Anda di halaman 1dari 26

1

pruralitas
Dongkrak Ekonomi dan Pluralisme, Pemkot Bogor Gandeng
PNJ dan Panorama Group
Kompas.com - 08/05/2019, 15:24 WIB

Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

JAKARTA, KOMPAS.com - Politeknik Negeri Jakarta ( PNJ) menjalin kerja sama


dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dan Panorama Group. Kerja sama ini
terkait peningkatan perekonomian dan pembangunan karakter pluralisme di Desa
Pulo Geulis, Kota Bogor. Desa ini dikenal sebagai salah satu simbol kerukunan
warga Bogor, karena memiliki situ bersejarah yaitu klenteng Pan Kho Bio yang
dibangun pada tahun 1720. Klenteng ini juga kerap digunakan sebagai tempat
ibadah agama-agama lain oleh warga di lokasi tersebut. Direktur PNJ Abdillah
mengatakan, pihaknya siap mencurahkan sumber daya keilmuan yang dimiliki

1
2

baik dalam bidang sosial maupun engineering demi berkontribusi pada


kesejahteraan bagi warga desa yang berlokasi di dekat salah satu operasi bisnis
Panorama Group tersebut.

“Kami selaku akademisi siap berkontribusi mencurahkan pengetahuan yang kami


miliki dan kembangkan demi lestarinya kerukunan dalam kebhinekaan di desa ini,
serta masyarakat desa yang berkemajuan dalam ekonomi," jelas Abdillah dalam
pernyataannya, Rabu (8/5/2019). Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya
berharap dengan kerja sama ini Desa Pulo Geulis menjadi lebih dikenal oleh
masyarakat luas dan menjadi simbol dari perwujudan desa yang plural secara
sosial dan maju secara perekonomian. “Program pelestarian kerukunan yang
didukung oleh perguruan tinggi dan industri ini, sekaligus menjadi upaya kita
menepis berbagai opini yang selama ini menyebutkan Bogor sebagai kota yang
intoleran,” sebut Bima.

Program yang akan diimplementasikan adalah melalui rangkaian kegiatan


pengabdian masyarakat oleh Pusat Penelitian Pengabdian Masyarakat (P3M) PNJ
dan didukung oleh grup bisnis Panorama. Adapun Desa Pulo Geulis akan di-
rebranding sebagai desa wisata. “Kami akan bawa wisatawan baik lokal maupun
dari mancanegara untuk mengunjungi desa ini, melihat dari dekat warisan budaya
berupa kelenteng bersejarah ini,” jelas CEO Panorama Group Budi Tirtawisata.

2
3

Mendorong Semangat Pluralisme lewat Pekan Keterampilan


dan Seni
Kompas.com - 11/10/2019, 20:43 WIB

Editor Yohanes Enggar Harususilo

KOMPAS.com - Paparan radikalisme di kalangan generasi milenial menjadi


fenomena yang meresahkan. Meski Generasi yang lahir sejak pertengahan 1990-
an sampai pertengahan 2000-an merupakan pengguna gadget dan berbagai
wahana informasi yang cepat namun mereka belum dibekali dengan kemapanan
psikis dan spiritual. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan
bahaya radikalisme yang merasuki generasi muda oleh disinformasi ajaran agama
dan hoaks melalui platform smart phone dan wahana berteknologi lainnya.
"Pemahaman agama anak-anak kita sekarang adalah tanggungjawab kita semua,
bukan hanya Kementerian Agama," kata Menag saat membuka Pekan

3
4

Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) di Asrama Haji
Sudiang, Makassar, Kamis (10/10/2019).

Pentas PAI merupakan wahana kompetisi kesenian islami antar peserta didik dari
jenjang SD, SMP hingga SMA/SMK.

