Glukosa Darah
Glukosa Darah
GLUKOSA DARAH
Kelompok 7
Ayu Septra Wulandari J3L112029
Yaya Nugraha J3L112089
Diana Agustini Raharja J3L112168
Tujuan
Percobaan dilakukan untuk menentukan kadar glukosa darah dengan metode
Follin Wu.
Metode
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu akuades, Na-wolframat 10%, H2SO4
0,67 N, kertas saring, fosfomolibdat, darah ayam, standar glukosa, dan
kupritartrat. Alat-alat yang digunakan, yaitu spektrofotometer, penangas air, dan
alat-alat gelas.
Kadar glukosa darah. Sebanyak 1 mL darah dipipet ke dalam erlenmeyer
kecil, kemudian ke dalam erlenmeyer ditambahkan 7 mL akuades, 1 mL Na-
wolframat 10%, dan tetes demi tetes 1 mL H 2SO4 0,67 N. Campuran di dalam
erlenmeyer dicampurkan baik baik dan didiamkan selama 10 menit dengan kertas
saring dan 3 buah tabung disiapkan. Tabung pertama diisi dengan 1 mL filtrat
sampel dan 1 mL kupritartrat. Tabung kedua diisi dengan 1 mL standar glukosa
dan 1 mL kupritartrat. Tabung ketiga diisi dengan 1 mL akuades dan 1 mL
kupritartrat. Ketiga tabung tersebut dipanaskan dalam air mendidih selama 8
menit, didinginkan, kemudian diencerkan dengan 7 mL akuades. Fosfomolibdat
sebanyak 1 mL ditambahkan pada setiap tabung. Intensitas warnanya ditentukan
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Kadar glukosa darah
dihitung dalam mg/dL.
Hasil
Berikut ini hasil yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan pada
penentuan kadar glukosa darah.
Tabel 1 Data hasil penentuan kadar glukosa darah
Larutan Absorpsi Kadar glukosa darah (mg/dL)
Blanko 0,000
Standar 0,005
Sampel 1 0,002 40
Sampel 2 0,005 100
Contoh perhitungan pada sampel 1.
Pembahasan
Metode yang digunakan pada percobaan dalam perhitungan glukosa darah
bergantung pada kemampuan glukosa untuk mereduksi larutan tembaga alkali.
Pereaksi yang mengandung asam fosfomolibdat dapat membentuk kompleks
bewarna biru akibat adanya kombinasi tembaga tereduksi. Metode yang
digunakan dalam penentuan kadar glukosa darah pada percobaan ialah metode
Follin Wu yang pertama kali diperkenalkan oleh Follin dan Wu pada tahun 1919.
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas
protein dengan pengendapan protein.
Percobaan yang dilakukan menggunakan beberapa pelarut dan pereaksi.
Larutan yang digunakan di antaranya ialah kupritartrat, fosfomolibdat, standar
glukosa, H2SO4, Na-wolframat, dan akuades. Fungsi penambahan akuades ialah
mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades.
Albumin merupakan protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi
oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur. Penambahan Na-
wolframat berfungsi agar darah terbebas dari protein dengan cara mengendapkan
albumin yang terlarut dalam air. H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Na-wolframat. Fungsi pemanasan
selama 8 menit bertujuan mempercepat reaksi (Poedjiadi 1994).
Ketika dilakukannya penambahan kupritartrat, ion kupri akan direduksi oleh
gula menjadi kupro dan mengendap sebagai Cu2O dan dengan penambahan
pereaksi fosfomolibdat, kupro oksida akan larut kembali. Larutan akan
membentuk warna biru tua yang disebabkan oleh adanya oksida Mo dengan reaksi
dapat dilihat pada gambar 1.
Kupritartrat + glukosa Cu2O (endapan)
Cu2O (endapan) + fosfomolibdat oksida Mo (biru tua)
Gambar 1 Reaksi yang terjadi pada metode Follin Wu
Serapan dari warna larutan merupakan ukuran dari banyaknya gula yang ada di
dalam filtrat (Murray 2006). Fosfomolibdat yang akan ditambahkan pada sampel
bersifat sangat reaktif sehingga penambahannya pada sampel yaitu ketika hendak
dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer.
Uji glukosa darah pada percobaan yang dilakukan menggunakan metode
spektrofotometri pula. Spektrofotometri merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah. Metode analisis
spektrofotometri didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri
dari radiasi gelombang dengan panjang gelombang yang berbeda akan
menimbulkan cahaya yang berbeda pula sedangkan campuran cahaya dengan
perbedaan panjang gelombang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih
meliputi seluruh spektrum tampak pada panjang gelombang 400-760 nm.
