tugas
dan tanggungjawabnya dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di Kota Tangerang Selatan.
114

Tugas dan tanggung jawab anggota SAKA Anti


Narkoba dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan
Narkoba di kalangan generasi muda tersebut disampaikan
oleh Ifa yang penulis temui di Sekretariat Kwarcab SAKA
(14/9/2018) sebagai berikut;

“karena saya dari SAKA Anti Narkoba ada


terselip sendiri materi tentang bahaya Narkoba,
karena waktu itu kita workshop dikasih Flashdisk
yang isinya materi tentang bahaya Narkoba, ya
saya pelajari itu untuk disampaikan tentang bahaya
Narkoba ke anak-anak SMP SMA SD, kalo SD
kita lebih ke misalnya ati-ati dengan permen yang
segala macemnya dan ketemu orang yang gak
dikenal jajan jangan sembarangan paling yang
seperti itu, materinya gak berat-berat banget kayak
SMA SMP”

Pembekalan materi dan pelatihan yang telah


diberikan kepada anggota SAKA Anti Narkoba telah
memperkuat kapasitas diri anggota. Sehingga anggota
yang terlibat dalam SAKA Anti Narkoba mampu
mensosialisasikan hingga melakukan penyuluhan kepada
generasi muda khususnya akan bahaya Narkoba. Ruang
lingkup sosialisasi dan penyuluhan yang dilaksanakan
SAKA Anti Narkoba yaitu pelajar dari berbagai tingkat,
baik itu SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi. Hal
tersebut sangat sesuai melihat permasalah Narkoba yang
115

menjadi fokus utama adalah generasi muda, sehingga


kegiatan generasi muda tersebut diarahkan dalam upaya
pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkoba.

Salah satu kegiatan sosialisasi dan penyuluhan


yang dilaksanakan oleh SAKA Anti Narkoba yaitu di
beberapa sekolahan di Ciater, Tangerang Selatan.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada November 2017
selama dua hari satu malam.

Sumber: Dokumentasi SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan. Kegiatan


sosialisasi dan penyuluhan kepada pelajar di Ciater Kota Tangerang Selatan

Kegiatan-kegiatan lain dalam kepramukaan juga


mendapatkan perhatian dalam upaya memperkuat
kapasitas anggota SAKA Anti Narkoba. Sosialisasi dan
penyuluhan dalam aktivitas kepramukaan tersebut terlihat
dari paparan Selvi selaku Ketua Dewan SAKA Putri
ketika peneliti wawancara di Sekretarian Kwarcab SAKA,
Selvi (14/9/2018) menjelaskan bahwa;

“Sosialisasi, penyuluhan, terus ada kayak di


perkemahan sosialisasinya di dalam perkemahan
bawa pramuka,”
116

Kegiatan kepramukaan seperti perkemahan


tersebut merupakan satu bentuk penggodokan kepada para
anggota dalam penguatan kapasitas anggota SAKA Anti
Narkoba. Selain itu mereka juga ikut dilatih untuk
melakukan sosialisasi dan penyuluhan akan bahaya
Narkoba kepada masyarakat, untuk nanti selanjutnya para
anggota tersebut mampu melakukan aktivitas pencegahan
di lingkungan masing-masing atau sesama generasi muda
disekitarnya.

Kegiatan perkemahan tersebut dilaksanakan pada


17-18 November 2017. Dari hasil observasi dan
dokumentasi, terlihat bahwa kegiatan tersebut bermuatan
pada pembekalan dan juga pelatihan bagi anggota SAKA
Anti Narkoba sebagai bentuk pengembangan kapasitas

anggota dalam melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan


kepada masyarakat. Kegiatan tersebut bertempat di Bumi
perkemahan Rimbun, yang selanjutnya juga menjadi
tempat pelatihan dalam kegiatan Bantara Camp III yang
dilaksankanakan pada 28 Januari 2018.
117

Sosialisasi akan adanya SAKA Anti Narkoba dan


berbagai praktek lapangan yang telah dijalankan anggota
SAKA Anti Narkoba juga telah disampaikan oleh Fajar.
Hal tersebut terlihat dari pemaparan berikut;

“abis Perkemtiba kita diajak sama BNN itu ikut


kunjungan ke beberapa universitas atau instansi,
kalo kemaren sih ke kampus Paradita di
Tangerang terus ke kelurahan juga, tugas SAKA
sih hanya membantu mensosialisasikan adanya
SAKA anti Narkoba, terus kunjungan ke Lido”
(14/9/2018).

Penguatan kapasitas anggota SAKA Anti Narkoba


dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan
Narkoba merupakan satu modal utama dalam
menciptakan kader-kader berkualitas. Selain itu, materi
dan pelatihan tentang bahaya Narkoba juga menjadi
agenda kegiatan generasi muda tersebut. Sehingga
nantinya kader-kader tersebut mampu melakukan upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba dalam rutinitasnya
sebagai pelajar maupun anggota SAKA Anti Narkoba.

Kegiatan anggota SAKA Anti Narkoba dalam


pencegahan penyalahgunaan Narkoba terlihat dari
berbagai kegiatan yang telah dilakukan, dimana dalam
setiap kegiatan mereka termuat materi maupun praktek
dalam pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Selain di
118

lingkungan sekolah, anggota SAKA Anti Narkoba juga


melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba
kepada masyarakat secara umum. Seperti yang terlihat
dari paparan Selvi (14/9/2018), dimana dia menjelaskan;

“Iya waktu itu sih pas ada acara 17 agustus kan


aku jadi panitia 17an dan aku disuruh untuk
mensosialisasikan bahaya narkoba kepada anak-
nak kecil anak-anak SD TK gitu terus di
lingkungan pengurus RT bersama kepemudaan
karang taruna mereka tau kalo aku anak pramuka
jadi mereka mengundang aku untuk ngisi
pengetahuan dasar tentang bahaya narkoba”

Hal tersebut juga diperkuat dengan ungkapkan


Fajar dalam melakukan sosialisasi bahaya Narkoba
kepada masyarakat. Fajar menjelaskan bahwa;

“Kalo kemaren sih ada pos karya bakti lebaran,


nah kebetulan dari SAKA anti Narkoba juga
terlibat dalam pos pengaman lalu lintas kita gak
cuma markirin orang doang nah waktu itu sempet
minta juga sama BNN brosur terkait penyuluhan
bahaya Narkoba itu sempet dikasih lalu kita
sebarin” (14/9/2018).

Kegiatan-kegiatan turun ke lapangan ataupun


masyarakat tidak luput dari perhatian Anggota SAKA
119

Anti Narkoba dalam melakukan pencegahan


penyalahgunaan Narkoba. Penyebaran informasi akan
bahaya Narkoba dan upaya pencegahannya senantiasa
menjadi topik penting untuk dapat disebarluaskan kepada
masyarakat secara umum, sehingga nantinya masyarakat
dapat memahami bahaya Narkoba serta mampu mencegah
penyebarluasan Narkoba di lingkungan Masyarakat.

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba di kalangan


generasi muda sudah menjadi tanggung jawab pelbagai
elemen masyarakat, terkhusus BNN dan SAKA Anti
Narkoba Kota Tangerang Selatan. Kegiatan
penyebarluasan informasi akan bahaya Narkoba dan
upaya pencegahannya merupakan tugas dan tanggung
jawab anggota SAKA Anti Narkoba, sehingga dalam
kegiatannya merupakan upaya pencegahan terhadap
penyalahgunaan Narkoba di masyarakat khususnya
generasi muda.

Beberapa agenda penyebaran informasi kepada


masyarakat umum sebagai upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di Kota Tangerang Selatan
terlihat dari dokumentasi sebagai berikut;

Sumber: Dokumentasi SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan


120

Selain melalui kegiatan dalam masyarakat,


penyebarluasan informasi akan bahaya Narkoba dan
upaya pencegahannya juga dilakukan dengan
memanfaatkan media sosial.

Keberadaan media sosial dalam penyebarluasa


informasi menjadi penting dalam era digital sekarang ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh Selvi dalam
menyebarluaskan informasi melalui media sosial, Selvi
menjelaskan;

“Sosial media juga iya, misalnya dapet dari BNN


ada informasi apa kan ada materi juga yang
mungkin gak bisa disebarluaskan oleh pihak kita
dari BNNnya ada yang bisa disebarluaskan gitu
ka” (14/9/2018).

