Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR I
FOTOMETRI DENGAN LDR/LUXMETER

Disusun oleh :
Nama : Diva Alfiansyah
NIM : 12/330930/PA/14410

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA JOGJAKARTA

2012
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
FOTOMETRI DENGAN LDR/LUXMETER

I. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari cahaya. Banyak sekali aktivitas kita
maupun benda-benda di sekitar kita yang berhubungan dengan cahaya. Contoh saja cahaya
lampu ataupun cahaya lilin yang selalu menerangi aktivitas kita di kala petang, cahaya matahari
yang sangat banyak manfaatnya, dan lain-lain. Kita pun tidak dapat melihat benda-benda di
sekitar kita tanpa adanya cahaya, dalam hal ini adalah cahaya tampak. Namun, dalam
praktikum fotometri kali ini bukan cara kerja manusia melihat dengan bantuan cahaya yang
akan dibahas, tetapi bagaimana praktikan mengukur kekuatan cahaya atau intensitas cahaya
yang sehari-hari kita gunakan. Suatu sumber cahaya akan memancarkan cahaya dengan
intensitas (I) tertentu tergantung pada kuat penerangannya dan jarak dari suatu titik terhadap
sumber cahaya tersebut. Lalu akan dibahas pula bagaimana hubungan intensitas cahaya
dengan faktor daya listrik.

II. Tujuan
Tujuan pada praktikum fotometri kali ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan intensitas lampu sebagai fungsi dari daya listrik yang diserap oleh lampu itu
2. Menentukan nilai konstanta k dan a (eksponen)

III. Dasar teori


Fotometri adalah suatu ilmu yang mempelajari bagian dari optik yang mempelajari
mengenai kuat cahaya (intensity) dan derajat penerangan (brightness). Dalam fotometri
dikenal besaran-besaran :
1. Fluks Cahaya (F)
Definisi : Energi cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya per detik.
Satuan : Lumen.
2. Intensitas Cahaya (I) /Kuat Cahaya
Intensitas cahaya adalah jumlah energi cahaya yang menembus luasan secara normal per
satuan waktu per satuan luas. Intensitas cahaya oleh pancaran bohlam biasa diukur
dengan luxmeter, dan dinyatakan dalam satuan lux. Secara umum sebuah sumber lampu
cahayanya tidak akan berpendar secara merata ke semua arah. Tetapi bilamana kita
membayangkannya sebagai sebuah kerucut yang runcing dengan satu titik cahaya, maka
pancaran cahayanya baru dapat tersebar secara merata. Dimana konsentrasi cahaya pada
kerucut tersebut ada sama dengan perpendaran cahaya pada kerucut dibagi dengan
permukaan kerucut yang digambarkan sebagai ruang sudut pada kerucut tersebut.
Hasilnya disebut sebagai intensitas cahaya (I). Sehubungan dengan fotometri, intensitas
cahaya juga dapat didefinisikan sebagai Flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya
per detik.
3. Kuat Penerangan (E).
Definisi : Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya per satuan luas bidang yang
menerima cahaya tersebut. 1 Lux adalah kuat penerangan suatu bidang, dimana tiap-tiap
m2 didatangi oleh flux cahaya 1 Lumen. Kuat pencahayaan suatu titik pada bidang kerja
yang tegak lurus dengan arah datang cahaya setara dengan intesitas cahaya pada arah
tersebut di bagi dengan kuadrat jarak antara sumber cahaya dengan titik tersebut.
4. Fotometer
Definisi : Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas sumber cahaya, dan prinsipnya
membandingkan kuat penerangan (E) dari sumber cahaya yang hendak diukur. Hukum
kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari sumber titik dan
jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada dasarnya jari-jari).
E = I / R2
Dimana E = Kuat Penerangan , I = Intensitas cahaya dan d = jarak
Bila kuat penerangan kedua sumber cahaya S1 dan S2 sama, berlaku :
ES1 = ES2 maka I1 : I2 = R12 : R22

