Anda di halaman 1dari 7

Sekilas Kode Transaksi Faktur Pajak

Faktur pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak no PER-24/PJ/2012 terdiri dari 16
digit angka. Perlu diketahui, digit pertama dan ke-2 merupakan kode transaksi, digit ke-3 merupakan status
faktur pajak (normal atau pengganti), dan digit ke-4 hingga digit ke 16 merupakan nomor seri faktur pajak.

Cara penggunaan kode transaksi faktur pajak setelah 1 April 2013 diatur dalam PER-24/PJ/2012 tentang
Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata
Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak beserta perubahannya.

Masih bingung? Kode transaksi pada faktur pajak, saat ini akrab dengan sebutan kode faktur pajak. Untuk
mengidentifikasi lawan transaksi dan jenis transaksi Anda, perhatikan penjelasan di bawah ini:

Kode 01

Digunakan untuk penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang terutang PPN
dan PPN-nya dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
JKP. Singkatnya, kode ini digunakan dalam hal penyerahan BKP dan/atau JKP yang bersifat umum; bukan
bersifat PPN Nilai Lain, PPN Dibebaskan, PPN Tidak Dipungut, dan PPN Penjualan Aktiva.

Contoh kode faktur 01:

PT OnlinePajak merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa perpajakan. PT
OnlinePajak melakukan penyerahan jasa kepada PT ABC. PT OnlinePajak menggunakan kode faktur 01 untuk
transaksi ini.

Kode 02

Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah yang PPN-
nya dipungut oleh Pemungut PPN Bendahara Pemerintah. Jika PKP melakukan transaksi dengan bendahara
pemerintah, PKP menggunakan kode ini dalam penerbitan faktur pajak.

Contoh kode faktur 02:

PT Achilles Advanced Systems merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan komputer. PT
Achilles Advanced Systems melakukan penyerahan barang kepada Bendaharawan Kementerian Komunikasi
& Informatika. PT Achilles Advanced Systems menggunakan kode faktur pajak 02 untuk transaksi ini.

Kode 03

Kode ini digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN Lainnya (selain Bendahara
Pemerintah), yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN Lainnya (selain Bendahara Pemerintah).

Pemungut PPN Lainnya dalam hal ini adalah Badan Usaha Milik Negara, Kontraktor Kontrak Kerja Sama
Pengusahaan Minyak dan Gas, Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya
Panas Bumi, atau wajib pajak lainnya yang ditunjuk sebagai Pemungut PPN, termasuk perusahaan yang
tunduk terhadap Kontrak Karya Pertambangan yang di dalam kontrak tersebut secara hukum bersifat khusus
(lex spesialis) ditunjuk sebagai Pemungut PPN.
Saat PKP bertransaksi dengan pemungut PPN Lainnya selain Bendaharawan Pemerintah, kode transaksi yang
digunakan adalah 03.

Contoh kode faktur 03:

PT Vivia Indonesia yang merupakan PKP, bertransaksi dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Transaksi tersebut berupa penyerahan jasa jahit seragam senilai Rp 125 juta.

PT Vivia harus menerbitkan faktur pajak atas nama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan kode
faktur pajak 03 karena lawan transaksi merupakan BUMN yang ditunjuk sebagai pemungut PPN untuk
kategori jasa keuangan dan asuransi.

Kode 04

Kode 04 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang menggunakan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Nilai Lain yang PPN-nya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.

Penyerahan yang DPP-nya dihitung dengan menggunakan nilai lain besertakan nilai yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 121/PMK.03/2015:

1. Pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian, setelah dikurangi laba kotor;
2. Pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian, setelah dikurangi laba
kotor;
3. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
4. Penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;
5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang adalah
harga pokok penjualan atau harga perolehan;
7. Penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara
dengan pembeli;
8. Penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang;
9. Penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah
yang seharusnya ditagih; atau
10. Penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa paket wisata,
pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana akomodasi, yang penyerahannya tidak didasari
pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan adalah 10% dari jumlah
tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;
11. Penyerahan jasa pengurusan transportasi yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut
terdapat biaya transportasi adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.

