326908796
326908796
Halaman judul
Daftar Isi 1
Kata Pengantar 2
Hasil Tutorial dan Belajar Mandiri
A. Skenario................................................................................................................. 3
B. Klarifikasi Istilah................................................................................................... 3
C. Identifikasi Masalah............................................................................................... 5
D. Analisis Masalah.................................................................................................... 6
E. Restrukturisasi Masalah dan Penyusunan Kerangka Konsep................................. 27
F. Sintesis.................................................................................................................... 28
Kesimpulan 38
Daftar Pustaka 38
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya
laporan tutorial blok 13 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar
tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok 8 tutorial, dan
juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi
revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Penyusun
2
A. Skenario
TN. T 41tahun, seorang petani datang ke puskesmas dengan keluhan badan lemah,
lesu, cepat lelah dan meta berkunang-kunang sejak tiga bulan yang lalu. Sebelumnya
beliau sudah berobat ke mantri dan diberi vitamin. Namun keluhan Tn T tidak
berkurang. Tn. T biasanya bertani tanpa menggunakan alas kaki.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: pucat, lemah
HR: 90x/menit, RR :22x/menit, Temp: 36,6C, TD: 120/80mmHg
Konjungtiva palpebra anemis (+/+)
Cheulitis positif
Lidah : atropi papil
Koilonychia positif
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
Laboratorium:
Hb: 6,2 g/dL, Ht: 18 vol%, RBC: 2.480.000/mm3, WBC: 7.400/mm3, trombosit
386.000/mm3, diff.count:0/2/5/63/26/4, MCV: 72fL, MCH: 25pg, MCHC: 30%
Besi serum 30 ug/L, TIBC 560 ug/dL, Feritin 8ng/mL
Feses: terlur cacing tambang positif, darah samar positif
Gambar apusan darah tepi:
Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, cigar-shaped
cell, pencil cell
Leukosit:jumlah cukup, morfologi normal
Trombosit : jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal
B. Klarifikasi Istilah
3
2 Mantri nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan
suatu tugas khusus; pembantu dokter ; juru rawat
3 Lemah tidak kuat, tidak bertenaga
4
: eritrosit, terjadi ketika anemia defisiensi besi,
thalassemia dan defisiensi dari enzim piruvat kinase.
C. Identifikasi Istilah
1. TN. T 41tahun, seorang petani datang ke puskesmas dengan keluhan badan
lemah, lesu, cepat lelah dan mata berkunang-kunang sejak tiga bulan yang lalu.
Sebelumnya beliau sudah berobat ke mantri dan diberi vitamin. Namun keluhan
Tn T tidak berkurang.
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: pucat, lemah
HR: 90x/menit, RR :22x/menit, Temp: 36,6C, TD: 120/80mmHg
Konjungtiva palpebra anemis (+/+)
Cheulitis positif
Lidah : atropi papil
Koilonychia positif
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
4. Laboratorium:
Hb: 6,2 g/dL, Ht: 18 vol%, RBC: 2.480.000/mm3, WBC: 7.400/mm3,
trombosit 386.000/mm3, diff.count:0/2/5/63/26/4, MCV: 72fL, MCH:
25pg, MCHC: 30%
Besi serum 30 ug/L, TIBC 560 ug/dL, Feritin 8ng/mL
Feses: terlur cacing tambang positif, darah samar positif
Gambar apusan darah tepi:
Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, cigar-shaped
cell, pencil cell
Leukosit: jumlah cukup, morfologi normal
Trombosit : jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal
5. Kesan: anemia mikrositik hipokrom
5
D. Analisis Masalah
1. TN. T, 41tahun, seorang petani datang ke puskesmas dengan keluhan badan
lemah, lesu, cepat lelah dan mata berkunang-kunang sejak tiga bulan yang
lalu. Sebelumnya beliau sudah berobat ke mantri dan diberi vitamin. Namun
keluhan Tn T tidak berkurang.
1.1 Patofisiologi badan lemah, lesu, cepat lelah, dan mata berkunang-
kunang?
Badan lemah, lesu, cepat lelah, dan mata berkunang-kunang ini
termasuk dalam gejala umum anemia. Gejala umum anemia ini timbul
karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Karena jumlah efektif sel darah
merah berkurang, maka pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Penurunan kadar besi dalam tubuh dapat menyebabkan
turunnya kadar mioglobin dalam otot, sehingga pasien dengan
gangguan status besi mudah lelah dan letih serta dapat mengalami
kejang otot.