Informasi dan juga materi yang memang layak


untuk dikonsumsi masyarakat umum juga penting untuk
disebarluaskan, yang mana hal tersebut mampu
memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat akan
bahaya Narkoba dan pencegahannya. Selain materi dan
juga informasi, SAKA Anti Narkoba juga mempertegas
identitas dengan menggunakan slogan-slogan dalam
pencegahan bahaya dan penyalahgunaan Narkoba di
masyarakat. Sesuai dengan penjelasan Ifa (14/9/2018);
121

“Kalo ngasih contoh itu kayak slogan, kalo dari


SAKAnya sendiri itu ada “SAKA Anti Narkoba
cegah berantas”

Sumber: Instagram @sakaantinarkobatangsel

Pemanfaatan media sosial dalam penyebarluasan


informasi akan bahaya Narkoba dan pencegahannya
merupakan satu langkah pengembangan upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba, hinga mampu
menyentuh masyarakat secara umum. Penyebaran
informasi maupun materi melalui media sosial menjadi
langkah yang berkesinambungan dalam pelaksanaan
pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Selain itu, slogan-
slogan yang muncul dari SAKA Anti Narkoba semakin
memperkuat identitas SAKA Anti Narkoba sebagai wadah
bagi generasi untuk ikut andil dalam melakukan
pencegahan penyalahgunaan Narkoba di kalangan
generasi muda dan masyarakat secara umum.
122

2. Program Pencegahan Sekunder

Program Pencegahan Sekunder merupakan sebuah


program yang dirancang untuk orang yang telah mencoba
Narkoba atau zat lainnya, sasaran dari program
pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan
penggunaan bentuk lain atau yang lebih suram dari zat
yang telah mereka uji coba (lihat BAB II, h. 39). Program
pencegahan sekunder ditujukan kepada individu atau
masyarakat yang telah mencoba atau menggunakan
Narkoba atau zat lainnya, pencegahannya ditujukan guna
tidak terjadi peningakatan pemakaian Narkoba atau zat
lainnya yang telah mereka coba.

SAKA Anti Narkoba merupakan satu bentuk


kerjasama antara pihak BNN dan Kwartir Cabang
Gerakan Pramuka Kota Tangerang Selatan, dimana setiap
pihak memiliki fungsi dan tanggung jawab masing-
masing sesuai bidangnya. Dimana hal tersebut telah
dipaparkan diatas, lebih lanjut juga diperkuat dengan
penjelasan Soni sebagai berikut;

“Tentunya kita sangat bersinergis ya antara


kwarcab maupun BNN kota Tangerang Selatan,
karena di kami ada namanya pembangunan
berwawasan anti narkoba itulah yang
menggerakkan seluruh komponen masyarakat
123

untuk peduli melakukan program anti narkoba


salah satunya P4GN,” (10/9/2018).

Sinergitas antara Kwarcab Pramuka dan BNN


Kota Tangerang selatan telah melahirkan SAKA Anti
Narkoba sebagai wadah bagi generasi muda untuk ikut
andil dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan
Narkoba di kalangan generasi muda. Hal tersebut
menjadikan SAKA Anti Narkoba juga mendapatkan
materi dan juga pembekalan lebih dalam penanganan
terhadap pengguna atau pecandu Narkoba, karena
diperlukan penanganan tersendiri terhadap pengguna
maupun pengedar Narkoba.

Tindak lanjut terhadap pengguna maupun


pengedar memiliki penangan yang berbeda, sehingga
harus dipertegas peran dan tanggungjawab dalam
pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Penanganan
terhadap penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh
BNN telah dijelaskan oleh Ifa sebagai berikut;

“karena beda penangkapan BNN dengan polisi itu


beda, kalo BNN itu langsung ke rehabilitasi kalo
polisi yang nangkep langsung ke penjara denda
dan segala macem, panjang prosesnya” (14/9/2018)

Penanganan terhadap penyalahguna Narkoba yang


dilakukan oleh BNN yaitu dengan melakukan rehabilitasi
124

sebagai upaya pencegahannya. Hal tersebut diterjemahkan


dalam SAKA Anti Narkoba sebagai Krida Rehabilitasi
dan juga Krida Interdiksi yang menjadi bagian dari krida-
krida dalam SAKA Anti Narkoba. Pengetahuan dan
pengalaman anggota SAKA Anti Narkoba yang tergabung
dalam krida rehabilitasi dan interdiksi memiliki
kemampuan dalam upaya pencegahan tindak lanjut yang
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab BNN.

Terkait krida rehabilitasi dan krida interdiksi telah


dijelaskan oleh Fajar sebagai upaya tindak lanjut dalam
pencegahan penyalahgunaan Narkoba, lebih lanjut Fajar
(14/9/2018) menjelaskan;

“kedua krida Rehabilitasi, itu terkait bagaimana


kita mengetahui seseorang yang terkena Narkoba.
Yang ketiga Krida Interdiksi itu lebih kepada
pelaporan, bagaimana melaporkan misalnya kita
punya teman dan teman kita sebagai pemakai
Narkoba, gimana sih kita melaporkannya caranya
seperti apa”

Dalam tugas dan tanggungjawabnya, SAKA Anti


Narkoba juga melakukan upaya tindak lanjut terhadap
pengguna Narkoba untuk selanjutnya tidak berkembang
kearah yang lebih parah. Kemampuan anggota SAKA
Anti Narkoba dalam menganalisa dan memahami
seseorang yang telah menggunakan Narkoba menjadi
125

bekal dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan


Narkoba, tindak lanjut terhadap pengguna Narkoba juga
menjadi bekal anggota SAKA Anti Narkoba dalam
pencegahan.

Bentuk penguatan kapasitas melalui pelatihan


kepada anggota SAKA dalam rehabilitasi, hasil observasi
dan dokumentasi, kegiatan tersebut terlaksana dalam
kunjungan ke lembaga rehablitas Lido Sukabumi pada
tanggal 14 November 2017. Terlihat dalam dokumetasi
berikut;
Sumber: Dokumentasi SAKA Anti
Narkoba.

Kegiatan Kunjungan ke Lembaga


Rehabililasi BNN di Lido Sukabumi,
oleh SAKA Anti Narkoba dan BNN Kota
Tangerang Selatan

Tindak lanjut terhadap pengguna Narkoba, oleh


SAKA Anti Narkoba diterjemahkan sebagai Broker dalam
penanganan lanjutan terhadap pengguna Narkoba. Seperti
yang dijelaskan oleh Soni (10/9/2018) dalam melakukan
126

upaya rehabilitasi terhadap pengguna Narkoba yang


dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba, dimana Soni
menjelaskan bahwa;

“upaya rehabilitasi mereka menjadi kalau di kami


istilahnya pendata, jadi kalau ada warga
masyarakat ada anggota keluarganya terkena
Narkoba, karena mereka sudah ada ilmunya
mereka memfasilitasi.”

Upaya rehabilitasi sebagai bentuk pencegahan


penyalahgunaan Narkoba merupakan langkah lanjutan
dalam menangani penyalahgunaan Narkoba yang
dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba. Hal tersebut juga
dipertegas oleh penjelasan Fajar berikut;

“Untuk temen yang terkena Narkoba, pertamanya


sih diingetin ya ka, misalkan dia sudah terkena
Narkoba dia tinggal milih mau masuk penjara atau
direhabilitasi, nah kalo misalkan mau direhabilitasi
saya bantu ke BNN, kalo misalnya tidak saya
lapor ke polisi” (14/9/2018)

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba tindak


lanjut yang dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba
merupakan satu pengembangan tindak lanjut terhadap
pengguna Narkoba agar nantinya tidak terjadi
perkembangan penggunaan Narkoba kearah yang lebih
127

buruk. Bentuk penanganan terhadap para pengguna


Narkoba yang dijalankan SAKA Anti Narkoba merupakan
satu kemampuan bagi anggota SAKA Anti Narkoba
dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan Narkoba.

Selain itu, dalam SAKA Anti Narkoba juga


dikembangkan kemampuan bagi anggota SAKA Anti
Narkoba dalam mengelola informasi terkait pengguna
maupun pengedar Narkoba. Hal tersebut ditujukan guna
anggota SAKA Anti Narkoba mampu melakukan
pencegahan penyalahgunaan Narkoba serta mengelola
informasinya untuk kebutuhan yang bertanggung jawab,
dalam hal ini BNN maupun kepolisian. Penanganan dalam
pencegahan tersebut dijelaskan oleh Soni dalam
wawancara (10/9/2018) sebagai berikut;

“Nah yang ketiga ini berfungsi sebagai pemberi


informasi jika ada gejala narkoba baik itu
penggunaan maupun transaksi mereka bergerak
cepat untuk melakukan laporan, karena kita harus
ajari mereka tehnik intelejen itu kita ajari,”

Kemampuan anggota SAKA Anti Narkoba


sebagai intelejen dalam mengelola dan menindak lanjuti
informasi merupakan suatu agenda kegiatan dalam
program SAKA Anti Narkoba. Dimana anggota SAKA
Anti Narkoba memiliki kemampuan sebagai informan
dalam proses pencegahan penyalahgunaan Narkoba, serta
128

tindak lanjut terhadap pengguna maupun pengedar


Narkoba. Hal tersebut juga dipertegas dengan penjelasan
Fajar sebgai berikut;

“misalkan kemaren itu materi tentang peta, ada


satu titik tempat dimana tempat itu sebagai rawan
Narkoba kita buat peta terus kita kayak jadi intel
gitu tapi itu sifatnya rahasia dan gak boleh
sembarangan.” (14/9/2018)