Jika transaksi Anda termasuk ke dalam 11 penyerahan di atas, maka kode faktur yang digunakan adalah 04.

Contoh penggunaan kode faktur 04 adalah sebagai berikut:

(1) PT Farinia yang merupakan PKP adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan laptop. PT
Farinia melakukan pembagian gratis produknya kepada 20 karyawan yang berprestasi pada 2017.

Penyerahan tersebut terutang PPN, dan PT Farinia diharuskan membuat faktur pajak dengan kode transaksi
04 untuk transaksi tersebut.

(2) PT Kirimia merupakan PKP perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman paket. PT Kirimia
memberikan jasa pengiriman produk bagi PT Farinia untuk para konsumennya. Penyerahan tersebut terutang
PPN dengan Nilai Lain dan PT Kirimia diharuskan membuat faktur pajak dengan kode transaksi 04 untuk
transaksi tersebut.

Kode 05

Sebelum 2010, kode ini digunakan untuk penyerahan yang Pajak Masukannya dipungut kepada selain
pemungut PPN. Kode ini digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang PPN-nya dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan. Saat ini, kode transaksi 05 sudah tidak
lagi digunakan.

Butuh Nomor Seri Faktur Pajak, berikut ini tautan untuk mempelajari cara mendapatkannya: e-Nofa Online

Kode 06

Kode ini digunakan untuk penyerahan lainnya yang PPN-nya dipungut oleh PKP Penjual, yang melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP, dan penyerahan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri seperti
termaktub dalam Pasal 16E Undang-Undang PPN.

Lebih jauh, kode ini digunakan atas penyerahan BKP dan/atau JKP selain jenis penyerahan pada kode 01-04
dan penyerahan BKP kepada orang pribadi yang tergolong turis asing, yaitu:

1. Penyerahan yang menggunakan tarif selain 10%;


2. Penyerahan hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh Pengusaha Pabrik;
3. Hasil tembakau atau hasil tembakau yang dibuat di luar negeri oleh importir hasil tembakau dengan
mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 62/KMK.03/2002
tentang Dasar Penghitungan, Pemungutan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan
Hasil Tembakau;
4. Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing) oleh PKP Toko
Retail yang ditunjuk, terkait dengan penerbitan Faktur Pajak Khusus.

PKP yang melakukan penyerahan kepada turis asing yang berhak mendapatkan pengembalian sebagaimana
diatur dalam Pasal 16E UU PPN (VAT Refund), harus menggunakan kode transaksi 06.

Kode 07

Kode 07 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau
Ditanggung Pemerintah (DTP). Kode ini digunakan atas penyerahan yang mendapat fasilitas PPN DTP,
berdasarkan peraturan khusus yang berlaku, di antaranya:

 Ketentuan yang mengatur mengenai Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, PPN dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai
dengan Dana Pinjaman atau Hibah Luar Negeri;
 Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Perpajakan bagi PKP Berstatus Entrepot Produksi
Tujuan Ekspor dan Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat;
 Ketentuan yang mengatur mengenai Tempat Penimbunan Berikat;
 Ketentuan mengenai PPN yang tidak dipungut dapat dibaca pada pasal 16B UU PPN.

Contoh kode faktur 07:


PT ABC yang merupakan PKP adalah pabrikan yang berada di Bandung (daerah pabean). Pada Maret 2017
melakukan penyerahan kepada PT DEF yang berlokasi di Bintan. Maka, terutang PPN tidak dipungut dengan
syarat PT ABC melakukan Endorsement PPN Tidak Dipungut, dan PT DEF menerbitkan faktur pajak dengan
kode 07 atas transaksi ini.

Kode 08

Kode ini digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan
PPN. Tata cara penggunaannya diatur berdasarkan peraturan khusus yang berlaku antara lain:

1. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau Penyerahan BKP Tertentu dan/atau Penyerahan
JKP Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN.
2. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis
yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN.
3. Ketentuan yang mengatur mengenai pemberian pembebasan PPN dan/atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing dan Badan Internasional, serta pejabatnya.