6
dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem
limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk
ditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin larut air langsung diserap
melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Proses dan
mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada
Tabel 1.
7
2. Tn. T biasanya bertani tanpa menggunakan alas kaki.
2.1 Apa hubungan pekerjaan Tn. T dengan infeksi cacing tambang?
Pekerjaan tn. T sebagai petani yang selalu berhubungan dengan tanah
dan kebiasaan tidak menggunakan alas kaki, menyebabkan tn. T mudah
terinfeksi cacing tambang yang merupakan soil-transmitted helminthes.
Cacing tambang ini menginfeksi manusia dengan cara menembus kulit.
2.2 Apa resiko penyakit yang terjadi apabila tidak menggunakan alas kaki
saat bertani?
Resiko terjadinya infeksi cacing tambang apabila tidak
menggunakan alas kaki saat bertani sangat tinggi. Hal ini dikarenakan
fase infektif dari cacing tambang tersebut yaitu larva filariform berada
di tanah, yang nantinya mengifeksi manusia dengan cara menembus
kulit. Selain itu resiko lain akibat tidak menggunakan alas kaki adalah
dermatitis.
8
Daur hidupnya seperti berikut:
Telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit
kapiler darah jantung kanan paru-paru bronkus trakea
laring usus halus.
Pada usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa, sejak telur
matang sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih
dua bulan.
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: pucat, lemah
HR: 90x/menit, RR :22x/menit, Temp: 36,6C, TD: 120/80mmHg
Konjungtiva palpebra anemis (+/+)
Cheulitis positif
Lidah : atropi papil
Koilonychia positif
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
9
No. Pemeriksaan Hasil Normal Mekanisme
abnormal
1. Heart Rate 90x/menit 60-100x/menit -
2. Respiration Rate 22x/menit 16-24x/menit -
3. Temperature 36,6°C 36-37°C -
4. Tekanan Darah 120/80mmHg Sistol <120mmHg -
Diastole <80mmHg
Cheulitis positif
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut
bibir mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus
dan berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh
kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur-fisur, kulit yang
nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan
gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri. (Dowl
W,2010)
Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi
dikarenakan trauma perawatan dental dan trauma pada sudut bibir,
sedangkan kasus bilateral terjadi jika penderita dengan penyakit
sistemik seperti anemia,diabetes mellitus, dan infeksi monomial yang
10
kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga
beberapa tahun, tergantung etiologinya. (Dowl W,2010)
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir
kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan celah
yang diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering
sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua
komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan
kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang,
terjadi supurasi dan jaringan granulasi. (Murai J.J etal.,2008) Pada
angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat
terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan
defisiensi besi. Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red
tongue) pada pasien dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu
kemerahan (reddish-purpledepapillated tounge) pada defisiensi vitamin
B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non-
spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat diduga
dikarenakan defisiensi seng.
11
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
1. Stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi
perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru
biasanya ringan.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada (1) spesies dan jumlah cacing dan (2)
keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N. americanus
menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari,
sedangkan A. duodenale 0,08-0,34 cc.pada infeksi kronik atau
infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer.
12
4. Laboratorium:
Hb: 6,2 g/dL, Ht: 18 vol%, RBC: 2.480.000/mm3, WBC: 7.400/mm3,
trombosit 386.000/mm3, diff.count:0/2/5/63/26/4, MCV: 72fL, MCH: 25pg,
MCHC: 30%
Besi serum 30 ug/L, TIBC 560 ug/dL, Feritin 8ng/mL
Feses: terlur cacing tambang positif, darah samar positif
Gambar apusan darah tepi:
Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, cigar-shaped
cell, pencil cell
Leukosit:jumlah cukup, morfologi normal
Trombosit : jumlah cukup, penyebaran merata, morfologi normal
Basofil : 0 – 1 (%)
Eosinofil : 1 – 3 (%)
Batang : 2 – 6 (%) Normal
2. Diff. count 0/2/5/63/26/4,
Segmen : 50 – 70 (%)
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)
dibawah
3. MCV 72 fL 80-90 fL normal
Dibawah
4. MCH 25 pg 27-31 pg normal
Dibawah
5. MCHC 30% 32-36% normal
Dibawah
6. Hb 6,2 g/dl 13-18g/dl normal
13
normal
Dibawah
3
8. RBC 2.480.000/mm 4,5-5,5 juta/ul darah normal
Dibawah
10. Besi serum 30 ug/l 35-150 ug/l normal
Diatas
11. TIBC 560 ug/dl 260-400 ug/dl normal
Dibawah
12. Feritin 8 ng/dl 30-400 ng/dl normal
14
dalam darah yang memacu pembentukkan darah. Hal inilah
mempengaruhi peningkatan kemampuan ikat besi total (TIBC)
15
Nilai normal : Pria : 40- 54% ; Wanita : 37- 47%
16
Alat-alat:
1. kapas alkohol 70% 6. Hemocytometer lengkap:
2. cawan petri - kamar hitung
3. hemolet - kaca penutup
4. cairan Rees-Ecker - pipet eritrosit
5. mikroskop - pipet karet
Cara:
1. Isap cairan Rees-Ecker ke dalam pipet eritosit sampai garis tanda 1
dan buanglah lagi cairan itu
2. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0.5 dan
cairan Rees-Ecker sampai tanda 101, segera kocok selama 3 menit.