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang


dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba dalam pembahasan
ini lebih kepada penanganan lanjutan terhadap pengguna
maupun pengedar Narkoba. Anggota SAKA Anti
Narkoba dalam hal ini memiliki kemampuan dalam
menganalisa seseorang yang terkena Narkoba serta
mengetahui terkait tindak lanjut terhadap penyalahguna
Narkoba di kalangan generasi muda. Selain itu, anggota
SAKA Anti Narkoba juga memiliki kemampuan dalam
mengelola informasi terkait pengguna dan pengedar
Narkoba untuk ditindaklanjuti sebagai upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba.
129

C. Manfaat dan Kendala Pencegahan (Preventive)


Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA Anti Narkoba
1. Manfaat Pencegahan (Preventive) Penyalahgunaan
Narkoba oleh SAKA Anti Narkoba

Keberadaan SAKA Anti Narkoba sebagai


wadah bagi generasi muda dalam menanganai
permasalahan penyalahgunaan Narkoba telah
memberikan banyak manfaat bagi anggota maupun
lingkungan sekitar. Selain itu keberadaan SAKA Anti
Narkoba juga memberikan dampak yang signifikan
bagi perkembangan Kota Tangerang selatan sendiri,
dimana hal tersebut dinyatakan oleh Soni sebagai
berikut;

“Nah dari hasil report itu yang dapat kami


sampaikan bahwa SAKA Anti Narkoba ini
sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri, yang
kedua bermanfaat untuk lingkungan khususnya
teman sebaya, karena apa, untuk mewujudkan
kota Tangerang Selatan kota layak anak ini
memang prevelensi penggunaan narkoba di
kalangan remaja khususnya pelajar inikan
harus turun harus berkurang, nah ini yang
menjadi tugas temen-temen yang di SAKA
anti Narkoba mereka memberikan pengaruh
130

bagi temen-temen yang lain di kalangan


remaja” (10/9/2018).

SAKA Anti Narkoba yang bertugas ikut


berpartisipasi dalam penanganan penyalahgunaan
Narkoba di kalangan remaja telah turut pula
membantu perkembangan Kota Tangerang Selatan
sebagai Kota layak anak. Hal tersebut
mengindikasikan peran serta SAKA Anti Narkoba
dalam melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan
Narkoba di kalangan generasi muda, serta anggota
SAKA Anti Narkoba yang turut pula telah
memberikan pengaruh kepada teman-teman dan
masyarakat sekitarnya dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di kalangan remaja.

Lebih lanjut, manfaat adanya SAKA Anti


Narkoba telah memberikan pengetahuan dan pelatihan
bagi generasi muda khususnya Pramuka dalam
menganalisa dan memahami tindakan yang tepat bagi
pengguna maupun pengedar Narkoba di kalangan
remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Nandang
(7/9/2018);

“bagaimana generasi muda yang tergabung


dalam anggota pramuka (2500 Anggota) dapat
mengetahui dan memahami bahaya narkoba,
baik itu dilingkungan sekolah, masyarakat
131

ataupun keluarga dengan pelaksanaan


penyuluhan atau edukasi dari para teman-
temannya yang menjadi anggota Saka Anti
Narkoba”

Pemahaman dan pengetahuan tentang bahaya


Narkoba menjadi satu kelebihan bagi anggota SAKA
Anti Narkoba, untuk selanjutnya mereka mampu
mensosialisasikan serta melakukan penyuluhan
tentang bahaya Narkoba dan upaya pencegahannya.
Dalam pelaksanaannya, SAKA Anti Narkoba juga
dapat berfungsi sebagai kepanjangan tangan dari BNN
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Soni (10/9/2018)
sebagai berikut;

“nah kalo misalkan keuntungannya kita sangat


terbantu sekali dengan adanya SAKA anti
Narkoba ini karena memang harapan kami
SAKA selain pembekalan untuk dirinya
sendiri mereka juga menjadi perpanjangan
tangan BNN, itu keuntungannya”

Pembekalan wawasan pengetahuan dan


kemampuan dari anggota SAKA Anti Narkoba dalam
penanganan terhadap pengguna maupun pengedaran
Narkoba di kalangan remaja telah memberikan
manfaat untuk dirinya sendiri dan juga lingkungan
132

disekitarnya. Sehingga anggota SAKA Anti Narkoba


mengetahui seseorang yang telah menggunakan
Narkoba dan memahami terkait tindak lanjut terhadap
pengguna dan juga pengedar Narkoba.

Manfaat adanya SAKA Anti Narkoba terhadap


anggota SAKA Anti Narkoba juga telah diungkapkan
oleh Ifa sebagai bentuk wawasan tentang pengguna
Narkoba, Ifa (14/9/2018) menjelaskan;

“kalo manfaat bagi anggota SAKAnya dia


lebih mengetahui, jadi mereka tau ciri-ciri
pengguna Narkoba, gimana melaporkannya”

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Selvi


(14/9/2018) terkait manfaat yang didapatkan setelah
tergabung dalam SAKA Anti Narkoba. Selvi
menjelaskan;

“Kalo manfaatnya menurut aku ya, aku yang


awalnya awam dengan Narkoba misalnya
ganja aku jadi tau lebih detail dalam obat-
obatan terus cara mereka mengkonsumsi sabu
itu seperti apa itu aku lebih tau ciri-cirinya
seperti apa”

Lebih lanjut, manfaat yang dirasakan oleh


anggota SAKA Anti Narkoba selain untuk dirinya
sendiri juga dapat disebarluaskan kepada tema-teman
133

serta lingkungan sekitarnya. Hal tersebut diungkapkan


oleh Fajar sebagai berikut;

“Kalo keuntungannya itu yang pertama kita


bisa mengetahui ciri-ciri orang terkena
Narkoba itu seperti apa, lalu yang kedua kita
mengetahui apa-apa saja obat-obatan yang
terlarang yang memang berbahaya. Nah yang
ketiga itu kita bisa mengajak teman-teman”
(14/9/2018).

Manfaat lainnya yang dirasakan anggota


SAKA Anti Narkoba adalah mereka telah memberikan
manfaat kepada orang lain, baik itu teman sekitar
maupun masyarakat secara umum. Manfaat tersebut
merupakan manfaat yang berkesinambungan seperti
yang diungkapkan oleh Ifa;

“Keuntungannya banyak ya, dari dewannya itu


bisa sosialisasi ke temen-temennya entah itu
temen sekolahnya temen mainnya dari temen
ke temennya itu akan lebih meluas gitu,
apalagi sekarang ada sosial media gampang
kan ngobrol lewat media” (14/9/2018).
134

2. Kendala Pencegahan (Preventive) Penyalahgunaan


Narkoba oleh SAKA Anti Narkoba
Kenyataan bahwa SAKA Anti Narkoba
merupakan sebuah program baru dan merupakan yang
pertama di Indonesia, hal tersebut mendapatkan
tantangan tersendri dalam pelaksanaannya. Seperti
yang sudah dipaparkan diatas, bahwa SAKA Anti
Narkoba merupakan bentuk kerjasama antara pihak
BNN dan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota
Tangerang Selatan, yang mana diperlukan koordinasi
antara kedua belah pihak.
Kerjasama dari pelbagai pihak dalam
pelaksanaan program SAKA Anti Narkoba menjadi
kendala tersendiri pada masa-masa awal
pembentukannya, hal tersebut dijelaskan oleh Soni
sebagai berikut;
“yang menjadi kendala saat itu adalah untuk
menyamakan persepsi antara kwarcab,
pemerintah daerah, dan BNN, apasih tujuan
SAKA, mafaatnya bagaimana sih? Terus nanti
bagaimana kelangsungannya seperti apa?
Potensinya tangsel untuk nasional seperti apa?
Belum lagi pada saat kita mempersiapkan
juknisnya, Ppnya, teknis terkait TKSnya, dari
kami tidak ada bekal pengetahuan tentang
teknis seperti itu makanya kita menggandeng
kwarcab, dari pamong-pamongnya mereka pun
135

tidak mau terlibat pada saat itu jadi hanya


sekjennya ka Nandang dan temen-temen yang
lain itulah yang menjadi tim inti,” (10/9/2018).
SAKA Anti Narkoba sebagai sebuah wadah
bagi generasi muda yang baru terbentuk dan yang
pertama, sudah tentu hal tersebut memerlukan atribut-
atribut dalam menjalankan SAKA Anti Narkoba.
Sehingga diperlukan upaya-upaya dalam
mempersiapkan atribut-atribut guna berjalannya
SAKA Anti Narkoba di Kota Tangerang Selatan.
Koordinasi dan kerjasama dari pelbagai piahk telah
membentuk atribut-atribut bagi kelangsungan SAKA
Anti Narkoba sebagai wadah bagi generasi muda
dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
Kendala lain yang juga dihadapi SAKA Anti
Narkoba yang baru lahir yaitu sumberdaya manusia
yang terlibat dalam kepengurusan SAKA Anti
Narkoba. Kurangnya sumberdaya manusia yang
memiliki kemampuan dalam melaksanakan upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba turut pula
menambah kendala internal, sehingga diperlukan
upaya pelatihan dan pengembangan kapasitas anggota
secara simultan. Hal tersebut dijelaskan oleh Soni
(10/9/2018) sebagai berikut;
“Kendala utama kita tentunya di SDM, karena
bakat atau kemampuan untuk berperan sebagai
narasumber itukan tidak semua orang bisa, si
136

anak-anak SAKA inipun kita latih secara


perlahan-lahan dan bertahap sampai kita latih
mereka untuk mempersiapkan mobil kamera
itu mereka kita latih bagaimana cara
mendesain mobil itu, apa sih kebutuhannya,
dan bagaimana nanti cara menjelaskannya itu
kita lakukan pelan-pelan. Kendala kedua kita
tidak berpangku pada yang konvensional tadi,
tapi kita maksimalkan juga dari sisi media
sosialnya,”
Lebih lanjut Soni menjelaskan kendala dalam
menjalankan SAKA Anti Narkoba yaitu;
“Nah yang menjadi kendala adalah materi-
materi atau dalam bentuk silabus yang belum
tersusun, kalo secara teknis kan sudah kalo
materi-materi ini yang belum kita rumuskan,”
(10/9/2018).
Kendala terkait atribut-atribut bagi berjalannya
SAKA Anti Narkoba telah mewarnai perjalanan
awalnya, hal tersebut sangat dirasakan oleh para
stakeholder SAKA Anti Narkoba. Selain itu, kendala
lain yang dihadapi SAKA Anti Narkoba adalah dalam
pelaksanaan program SAKA Anti Narkoba, dimana
hal tersebut dirasakan oleh pamong, dewan, dan
anggota SAKA Anti Narkoba. Seperti yang
dipaparkan oleh Ifa (14/9/2018);
137

“Kalo untuk kendala dari dewannya sendiri


untuk terjun ke masyarakat itu gini mereka
lebih menyatu dengan anak-anak, kalo untuk
ke masyarakat itu lebih ke BNNnya, kalo
dewannya itu lebih ke anak-anak karena tau
tadi bagaimana strateginya bagaimana ngobrol
sama anak-anak, kalo ke masyarakat lebih ke
BNNnya”
Target sasaran program SAKA Anti Narkoba
memang dikhususkan untuk kalangan anak-anak dan
remaja, sehingga terdapat pembagian antara BNN dan
juga SAKA Anti Narkoba. Hal tersebut terlihat ketika
terjun ke lapangan untuk sosialisasi atau penyuluhan
BNN lebih fokus kepada masyarakat umum, dan
SAKA Anti Narkoba lebih kepada anak-anak dan
remaja. Sudah menjadi kewajaran karena SAKA Anti
Narkoba sebagai wadah bagi generasi muda, sehingga
mereka lebih dekat dan menyatu dengan anak-anak
amaupun remaja.
Selain itu ketiadaan fasilitas dan bahan untuk
sosialisasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba
menjadi kendala tersendiri dalam pelaksanaannya. Hal
tersebut diungkapkan oleh Selvi sebagai berikut;
“Jadi kalo misalnya di kalangan anak kecil
khususnya itu banyak anak kecil yang nanya
nanyanya mungkin berlebihan ya kayak
mungkin BNN kekurangan juga BNN lupa
138

bahannya gak dibawa terus kita susah


menjelaskan seperti itu sih ka” (14/9/2018).
Sosialisasi dan penyuluhan bahaya dan
penyalahgunaan Narkoba yang dilaksanakan SAKA
Anti Narkoba berfokus pada anak-anak dan remaja.
Keanggotaan SAKA Anti Narkoba yang merupakan
pelajar Pramuka yang ikut terlibat dalam penanganan
bahaya Narkoba di kalangan remaja mendatangkan
kendala tersendiri melihat mereka yang masih sama-
sama remaja, seperti yang dijelaskan oleh Ifa
(14/9/2018);
“karena SAKA itu berbasisnya penegak
pandega seumurannya mereka jadi susah,
mungkin kepercayaannya dari pihak anak
muda lebih kepercayaanya belum ada,”
Lebih lanjut Ifa menjelaskan, kendala lain
yang dihadapi yaitu keterlibatan anggota SAKA Anti
Narkoba dalam kegiatan rutin.
“Mereka pelajar, anak SMP SMA SMK
Perguruan tinggi, ya kadang yang ikut ya anak
itu-itu aja yang lain belum tentu bisa ikut, ya
kendalanya gitu paling sekolah tidak
mengijinkan segala macem” (14/9/2018).
Kendala lain yang dihadapi anggota SAKA
Anti Narkoba dalam melakukan sosialisai dan
penyuluhan diantaranya yaitu kegiatan yang monoton
serta kesamaan usia. Terlihat SAKA Anti Narkoba
139

sebagai wadah bagi generasi muda dalam


menanggulangi permasalahan penyalahgunaan
Narkoba di kalangan remaja. Selain kurangnya
fasilitas dan alat peraga dalam sosialisasi, materi
terkait bahaya Narkoba yang disampaikan ketika
sosialisasi pun menuai kejenuhan para peserta.
Seperti yang terjadi pada Fajar (14/9/2018)
ketika melakukan sosialisasi, dimana materi yang
seringkalai disampaikan terkesan monoton dan kurang
menarik perhatian para peserta, lebih lanjut Fajar
menjelaskan;
“Kalo yang udah-udah ka, kalo misalnya kita
penyuluhan kebanyakan temen-temen itu
boring kalo penyuluhannya bahaya Narkoba
bahaya Narkoba, nah saya punya rencana
gimana kalo pas penyuluhan ini kita langsung
saja kasih bahan Narkobanya biar langsung tau
ini lhoh Narkoba, ini lhoh sabu, ini lho ganja
biar mereka pada tertarik ada bentuknya
langsung”
Kejenuhan akan materi yang monoton
mendapatkan perhatian dari Dewan SAKA Anti
Narkoba untuk melakukan upaya pengembangan
ketika sosialisasi dan penyuluhan, diantaranya yaitu
dengan metode praktek dengan bahan atau kebutuhan
yang diperlukan untuk sosialisasi. Dimana hal tersebut
140

menjadi daya tarik tersendiri ketika proses sosialisasi


dan penyuluhan.
Kendala lain yaitu tingkat usia yang dialami
oleh Silvi ketika melakukan penyuluhan atau
sosialisasi tentang bahaya Narkoba, lebih lanjut Selfi
memaparkan kejadian tersebut;
“Kalo aku sih khususnya pelajar yang masih
pelajar kendalanya mungkin kalo di
lingkungan temen-temen, kadang misalnya
kayak aku udah tau nih temen aku nih kayak
suka banyak yang ngobat, terus aku ngasih tau
terus ujung-ujungnya dia bilang kayak sok tau
lu, tau apa sih sama-sama juga, terus kayak
musti lebih sabar nanggepin tanggapan temen-
temen apalagi dari lingkungan masyarakat itu
kurang mendukung, kayak gitu sih ka”
(14/9/2018).
141

BAB V

ANALISIS DATA TEMUAN LAPANGAN

A. Latar Belakang Terbentuknya Satuan Karya


Pramuka (SAKA) Anti Narkoba

Munculnya Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti


Narkoba merupakan respon atas keprihatinan dari para
stakeholder Kota Tangerang Selatan terhadap
penyalahgunaan Narkoba di kalangan generasi muda,
sehingga diperlukan suatu wadah bagi generasi muda untuk
ikut terlibat dalam mengatasi permasalahan sosial khususnya
bahaya penyalahgunaan Narkoba. Keputusan dari para
stakeholder (Ibu Walikota, Ketua Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka, Kapolres Tangerang Selatan, dan Kepala BNN
Kota Tangerang Selatan) setelah diskusi panjang akhirnya
memutuskan untuk membentuk satu wadah bagi generasi
muda khususnya Pramuka untuk mendapatkan pengetahuan
tentang bahaya Narkoba, akhirnya terbentuk Satuan Karya di
dalam Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Tangerang
Selatan, yang selanjutnya disebut Satuan Karya Pramuka
(SAKA) Anti Narkoba.

Selanjutnya pada tanggal 17 November 2017 di


Lapangan PTP Cilenggang dilaksanakanlah percepatan
pelaksanaan Launching SAKA Anti Narkoba bertepatan pada
142

momen Jambore Pramuka Kota Tangerang Selatan, sekaligus


dilakukan penandatanganan MoU antara pihak Kwarcab dan
BNN Kota Tangerang Selatan dengan disaksikan oleh Wakil
Walikota dan Kepala BNN Provinsi Banten (lihat BAB IV, h.
62). Selain itu, pada tanggal 1 Oktober 2017 dilaksakan
Musyawarah Dewan SAKA untuk memilih kepengurusan
Dewan SAKA Periode 2017-2019, dan pada tangal 22
Oktober 2017 dilaksanakan Pelantikan Kepengurusan SAKA
Anti Narkoba Periode 2017-2022 oleh Ibu Walikota
Tangerang Selatan di Tandon Ciater (lihat BAB IV, h. 63).