Kemudian mengenai hubungan intensitas cahaya dengan daya listrik ada sebuah contoh,
bohlam menyala karena menyerap daya listrik. Daya listrik tidak seluruhnya diubah menjadi
cahaya, tetapi sebagian berubah menjadi panas. Ini terbukti, ketika bohlam menyala, kawat
wolfram di dalam lampu memijar dan gelas penutupnya menjadi panas. Bahkan keramik tumpuan
lampu juga ikut memanas. Bohlam memancarkan intensitas cahaya yang besar bila menyerap
daya listrik yang besar pula. Daya listrik yang diserap bohlam sebanding dengan besar
tegangan yang terpasang.
Lampu jalanan dapat menyala otomatis ketika malam hari (intensitas cahaya kecil) karena dilengkapi
dengan LDR (Light Dependent Resistor). LDR merupakan sebuah sensor bergeometri silinder
kecil yang nilai tahanannya besar jika intensitas cahaya yang diterima besar. LDR bereaksi
otomatis terhadap intensitas cahaya. Ada kesetaraan antara nilai terbaca oleh luxmeter dalam
lux dan dengan LDR dalam ohm. Intensitas cahaya berkurang bila jarak dari sumber semakin
jauh, dan nilainya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber penerang. Lampu
penerang, termasuk bohlam, disebut berkualitas baik apabila mampu memberikan intensitas
cahaya lebih besar pada konsumsi daya listrik kecil.

IV. Metode Eksperimen


1. Alat dan Bahan
a. Bangku optik
b. Beberapa penggeser
c. Lampu tanpa selubung
d. Voltmeter, ampermeter, dan multimeter
e. Variac (trafo yang dapat diatur)
f. Luxmeter
g. LDR (Light Dependent Resistor, harga tahanan suatu LDR tergantung dari intensitas
cahaya yang jatuh padanya)
2. Skema Percobaan
Sumber AC Penggeser
Variac LDR
Multimeter
Luxmeter
Lampu

3. Tata Laksana
Percobaan I (Kalibrasi Luxmeter dan Ohmmeter)
a. Alat dan bahan praktikum disiapkan
b. Alat dan bahan tersebut dirangkai sesuai pada skema percobaan
c. Multimeter pada posisi ohmmeter dikalibrasi dan kemudian diatur pada faktor
pengali 1000 kali
d. Luxmeter diatur pada faktor pengali 300 kali
e. Kemudian lampu dinyalakan dengan variac (trafo yang dapat diatur) pada tegangan
tetap sebesar 200 Volt
f. Lalu divariasikan jarak antara luxmeter dengan lampu sebanyak tujuh kali, yaitu 30
cm, 35 cm, 40 cm, 45 cm, 50 cm, 55 cm, dan 60 cm
g. Pada masing-masing jarak tersebut dihitung nilai pada luxmeter (Intensitas) dan
multimeter (pada posisi ohmmeter atau hambatan)
h. Setelah diperoleh data pada langkah g, maka akan ditentukan nilai a (eksponen) dan
konstanta k dengan regresi linear
Percobaan II (Menentukan Intensitas terhadap Faktor Daya)
a. Alat dan bahan praktikum disiapkan
b. Rangkaian percobaan II masih sama dengan percobaan I
c. Luxmeter diposisikan pada kondisi mati karena tidak digunakan pada percobaan II
d. Multimeter pada posisi ohmmeter dikalibrasi dan kemudian diatur pada faktor
pengali 1000 kali
e. Jarak antara lampu dan luxmeter diatur tetap yaitu 35 cm
f. Lalu divariasikan besar tegangan lampu dengan variac sebanyak sepuluh kali, yaitu
100 V, 110 V, 120 V, 130 V, 140 V, 150 V, 160 V, 170 V, 180 V, dan 190 V
g. Pada masing-masing tegangan tersebut dihitung nilai tahanan yang ditunjukkan pada
multimeter bagian penghitungan hambatan
h. Setelah diperoleh data pada langkah g, maka akan ditentukan nilai daya listrik (P) dan
hubungannya dengan intensitas cahaya

4. Metode Analisa Data


a. Kalibrasi Luxmeter dan Ohmmeter
V= . . . Volt
r (cm) I (lux) R (ohm)
I (lux) I = k Ra Keterangan :
Ln I = Ln k + a Ln R
Ln I = a Ln R + Ln k I = Intensitas Cahaya (lux)
R (ohm)
k = Konstanta
Sb y m sb x c
Ln I R = Hambatan (ohm)