3. Teruskan tindakan-tindakan seperti untuk menghitung eritrosit
dalam kamar hitung
4. Biarkan kamar hitung yang telah diisi dengan sikap datar dalam
cawan petri yang tertutup selama 10 menit agar trombosit
mengendap.
5. Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah-
tengah memakai lensa objektif besar.
6. Jumlah itu dikali 2.000 menghasilkan jumlah trombosit per ul
darah
17
selama 12 sampai 24 jam. Rentang normal untuk besi serum adalah 50
sampai 150 ug/dl, rata – rata 125 ug/dl pada laki – laki dan 100 ug/dl
pada perempuan. Pada orang usia lanjut, kadar besi serum turun
menjadi 40 sampai 8- ug/dL.
TIBC
Uji ini dilakukan dengan cara yang sama seperti pemeriksaan
besi serum, kecuali bahwa kelebihan besi ke dalam sampel untuk
menjenuhkan semua tempat pengikatan transderin, dan besi yang tidak
terikat disingkarkan sebelum pemeriksaan. Dengan demikian,
kemampuan total transferin mengikat besi dinilai dengan mengukur besi
total yang terikat. Pemeriksaan ini tidak mengukur besi total terikat dan
kadar transferin (protein) serum secara langsung, tetapi mengukur
jumalah Fe yang terikat ke protein ini. Rentang normal untuk TIBC
adalah 240 sampai 360 ug/dL, dan cenderung menurun seiring dengan
usia sampai sekitar 250 ug/dL pada orang berusia di atas 70 tahun.
Kapasitas mengikat besi total meningkat pada defisiensi besi dan
kehamilan, tetapi mingkin normal atau rendah pada penyakit kronis dan
malnutrisi.
Pemeriksaan Ferritin
18
Nama Lain : Serum Ferritin
Definisi : cadangan besi digunakan bila tubuh kekurangan besi
Sampel : Serum
Pemeriksaan : Setiap Hari
Nilai
: Bervariasi tiap laboratorium.
Rujukan
L 30 – 350 ; P 20 – 250 ng/mL
Menurun: anemia defisiensi besi, perdarahan kronis,
kekurangan asupan zat besi, gangguan penyerapan zat
besi, dll
Hasil
: Meningkat: penyakit hati (alkoholik), hemokromatosis
Abnormal
(penyakit genetik dimana tubuh menyerap zat besi terlalu
banyak, bahkan pada diet normal), terlalu banyak dan
sering menerima transfusi darah, dll
19
4.9 Bagaimana cara penghitungan MCV?
𝐻𝑡
𝑀𝐶𝑉 = 𝑥 10
𝐸
Keterangan:
Ht jumlah hematokrit
E jumlah eritrosit
20
4.11 Bagaimana cara perhitungan MCHC?
MCHC = Hemoglobin x 100%
Hematokrit
Nilai Normal: 31-36%
21
negatif. Pada hapusan di bawah bisa kita lihat tidak ada warna kebiruan
atau kehijauan yang menandakan cadangan Fe.
22
4.13 Bagaimana gambaran mikroskopis Anisopoikilositosis?
23
Anisositosis poikilositosis
24
Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb
turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom)
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin
(Hb).Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb.Walaupun
pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih
sedikit daripada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik
25
Dosis vitamin B12 100mgc/hari im, selama 5 – 10 hari sebagai terapi
awal diikuti dengan terapi rumat 100-200 mcg/bulan sampai dicapai
remisi.