Ada 10 cabang perlombaan yang akan dipertandingkan yaitu : (1) Musabaqah


Tilawatil Qur’an, (2) Pidato, (3) Musabaqoh Hifdzil Qur’an, (4) Cerdas Cermat, (5)
Kaligrafi, (6) Nasyid, (7) Debat PAI, (9) Kreasi Busana, (10) Penulisan Cerita Remaja
Islami, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja. Pemahaman agama di kalangan generasi
milenial, lanjut Menag, harus dijaga dengan berbagai varian kegiatan, termasuk
pentas seni Islami ini. Generasi milenial harus memiliki pola pikir dan sikap
moderat dalam beragama. "Kami selalu mengembangkan pendekatan
pembelajaran agama yang berbasis pemikiran kritis dan memiliki kelenturan
intelektual," katanya. Radikalisme di kalangan generasi Z menurut survey
mencapai 38 persen. Untuk itu sesuatu yang kongkrit harus dilakukan untuk
membendung laju radikalisme kaum muda. Di sekolah-sekolah terdapat kegiatan
kerohanian Islam di sekolah. Namun pada beberapa kasus, kegiatan Rohis malah
menjadi pintu masuk radikalisme dan pemahaman agama sempit. Disain kegiatan
Pentas PAI adalah internalisasi nilai-nilai ajaran Islam sehari-hari dalam bentuk
lomba. Ide-ide pluralisme akan masuk dalam tema-tema perlombaan seperti
dalam lomba pidato, debat, nasyid, dan cerdas cermat.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan,


acara ini diharapkan dapat menyalurkan minat dan bakat siswa sekolah ke arah
yang positif. "Kita ketahui generasi milenial tak luput dari godaan ideologi radikal.
Maka kita beri mereka saluran yang jelas agar dapat menangkap prinsip agama

4
5

Islam yang rahmatan lilalamin," katanya. Dalam acara ini para guru dan pengawas
pendidikan agama Islam hadir untuk memastikan seluruh mata lomba mengarah
pada ide utama moderasi agama yang selama ini telah dikampanyekan
Kementerian Agama. Direktur Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam
Kemenag, Rohmat Mulyana, menandaskan, acara ini rutin digelar dua tahunan.
"Tahun ini 2000 peserta kita datangkan dari seluruh Indonesia," katanya. Sebagai
penanggungjawab teknis acara ini, Rohmat mengungkapkan, semua mata lomba
merupakan aktualisasi tumbuhkembangnya minat dan bakat siswa dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai agama Islam. "Kita berharap
acara seperti ini menjadi tradisi kegiatan keagamaan peserta didik yang relevan
dan kontekstual," pungkasnya.

5
6

Rabu 02 Agustus 2017, 23:33 WIB


Menag Lukman: Pluralitas Indonesia Bisa Jadi Contoh Negara Lain

Yogyakarta - Masyarakat Indonesia yang plural atau majemuk bisa menjadi


contoh bagi negara-negara lain. Walau umat Islam menjadi mayoritas penduduk
di negeri ini, namun tidak membatasi ritus peribadatan agama-agama lainnya.

"Saya pikir Indonesia bisa dijadikan model aktif dalam melihat keberagamaan.
Walaupun Indonesia (penduduknya) negara mayoritas muslim, tapi disini ada
Candi Borobudur dan Candi Prambanan sebagai tempat melaksanakan
ibadahnya," ungkap Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam acara Asian
Youth Day (AYD) ke-7 di Jogja Expo Center (JEC) di Jl Gedongkuning, Bantul, Rabu
(2/8/2017) malam.

Menurutnya program ini bisa menjadi program saling berkumpul, saling bagi
pengetahuan dan tentunya saling belajar keberagaman. Menurutnya

6
7

keberagaman adalah keniscayaan, sehingga manusia tidak bisa mengingkari


keberagaman tersebut. Sebab itu diperlukan media pembelajaran, terutama bagi
generasi muda untuk mempelajari realitas pluralitas di tengah-tengah
masyarakat.

"Keragaman sesuatu yang niscaya di dunia ini, semua dari kita tidak bisa
mengingkarinya, sehingga kita harus menyikapinya dengan penuh kearifan.
Melalui acara seperti ini diharapkan anak muda belajar memahami keragaman,
agar bisa menyikapinya dengan penuh kearifan," paparnya.

Dia mengatakan belajar untuk memahami keberagaman itu perlu diterapkan di


Indonesia. Semakin arif masyarakat menyikapi keberagaman, diharapkan
kehidupan kebangsaan di Indonesia semakin membaik di masa yang akan datang.

"Ini penting bisa diterapkan di seluruh masyarakat Indonesia, apapun agamanya


itu. Agar kehidupan kebangsaan kita semakin membaik di masa depan," katanya.

