Anda di halaman 1dari 17

Keadaan termodinamika digambarkan sebagai titik dalam ruang

keadaan. Setiap titik dalam diagram fase sistem PVT bersesuaian dengan sebuah
keadaan, yaitu keadaan termodinamik. Keadaan termodinamik adalah keadaan
makro (macrostate). Setiap keadaan makro bersesuaian dengan banyak sekali
keadaan mikro, bahkan tak-hingga untuk sistem kontinu. Keadaan mikro adalah
konfigurasi sesaat dari semua elemen mikroskopik. Keadaan-keadaan
mikroskopik suatu sistem dapat dinyatakan dalam ruang fase. Kata Kunci :

Dalam termodinamika sistem akan dideskripsikan dengan sejumlah Makroskopis,


mikroskopis
besaran fisis yang menggambarkan keadaan sistem (disebut sebagai besaran
keadaan). Keadaan sistem yang ditinjau dalam termodinamika adalah keadaan
makroskopik yang dapat berupa keadaan rerata dari partikel-partikel dalam
sistem atau berupa keadaan kesuluruhan (total) partikel-partikel dalam sistem.
Contoh keadaan makroskopik tersebut adalah :

· Tekanan P

· Temperatur T

· Volume V

· Energi dalam U

Pengembangan ilmu thermodinamika dimulai dengan pendekatan


makroskopik, yaitu sifat thermodinamis didekati dari perilaku umum partikel-
partikel zat yang menjadi media pembawa energi, yang disebut pendekatan
thermodinamika klasik. Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat
berdasarkan perilaku kumpulan partikel-partikel disebut pendekatan
mikroskopis yang merupakan perkembangan ilmu thermodinamika modern,
atau disebut thermodinamika statistik. Pendekatan thermodinamika statistik
dimungkinkan karena perkembangan teknologi komputer, yang sangat
membantu dalam menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar.

1
Termodinamika
Hukum ke 0 termodinamika berbunyi : ” Jika 2 buah benda berada
dalam kondisi kesetimbangan termal dengan benda yang ke 3, maka ketiga
benda tersebut berada dalam kesetimbangan termal satu dengan lainnya” .

Jika benda A mempunyai temperatur yang sama dengan benda B dan


benda B mempunyai temperatur yang sama dengan benda C maka temperatur
benda A akan sama dengan temperatur benda C atau disebut ketiga benda (benda
A, B dan C) berada dalam kondisi kesetimbangan termal. Kondisi ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Kata Kunci :
Kesetimbangan
Termal

Gambar 1 kesetimbangan termal antara benda A, benda B dan benda C

Jika 2 benda yang berbeda temperatur bersentuhan, maka dikatakan


ke dua benda itu berada dalam kondisi kontak termal. Permukaan tempat kedua
benda bersentuhan disebut permukaan kontak termal. Panas atau dinginnya
suatu benda ditentukan oleh banyaknya energi panas (kalor) yang diserap oleh
molekul benda. Besarnya derajat panas benda ini disebut temperatur benda atau
suhu benda.

2
Termodinamika
1. Pengertian Gas Ideal
Gas ideal adalah sekumpulan partikel gas yang tidak saling
berinteraksi satu dengan lainnya. Artinya, jarak antarpartikel gas
ideal sangat berjauhan dan bergerak secara acak. Adapun sifat-
sifat gas ideal adalah sebagai berikut.:
 Partikelnya berjumlah banyak.
 Tidak ada interaksi antarpartikel atau tidak ada gaya tarik
menarik antarpartikelnya.
 Jika dibandingkan ukuran ruangan, ukuran partikel gas
ideal bisa diabaikan.
 Tumbukan yang terjadi antara partikel gas dan dinding
ruangan merupakan tumbukan lenting sempurna.
 Partikel gas tersebar secara merata di dalam ruangan.
 Partikel gas bergerak secara acak ke segala arah.
 Berlaku Hukum Newton tentang gerak.
 Energi kinetik rata-rata molekul gas ideal sebanding
dengan suhu mutlaknya.