Dosis asam folat 0,5 – 1 mg/hari secara oral selama 10 hari, dilanjutkan
dengan 0,1 – 0,5 mg/hari.
Penggunaan vitamin B12 oral tidak ada gunanya pada anemia
pernisiosa. Selain itu sediaan oral lebih mahal.
Hemolisis autoimun diatasi dengan prednison 2 – 5 mg/kgBB/hari
peroral dan tertosteron 1 – 2 mg/kgBB/hari i.v, untuk jangka panjang.
Transfusi darah hanya diberikan bila diperlukan saja.
Rujuk ke rumah sakit.
26
Kerangka Konsep
Morula telur
Tertelan kembali
Tekanan (-) otot esofagus caing
telur esofagus
Ruptur kapiler & arteriol sebagai
perdarahan
Anemia defisiensi
Feritin
Albendazole, mebendazole,
Lemah, lesu, mata berkunang” pyrantel pamoate
Besi serum
a. Kehilangan darah
ex: menstruasi, perdarahan saluran cerna, donor darah yg terlalu sering.
b. Defisiensi nutrisi
Akibat makanan yg kurang zat besi, gangguan absorbs, infeksi cacing
c. Kenaikan kebutuhan pada pertumbuhan dan kehamilan
Tahap 1
Tahap 2
C. Anemia sering kali belum muncul, namun pd beberapa kasus dpt terjadi
penurunan kadar Hb.
28
E. Reseptor transferin di permukaan sel meningkat à usaha meningkatkan uptake
besi ke dalam sel.
Tahap 3
c. Pembentukan SDM tdk dpr berjalan lancar karena adanya deplesi simpanan
besi dan besi di sirkulasi.
2. Cacing tambang
Spesies cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.penyebaran cacing ini di
seluruh daerah khatulistiwa dan di tempat lain yang sesuai, misalnya di daerah
perkebunan. Prevalensi di Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan
sekitar 40%.
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar
melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina Necator americanus tiap
harinya mengeluarkan telur 5000-10000 butir, sedangkan Ancylostoma
duodenale kira-kira 10.000-25.000 butir. Telur dikeluarkan dengan tinja dan
setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam
waktu 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva filariform, yang dapat
menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah.
Daur hidupnya seperti berikut:
Telur larva rabditiform larva filariform menembus kulit kapiler
darah jantung kanan paru-paru bronkus trakea laring usus
halus.
29
Gejala klinis yang ditimbulkan dapat diklasifikasi menjadi 2 tahap,
yaitu tahap larva dan tahap dewasa.
1. stadium larva
Bila banyak filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan
kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya
ringan.infeksi larva filariform Ancylostoma duodenale secara oral
menyebabkan penyakit wakana dengan hejala mual, muntah, iritasi faring,
batuk, sakit leher, dan serak.
2. Stadium dewasa
Gejala tergantung pada (1) spesies dan jumlah cacing dan (2) keadaan gizi
penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N. americanus menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc sehari, sedangkan A. duodenale
0,08-0,34 cc.pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia
hipokrom mikrositer.disamping itu juga terdapat eosinophilia. Cacing
tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan tubuh
berkurang dan prestasi kerja menurun.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar.
Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva.
Pengobatan infeksi cacing tambang ini dapat dilakukan dengan
memberi pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan.
3. Hematopoesis
30
berlangsung diyolk sac (saccus vitelinus). Sedangkan fase hepatik berlangsung
mulai minggu keenam sampai kelahiran, berlangsung di mesenkim hepar, dan
mulai terjadi differensiasi sel. Fase mieloid berlangsung dalam sumsum tulang
pada usia mudigah 12-17 minggu, ini menandakan sudah berfungsinya
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah.
Organ yang berperan dalam proses hematopoiesis adalah sumsum tulang dan
organ retikuloendotelial (hati dan spleen). Jika terdapat kelainan pada
sumsum tulang, hematopoiesis terjadi di hati dan spleen. Ini disebut
hematopoiesis ekstra medular. Sumsum tulang yang berperan dalam
pembentukan sel darah adalah sumsum tulang merah, sedangkan sumsum
kuning hanya terisi lemak. Pada anak kurang dari 3 tahun, semua sumsum
tulang dari sumsum tulang berperan sebagai pembentuk sel darah. Sedangkan
saat dewasa, sumsum merah hanya mencakup tulang vertebra, iga, sternum,
tengkorak, sakrum, pelvis, ujung proksimal femur dan ujung proksimal
humerus.