Contoh kode faktur 08:

PT Indonesia Megah Perkasa (IMP) merupakan PKP pabrikan yang memproduksi mesin dan peralatan pabrik
yang merupakan jenis BKP yang dibebaskan pajaknya. Atas penjualan mesin dan peralatan pabrik ini, PT IMP
menerbitkan faktur pajak dengan kode transaksi 08.

Kode 09

Digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D yang PPN-nya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan
penyerahan BKP.

Contoh kode faktur 09:

PT Faradiba Unggul Seluler (FUS) merupakan PKP distributor telepon seluler. PT FUS mempunya aktiva
tetap berupa mobil operasional kantor Toyota Innova. Karena kesulitan cashflow, PT FUS berniat untuk
menjual mobil operasional tersebut. Ketika terjual, PT FUS menerbitkan faktur pajak dengan kode transaksi
09.

Demikian penjabaran tentang cara penggunaan kode transaksi di faktur pajak. Tentukan kode transaksi yang
sesuai dengan keadaan perusahaan Aanda, lawan transaksi, jenis transaksi, dan jenis BKP/JKP yang Anda
serahkan.

Pengertian Nomor Seri Faktur Pajak


Nomor seri faktur pajak adalah nomor seri yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kepada Pengusaha
Kena Pajak dengan mekanisme tertentu. Bentuk nomor seri faktur pajak berupa kumpulan angka, huruf, atau
kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh DJP.

Format dan Kode Seri Faktur Pajak

Pada setiap faktur pajak, terdapat nomor seri faktur pajak yang perlu dipahami oleh setiap orang yang
bertransaksi menggunakan dokumen perpajakan ini. Kode dan nomor seri faktur pajak terdiri dari 16 digit,
yaitu:

 2 digit pertama menunjukkan kode transaksi.


 1 digit berikutnya menunjukkan kode status.
 13 digit berikutnya adalah nomor seri faktur pajak yang ditentukan oleh DJP.

Ilustrasi Nomor Seri Faktur Pajak

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai susunan nomor seri pada faktur pajak yang dilansir dari situs
resmi Direktorat Jenderal Pajak.

Kode Transaksi

Kode transaksi pada 2 digit awal nomor seri faktur pajak terdiri dari 01 hingga 09. Masing-masing digit
tersebut memiliki artinya masing-masing, yakni:

01

Kode ini digunakan untuk penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang PPN-
nya terutang dan dipungut oleh PKP penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP. Kode ini
digunakan untuk jenis penyerahan selain sebagaimana dimaksud pada kode 04 sampai dengan kode 09.

02

Kode ini digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN bendahara pemerintah yang
PPN-nya dipungut oleh pemungut PPN bendahara pemerintah. Siapa saja yang masuk kategori pemungut PPN
Bendahara Pemerintah? Berikut penjelasannya:

 Bendaharawan pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (Diatur dalam KMK No.
563/KMK.03/2003).
 Badan Usaha Milik Negara (Diatur dalam PMK No.85/PMK.03/2012 stdtd nomor 136/PMK.03/2012).
 Badan Usaha Tertentu (Diatur dalam PMK Nomor 37/PMK.03/2015).

03
Kode ini digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN lainnya (selain bendahara
pemerintah) yang PPN-nya dipungut oleh pemungut PPN lainnya (selain bendahara pemerintah).

Pemungut PPN lainnya selain bendahara pemerintah, yaitu kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan
minyak dan gas atau pemegang kuasa/ pemegang izin usaha panas bumi yang diatur melalui PMK No.
73/PMK.03/2010.

04

Digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang menggunakan DPP nilai lain yang PPN-nya dipungut
oleh PKP penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP. Jenis transaksi dengan menggunakan DPP
nilai lain diatur dalam KMK No. 251/KMK.03/2002.

05

Kode ini tidak digunakan.

06

Kode ini digunakan untuk penyerahan lain yang PPN-nya dipungut oleh PKP penjual yang melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP, dan penyerahan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis
asing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E UU PPN, antara lain:

 Penyerahan yang menggunakan tarif selain 10%.