Adapun persamaan umum gas ideal adalah sebagai berikut.

Keterangan:

P = tekanan gas (Pa);

Mr = massa molekul relatif (kg/mol);

V = volume gas (m3);

Na = bilangan Avogadro = 6,02 × 1023 partikel/mol

m = massa 1 partikel gas (kg);

R = tetapan gas ideal (8,314 × 103 J/kmol.K;

3
Termodinamika
k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);

N = jumlah partikel gas;

n = jumlah mol (mol);

ρ = massa jenis gas (kg/m3); dan

T = suhu gas (K).

2. Persamaan Keadaan Gas Ideal


Pada ruang tertutup keadaan suatu gas ideal dipengaruhi
oleh tekanan, suhu, volume dan jumlah molekul gas. ada beberapa
hukum yang menjelaskan keterkaitan antara keempat besaran
tersebut.
1. Hukum Boyle
Hukum Boyle dicetuskan oleh seorang ilmuwan asal
Inggris, yaitu Robert Boyle. Adapun pernyataan Hukum Boyle
adalah “jika suhu suatu gas dijaga konstan, maka tekanan gas akan
berbanding terbalik dengan volumenya”. Istilah lainnya bisa
dinyatakan sebagai hasil kali antara tekanan dan volume suatu gas
pada suhu tertentu adalah tetap (isotermal). Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2); dan
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
2. Hukum Charles
Jika Hukum Boyle membahas pengaruh tekanan dan
volume pada suhu tetap, tidak demikian dengan Hukum Charles.
Hukum yang ditemukan oleh Jacques Charles ini menyatakan
bahwa “jika tekanan suatu gas dijaga konstan, maka volume gas

4
Termodinamika
akan sebanding suhu mutlaknya”. Istilah lain dari Hukum Charles
ini adalah hasil bagi antara volume dan suhu pada tekanan tetap
(isobar) akan bernilai tetap. Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan:
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K); dan
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
3. Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay-Lussac ditemukan oleh seorang ilmuwan
Kimia asal Prancis, yaitu Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun
1802. Adapun pernyataan Hukum Gay-Lussac adalah “jika
volume suatu gas dijaga konstan, tekanan gas akan sebanding
dengan suhu mutlaknya”. Artinya, proses berlangsung dalam
keadaan isokhorik (volume tetap). Secara matematis, dirumuskan
sebagai berikut.

Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2); serta
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K).

5
Termodinamika
4. Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum Boyle- Gay Lussac adalah “hasil kali antara
tekanan dan volume dibagi suhu pada sejumlah partikel mol gas
adalah tetap”. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2);
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K); serta
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
Tekanan gas ideal
Keberadaan gas di ruang tertutup bisa mengakibatkan
adanya tekanan. Tekanan tersebut disebabkan oleh adanya
tumbukan antara partikel gas dan dinding tempat gas berada.
Besarnya tekanan gas di ruang tertutup dirumuskan sebagai
berikut.

Keterangan:
P = tekanan gas (N/m2);
V = volume gas (m3);
m = massa partikel gas (kg);
N = jumlah partikel gas;

6
Termodinamika
Energi kinetik gas ideal
Energi kinetik gas ideal disebabkan oleh adanya gerakan partikel
gas di dalam suatu ruangan. Gas selalu bergerak dengan
kecepatan tertentu. Kecepatan inilah yang nantinya berpengaruh
pada energi kinetik gas. Secara matematis, energi kinetik gas
ideal dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);


T = suhu gas (K);
N = jumlah partikel;
n = jumlah mol gas (mol); dan
R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K).
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh persamaan untuk
kecepatan efektif gas pada ruang tertutup. Adapun persamaan
kecepatannya adalah sebagai berikut.

Keterangan:
vrms = kecepatan efektif (m/s);
k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
T = suhu gas (K);
m = massa partikel (kg);
Mr = massa molekul relatif (kg/mol);
n = jumlah mol gas (mol);
R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K);
P = tekanan gas (Pa); dan
ρ = massa jenis gas (kg/m3).

7
Termodinamika
Energi dalam gas ideal
1. Energi dalam untuk gas monoatomik, seperti He, Ne, Ar

2. Energi dalam untuk gas diatomik, seperti O2, N2, H2


a. Pada suhu rendah (±300 K)

Pada suhu rendah, energi dalam gas ideal dirumuskan sebagai


berikut.
b. Pada suhu sedang (±500 K)

Pada suhu sedang, energi dalam gas ideal dirumuskan sebagai


berikut.
c. Pada suhu tinggi (±1.000 K)

Kalor dan kerja adalah dua konsep penting dalam


termodinamika. Oleh karena itu pengertian tentang kedua konsep ini
harus dipahami dengan baik. Kalor, q, didefinisikan sebagai energi
yang dipindahkan melalui batas-batas sistem sebagai akibat langsung
dan perbedaan temperatur antara sistem dan lingkungannya. Menurut
perjanjian, q dihitung positif bila kalor masuk sistem dan negatif bila
kalor ke luar dan sistem.
Kerja, w, adalah energi yang bukan kalor, yang dipertukarkan
antara sistem dan lingkungannya dalam suatu perubahan keadaan.
Menurut perjanjian, w dihitung positif, bila lingkungan melakukan
kerja terhadap sistem (misalnya pada proses pemampatan gas), dan

8
Termodinamika
negatif bila sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (misalnya
bila gas memuai terhadap tekanan atmosfir).
Kerja memiliki berbagai bentuk (misalnya, kerja ekspansi, kerja
listrik, kerja mekanik, kerja permukaan, dan sebagainya). Salah satu
bentuk kerja yang penting adalah kerja yang berhubungan dengan
perubahan volume sistem yang disebut kerja ekspansi.

Hukum I Termodinamika merupakan perluasan dari hukum


kekekalan energi dalam mekanika. Hukum ini berlaku umum untuk
semua jenis zat dalam segala wujudnya.

Meskipun suatu bentuk energi telah berubah ke dalam bentuk


energi yang lainya, jumlah seluruh energi itu selalu tetap.

Pernyataan di atas disebut Hukum I Termodinamika.


Dalam bentuk persamaan, dituliskan sebagai berikut:

Q1→2 = ∆U + W

Keterangan

Q = kalor yang diterima atau yang dilepaskan oleh


sistem selama perubahan dari keadaan 1 ke keadaan 2

∆U = perubahan energi dalam sistem = U2 – U1

W = usaha luar yang dilakukan oleh sistem selama


perubahan

Perubahan energi dalam ΔU tidak bergantung pada proses


bagaimana keadaan sistem berubah, tetapi hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Kita telah mengetahui bahwa proses-proses dalam termodinamika
terbagi atas empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan
adiabatik. Perubahan energi dalam terjadi pada setiap proses tersebut
dijelaskan sebagai berikut.

9
Termodinamika
1. Proses Isotermal
Kita telah memahami bahwa proses isotermal merupakan
suatu proses yang terjadi dalam sistem pada suhu tetap.
Besar usaha yang dilakukan sistem proses isotermal ini
adalah W = nRT In (V2/V1). Oleh karena ΔT = 0, menurut
Teori Kinetik Gas, energi dalam sistem juga tidak berubah
(ΔU = 0) karena perubahan energi dalam bergantung pada
perubahan suhu. Ingatlah kembali persamaan energi dalam
gas monoatomik yang dinyatakan dalam persamaan ΔU =
3/2 nRΔT yang telah dibahas.
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk proses isotermal ini dapat dituliskan
sebagai berikut.
Q = ΔU + W = 0 + W
Q = W = nR T ln (V2/V1)
2. Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem
berada dalam keadaan volume tetap. Kita telah memahami
bahwa besar usaha pada proses isokhorik dituliskan W =
pΔV = 0. Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk proses ini dituliskan sebagai
Q = ΔU + W = ΔU + 0
Q = ΔU = U2 - U1
Dari Persamaan kita dapat menyatakan bahwa kalor yang
diberikan pada sistem hanya digunakan untuk mengubah
energi dalam sistem tersebut. Jika persamaan energi dalam
untuk gas ideal monoatomik disubstitusikan ke dalam
Persamaan diatas, didapatkan perumusan Hukum
Pertama Termodinamika pada proses isokhorik sebagai
berikut.
Q = ΔU = 3/2 nR ΔT, atau Q = U2 - U1 =
3/2 nR (T2 —T1)

10
Termodinamika
3. Proses Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi
pada gas berada dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang
dilakukan gas dalam proses ini memenuhi persamaan W =
P ΔV = p(V2 – V1). Dengan demikian, persamaan Hukum
Pertama Termodinamika untuk proses isobarik dapat
dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W
Q = ΔU + p(V2 – V1)
Untuk gas ideal monoatomik, Persamaan diatas dapat
dituliskan sebagai :
Q = 3/2 nR (T2 —T1) + p (V2 – V1)
4. Proses Adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Kita telah
mengetahui bahwa dalam proses ini tidak ada kalor yang
keluar atau masuk ke dalam sistem sehingga Q = 0.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
adiabatik ini dapat dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W,
atau, W = - ΔU = - (U2 - U1)
Berdasarkan Persamaan tersebut, Kita dapat menyimpulkan
bahwa usaha yang dilakukan oleh sistem akan
mengakibatkan terjadinya perubahan energi dalam sistem di
mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau berkurang
dari keadaan awalnya.
Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk gas ideal
monoatomik pada proses adiabatik ini dituliskan sebagai :
W = - ΔU = - 3/2 nR (T2 —T1)

11
Termodinamika
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu sebesar 1 kelvin. Secara matematis dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut.

Persamaan Kapasitas Kalor

Keterangan:

Q : kalor yang diserap (J)


C : kapasitas kalor (J/K)
T : perubahan suhu (K)
Ada dua macam kapasitas kalor pada gas, yaitu kapasitas
kalor pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas kalor pada volume tetap
(Cv ). Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap besarnya dapat diturunkan
dari pada proses isobarik. Persamaan ini berlaku untuk gas. Kalor yang
diberikan kepada gas untuk menaikkan suhunya dapat dilakukan pada
tekanan tetap (proses isobarik) atau pada volume tetap (proses
isokorik). Oleh karena itu, pada gas ada dua jenis kapasitas kalor, yaitu
kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) dan kapasitas kalor pada
volume tetap (CV). Secara matematis dapat ditulis seperti berikut.

Keterangan:
QV : kalor yang diberikan pada volume tetap
Qp : kalor yang diberikan pada tekanan tetap

Hukum I termodinamika pada proses isobaris Qp = U W ,


sedangkan untuk proses isobarik VQ = U . Bila kedua persamaan
digabungkan, diperoleh :

12
Termodinamika
Qp =Qv + W
Cp ΔT = CvΔT + pΔV
(Cp-Cv)ΔT = pΔV

sehingga :

Berdasarkan persamaan gas ideal pV = nRT, maka = nR.


Oleh karena itu persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut.
Cp – Cv =nR

Kapasitas Kalor Untuk Gas Monoatomik

Kapasitas Kalor Untuk Gas Diatomik

Pada suhu sedang maupun tinggi, energi dalam gas diatomik


bertambah besar. Hal ini disebabkan pada suhu sedang terdapat energi
kinetik rotasi, sedangkan pada suhu tinggi terdapat energi kinetik rotasi
dan vibrasi (getaran gas). Untuk gas diatomik, besarnya kapasitas kalor
gas pada tekanan tetap dan kapasitas kalor pada volume tetap
tergantung pada derajat kebebasan gas.

a. Kapasitas Kalor Pada Suhu Rendah ( ± 250 K)

, sehingga dan

Besarnya konstanta Laplace ( γ ) adalah :