Sel darah yang dalam proses pematangan memiliki karakteristik umum yang
sama, yaitu:
31
c. Karakteristik inti: a) semakin matang maka ukuran inti semakin kecil, b)
kromatin muda halus, lalu kasar, lalu lebih padat saat menuju ke arah
matang, c) anak inti tidak terlihat saat sel darah matang
32
4. Metabolisme Besi
Tubuh manusia mengandung sekitar 2 sampai 4 gram besi. Lebih dari 65% zat
besi ditemukan di dalam hemoglobin dalam darah atau lebih dari 10% ditemukan
di mioglobin, sekitar 1% sampai 5% ditemukan sebagai bagian enzim dan sisa zat
besi ditemukan di dalam darah atau ditempat penyimpanan. Jumlah total besi
ditemukan dalam orang tidak hanya terkait berat badan tetapi juga pengaruh dari
berbagai kondisi psikologi termasuk umur, jenis kelamin kehamilan dan status
tingkat pertumbuhan. Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat
di dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa.
Didalam tubuh sebagian besar fe terkonjugasi dengan protein dan terdapat dalam
bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai ferro,
sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri(misalnya dalam bentuk storage).
Besi, mempunyai beberapa tingkat oksidasi yang bervariasi dari fe6+ menjadi fe2-
, tergantung pada suasana kimianya. Hal yang stabil dalam cairan tubuh manusia
dan dalam makanan adalah bentuk ferri (fe3+) dan ferro (fe2+).
33
Sebagian besar besi berada dalam hemoglobin (molekul protein mengandung besi
dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot. Hemoglobin dalam darah
membawa oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Miogloboin berperan
sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam
sel-sel otot.
Metabolisme energi
Fungsi besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
energi.
Kemampuan belajar
Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari
transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Defisiensi besi
berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem
neurotransmitter. Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang
dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat,
dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi
kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.
Sistem kekebalan
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel
oleh limfosit-t terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis dna. Berkurangnya sistesis
dna ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang
membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.
Sumber
Besi biasanya selalu terkandung dalam makanan. Diet orang barat diperkirakan
tidak lebih dari 5-7 mg besi per 1.000 kkal. Diet besi ditemukan dalam satu dari
dua bentuk dalam makanan yaitu hem dan non hem. Besi heme terutama berasal
dari hemoglobin dan mioglobin. Besi hem berada pada makanan hewani dan besi
non hem berada pada makanan nabati. Besi nonheme umumnya terdapat dalam
makanan (kacang-kacangan, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan tofu)
dan dairy produk (susu, keju dan telur), meskipun dairy produk sangat sedikit
mengandung besi. Besi nonheme biasanya berikatan dengan komponen makanan
34
dan harus di hidrolisis atau dilarutkan terlebih dahulu baru di absorbsi. Sumber
besi ialah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.. Sumber baik yang
lainnya ialah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa
jenis buah. Makanan yang memiliki banyak kadar besi, yaitu hati dan organ
daging, yang bukan merupakan bahan yang popular di kebanyakan diet orang
barat. Beberapa makanan yang lebih popular yang secara keseluruhan merupakan
sumber besi yang baika dalah daging merah, tiram dan kerang, kacang (lima,laut),
dark green, sayur daun-daunan, dan buah kering. Sebagai tambahan untuk
sejumlah besi alami ditemukan pada makanan, makanan seperti roti, roti kadet,
paset, sereal, kersik, dan tepung yang difortifikasi dengan besi. Besi alami, besi
askorbat, besi karbonat,besi sitrat, besi fumarat, besi glukonat, besi laktat, besi
pirofosfat, dan besi sulfat disediakan dan digunakan untuk fortifikasi makanan.
Besi heme sebelumnya dihidrolisis dari hemoglobin bagian dari globin atau
mioglobin untuk absorpsi. Percernaan dibantu oleh proteases dalam lambung dan
35
usus kecil dan hasilnya berupa pelepasan besi heme. Demikian , heme
mengandung ikatan besi berupa cincin porphyrin sehingga lebih mudah diabsorpsi
sebagai metaloporphyrin ke dalam sel mokusal dari usus kecil.