Spektrofotometri terjadi jika perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh
perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi. Prinsip kerja
spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu jika cahaya
monokromatis melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut akan diserap
dan sebagian lainnnnya akan dipantulkan maupun dipancarkan. Serapan dari
warna larutan diukur pada panjang gelombang 660 nm, karena glukosa memiliki
panjang gelombang maksimum pada 660 nm. Pemilihan panjang gelombang
maksimum ini bertujuan agar diperoleh konsentrasi glukosa darah lebih tepat dan
teliti, karena jika pengukuran tidak melalui panjang gelombang maksimum maka
akan menyebabkan kesalahan respon pada alat cukup besar jika terjadi sedikit
perubahan yang tidak diinginkan pada pengukuran.
Glukosa darah berasal dari beberapa sumber di antaranya ialah dari
karbohidrat makanan, senyawa glikogenik melalui glikoneogenesis, serta dari
glikogen hati oleh glikogenesis. Sistem penjaga kadar glukosa dalam darah pada
ternah ruminansia melalui proses glikolisis, glikoneogenesis, dan sebagainya
sehingga konsentrasi glukosa darah akan relatif konstan (Poedjiadi 1994). Sampel
darah yang digunakan pada percobaan ialah darah yang berasal dari darah ayam.
Kadar gula darah normal pada ternak ruminansia bervariasi, yaitu antara 40-60
mg/100 mL dan 35-55 mg/100 mL (Poedjiadi 1994). Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui bahwa kadar glukosa darah ayam pada sampel 1 sebesar 40 mg/dL dan
100 mg/dL. Kadar glukosa darah ayam sebesar 40 mg/dL setara dengan 40
mg/100 mL, sehingga sampel 1 menunjukkan kadar gula darah ayam dalam
kondisi normal. Sampel 2 sebesar 100 mg/dL yang setara dengan 100 mg/100 mL,
sehingga sampel 2 menunjukkan kadar gula darah ayam dalam kondisi di atas
normal. Sampling dilakukan pada darah ayam yang sama sehingga kemungkinan
adanya kesalahan dalam pengukuran dapat terjadi. Jika kadar glukosa darah yang
diperoleh sedikit di atas normal dapat dikatakan bahwa kondisi ayam tersebut
sebelum pengambilan darah ialah setelah memakan pakan. Jika kadar glukosa
darah yang diperoleh sedikit di bawah normal dapat dikatakan bahwa kondisi
ayam tersebut sebelum pengambilan darah ialah sebelum memakan pakan.
Kadar gula darah normal di dalam tubuh manusia berkisar antara 70 hingga
120 mg/dL sebelum makan dan setelah makan berada di kisaran di bawah 140
mg/dL. Beragamnya kisaran gula darah normal dipengaruhi oleh usia, genetis, dan
perbedaan pola makan. Gula darah meningkat setelah mengkonsumsi makanan
ataupun minuman yang bukan air mineral. Kadar glukosa yang tinggi disebut
dengan hiperglikemia. Apabila kadar glukosa yang diperoleh sangat tinggi jauh
dari normal merupakan tanda dari penyakit diabetes melitus. Gula darah yang
tinggi lambat laun dapat merusak mata, saraf, ginjal, atau jantung. Kadar yang
tinggi ini dapat disebabkan oleh efek samping protease inhibitor (PI). Kadar gula
darah yang sangat rendah dari normal disebut dengan hipoglikemia yang dapat
menyebabkan kelelahan hingga hilang kesadaran.
Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat
serta metabolismenya terganggu. Kira-kira 50% glukosa pada keadaan normal
yang masuk ke dalam tubuh mengalami metabolisme sempurna manjadi CO 2 dan
H2O pada jaringan adiposa melalui proses glikolisis, 15% menjadi glukagon pada
jaringan hepar melalui proses glikogenesis dan kira-kira 30-40% diubah menjadi
lemak pada jaringan adiposa. Proses pencernaan karbohidrat pada kondisi normal
dapat dilihat pada gambar 2.
Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapaat disimpulkan bahwa
kadar glukosa darah ayam pada sampel pertama normal sebesar 40 mg/dL,
sedangkan pada sampel kedua di atas normal sebesar 100 mg/dL.
Daftar Pustaka
Dawn BM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Dasar-Dasar Kimiawi dan Biolo-
gis Biokimia. Jakarta: EGC.
Murray RK, DK Granner, VW Rodwell. 2006. Harper’s Illustrated Biochemistry
Amerika: The Mc Graw-Hill Companies, Inc. Ed. ke-27.
Nogrady T. 1992. Kimia Medisinal. Jilid ke-2. Bandung: ITB Press.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wirahadikusumah M. 1985. Biokomia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Li-
pid. Bandung: ITB Press.