Ln R

𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑐 𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 ∆𝑚 𝑑𝑎𝑛 ∆𝑐 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖 𝑙𝑖𝑛𝑒𝑎𝑟

𝑁 ∑(𝑥𝑦) − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑚=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
1⁄
2
1 2 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦)2 − 2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 ∑ 𝑦 + 𝑁(∑ 𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = { (∑ 𝑦 − ( ))}
𝑁−2 𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

𝑁
∆𝑚 = 𝑆𝑦√
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
∑ 𝑥 2 ∑ 𝑦 − ∑ 𝑥 ∑(𝑥𝑦)
𝑐=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
2
∑𝑥
∆𝑐 = 𝑆𝑦√
𝑁 ∑ 𝑥 − (∑ 𝑥)2
2

𝑚=𝑎
∆𝑚 = ∆𝑎 𝑎 ± ∆𝑎 = . . . ± . ..
𝑐 = 𝐿𝑛 𝑘
𝑘 = 𝑒𝑐

𝐼 = . . . 𝑅 ...

b. Menentukan Intensitas terhadap Faktor Daya


r = ... cm
V (volt) R (ohm) I (lux) P (watt)

𝑉2 Keterangan :
𝑃= 𝑅
I = Intensitas Cahaya (lux)
k = Konstanta
I (lux) R = Hambatan (ohm)
P (watt) P = Daya (Watt)

V. Hasil Eksperimen
1. Data
Percobaan I (Kalibrasi Luxmeter dan Ohmmeter)
Vlampu = 200 Volt
r (cm) I (lux) R (ohm)
30 110 3500
35 90 4000
40 70 4500
45 55 5000
50 45 5500
55 40 6500
60 30 7000

Percobaan II (Menentukan Intensitas terhadap Faktor Daya)


Jarak antara luxmeter dengan lampu (r) = 35 cm
V (Volt) R (ohm) I (lux) P (watt)
100 28000 2,146 0,357
110 21000 3,692 0,576
120 13000 9,127 1,108
130 8500 20,347 1,988
140 6000 39,259 3,267
150 4000 84,377 5,625
160 2500 204,830 10,240
170 1800 380,719 16,056
180 1000 1154,248 32,400
190 400 6504,350 95,250

2. Grafik

3. Perhitungan
Percobaan I (Kalibrasi Luxmeter dan Ohmmeter)
R (ohm) I (lux) Ln R (x) Ln I (y) x2 y2 xy
3500 110 8,161 4,700 66,594 22,095 38,358
4000 90 8,294 4,500 68,791 20,248 37,322
4500 70 8,412 4,248 70,759 18,050 35,738
5000 55 8,517 4,007 72,543 16,059 34,131
5500 45 8,613 3,807 74,175 14,491 32,785
6500 40 8,780 3,689 77,081 13,608 32,387
7000 30 8,854 3,401 78,387 11,568 30,113
Jumlah Data yang
34,144 15,916 261,699 64,212 135,388
Menyinggung Grafik

Sehingga N = 4 data (data ke-1,data ke-4, data ke-5, dan data ke-7)
𝑁 ∑(𝑥𝑦) − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑚=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
4(135,388) − (34,144)(15,916)
=
4(261,699) − (34,144)2
541,550 − 543,423
=
1166,797 − 1165,805
−1,873
=
0,992
= −1,887

1⁄
2
2 2 2 2
1 ∑ 𝑥 (∑ 𝑦) − 2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 ∑ 𝑦 + 𝑁(∑ 𝑥𝑦)
𝑆𝑦 = { (∑ 𝑦 − ( ))}
𝑁−2 𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
1⁄
2
1 (261,699)(15,916)2 − 2(34,144)(135,388)(15,916) + 4(135,388)2
={ (64,212 − ( ))}
4−2 4(261,699) − (34,144)2
1⁄
2
1 (261,699)(253,309) − 147145,369 + 4(18329,787)
= { (64,212 − ( ))}
2 1166,797 − 1165,805
1⁄
2
1 73389,945 − 147145,369 + 73319,148
= { (64,212 − ( ))}
2 0,992
1⁄
1 63,724 2
= { (64,212 − ( ))}
2 0,992
1⁄
1 2
= { (64,212 − 64,211)}
2
1⁄
1 2
= { (0,001)}
2
1
= {0,0005} ⁄2
= 0,022
𝑁
∆𝑚 = 𝑆𝑦√
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