Absorpsi besi heme dipengaruhi oleh simpanan besi tubuh. Absorpsi heme
berhubungan dengan simpanan besi dan kemungkinan range dari 15% dengan
status besi normal sampai 35% pada orang yang kekurangan besi. Absorpsi besi
berlangsung seluruhnya di usus kecil tetapi lebih efisiens dalam proximal portion,
khususnya di duodenum. Dalam mokusal sel absorpsi heme cincin porphyrin
dihidrolisis oleh heme oksigenase ke dalam besi ferrous inorganic dan
protoporphyrin. Pelepasan besi digunakan oleh mokusal sel usus atau transport
selanjutnya ke sel usus dan kemudian transport diteruskan darah untuk digunakan
oleh sel tubuh yang lain.
Besi non heme, berikatan dengan komponen makanan, harus dibebaskan secara
enzymatic dalam sialuran pencernaan untuk diabsorbsi lebih lanjut. Sekresi
lambung mengandung hcl dan pepsin protease membantu melepaskan besi
nonheme dari komponen bahan makanan. Pelepasan pertama dari komponen
bahan makanan, banyak besi nonheme tampil sebagai ferric (fe3+) dalam
lambung. Besi bentuk ferric dapat larut dalam waktu lama pada ph asam lambung,
juga dalam suasana asam lambung, banyak besi bentuk ferric di reduksi menjadi
bentuk ferro. Besi bentuk ferro dapat larut bahkan pada ph 8. Meskipun memiliki
kelarutan pada ph basa dalam usus kecil, beberapa besi bentuk ferro mungkin
mengalami oksidasi menjadi besi bentuk ferric. Besi bentuk ferric lebih kompleks
untuk memproduksi ferric hodroxida (fe(oh)3 yang cenderung tidak larut dan
membentuk agregat sehingga menyebabkan ketersediaan besi menurun untuk di
absorbsi.
Kehilangan besi sehari-hari oleh laki-laki dewasa kira-kira antara 0,9 dan 1,0
mg/hari (12-14 mg/Kg/hari). Kehilangan tersebut berlangsung dari berbagai letak:
36
Dinding gastrointersinal : 0,6
Kulit : 0,2-0,3
Ginjal : 0,1
Dapat dilihat dari angka tersebut, kebanyakan kehilangan besi via daerah
gastrointestinal (0,6 mg). dari 0, 6 mg, sekitar 0,45 mg sesuai dari kehilangan
darah menit (-1 mL) dan 0,15 mg besi yang lain sesuai kehilangan empedu dan
kematian sel mokusa. Kehilangan pada kulit kira-kira 0,2 sampai 0,3 mg besi
berlagsung untuk kematian permukaan sel dari kulit. Terakhir, kira-kira sangat
sedikit , sekitar 0,1 mg, hilang di urin. Kehilangan besi , walaupun mungkin
meningkat pada orang dengan ulkus gastrointensial atau parasit intestinal atau
hemorange ditimbulkan oleh operasi atau luka yang sesuai.
Kehilangan besi basal baru digambarkan sedikit (0,7-0,8 mg/hari) pada wanita
karena daerah permukaannya lebih kecil. Kehilangan total premanopause wanita,
walaupun diperkirakan kurang lebih 1,3 sampai 1,4 mg/hari karena kehilangan
besi pada saat menstruasi. Rata-rata kehilangan darah selama siklus menstruasi
sekitar 35 mL, dengan batas lebih sekitar 80 mL. Kandungan besi dalam darah
sekitar 0,5 mg/100 mL darah, yang kehilangan hampir 17,5 mg besi per periode.
Ketika dirata-ratakan lebih sebulan, kehilangan besi dalam menstruasi sekitar 0,5
mg per hari; pada beberapa wanita, kehilangan besi untuk menstruasi mungkin
melebihi 1,4 mg/hari. Ekskresi besi meningkat pada orang sehat dengan asupan
yang melebihi rata-rata konsentrasi besi ferritin pada kematian sel mokusa sel.
37
F. Kesimpulan
Tn. T, 41 tahun, menderita anemia defisiensi besi karena tidak menggunakan alas kaki,
sehingga terifeksi oleh cacing tambang.
G. Daftar Pustaka
Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus saku kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-arfaneisya-5326-2-bab2.pdf
http://prodia.co.id/hematologi/total-iron-binding-capacity-tibc
http://www.scribd.com/doc/112256430/Angular-Cheilitis
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Ed/V Jilid II. Interna Publishing: Jakarta
Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran
Ed/4. Balai Penerbit FKUI: Jakarta
Wirawan R. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. 1st ed. Balai Penerbit FKUI. 2011.
38