 Penyerahan hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh pengusaha pabrik hasil tembakau, atau
hasil tembakau yang dibuat di luar negeri oleh importir hasil tembakau dengan mengacu pada
ketentuan yang diatur dalam KMK No. 62/KMK.03/2002 tentang dasar perhitungan, pemungutan dan
penyetoran PPN atas penyerahan hasil tembakau.
 Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing) oleh PKP toko retail
yang ditunjuk, terkait dengan penerbitan faktur pajak khusus.
 Perlu diperhatikan bahwa hanya PKP toko retail yang ditunjuk sebagai penerbit faktur pajak khusus
yang menggunakan kode 060. PKP tersebut juga memiliki aplikasi khusus dari DJP untuk membuat
Faktur Pajak 060. Bila PKP Toko Retail tersebut tidak ditunjuk maka kode yang digunakan adalah
010.

07

Kode ini digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau
Ditanggung Pemerintah (DTP). Penyerahan BKP/JKP yang dimaksud, antara lain:

 Bea masuk, bea masuk tambahan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
dan pajak penghasilan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan dana
pinjaman/ hibah luar negeri.
 Penyerahan untuk pengolahan di kawasan berikat.
 Penyerahan untuk pengolahan di kawasan pengembangan ekonomi terpadu.
 Penyerahan avtur untuk keperluan penerbangan internasional.
 Penyerahan bahan bakar nabati di dalam negeri.

08

Kode 08 digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan
PPN. Berikut ini daftar BKP/JKP tersebut:

 Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, tidak termasuk suku cadang, yang digunakan secara
langsung dalam proses menghasilkan BKP. Untuk dibebaskan dari pengenaan PPN, diperlukan Surat
Keterangan Bebas (SKB) yang permohonannya diatur dalam Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-234/PJ/2003.
 Makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan
ikan. Penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB PPN.
 Barang hasil pertanian (terbatas pada jenis BKP yang terdapat pada lampiran Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 2007). Penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB PPN.
 Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau
perikanan.
 Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh perusahaan air minum. Penyerahannya tidak memerlukan
permohonan SKB PPN. Penyerahan ini tidak dibebaskan dari PPN dalam sewa menyewa bila air bersih
disediakan oleh pemilik bangunan (pemilik bangunan selaku PKP).
 Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 watt, penyerahannya tidak memerlukan
permohonan SKB PPN.
 Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) dengan kriteria tertentu (Pasal 1 angka 5 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.03/2008). Penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB
PPN.

09

Kode 09 digunakan untuk penyerahan aktiva pasal 16 D yang PPN-nya dipungut oleh PKP penjual yang
melakukan penyerahan BKP.

Kode Status

Setelah 2 digit Kode Transaksi, terdapat 1 digit yang merupakan kode status. Kode status diisi dengan
ketentuan:

 0 untuk status normal.


 1 untuk status penggantian.
 Dalam hal penerbitan faktur pajak pengganti ke-2, ke-3 dan seterusnya, maka kode status yang
digunakan adalah kode status 1.

Informasi terkait faktur pajak yang penting untuk diketahui:

A. Nomor seri faktur pajak terdiri dari 11 digit nomor urut yang dipisahkan oleh 2 digit tahun penerbitan.

B. Nomor seri faktur pajak diberikan dalam bentuk blok nomor dengan jumlah sesuai permintaan PKP.

Pengembalian Nomor Seri Faktur Pajak

Pengembalian nomor seri faktur pajak dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan nomor seri faktur pajak
dan menjaga kerapian administrasi wajib pajak.

Sebelum pergantian tahun, Anda bisa meminta nomor seri faktur pajak untuk tahun pajak selanjutnya.
Contohnya, jika saat ini sudah menjelang akhir tahun 2018, maka Anda sudah dapat meminta nomor seri
faktur pajak yang baru untuk transaksi di awal tahun 2019.

Saat pengembalian, Anda perlu merinci nomor seri faktur pajak mana yang belum Anda gunakan dari masing-
masing serial nomor. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan nomor seri faktur pajak dan menjaga
kerapian administrasi wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai