keadaan. Setiap titik dalam diagram fase sistem PVT bersesuaian dengan sebuah
keadaan, yaitu keadaan termodinamik. Keadaan termodinamik adalah keadaan
makro (macrostate). Setiap keadaan makro bersesuaian dengan banyak sekali
keadaan mikro, bahkan tak-hingga untuk sistem kontinu. Keadaan mikro adalah
konfigurasi sesaat dari semua elemen mikroskopik. Keadaan-keadaan
mikroskopik suatu sistem dapat dinyatakan dalam ruang fase. Kata Kunci :
· Tekanan P
· Temperatur T
· Volume V
· Energi dalam U
1
Termodinamika
Hukum ke 0 termodinamika berbunyi : ” Jika 2 buah benda berada
dalam kondisi kesetimbangan termal dengan benda yang ke 3, maka ketiga
benda tersebut berada dalam kesetimbangan termal satu dengan lainnya” .
Kata Kunci :
Kesetimbangan
Termal
2
Termodinamika
1. Pengertian Gas Ideal
Gas ideal adalah sekumpulan partikel gas yang tidak saling
berinteraksi satu dengan lainnya. Artinya, jarak antarpartikel gas
ideal sangat berjauhan dan bergerak secara acak. Adapun sifat-
sifat gas ideal adalah sebagai berikut.:
Partikelnya berjumlah banyak.
Tidak ada interaksi antarpartikel atau tidak ada gaya tarik
menarik antarpartikelnya.
Jika dibandingkan ukuran ruangan, ukuran partikel gas
ideal bisa diabaikan.
Tumbukan yang terjadi antara partikel gas dan dinding
ruangan merupakan tumbukan lenting sempurna.
Partikel gas tersebar secara merata di dalam ruangan.
Partikel gas bergerak secara acak ke segala arah.
Berlaku Hukum Newton tentang gerak.
Energi kinetik rata-rata molekul gas ideal sebanding
dengan suhu mutlaknya.
Keterangan:
3
Termodinamika
k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2); dan
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
2. Hukum Charles
Jika Hukum Boyle membahas pengaruh tekanan dan
volume pada suhu tetap, tidak demikian dengan Hukum Charles.
Hukum yang ditemukan oleh Jacques Charles ini menyatakan
bahwa “jika tekanan suatu gas dijaga konstan, maka volume gas
4
Termodinamika
akan sebanding suhu mutlaknya”. Istilah lain dari Hukum Charles
ini adalah hasil bagi antara volume dan suhu pada tekanan tetap
(isobar) akan bernilai tetap. Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.
Keterangan:
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K); dan
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
3. Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay-Lussac ditemukan oleh seorang ilmuwan
Kimia asal Prancis, yaitu Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun
1802. Adapun pernyataan Hukum Gay-Lussac adalah “jika
volume suatu gas dijaga konstan, tekanan gas akan sebanding
dengan suhu mutlaknya”. Artinya, proses berlangsung dalam
keadaan isokhorik (volume tetap). Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.
Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2); serta
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K).
5
Termodinamika
4. Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum Boyle- Gay Lussac adalah “hasil kali antara
tekanan dan volume dibagi suhu pada sejumlah partikel mol gas
adalah tetap”. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2);
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K); serta
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
Tekanan gas ideal
Keberadaan gas di ruang tertutup bisa mengakibatkan
adanya tekanan. Tekanan tersebut disebabkan oleh adanya
tumbukan antara partikel gas dan dinding tempat gas berada.
Besarnya tekanan gas di ruang tertutup dirumuskan sebagai
berikut.
Keterangan:
P = tekanan gas (N/m2);
V = volume gas (m3);
m = massa partikel gas (kg);
N = jumlah partikel gas;
6
Termodinamika
Energi kinetik gas ideal
Energi kinetik gas ideal disebabkan oleh adanya gerakan partikel
gas di dalam suatu ruangan. Gas selalu bergerak dengan
kecepatan tertentu. Kecepatan inilah yang nantinya berpengaruh
pada energi kinetik gas. Secara matematis, energi kinetik gas
ideal dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
Keterangan:
vrms = kecepatan efektif (m/s);
k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
T = suhu gas (K);
m = massa partikel (kg);
Mr = massa molekul relatif (kg/mol);
n = jumlah mol gas (mol);
R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K);
P = tekanan gas (Pa); dan
ρ = massa jenis gas (kg/m3).
7
Termodinamika
Energi dalam gas ideal
1. Energi dalam untuk gas monoatomik, seperti He, Ne, Ar
8
Termodinamika
negatif bila sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (misalnya
bila gas memuai terhadap tekanan atmosfir).
Kerja memiliki berbagai bentuk (misalnya, kerja ekspansi, kerja
listrik, kerja mekanik, kerja permukaan, dan sebagainya). Salah satu
bentuk kerja yang penting adalah kerja yang berhubungan dengan
perubahan volume sistem yang disebut kerja ekspansi.
Q1→2 = ∆U + W
Keterangan
9
Termodinamika
1. Proses Isotermal
Kita telah memahami bahwa proses isotermal merupakan
suatu proses yang terjadi dalam sistem pada suhu tetap.
Besar usaha yang dilakukan sistem proses isotermal ini
adalah W = nRT In (V2/V1). Oleh karena ΔT = 0, menurut
Teori Kinetik Gas, energi dalam sistem juga tidak berubah
(ΔU = 0) karena perubahan energi dalam bergantung pada
perubahan suhu. Ingatlah kembali persamaan energi dalam
gas monoatomik yang dinyatakan dalam persamaan ΔU =
3/2 nRΔT yang telah dibahas.
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk proses isotermal ini dapat dituliskan
sebagai berikut.
Q = ΔU + W = 0 + W
Q = W = nR T ln (V2/V1)
2. Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem
berada dalam keadaan volume tetap. Kita telah memahami
bahwa besar usaha pada proses isokhorik dituliskan W =
pΔV = 0. Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk proses ini dituliskan sebagai
Q = ΔU + W = ΔU + 0
Q = ΔU = U2 - U1
Dari Persamaan kita dapat menyatakan bahwa kalor yang
diberikan pada sistem hanya digunakan untuk mengubah
energi dalam sistem tersebut. Jika persamaan energi dalam
untuk gas ideal monoatomik disubstitusikan ke dalam
Persamaan diatas, didapatkan perumusan Hukum
Pertama Termodinamika pada proses isokhorik sebagai
berikut.
Q = ΔU = 3/2 nR ΔT, atau Q = U2 - U1 =
3/2 nR (T2 —T1)
10
Termodinamika
3. Proses Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi
pada gas berada dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang
dilakukan gas dalam proses ini memenuhi persamaan W =
P ΔV = p(V2 – V1). Dengan demikian, persamaan Hukum
Pertama Termodinamika untuk proses isobarik dapat
dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W
Q = ΔU + p(V2 – V1)
Untuk gas ideal monoatomik, Persamaan diatas dapat
dituliskan sebagai :
Q = 3/2 nR (T2 —T1) + p (V2 – V1)
4. Proses Adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Kita telah
mengetahui bahwa dalam proses ini tidak ada kalor yang
keluar atau masuk ke dalam sistem sehingga Q = 0.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
adiabatik ini dapat dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W,
atau, W = - ΔU = - (U2 - U1)
Berdasarkan Persamaan tersebut, Kita dapat menyimpulkan
bahwa usaha yang dilakukan oleh sistem akan
mengakibatkan terjadinya perubahan energi dalam sistem di
mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau berkurang
dari keadaan awalnya.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk gas ideal
monoatomik pada proses adiabatik ini dituliskan sebagai :
W = - ΔU = - 3/2 nR (T2 —T1)
11
Termodinamika
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu sebesar 1 kelvin. Secara matematis dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut.
Keterangan:
Keterangan:
QV : kalor yang diberikan pada volume tetap
Qp : kalor yang diberikan pada tekanan tetap
12
Termodinamika
Qp =Qv + W
Cp ΔT = CvΔT + pΔV
(Cp-Cv)ΔT = pΔV
sehingga :
, sehingga dan
13
Termodinamika
b. Kapasitas Kalor Pada Suhu Sedang ( ± 500 K)
, sehingga dan
, sehingga dan
14
Termodinamika
setinggi h? Jelas bahwa hal ini akan terjadi, meskipun benda kita
panaskan terus-menerus.
15
Termodinamika
Termodinamika menyatakan bahwa proses alami cenderung
bergerak menuju ke keadaan ketidakteraturan yang lebih besar. Ukuran
ketidakteraturan ini dikenal dengan sistem entropi. Entropi merupakan
besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap keadaan,
dari keadaan awal hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi entropi
suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur. Entropi sama
seperti halnya tekanan dan temperatur, yang merupakan salah satu sifat
dari sifat fisis yang dapat diukur dari sebuah sistem. Apabila sejumlah
kalor Q diberikan pada suatu sistem dengan proses reversibel pada suhu
konstan, maka besarnya perubahan entropi sistem adalah :
dengan:
Mesin Pendingin
16
Termodinamika
Bagan proses penyerapan kalor pada mesin pendingin
dengan:
17
Termodinamika