Kenyataan bahwa SAKA Anti Narkoba dari awal


munculnya yang masih muda merupakan satu wadah baru
bagi generasi muda khususnya pelajar Pramuka, dan
dipandang sebagai wadah pertama di Indonesia dalam
permasalahan bahaya Narkoba di kalangan remaja. Lika-liku
perjalanan awal SAKA Anti Narkoba berusaha untuk
mendidik dan melatih kader-kader pelajar Pramuka dalam
merespon masalah bahaya Narkoba pada generasi muda,
sehingga nantinya anggota SAKA Anti Narkoba mampu
membentengi diri terhadap bahaya Narkoba serta memiliki
kemampuan dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan
sebagai upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba di
kalangan anak-anak dan remaja hingga masyarakat secara
umum.

B. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA


Anti Narkoba
143

Seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang,


dimana penyalahgunaan Narkoba yang sudah masuk ke
berbagai lapisan masyarakat telah meberikan perhatian
berbagai elemen. Lebih jelas lagi dalam agama Islam telah
memberikan tuntunan untuk menjauhi perbuatan yang tidak
bermanfaat untuk dirinya sendiri, seperti yang termuat dalam
Al-Quran surat Al-Maidah ayat 90-91. Telah jelas dalam surat
Al-quran tersebut menyebutkan untuk menjauhi serta
menghentikan perbuatan yang tidak bermanfaat.

Dalam Al-Quran Surah Al Maidah (5/90);

ِ َِّ
َ ‫آمن ْوا إَِّن َما ا ْل َخ ْمر َوا ْل َم ْيسر َواأل َْن‬
‫صاب َواأل َْزالَم ِر ْجس‬ َ ‫َياأَُّيهَاالذ ْي َن‬
.‫اجتَنِبوه لَ َعمَّكم ت ْفِمحو َن‬ َّ ‫ِم ْن َعم ِل‬
ِ َ‫الش ْيط‬
ْ ْ ْ ْ َ‫ان ف‬ َ
“Wahai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya minuman
keras, perjudian, (berkurban) untuk berhala, daan mengundi
nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung” (QS. Al-Ma’idah/5;
90).

Dalam pengertian ayat Al Qur’an diatas terdapat


peringatan keras untuk menjauhi perbuatan-perbuatan keji
yang termasuk perbuatan setan. Hal tersebut mengindikasikan
untuk mencegah, menghindari, dan menjauhi perbuatan keji,
termasuk mencegah perbuatan minum minuman keras,
perjuadian, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib
dengan anak panah. Sehingga jelas bahwa dalam agama Islam
juga menghimbau untuk melakukan pencegahan dan
144

menjauhi perbuatan keji yang merupakan perbuatan setan,


salah satunya minum minuman keras atau yang memabukan
seperti NAPZA.

Permasalahan penanganan penyalahgunaan Narkoba


melibatkan berbagai elemen dalam penanganannya, agama
yang menjadi dasar sudah menyebutkan kepada manusia
untuk menjauhi dan melakaukan upaya pencegahan terhadap
perbuatah keji yang merupakan perbuatan setan. Dalam
penanganan penyalahgunaan Narkoba telah melibatkan
praktisi dan juga profesional, salah satunya yaitu pekerja
sosial yang turut pula berperan dalam menangani
penyalahgunaan Narkoba. Peran pekerja sosial tersebut
terlihat dari keberadaan pekerja sosial dalam melakukan
intervensi terhadap penyalahguna Narkoba, dimana peran
tersebut merupakan peran pekerja sosial dalam melakukan
intervensi dan pelayanan sosial terhadap klien.

Pekerja sosial dalam pencegahan penyalahgunaan


Narkoba sesuai dengan Program SAKA Anti Narkoba akan
dijelaskan lebih lanjut dalam program pencegahan primer dan
sekunder dalam penelitian ini. Peranan pekerja sosial terlihat
upaya sosialisasi dan penyuluhan, pemberian materi dan
pelatihan, upaya rehabilitasi, dan pemanfaatan informasi.
Sesuai dengan penjelasan Parson dkk dalam Suharto (2005:
97) (BAB II), terdapat beberapa peran pekerja sosial dalam
melakukan pendampingan sosial terhadap penyalahguna
NAPZA, diantaranya yaitu; peran sebagai fasilitator,
145

mediator, perantara (broker), pelindung, dan pembela. Yang


akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

Sesuai dengan pandangan Oakley Ray dan Charles


Ksir, bahwa program pencegahan telah diklasifikasikan
menjadi tiga bentuk program pencegahan penyalahgunaan
Narkoba, diantaranya yaitu; Program Pencegahan Primer,
Program Pencegahan Sekunder, dan Program Pencegahan
Tersier (lihat BAB II, h. 31-32). Program pencegahan
penyalahgunaan Narkoba yang dilaksanakan SAKA Anti
Narkoba jika melihat pengklasifikasian Ray dan Ksir tercakup
dalam dua bentuk program pencegahan, yaitu Program
Pencegahan Primer dan Program Pencegahan Sekunder. Hal
tersebut terlihat dari pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan
Narkoba oleh SAKA Anti Narkoba yang masih baru pada
awal berdirinya.

1. Program Pencegahan Primer

Program pencegahan primer ditujukan bagi anak-


anak, remaja, dan masyarakat yang belum terkena dampak
bahaya Narkoba, atau bagi mereka yang belum atau hanya
sedikit mengetahui tentang Narkoba. Program SAKA Anti
Narkoba yang berbasiskan generasi muda khususnya
Pramuka, memfungsikan golongan muda dalam
melaksanakan program pencegahan primer terhadap
penyalahgunaan Narkoba. Generasi muda khususnya para
pelajar siswa maupun mahasiswa menjadi fokus utama
146

penyalahgunaan Narkoba, sehingga menjadi penting bagi


generasi muda untuk ikut andil dalam pencegahan
terhadap penyalahgunaan Narkoba.

Beberapa program kegiatan pencegahan primer


yang dilaksanakan oleh SAKA Anti Narkoba tertuang
dalam Krida Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
(P2M) yang terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya
yaitu;

a. Sosialisasi dan Penyuluhan

Sesuai dengan tujuan SAKA Anti Narkoba


yang berusaha menciptakan kader-kader muda
yang memiliki kemampuan dalam menangani
permasalahan Narkoba. Sosialisasi dan
penyuluhan bahaya Narkoba dilakukan anggota
SAKA Anti Narkoba di beberapa sekolah-sekolah
di Kota Tangerang Selatan, guna
menginformasikan bahaya dan penyalahgunaan
Narkoba. Sosialisasi dan penyuluhan tentang
bahaya dan penyalahgunaan Narkoba dilakukan
SAKA Anti Narkoba mencakup pelajar dari
berbagai tingkatan, mulai dari SD, SMP, SMA,
dan perguruan tinggi.

Selain itu, anggota SAKA Anti Narkoba


juga turut aktif melakukan sosialisasi dan
147

penyuluhan ke masyarakat atas bimbingan dari


BNN Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut
dilakukan dengan memberikan informasi dan
materi tentang bahaya Narkoba kepada masyarakat
dalam kegiatan-keagiatan kepemudaan dan
kemasyarakatan. Berbagai kegiatan turun ke
lapangan menjadi alternatif angota SAKA untuk
mensosialisasikan tentang bahaya penyalahgunaan
Narkoba, kegiatan tersebut seperti; peringatan 17
Agustus dan Pos Karya Bakti lebaran.

Selain itu, Anggota SAKA Anti Narkoba


juga aktif melakukan penyebaran informasi lewat
pamflet dan poster tentang bahaya Narkoba, media
sosial juga dijadikan sebagai media penyebaran
informasi tentang bahaya Narkoba melalui slogan-
slogan, materi, dan himbauan tentang bahaya dan
penyalahgunaan Narkoba. Slogan yang biasanya
dipakai oleh anggota SAKA seperti “SAKA Anti
Narkoba cegah berantas” (BAB IV, h. 74).

Jika melihat kegiatan pencegahan yang


dilakukan oleh SAKA Anti Narkoba melalui
sosialisasi dan penyuluhan, maka terlihat beberapa
peranan dalam melakukan kegiatan tersebut. Jika
melihat peran pekerja sosial terhadap
penyalahgunaan NAPZA, terdapat peran pekerja
148

sosial yang terlibah dalam kegiatan sosialisasi dan


penyuluhan yang dilaksanakan oleh SAKA Anti
Narkoba. Peran tersebut diantaranya sebagai
Fasilitator dan Pelindung, dimana SAKA Anti
Narkoba selaku pekerja sosial memberikan
informasi, motivasi, dan pelayanan kegiatan
pencegahan bagi penyalahgunaan Narkoba.

b. Materi dan Pelatihan (workshop)

Penguatan kemampuan anggota SAKA


Anti Narkoba dalam program pencegahan primer
penyalahgunaan Narkoba diberikan melalui materi
tentang P4GN dan pelatihan-pelatihan yang
menjadi kegiatan mingguan SAKA Anti Narkoba.
Pemberian materi tersebut disampaikan oleh
Instruktur SAKA Anti Narkoba dan ditujukan
guna menambah wawasan para anggota SAKA
tentang bahaya Narkoba untuk selanjutnya bisa
disampaikan kepada anak-anak SD, SMP, SMA
(BAB IV, h. 70-71) di Kota Tangerang Selatan.

Selain pembekalan materi P4GN, kegiatan


rutin lainnya yaitu pelatihan bagi anggota SAKA
Anti Narkoba. Pelatihan yang berkaitan dengan
Narkoba juga merupakan bekal bagi anggota
SAKA sebagai penguatan kapasitas anggota,
pelatihan tersebut atas bimbingan dari BNN.
149

Kegiatan rutin seperti Perkemahan Pramuka juga


sebagai wadah dalam memberikan pelatihan bagi
anggota SAKA, selanjutnya mereka juga
melakukan kunjungan ke Universitas atau instansi
yang berkaitan dengan Narkoba untuk mengetahui
praktek dalam mensosialisasikan dan mencegah
penyalahgunaan Narkoba (lihat BAB IV, h. 71-
72).

Berbagai upaya pencegahan


penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh
SAKA Anti Narkoba menyasar kepada generasi
muda dan masyarakat secara umum. Hal tersebut
memungkinkan persebaran informasi tentang
bahaya Narkoba dan upaya pencegahannya yang
merupakan tugas dan tanggungjawab SAKA Anti
Narkoba. Sesuai dengan dengan peran pekerja
sosial sebagai Perantara atau Broker, maka SAKA
Anti Narkoba telah mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan melakukan tindakan yang
mendukung kebutuhan-kebutuhan dalam
penanganan penyalahgunaan Narkoba.

2. Program Pencegahan Sekunder

Program pencegahan sekunder ditujukan kepada


individu atau masyarakat yang telah mencoba atau
menggunakan Narkoba atau zat lainnya, pencegahannya
150

ditujukan guna tidak terjadi peningakatan pemakaian


Narkoba atau zat lainnya yang telah mereka coba (lihat
BAB IV, h. 75). SAKA Anti Narkoba dalam melakukan
pencegahan sekunder merupakan bentuk tidak lanjut
terhadap pengguna dan pengedar Narkoba, dimana hal
tersebut diterjemahkan kedalam Krida Rehabilitas dan
Krida Interdiksi.

Anggota SAKA Anti Narkoba juga dibekali


dengan materi dan juga praktek terkait dengan upaya tidak
lanjut penyalahgunaan Narkoba. Tindak lanjut tenhadap
pengguna dan penyalahguna Narkoba oleh SAKA Anti
Narkoba diterjemahkan sebagai Mediator dan Pembela
atau Advokat dalam penanganan lanjutan terhadap
pengguna Narkoba, serta kemampuan dalam menganalisa
dan mengelola informasi terkait Narkoba. Hal tersebut
sesuai dengan peran pekerja sosial sebagai Mediator dan
Pembela atau Advokat yang berperan sebagai pihak netral
yang membantu dan memfasilitasi penanganan
penyalahguna Narkoba, selain itu terdapat pula peran
sebagai pelindung atau advokat yang membantu
melindungi dan memberikan informasi terkait hak bagi
penyalahguna Narkoba sesuai dengan kebutuhannya.

Keterlibatan SAKA Anti Narkoba dalam program


pencegahan sekunder akan dijelaskan lebih lanjut di
bawah, sesuai dengan peranannya sebagai Mediator dan
Pembela atau Advokat dalam pelaksanaan program
151

pencegahan sekunder melalui Upaya Rehabilitasi dan


pemanfaatan informasi, hal tersebut dijelaskan sebagai
berikut;

a. Upaya Rehabilitasi

Upaya rehabilitasi yang dijalankan oleh


SAKA Anti Narkoba yaitu dengan menjadi
jembatan antar pengguna Narkoba dan BNN Kota
Tangerang Selatan. Hal tersebut merupakan upaya
tindaklanjut terhadap pengguna dan penyalahguna
Narkoba, untuk nanti mendapatkan penanganan
sesuai dengan ketentuan BNN. Dalam hal ini
anggota SAKA Anti Narkoba berfungsi sebagai
fasilitator dalam pencegahan sekunder
penyalahgunaan Narkoba.

Dalam program pencegahan sekunder,


SAKA Anti Narkoba juga mengacu kepada Krida
Interdiksi. Dalam pemaknaannya, Krida Interdiksi
lebih kepada pelaporan atau memahami
bagaimana melaporkan remaja pengguna atau
penyalahguna Narkoba. Hal tersebut
memungkinkan anggota SAKA Anti Narkoba
memahami lebih jauh tindak lanjut terhadap
remaja pengguna atau penyalahguna Narkoba.
152

b. Pemanfaatan Informasi

Sedangkan menganalisa dan mengelola


informasi tentang Narkoba merupakan bentuk
pelatihan yang dilakukan BNN kepada anggota
SAKA Anti Narkoba. Hal tersebut memungkinkan
anggota SAKA Anti Narkoba memiliki
kemampuan dalam mengelola informasi terkait
pengguna maupun pengedar Narkoba, hingga
nantinya dapat ditindaklanjut oleh yang
bertangungjawab. Pencegahan tersebut dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah persebaran
penyalahgunaan Narkoba di kalangan remaja, serta
menghentikan peredaran Narkoba pada generasi
muda di Kota Tangerang Selatan.

Kemampuan anggota SAKA Anti Narkoba


sebagai intelejen dalam mengelola dan menindak
lanjuti informasi merupakan suatu agenda kegiatan
dalam program SAKA Anti Narkoba. Anggota
SAKA Anti Narkoba dalam hal ini memiliki
kemampuan dalam mengelola informasi terkait
pengguna dan pengedar Narkoba untuk
ditindaklanjuti sebagai upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba.

C. Manfaat dan Kendala Pencegahan (Preventif)


Penyalahgunaan Narkoba oleh SAKA Anti Narkoba
153

1. Manfaat Pencegahan (Preventif) Penyalahgunaan


Narkotika oleh SAKA Anti Narkoba

Manfaat adanya SAKA Anti Narkoba dalam


melakukan pencegahan penyalahgunaan Narkoba
memberikan pengaruh kepada para anggota dan
masyarakat secara umum. Salah satu manfaat yang
didapat bagi Kota Tangerang Selatan yaitu
berkurangnya pengguna Narkoba di Kota Tangerang
Selatan, untuk mewujudkan Kota Tangerang Selatan
sebagai kota layak anak. Sehingga SAKA Anti
Narkoba turut serta berpartisipasi dalam mencegah
dan mengurangi pengguna Narkoba di kalangan
remaja.

Lebih lanjut, manfaat adanya SAKA Anti


Narkoba telah memberikan manfaat bagi anggota
SAKA Anti Narkoba dan masyarakat umum.
Pembekalan materi dan pelatihan tentang bahaya
Narkoba telah mengasah kemampuan anggota SAKA
dalam menganalisa dan memahami tindakan yang
tepat bagi pengguna maupun pengedar Narkoba di
kalangan remaja. Selanjutnya mereka diharapakan
mampu melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang
bahaya Narkoba dan upaya pencegahannya, selain itu
mereka juga dapat berfungsi sebagai kepanjangan
154

tangan dari BNN dalam upaya pencegahan


penyalahgunaan Narkoba.

Manfaat lain yang dirasakan oleh anggota


SAKA Anti Narkoba selain untuk dirinya sendiri juga
dapat disebarluaskan kepada teman-teman serta
lingkungan sekitarnya. Pengetahuan dan pemahaman
tentang bahaya Narkoba yang dimiliki anggota SAKA
Anti Narkoba menjadi salah satu upaya pencegahan
sejak dini, selain itu mereka juga mampu melakukan
sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Selanjutnya diharapkan masyarakat juga mendapatkan
manfaat adanya SAKA Anti Narkoba dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba, serta ikut
berpartisispasi dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di kalangan remaja.

2. Kendala Pencegahan (Preventif) Penyalahgunaan


Narkotika oleh SAKA Anti Narkoba

SAKA Anti Narkoba sebagai wadah bagi


generasi muda dalam upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba telah mendapatkan kendala
dan tantangan diusianya yang masih belia. Kendala
tersebut berkaitan dengan atribut-atribut legal formal
yang diperlukan SAKA Anti Narkoba, atribut tersebut
meliputi; Juknis, peraturan-peraturan, dan teknis
pelaksanaan SAKA Anti Narkoba. Selain itu kendala
155

lainnya adalah minimnya Sumber Daya Manusia yang


kompeten yang dimiliki oleh SAKA Anti Narkoba,
sehingga diperlukan upaya pelatihan dan
pengembangan kapasitas anggota SAKA Anti
Narkoba.

Kendala lainnya yaitu berkaitan dengan


materi-materi dan pelatihan yang dipersiapkan untuk
bekal anggota SAKA Anti Narkoba. Penyusunan
silabus sebagai acuan dalam menyampaikan materi
dipandang masih kurang, sehingga SAKA Anti
Narkoba belum memiliki silabus sebagai acuan
penyampaian materi tentang bahaya dan pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di kalangan remaja.

Kenyataan bahwa anggota SAKA Anti


Narkoba merupakan generasi muda dan yang menjadi
target sasarannya adalah generasi muda penyalahguna
Narkoba. Hal tersebut mengakibatkan berbagai respon
negatif ketika anggota SAKA Anti Narkoba
melakukan sosialisasi dan penyuluhan di kalangan
remaja. Selain itu kendala terkait ketersediaan fasilitas
serta peraga dalam proses sosialisasi dan penyuluhan
mendapatkan perhatian dari para anggota SAKA Anti
Narkoba ketika di lapangan.
156
157

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lahirnya Satuan Karya Pramuka (SAKA) Anti


Narkoba merupakan respon kegelisahan atas permasalahan
Narkoba di kalangan remaja. Melalui keputusan para
stakeholders Kota Tangerang Selatan, khususnya BNN dan
Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Tangerang Selatan
akhirnya terbentuk SAKA Anti Narkoba sebagai wadah bagi
generasi muda merespon masalah Narkoba. SAKA Anti
Narkoba merupakan wadah baru di dalam Pramuka dan
merupakan yang pertama kali di Indonesia. Munculnya
SAKA Anti Narkoba diharapkan menjadi wadah untuk
menangani permasalahan Narkoba, serta melakukan upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba.

Generasi muda khususnya pelajar Pramuka sebagai


pilar penggerak SAKA Anti Narkoba dalam melakukan upaya
pencegahan penyalahgunaan Narkoba di kalangan remaja
Kota Tangerang Selatan. Program pencegahan yang
dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba dalam klasifikasinya
meliputi Program Pencegahan Primer dan Program
Pencegahan Sekunder.
158

Program Pencegahan Primer, bentuk kegiatan


pencegahan tersebut tertuang dalam Krida Pencegahan dan
Pemberdayaan Masyarakat (P2M). Kegiatannya meliputi;

1. Sosialisasi dan Penyuluhan

Anggota SAKA Anti Narkoba dalam


melakukan Pencegahan Primer yaitu melalui
sosialisasi dan penyuluhan tentang bahaya Narkoba
sebagai upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba
di kalangan remaja dan masyarakat secara umum.

2. Pembekalan Materi dan Pelatihan (workshop)

Pembekalan Materi dan Pelatihan (workshop)


yang berkaitan dengan bahaya Narkoba juga
merupakan bekal bagi anggota SAKA sebagai
penguatan kapasitas anggota dalam melaksanakan
Pencegahan Primer yang juga merupakan tugas dan
tanggungjawab SAKA Anti Narkoba.

Selanjutnya Program Pencegahan Sekunder, bentuk


pencegahan yang dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba
tertuang dalam Krida Rehabilitasi dan Krida Interdiksi.
Bentuk kegiatannya yaitu;

1. Upaya Rehabilitasi

SAKA Anti Narkoba juga berfungsi sebagai


broker dalam penanganan masalah pengguna atau
159

penyalahguna Narkoba. Selain sosialisasi dan


penyuluhan, anggota SAKA Anti Narkoba juga
berfungsi sebagai broker bagi para pengguna Narkoba
atau masyarakat secara umum untuk mendapatkan
penanganan lanjutan. Upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba sebagai upaya untuk
mencegah persebaran penyalahgunaan Narkoba di
kalangan remaja, serta menghentikan peredaran
Narkoba pada generasi muda di Kota Tangerang
Selatan.

2. Pemanfaatan Informasi

Dimana upaya pencegahan yang dijalankan


merupakan upaya lanjutan terhadap pengguna dan
pengedar Narkoba agar tidak terjadi peningkatan
pengguna Narkoba di kalangan remaja. Anggota
SAKA Anti Narkoba juga dibekali materi dan juga
praktik terkait upaya tindak lanjut penyalahgunaan
Narkoba. Salah satu materi dan praktik tersebut
berupa pembekalan intelejen untuk mengelola dan
menganalisa kegiatan yang berkaitan dengan Narkoba
di kalangan remaja, untuk nantinya ditindaklanjut
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab pihak
berwajib (BNN atau Kepolisian).

SAKA Anti Narkoba telah memberika dampak yang


cukup signifikan bagi individu, masyarakat, dan juga Kota
160

Tangerang Selatan. Keterlibatan dalam SAKA Anti Narkoba


telah memberikan upaya pencegahan sejak dini bagi para
anggota, hingga mereka mampu melakukan sosialisasi dan
penyuluhan terkait bahaya Narkoba kepada generasi muda
dan masyarakat secara umum. Selain itu adanya SAKA Anti
Narkoba memberikan manfaat bagi Kota Tangerang Selatan
sebagai kota layak anak, hal tersebut terlihat dari
berkurangnya pengguna dan penyalahguna Narkoba di
kalangan remaja di Kota Tangerang Selatan.

Kenyataan bahwa SAKA Anti Narkoba yang masih


berusia belia mengharuskan untuk berbenah diri, banyaknya
kendala yang harus dihadapi pada usia yang masih belia.
Kendala tersebut diantaranya silabus tentang materi dan juga
format pelatihan anggota SAKA Anti Narkoba dalam
melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba di
Kota Tangerang Selatan. Kendala lainnya yaitu anggota
SAKA Anti Narkoba adalah seorang pelajar Pramuka dalam
melakukan upaya pencegahan terhadap generasi muda
penyalahguna Narkoba.

B. Implikasi

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang dijalankan


oleh SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang Selatan memiliki
fokus kepada generasi muda. Upaya pencegahan tersebut
tertuang dalam krida SAKA Anti Narkoba, diantaranya yaitu
Krida Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M),
161

Krida Rehabilitas, dan Krida Interdiksi. Krida-krida tersebut


memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
Program Pencegahan Primer dan Program Pencegahan
Sekunder.

Implikasi dalam penelitian ini menggambarkan


program pencegahan penyalahgunaan Narkoba bagi generasi
muda yang dijalankan oleh SAKA Anti Narkoba di Kota
Tangerang Selatan. Dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan, terlihat berbagai bentuk pencegahan yang
terformulasikan dalam krida-krida SAKA Anti Narkoba.
Program pencegahan yang dilaksanakan telah memberikan
manfaat bagi individu, masyarakat, dan Kota Tangerang
Selatan, dimana terlihat dari penurunan prevelensi
penyalahguna Narkoba di kalangan remaja dan membantu
mewujudkan Kota Tangerang Selatan yang ramah anak.

C. Saran

Mengacu dari hasil penelitian dan analisa yang telah


dilakukan, beberapa hasil tersebut perlu dikemukakan saran
dan masukan khususnya bagi SAKA Anti Narkoba dan juga
BNN Kota Tangerang Selatan. Sehingga upaya pencegahan
penyalahgunaan Narkoba yang dijalankan oleh SAKA Anti
Narkoba dapat berjalan efektif untuk mengatasi permasalahan
Narkoba di kalangan remaja, serta mampu melakukan
sosialisasi dan penyuluhan yang tepat sasaran. Beberapa saran
tersebut diantaranya yaitu;
162

1. Ketersediaan fasilitas dan alat-alat yang


mendukung untuk kebutuhan sosialisasi dan
penyuluhan kepada anak-anak, remaja, dan
masyarakat secara umum. Hal tersebut menjadi
penting untuk menunjukkan bahaya Narkoba bagi
para pengguna dan pengedar. Selain itu, dengan
adanya fasilitas dan alat peraga tersebut dapat
mempermudah dalam melakukan sosialisasi dan
penyuluhan ke berbagai lapisan masyarakat.
2. Penguatan kapasitas berbagai elemen dalam
SAKA Anti Narkoba. Mulai dari sinkronisasi dan
koordinasi antara BNN dan Kwarcab Gerakan
Pramuka Kota Tangerang Selatan, serta
memperjelas tugas, fungsi, dan tanggung jawab
berbagai lapisan struktural dalam SAKA Anti
Narkoba. Selain itu ketersediaan silabus materi
dan kerangka pelatihan penting untuk dikaji lebih
dalam sebagai penguatan kapsitas Sumber Daya
Manusia dalam SAKA Anti Narkoba, sehingga
upaya pencegahan dan penanganan
penyalahgunaan Narkoba dapat dilaksanakan
sesuai prosedur yang berlaku dan tepat sasaran.
163

DAFATAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Bugin, Burhan. 2013. Analisis Data Dan Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. cet ke 2

Eunike Sri Tyas Suci, dkk. 2015. Long and Winding Road (Jalan Panjang Pemulihan
Pecandu Narkoba). Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

Hawari, Dadang. 2000. Penyahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Gaya Baru

Kadarmanta, A. 2012. Mencegah Narkoba di Sekolah, Jakarta: PT Forum Media Utama

Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: PT Forum Media


Utama

Ma’sum, Sumarmo. 1987. Penanggulangan Bahaya Narkotika Dan Ketergantungan Obat,


Jakarta: CV Haji Mas agung, cet. 1

Moleong, Lexy J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Oakley Ray dan Charles Ksir. 2004. “Drugs, Society, and Human Behavior”, New York:
McGraw-Hill Company. Tenth Edition

Pramuwito, C. 1997. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Balai Besar


Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Rustanto, Bambang. 2015. Penelitian Kualitatif Pekerjaan Sosia, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Sasangka, Hari. 2003. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana. Bandung: CV
Mandar Maju

Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta, cet ke 5

Sunarno. 2007. Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahannya. Semarang: PT. Bengawan Ilmu
164

Taufik Makarao, Muhammad, Suhasril, Moh Zakky A.S. 2005 Tindak Pidana Narkotika,
Jakarta: Ghalia Indonesia, cetakan kedua

Yanni, Dwi. 2004. Narkoba: pencegahan dan Penanganannya. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo

Jurnal dan Dokumen Pemerintahan

Azmiyati, SR, dkk. Gambaran penggunaan NAPZA pada anak jalanan di Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS), 2014, 9 (2)

Badri, M. Implementasi Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Dalam


Pelaksanaan Wajib Lapor Bagi Pecandu Narkotika. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi

Hanifah, Abu dan Nunung Unayah. mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan NAPZA
melalui Peran Serta Masyarakat. Jurnal Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011,
diakses pada 14 Juli 2018 dari
https://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/19536960653b2652b0866f1f40e8aa50.p
df

Rasul, Djuharis “Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kurikulum Sekolah Menengah


Kejuruan”, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Kemdikbud pada
Vol 19, No. 4, Desember 2013

Supit, Merliani Ivone, Peran Pekerja Sosial dalam Menangani Korban Penyalahgunaan
Narkoba, Jurnal INSANI, Vol 4 No.1 Juni 2017, diakses pada tanggal 20 Januari
2019 dari http://stisipwiduri.ac.id/File/N/Full/2931-STISIP%20Widuri-
INSANI%20Vol.%204%20No.%201%20Juni%20%20%202017_Merliani%20Ivone
%20Supit.pdf

Laksaita, Hilda Novia dan Sjafiatul Mardliyah, Peran Pekerja Sosial Dalam Rehabilitasi
Sosial Bagi Penyalahguna Napza Di Rumah Sehat Orbit Surabaya, Jurnal Unesa,
Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017, diakses pada tanggal 20 Januari 2019 melalui
165

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-
sekolah/article/view/21874/20062.

Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/


instansi, Direktorat Advokasi Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasioana
(BNN) Republik Indonesia, 2010

Profil Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang Selatan, Pengguna Narkoba Lebih Baik
Direhabilitasi Daripada Dipenjara.

Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Anti Narkoba, Keputusan Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2017,

Undang-undang RI no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika

Dokumen Web

Artikel Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Sejarah BNN, artikel diakses pada
tanggal 16 Juli 2018, melalui http://www.bnn.go.id/read/page/8005/sejarah-bnn

“Miris, 6 Artis Tanah Air Ini Tertangkap Akibat Narkoba” Diakses pada 22 Februari 2018
pukul 20.10 WIB. dari: http://showbiz.liputan6.com/read/3290651/miris-6-artis-
tanah-air-ini-tertangkap-akibat-narkoba.

Setiawan, Wahyu Beni Mukti. Upaya Pencegahan terhadap Penyebaran Narkoba di


Kalangan Pelajar, diakses pada tanggal 15 Juli 2018, melalui
https://media.neliti.com/media/publications/170443-ID-upaya-pencegahan-terhadap-
penyebaran-nar.pdf

https://kabartangsel.com/tangsel-masuk-zona-merah-rawan-narkoba/

https://kabartangsel.com/bnnk-tangsel-326-warga-jadi-tahanan-kasus-narkoba/

https://kabartangsel.com/tahun-2020-tangsel-ingin-bebas-dari-narkoba/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Observasi dan Dokumentasi

Wawancara pribadi dengan SONI GUNAWAN (Ketua Pimpinan SAKA


Anti Narkoba dan Kabid P2M BNN Kota Tangerang Selatan)
Wawancara Senin, 10 September 2018, bertempat di Puspem Kota
Tangerang Selatan.

Wawancara pribadi dengan anggota SAKA Anti Narkoba


bertempat di Sekertariat Kwarcab SAKA Anti Narkoba Tangerang Selatan
Wawancara pribadi dengan ka Ifa (Pamong SAKA Anti Narkoba)
Bertempat di BNN Kota Tangerang Selatan

.
(Lokasi: BNN Kota Tangerang Selatan)
(Lokasi: Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan)
Persiapan “BINA MASYARAKAT” kegiatan deklarasi “Anti Narkoba, Anti
Kekerasan, dan Anti Radikalisme”, pada 7-8 september 2018. Rute
perjalanan dari Pemkot Tangsel menuju Gunung Bundar Bogor Curug.
dalam kegiatan ini seluruh anggota SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang
Selatan turut berpartisipasi dan kegiatan inipun di prakasai oleh Kapolres
Tangsel, BNNK Tangerang Selatan, & Dinas Pendidikan.
(Lokasi: Parung)
perjalanan yang di lakukan dengan berjalan kaki oleh seluruh anggota SAKA
Anti Narkoba dalam kegiatan “BINA MASYARAKAT” kegiatan deklarasi
“Anti Narkoba, Anti Kekerasan, dan Anti Radikalisme”, pada 7-8 september
2018. Rute perjalanan dari Pemkot Tangsel menuju Gunung Bundar Bogor
Curug.
(Lokasi: Rumah masyarakat sekitar)
kegiatan “BINA MASYARAKAT” kegiatan deklarasi “Anti Narkoba, Anti
Kekerasan, dan Anti Radikalisme”, pada 7-8 september 2018. Rute
perjalanan dari Pemkot Tangsel menuju Gunung Bundar Bogor Curug.
dalam kegiatan ini seluruh anggota SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang
banyak melakukan kegiatan salah satunya mendatangi rumah warga sekitar
dengan memberikan sosialisasi terhadap bahaya Narkoba.

(Lokasi: perjalanan menuju Gunung Bundar Bogor)


kegiatan “BINA MASYARAKAT” kegiatan deklarasi “Anti Narkoba, Anti
Kekerasan, dan Anti Radikalisme”, pada 7-8 september 2018. Rute
perjalanan dari Pemkot Tangsel menuju Gunung Bundar Bogor Curug.
dalam kegiatan ini seluruh anggota SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang
banyak melakukan kegiatan salah satunya membantu warga sekitar.
Kegiatan “BINA MASYARAKAT” kegiatan deklarasi “Anti Narkoba, Anti
Kekerasan, dan Anti Radikalisme”, pada 7-8 september 2018. Rute
perjalanan dari Pemkot Tangsel menuju Gunung Bundar Bogor Curug.
dalam foto ini seluruh anggota SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang sampai
di Lokasi Gunung Bundar lalu mereka makan bersama .
(Lokasi: Gunung Bundar Bogor Curug)
kegiatan “BINA MASYARAKAT” kegiatan deklarasi “Anti Narkoba, Anti
Kekerasan, dan Anti Radikalisme”, pada 7-8 september 2018. Rute
perjalanan dari Pemkot Tangsel menuju Gunung Bundar Bogor Curug.
dalam kegiatan ini seluruh anggota SAKA Anti Narkoba Kota Tangerang
banyak melakukan kegiatan salah satunya mendatangi rumah warga untuk
bersosialisasi dengan masyarakat dan melakukan penyuluhan terkait bahaya
Narkoba, membantu warga sekitar, berkerjasama sebagai anak Pramuka, dan
banyak kegiatan lainnya.
1. FAJAR AL FARIZI (alumni MA Islamiyah Ciputat)
2. FANIA WIDI (SMAN 1)
3. SALSA RISMA (SMKN 1)
4. I GUSTI (SMKN 1)
5. ELAN (SMKN 1)
6. MUTYASARI (MAN 1)
7. FADHIL (MAN 1)
8. DIFFA KUSUMA (SMKN 7)
9. TIKA (SMKN 7)
10. NURUL (SMKN 7)
11. GALUH (SMKN 7)
12. WAHYU (SMK ANNASHIHIN)
13. RIFAL (SMK ANNASHIHIN)
14. SELVIANA (alumni SMAN 12)
15. RIZKI (IPTEK)
16. ICHSAN (alumni SMKN 5)
17. AZIZ (UNPAM)
18. ABDULROHMAN (SMKN 3)
19. DELIMA (SMA PGRI)

Anda mungkin juga menyukai