4
= 0,022√
4(261,699) − (34,144)2

4
= 0,022√
1166,797 − 1165,805

4
= 0,022√
0,992
= 0,022√4,031
= 0,022(2,008)
= 0,045

∑ 𝑥 2 ∑ 𝑦 − ∑ 𝑥 ∑(𝑥𝑦)
𝑐=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
(261,699)(15,916) − (34,144)(135,388)
=
4(261,699) − (34,144)2
4642,590 − 4622,656
=
1166,797 − 1165,805
19,934
=
0.992
= 20,086

∑ 𝑥2
∆𝑐 = 𝑆𝑦 √
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

261,699
= 0,022√
4(261,699) − (34,144)2

261,699
= 0,022√
1166,797 − 1165,805

261,699
= 0,022√
0.992
= (0,022)(17,144)
= 0,383

𝑚 ± ∆𝑚 = 𝑎 ± ∆𝑎 = −1,887 ± 0,045
𝑐 ± ∆𝑐 = 20,086 ± 0,383
𝑐 = 𝐿𝑛 𝑘 = 20,086
𝑘 = 𝑒 20,086
𝑘 = 528736100,2
𝐼 = 𝑘𝑅 𝑎
𝐼 = 528736100,2 𝑅−1,887
Percobaan II (Menentukan Intensitas terhadap Faktor Daya)
𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (28000)−1,887
= 2,146

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (21000)−1,887
= 3,692

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (13000)−1,887
= 9,127

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (8500)−1,887
= 20,347

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (6000)−1,887
= 39,259

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (4000)−1,887
= 84,377

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (2500)−1,887
= 204,830

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (1800)−1,887
= 380,719

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (1000)−1,887
= 1154,248

𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
= 528736100,2 (400)−1,887
= 6504,350
𝑉2 𝑉2
𝑃= 𝑃=
𝑅 𝑅
(100)2 (150)2
= =
2800 4000
= 0,357 = 5,625