Sementara itu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menambahkan,


kehidupan keberagaman di Indonesia selama ini sudah berjalan baik. Buktinya
banyak tempat di negeri ini, yakni ada masjid dengan tempat peribadatan lainnya
seperti gereja, berdiri saling berdampingan tanpa ada permusuhan.

"Di beberapa kota (di Indonesia), dapat dijumpai masjid dan gereja (berdiri)
berdampingan. Ini menjadi saksi kehidupan keberagaman yang ada di sini. Wasiat
agama memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik," pungkas Sultan.

7
8

Ancaman Terhadap Pluralisme Hambat Pembangunan


Berkelanjutan
CNN Indonesia | Rabu, 12/10/2016 22:41 WIB

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin


mengatakan, ancaman terhadap keutuhan nilai pluralisme masyarakat
sedang berkembang di dunia. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia
Din Syamsuddin mengatakan, ancaman terhadap keutuhan nilai pluralisme
masyarakat sedang berkembang di dunia. Hal ini akan menjadi penghambat dari
proses pembangunan berkelanjutan.

Din menyatakan hal tersebut di hari kedua acara World Culture Forum 2016.
Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Menurutnya, penting untuk melihat kemajemukan
dalam pembangunan berkelanjutan karena menyangkut pada nilai kemanusiaan.

8
9

Forum yang merupakan kelanjutan dari Bali Promise tahun 2013 ini membahas
soal pembangunan berkelanjutan yang saat ini tengah dilakukan oleh negara-
negara di dunia.

"Ada ancaman kemajemukan, karena di dunia sekarang ini muncul individualisme,


sektarianisme, egosentrisme baik atas nama agama, rasionalitas, maupun
kesukuan dan etnis. Ancaman ini juga termasuk karena kepentingan politik," kata
Din di Bali, Rabu (12/10).

Pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga hal, yakni ekonomi, sosial dan
lingkungan. Toleransi kehidupan beragama masuk dalam aspek sosial.

Namun, pembangunan berkelanjutan yang terjadi saat ini masih mengutamakan


pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Ancaman keberagaman itu, kata Din, akan menjadi ancaman bagi peradaban
hidup manusia. Maka itu, perlu gerakan untuk memperkuat multikulturalisme
melalui dialog seperti dialog antaragama, dialog antarkebudayaan dan dialog
antarperadaban.

Meski demikian, menurut Din, dialog tidak bisa mengatasi hal itu secara
sempurna. Untuk bisa mengatasinya, harus dilakukan kemajemukan yang
berkemajuan, yakni wawasan keberagaman yang ditampilkan dengan
kebersamaan dan kerja sama dalam soal kemanusiaan.

9
10

"Contohnya, ada perbedaan-perbedaan soal konsep Ketuhanan, tapi ada


persamaan menyangkut wawasan kemanusiaan. Kenapa tidak bekerjasama untuk
aksi kemanusiaan," ucapnya.

Salah satu caranya melalui pendidikan nilai moral dan etika. Selama ini pendidikan
di Indonesia hanya menyangkut pada teori ilmu yang diberikan oleh para pengajar
kepada muridnya.

Meski demikian, menurut dia, pendidikan nilai moral tidak bisa hanya lewat
doktrin dan ceramah, namun harus ditunjukkan dengan keteladanan dan
kebiasaan. Selain itu, Din juga mengatakan, masyarakat harus kembali
menghayati Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang mulai ditinggalkan.

Dampak tidak dihayatinya Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika , kata Din, dapat
membuat gejala dan gelagat individualisme dan egoisme kelompok. Hal ini seperti
konflik yang telah terjadi di Ambon, Poso dan Kalimantan.

"Ini tugas kita merajut kemajemukan dan ini memang tidak ada jalan lain yang
strategis selain lewat pendidikan," tuturnya.

Hal ini menjadi penting, pasalnya tujuan dari pembangunan berkelanjutan supaya
masyarakat menikmati kesejahteraan yang sama dari waktu ke waktu dan dari
generasi ke generasi. (chs)

10
11

11
12

Inilah Contoh Kecil Pluralitas Indonesia di Pelosok Kendal (III)


Jumat, 5 Juni 2015 | 16:20 WIB

Empat rumah ibadah yang dibangun berdampingan di Dukuh Kalipuru, Kendal,


Jawa Tengah menjadi contoh kecil pluralitas masyarakat Indonesia yang begitu
tinggi. "Saya pikir Kalipuru ini adalah Indonesia kecil. Semua agama hidup rukun di
sini, sesuai Pancasila," ujar Kepala Desa Kalirejo, Kecamatan Singorojo, Marsudi,
pekan lalu.

Ungkapan Marsudi itu berangkat dari kondisi toleransi antar warga Dukuh
Kalipuru yang tinggi. Dia mengakui, bukan kebijakannya sebagai Kades yang
membuat toleransi itu menguat. Sikap hormat-menghormati di antara warga di
dukuh itu memang sudah ada turun-temurun.
12
13

"Agama di Kalipuru tidak pernah dipermasalahkan. Meski pendidikan kami


rendah, tapi kami bisa menjaga kebersamaan, itu sudah tertata sejak dulu.
Mungkin pendiri desa ingin seperti itu," papar Marsudi.

Warganya, menurut Marsudi, sudah tidak lagi memikirkan persoalan agama.


Hidup lama berdampingan dengan warga berlainan agama sudah cukup dengan
tidak menyinggung agama. Apalagi, warga juga sudah terbiasa hidup bersama,
berkegiatan bersama.

Di kalangan anak kecil, orangtua juga mendidik anak mereka untuk menjaga sikap
toleran tersebut. Sembari belajar di sekolah, anak-anak Dukuh Kalipuru
bercengkrama akrab antar penganut agama.

Lingkungan membentuk sang anak untuk belajar toleran. "Anak-anak kecil di sini
tidak dijajari soal agama apa yang benar. Mereka sudah faham dengan lingkungan
yang ada. Ketika ikut ke gereja atau pura, atau ada acara agama, mereka datang
dan makan seperti biasanya. Tidak ada kekawatiran bahwa makanan berasal dari
barang yang haram, atau tidak baik. Semua sudah faham, dan hal itu sudah
lewat," tambah dia.

Di atas semua itu, Marsudi ingin agar pola pengajaran anak-anak tetap berbasis
lingkungan yang ada. Ia tak ingin ada warga lain yang merusak dengan
mengajarkan kefanatikan pada agama tertentu. Baginya, kedamaian dan toleransi
antara warga lebih penting dibanding fanatisme atas suatu agama.

"Kunci beragama di Kalipuru ini menurut saya, mengajarkan warga untuk tidak
fanatik pada agama. Itu kuncinya," ujar Marsudi.

13
14

Konflik
Polemik Pemekaran Tanah Papua, dari Konflik Sosial hingga
Anggaran
Kompas.com - 01/11/2019, 18:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Papua, seusai


dilantik sebagai presiden untuk periode kedua, membuat rencana pemekaran di
wilayah paling timur Indonesia itu semakin terlihat. Menteri Dalam Negeri Tito
Karnavian mengungkapkan, ada dua aspirasi yang masuk terkait pemekaran
Papua, yaitu Papua Selatan dan Papua Pegunungan. Namun, dari kedua wilayah
itu yang dinilai sudah cukup siap ialah wilayah Papua Selatan. "Pemerintah pusat
kemungkinan mengakomodasi hanya penambahan dua provinsi. Ini yang sedang
kami jajaki. Yang jelas, Papua Selatan sudah oke," kata Tito di Jakarta, Selasa
(29/10/2019).

14
15

Jauh sebelum wacana ini dimunculkan Tito Karnavian, sejumlah perwakilan tokoh
masyarakat Papua bertemu dengan Jokowi di Istana Negara pada 10 September.
Dalam pertemuan yang diikuti sekitar 60 tokoh itu, salah satu aspirasi yang
disampaikan ialah terkait rencana pemekaran wilayah Papua dan Papua Barat.
Awalnya, para tokoh Papua yang hadir meminta agar ada pemekaran sebanyak
lima wilayah di Papua dan Papua Barat. Jokowi pun menyetujui pemekaran itu.
Namun, ia hanya menyetujui dua atau tiga wilayah.