𝑉2 𝑉2
𝑃= 𝑃=
𝑅 𝑅
(110)2 (160)2
= =
21000 2500
= 0,576 = 10,240

𝑉2 𝑉2
𝑃= 𝑃=
𝑅 𝑅
(120)2 (170)2
= =
13000 1800
= 1,108 = 16,056

𝑉2 𝑉2
𝑃= 𝑃=
𝑅 𝑅
(130)2 (180)2
= =
8500 1000
= 1,988 = 32,400

𝑉2 𝑉2
𝑃= 𝑃=
𝑅 𝑅
(140)2 (190)2
= =
6000 400
= 3,267 = 95,250

VI. Pembahasan
Pada praktikum fotometri kali ini praktikan melakukan dua kali percobaan. Percobaan I
yaitu kalibrasi dimana divariasikan nilai r atau jarak antar luxmeter dengan lampu. Sedangkan
percobaan II yaitu menentukan intensitas terhadap faktor daya dengan membuat variasi pada
nilai tegangan (V) lampu. Setelah dilakukan praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Percobaan I (Kalibrasi Luxmeter dan Ohmmeter)
r = 30 cm  I = 110 lux  R = 3500 ohm
r = 35 cm  I = 90 lux  R = 4000 ohm
r = 40 cm  I = 70 lux  R = 4500 ohm
r = 45 cm  I = 55 lux  R = 5000 ohm
r = 50 cm  I = 45 lux  R = 5500 ohm
r = 55 cm  I = 40 lux  R = 6500 ohm
r = 60 cm  I = 30 lux  R = 7000 ohm
Percobaan II (Menentukan Intensitas terhadap Faktor Daya)
V = 100 Volt  R = 28000 ohm  I = 2,146 lux  P = 0,357 Watt
V = 110 Volt  R = 21000 ohm  I = 3,692 lux  P = 0,576 Watt
V = 120 Volt  R = 13000 ohm  I = 9,127 lux  P = 1,108 Watt
V = 130 Volt  R = 8500 ohm  I = 20,347 lux  P = 1,988 Watt
V = 140 Volt  R = 6000 ohm  I = 39,259 lux  P = 3,267 Watt
V = 150 Volt  R = 4000 ohm  I = 84,377 lux  P = 5,625 Watt
V = 160 Volt  R = 2500 ohm  I = 204,830 lux  P = 10,240 Watt
V = 170 Volt  R = 1800 ohm  I = 380,719 lux  P = 16,056 Watt
V = 180 Volt  R = 1000 ohm  I = 1154,248 lux  P = 32,400 Watt
V = 190 Volt  R = 400 ohm  I = 6504,350 lux  P = 95,250 Watt
Dari percobaan I dapat diamati bahwa perubahan jarak mempengaruhi nilai intensitas
dan hambatan. Semakin besar jarak antara luxmeter dengan lampu (r) maka semakin kecil
intensitas cahaya (I) yang diukur oleh luxmeter. Namun hambatan (R) yang terukur pada
multimeter menjadi semakin besar. Sedangkan pada percobaan II terlihat variasi nilai tegangan
lampu (V) mempengaruhi nilai hambatan (R) dan daya (P). Semakin besar nilai tegangan
lampu, semakin kecil nilai hambatan dan nilai daya menjadi semakin besar.
Khusus nilai intensitas pada percobaan II tidak tergantung pada variasi tegangan karena
luxmeter tidak diaktifkan dalam percobaan ini. Intensitas tergantung pada nilai hambatan yang
dihasilkan pada percobaan II dan nilai konstanta (k) serta nilai a (eksponen) yang diperoleh
dari percobaan I. Nilai a dicari dengan metode regresi linear dan nilai k ditentukan dari
bilangan alam (e) yang dipangkatkan c. Hasilnya sebagai berikut :
𝑎 = −1,887
𝑘 = 528736100,2
𝐼 = 𝑘𝑅 𝑎
𝐼 = 528736100,2 𝑅 −1,887
Data-data di ataslah yang mempengaruhi nilai intensitas pada percobaan II. Jika dilihat
besarnya nilai k menunjukkan ketidaktelitian yang dilakukan oleh praktikan, sehingga
menyebabkan pula tingginya nilai intensitas. Lalu mengenai hubungan antara daya listrik dan
intensitas cahaya dengan hambatan sama yang ditunjukkan oleh grafik, terlihat bahwa
semakin tinggi nilai daya listrik, semakin tinggi pula nilai intensitas cahaya.
Pada saat percobaan berlangsung praktikan kurang teliti dalam melihat angka yang
ditunjukkan multimeter maupun luxmeter, sehingga menyebabkan data kurang valid. Selain
itu, perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode regeresi linear juga
menyulitkan praktikan ketika ditemukan angka-angka yang sangat besar dan memiliki banyak
desimal. Di sisi lain, dari faktor eksternal yaitu tempat praktikum juga tidak sepenuhnya tanpa
gangguan. Praktikum fotometri dilakukan bersama praktikum lensa yang menggunakan
cahaya. Padahal pada praktikum fotometri hanya dibutuhkan cahaya dari lampu yang berada
di depan luxmeter. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab terjadinya ketidaktelitian.

VII. Kesimpulan
Dari praktikum fotometri kali ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin besar jarak antara luxmeter dengan lampu, maka semakin kecil intensitas cahaya
dan hambatan menjadi semakin besar
2. Semakin besar nilai tegangan lampu, maka semakin kecil nilai hambatan dan nilai daya
menjadi semakin besar
3. Intensitas cahaya selalu berbanding terbalik dengan hambatan
4. Intensitas cahaya berbanding lurus dengan daya listrik
5. Diperoleh nilai a dan k serta rumus intensitas sebagai berikut :
𝑎 = −1,887
𝑘 = 528736100,2
𝐼 = 528736100,2 𝑅−1,887

Daftar Pustaka

Staf Laboratorium Fisika Dasar.2010.Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar.Yogyakarta : Universitas


Gadjah Mada
http://kucingfisika.wordpress.com/2011/11/29/fotometri/
http://id.scribd.com/doc/52172826/dasar-teori-fotometri

Yogyakarta, 24 November 2012


Asisten, Praktikan,

Wijayanti Diva Alfiansyah

Anda mungkin juga menyukai