Kekhawatiran konflik Adapun pertemuan Jokowi dengan tokoh Papua sudah


direncanakan sejak aksi protes yang berujung kericuhan di sejumlah wilayah di
Papua pada Agustus lalu. Akan tetapi, wacana pemekaran disertai sejumlah
kekhawatiran bagi sebagian besar warga. Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas
Cendrawasih, Diego Romario de Fretes, khawatir pemekaran yang direncanakan
pemerintah justru akan menimbulkan potensi konflik baru, terutama antara
militer dan masyarakat. Hal itu didasarkan atas kemungkinan pembangunan
markas militer dan kantor kepolisian baru sebagai dampak dari pemekaran ini.
"Menurut masyarakat yang saya temui, mereka takut, mereka ada di bayang-
bayang militer," kata dia.

Hal yang sama disampaikan tokoh pemuda Papua, George Saa. Ia pun merujuk
data konflik yang dirilis Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang
menyebut setidaknya ada 37 korban jiwa akibat konflik yang terjadi di wilayah
Papua. Selain itu, ia khawatir pemekaran ini justru tidak akan dirasakan
dampaknya oleh masyarakat asli Papua. "(Jika) pemekaran wilayah masuk,
pembangunan masuk, ini akan mengundang siapa pun dengan segala bentuk

15
16

kapital yang ada masuk (ke Papua) dan ujung-ujungnya orang Papua dengan
tanah wilayahnya menjadi obyek pembangunan," ujar George.

Berdasarkan analisis Meski demikian, Mendagri Tito Karnavian meyakini bahwa


rencana ini tidak akan menimbulkan persoalan di kemudian hari. Terutama,
menurut Tito, terkait ancaman munculnya kecemburuan sosial dari daerah lain
yang sebelumnya juga mengusulkan pemekaran wilayah, hingga konflik sosial
dalam skala yang lebih besar. Seperti diketahui, sejak 2014 pemerintah
menerapkan kebijakan moratorium pemekaran wilayah. Hal itu didasari atas
kurangnya performa daerah yang dimekarkan pada masa pemerintahan
sebelumnya. Bahkan, banyak daerah yang justru dinilai membebani Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) karena harus disokong pemerintah pusat
terus-menerus. "Ini kan situasional. Kita kan dasarnya data intelijen. Kemudian
data-data lapangan kita ada. Situasi nasional," ucap Tito.

Hal yang sama disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Mahfud MD. "Pemekaran akan dilakukan, tapi tentu dicari jalan-jalan
proseduralnya agar tidak terjadi apa yang disebut kecemburuan. Kalau Papua itu
kan memang nampaknya alternatifnya dimekarkan," kata dia. Sejauh ini, Kepala
Negara telah menerima 183 usulan pemekaran, baik untuk provinsi maupun
kabupaten/kota. Namun, hingga kini belum ada satu pun usulan yang disetujui.

Anggaran diatur Tidak hanya persoalan konflik dan kecemburuan sosial, wacana
pemekaran juga mendapat sorotan dalam hal anggaran. Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah siap mengatur anggaran untuk
wacana pemekaran Provinsi Papua Selatan. Namun, sebelum anggaran

16
17

pemekaran wilayah dia siapkan, berbagai ketentuan termasuk dari sisi landasan
hukum juga sudah harus diselesaikan. "Dalam rangka pembentukan daerah
Provinsi baru, tentu ada langkah-langkah dari sisi legal, peraturan untuk
mendukungnya dan nanti implikasi anggarannya," ujar Sri Mulyani di Jakarta,
Selasa (29/10/2019).

Namun, pembentukan Provinsi Papua Selatan tersebut tidak bisa begitu saja
dianggarkan dalam APBN 2019 yang segera tutup buku dua bulan lagi. Sri Mulyani
pun belum bisa memberi gambaran bakal seberapa besar anggaran yang
dibutuhkan untuk membentuk Provinsi Papua Selatan meski dirinya menyatakan
alokasi anggaran pemekaran mungkin tidak begitu besar. Sebab, prosesnya bisa
berjalan secara bertahap dan infrastruktur provinsi pemekaran tidak melulu harus
selalu baru. "Karena dari gedung pemerintah dan lain-lain menggunakan yang ada
dulu. Bertahap bisa dipenuhi," ucapnya.

17
18

Ini 2 Langkah Strategis Pemerintah Atasi Konflik Sosial di


Nduga
Kompas.com - 07/08/2019, 12:41 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional


(PPN)/Bappenas telah menyiapkan 2 langkah strategis untuk mengatasi konflik
sosial berkepanjangan yang terjadi di Kabupaten Nduga, Papua. Direktur Daerah
Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Kementerian PPN, Velix Wanggai
menyatakan, kebijakan tersebut dibuat setelah bupati, ketua DPRD, sekda dan
jajaran OPD Nduga menyampaikan aspirasinya pada minggu lalu. "Dari aspirasi
yang ada akhirnya kami mengagendakan 2 agenda besar. Pertama adalah kami
merumuskan strategi/langkah-langkah rehabilitasi, pemulihan dan rekontruksi
Nduga, terutama untuk saudara-saudara kami yang mengungsi," ujar Velix, di
Jayapura, Rabu (7/8/2019).

Dari strategi pertama ini, lanjut dia, Kementerian PPN sedang merumuskan
bagaimana langkah-langkah pemuihan sosial, membangun psikologi, memperkuat

18
19

peran tokoh-tokoh agama dan adat untuk penyelesaian masalah sosial dengan
juga memperhatikan aspek keamanan. Strategi kedua adalah merumuskan
langkah-langkah percepatan pembangunan di Kabupaten Nduga. Dari 29
kabupaten/kota yang ada di Papua, Nduga merupakan daerah yang relatif paling
tertinggal. "Jadi, kami menganggap membangun Nduga adalah menyelesaikan
masalah di Papua. Nduga adalah simbol percepatan pembangunan di Papua,
Nduga merupakan barometer percepatan pembangunan di Papua, sehingga kami
sedang identifikasi bagaimana strategi komperhensif pembangunan Nduga," kata
dia. Velix mengaku, Kementerian PPN sedang memetakan 32 distrik yang ada di
Nduga, di mana ada sekitar 12 distrik yang sekarang sedang bermasalah. Untuk
pelaksanaannya, Kementerian PPN telah membuat waktu kerja, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. "Untuk strategi pertama kami berharap enam
bulan ke depan ada langkah-langkah percepatan pemulihan sosialnya. Itu ada
aspek dari Bappenas, BNPD, karena ini kami anggap dalam konteks kebencanaan,"
tutur dia. "Strategi percepatan pembangunan kami petakan dalam lima tahun ke
depan sesuai dengan arah besar pembangunan nasional hingga 2024," sambung
Velix

Namun, ada kendala untuk melaksanakan rencana-rencana tersebut, yaitu masih


minimnya data kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Nduga. "Masalah
administrasi kependudukan dan catatan sipil itu jadi PR di seluruh Papua, tapi
kami akan terus meningkatkan catatan dari Kementerian Sosial, Kemendagri, kami
ingin meningkatkan catatan sipilnya saudara-saudara kita di Papua," kata dia.
Menurut dia, data tersebut penting karena menjadi barometer formulasi
anggaran nasional yang menggunakan basis catatan sipil.

19
20

4.000 Peserta Ramaikan Festival Pranata Adat dan Budaya di


Situbondo
Kompas.com - 23/06/2019, 11:02 WIB

SITUBONDO, KOMPAS.com - Sekitar 4.000 peserta dari berbagai kelompok


masyarakat desa di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, turut hadir meramaikan
Festival Pranata Adat dan Forum Perdamaian di Situbondo yang mulai dibuka
pada Sabtu (22/6/2019). Kegiatan Festival Pranata Adat dan Budaya di Kabuoaten
Situbondo kali ini, diisi dengan berbagai kegiatan pertunjukan kesenian nusantara.
Seperti pentas tari landung, arak-arakan komantan korong, pertunjukan wayang
kerte, dolanan bocah, pawai seni ancak, pertunjukan kesenian ohjung Situbondo,
pawai petik laut, hingga Best Situbondo Carnaval. Festival juga diisi dengan
kegiatan pameran usaha kecil dan menengah (UKM), revitalisasi sarana dan

20
21

prasarana olahraga desa, deklarasi perdamaian, dan berbagai macam kegiatan


lintas kementrian dan lembaga.
Sebelum festival digelar, terlebih dulu diawali dengan kegiatan gelaran rapat
koordinasi tentang penanganan konflik sosial yang dimotori oleh Asisten Deputi
Konflik Sosial Kemenko PMK. Dilanjutkan dengan dialog nasional kemudian Forum
Perdamaian yang menghadirkan sejumlah tokoh lintas agama dan kelompok-
kelompok masyarakat di Situbondo. Seperti dari Forum Kerukunan Umat
Beragama, Forum Pembaruan Kebangsaan, Pemuda Anshor, Pagar Nusa, Pemuda
Katolik, Pemuda Hindu, dan Pemuda Kristen. Kegiatan ini dibuka oleh Direktur
Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu) Kementerian Desa dan
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) Aisyah
Gamawati.

Aisyah mengatakan jika kegiatan ini diagendakan untuk mendorong penguatan


komitmen perdamaian pada masyarakat dengan berbasiskan pada nilai-nilai
keragaman budaya bangsa Kegiatan serupa juga diselenggarakan oleh Kemendesa
PDTT di sejumlah daerah lain sejak 2015, seperti di Kabupaten Sumbawa, Nusa
Tenggara Barat; Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah; dan di Kabupaten
Ende, Nusa Tenggara Timur. “Di setiap rangkaian kegiatan Festival Pranata Adat
dan Budaya yang kami selenggarakan, selalu didahului dengan Forum Perdamaian
dari masyarakat setempat,” kata Aisyah Gamawati melalui rilis ke Kompas.com,
Minggu (23/6/2019). Forum Perdamaian Sementara itu, Direktur Penanganan
Daerah Pasca Konflik Kemendesa PDTT Hasrul Edyar, selaku Ketua Pelaksana
Kegiatan Festival Adat dan Budaya mengatakan, Kemendesa PDTT berharap

21
22

melalui rangakaian kegiatan ini, akan mempererat kohesi sosial pada masyarakat
akar rumput untuk merawat dan terus berkomitmen pada kondisi perdamaian.

“Dalam Forum Perdamaian semua peserta berdiskusi bersama dengan metode


analisa konflik untuk menganalisa kemungkinan-kemungkinan penyebab konflik
dan sumber utamanya, yang kemudian hasilnya akan dirumuskan bersama untuk
melakukan pencegahan dan berbagai langkah tindakan preventif lain untuk
penghentian potensi konflik,” ujar Hasrul. Turut hadir dan memberikan sambutan
Bupati Situbondo Dadang Sugiarto S.H, unsur Forkompimda setempat, Asisten
Deputi Konflik Sosial Kemenko PMK Ponco Respati Nugroho, Direktur
Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial Kemensos Nurul Farijati serta
perwakilan unit kerja di lingkungan Kemendesa PDTT.

22
23

Selama 2018, 12 Orang Meninggal Dunia akibat Konflik Sosial


di Mimika
Kompas.com - 29/12/2018, 19:45 WIB

TIMIKA, KOMPAS.com- Kepolisian Resor Mimika, Papua mencatat 12 orang


meninggal dunia selama tahun 2018 akibat konflik sosial. Hal ini disampaikan
Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto didampingi sejumlah perwira pada rilis
akhir tahun 2018 di Kantor Pelayanan Polres Mimika, Jalan Cenderawasih, Kota
Timika, Sabtu (29/12/2018). Dijelaskan Agung, konflik sosial yang terjadi di Distrik
Kwamki Narama menyebabkan 12 orang meninggal dunia. Konflik dipicu aksi
penganiayaan terhadap Dedi Kiwak hingga meninggal dunia pada 12 November
2017 lalu di check point 28. Akibat penganiayaan itu, dua kelompok di Kwamki
Narama terlibat bentrok menggunakan senjata tradisional berupa busur panah
hingga April 2018. Selain 12 orang meninggal dunia, dalam bentrok tersebut juga
melukai 12 orang dari kedua kelompok.

23
24

"Dalam bentrok antarkelompok itu mengakibatkan korban luka-luka maupun


meninggal dunia," kata Agung. Mencegah bentrok terus berlanjut, pihak
kepolisian terus menerus melakukan razia senjata tajam, termasuk busur panah
yang digunakan kedua kelompok untuk saling serang. Hasilnya, polisi berhasil
mengamankan 74 busur, 751 anak panah, dan 9 buah sajam. "Langkah-langkah
kepolisian untuk menekan dan mengantisipasi aksi bentrok antarkelompok
tersebut adalah melaksanakan kegiatan razia sajam, panah terhadap kedua
kelompok," ujar Agung. Kedua kelompok berhasil didamaikan setelah pihak
kepolisian berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mimika. Prosesi
perdamaian pun dilakukan secara adat yaitu belah kayu pada 18 April 2018
dengan dipimpin langsung Bupati Mimika Eltinus Omaleng.

"Kedua kelompok sudah berdamai pada 18 April lalu," kata dia. Sementara itu, di
tahun 2018 sebanyak 12 kasus penembakan juga terjadi di area kerja PT Freeport
Indonesia. Akibatnya, 1 prajurit TNI gugur dan 3 orang sipil terluka. Selain itu,
kasus pemalangan sebanyak 13 kali yang dilatar belakangi masalah pendulangan
karena para pendulang tidak dapat menjual hasil dulangan di toko emas, terkait
PHK, laka lantas, dan pembayaran insentif guru honorer. Sedangkan aksi unjuk
rasa terjadi sebanyak 20 kali di tahun 2018. Seperti unjuk rasa masalah ijazah
yang digunakan Bupati Mimika Eltinus Omaleng saat mencalonkan diri kembali
sebagai bupati, masalah pendulangan, masalah hak ulayat PT Freeport Indonesia,
masalah insentif guru honorer, dan masalah beasiswa putra daerah yang
menempuh pendidikan di luar Mimika. "Semua itu kasus menonjol di tahun
2018," pungkas Agung.

24
25

Kontras Kritik Penghargaan Timdu Penanganan Konflik Sosial


2019 untuk Jawa Timur
Kompas.com - 17/05/2019, 17:34 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak


Kekerasan ( Kontras) Surabaya memprotes penghargaan untuk Pemprov Jatim
sebagai provinsi terbaik tim terpadu (Timdu) tingkat nasional dalam penanganan
konflik sosial tahun 2019. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
menerima penghargaan itu saat Rakornas Tim Terpadu di Jakarta, Kamis
(16/5/2019), dari Menkopolhukam Wiranto, didampingi Mendagri Tjahjo Kumolo.
Penghargaan tersebut diperoleh Provinsi Jatim atas keberhasilan mampu menjaga
stabilitas dan keamanan yang kondusif pasca-pilkada serentak 2019.

Kontras menganggap, penghargaan tersebut prematur mengingat Khofifah baru


menjabat gubernur selama empat bulan. "Belum nampak komitmen yang jelas
terkait upaya penanganan konflik sosial, sama dengan gubernur Soekarwo meski
25
26

sudah memimpin 10 tahun," kata Koordinator Kontras Surabaya, Fatkhul Khoir,


Jumat (17/5/2019). Bukti paling konkret, lanjut dia, Pemprov Jatim sampai saat ini
belum berhasil menyelesaikan konflik kelompok Syiah Sampang sejak 2012.
"Ratusan warga Sampang tercabut dari akar sosialnya dan kini terpaksa hidup di
rumah susun di Sidoarjo," ujar dia. Selain kasus Syiah Sampang, masih ada 19
kasus konflik berlatar belakang agraria. "Bahkan, juga ada kasus pelanggaran
terhadap kebebasan berekspresi dan berpendapat di muka umum, seperti
pembubaran diskusi mahasiswa Papua di Surabaya, dan pembubaran forum
diskusi di Malang dan Blitar," ungkap dia.

Harusnya, kata dia, pemerintah lebih selektif dalam memberikan penghargaan


kepada kepala daerah. "Setidaknya harus ada kajian dan literasi bukti otentik
untuk memberikan penghargaan kepada seorang kepala daerah," ujar dia. Selain
Jawa Timur, penghargaan timdu penanganan konflik sosial di tingkat provinsi juga
diperoleh DIY, Maluku Utara, Lampung, dan Provinsi Aceh. Di tingkat kabupaten,
penghargaan diraih Kabupaten Lamongan, Gunung Kidul, Kota Tidore, Kota
Lampung Selatan, dan Kota Banda Aceh.

26

Anda mungkin juga menyukai