13
Termodinamika
b. Kapasitas Kalor Pada Suhu Sedang ( ± 500 K)

, sehingga dan

Besarnya konstanta Laplace ( γ ) adalah :

c. Kapasitas Kalor Pada Suhu Tinggi ( ± 1000 K)

, sehingga dan

Besarnya konstanta Laplace ( γ ) adalah :

Beradasarkan hukum I thermodinamika dapat kita ketahui


bahwa energi adalah kekal, tidak dapat diciptakan

Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap


perubahan energi. Hukum Kekekalan Energi yang dinyatakan dalam
Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa energi dapat diubah dari
satu bentuk ke bentuk lain. Misalnya, perubahan usaha (energi
potensial) menjadi energi kalor atau sebaliknya. Akan tetapi, tidak
semua perubahan energi yang terjadi di alam ini prosesnya dapat
dibalik seperti pada Hukum I Termodinamika. Contoh, sebuah benda
yang jatuh dari ketinggian h sehingga menumbuk lantai. Pada peristiwa
ini terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi kalor (panas) dan
sebagian kecil menjadi energi bunyi. Mungkinkah energi-energi kalor
dapat berubah menjadi energi kinetik dan menggerakkan benda

14
Termodinamika
setinggi h? Jelas bahwa hal ini akan terjadi, meskipun benda kita
panaskan terus-menerus.

Bagan transfer kalor pada mesin pemanas

Hukum II Termodinamika memberikan batasan-batasan terhadap


perubahan energi yang mungkin terjadi dengan beberapa perumusan.
1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu
siklus, menerima kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya
menjadi energi atau usaha luas (Kelvin Planck).
2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu
siklus mengambil kalor dari sebuah reservoir rendah dan memberikan
pada reservoir bersuhu tinggi tanpa memerlukan usaha dari luar
(Clausius).
3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak
berubah dan akan bertambah ketika terjadi proses irreversibel
(Clausius).
Bunyi Hukum II Termodinamika
Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas para ilmuwan
merumuskan prinsip baru, yaitu Hukum II Termodinamika, dengan
pernyataan : “kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke
benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari
benda dingin ke benda panas”.

15
Termodinamika
Termodinamika menyatakan bahwa proses alami cenderung
bergerak menuju ke keadaan ketidakteraturan yang lebih besar. Ukuran
ketidakteraturan ini dikenal dengan sistem entropi. Entropi merupakan
besaran termodinamika yang menyerupai perubahan setiap keadaan,
dari keadaan awal hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi entropi
suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur. Entropi sama
seperti halnya tekanan dan temperatur, yang merupakan salah satu sifat
dari sifat fisis yang dapat diukur dari sebuah sistem. Apabila sejumlah
kalor Q diberikan pada suatu sistem dengan proses reversibel pada suhu
konstan, maka besarnya perubahan entropi sistem adalah :

dengan:

ΔS = perubahan entropi ( J/K)


Q = kalor ( J)
T = suhu (K)

Mesin Pendingin

Mesin pendingin merupakan peralatan yang prinsip kerjanya


berkebalikan dengan mesin kalor. Pada mesin pendingin terjadi aliran
kalor dari reservoir bersuhu rendah ke reservoir bersuhu tinggi dengan
melakukan usaha pada sistem. Contohnya, pada lemari es (kulkas) dan
pendingin ruangan (AC). Bagan mesin pendingin dapat dilihat pada
gambar berikut.

16
Termodinamika
Bagan proses penyerapan kalor pada mesin pendingin

Ukuran kinerja mesin pendingin yang dinyatakan dengan


koefisien daya guna merupakan hasil bagi kalor yang dipindahkan dari
reservoir bersuhu rendah Q2 terhadap usaha yang dibutuhkan W.

dengan:

Kp = koefisien daya guna


W = usaha yang diperlukan ( J)
Q1 = kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi ( J)
Q2 = kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah ( J)
T1 = suhu pada reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 = suhu pada reservoir bersuhu rendah (K)

17
Termodinamika

Anda mungkin juga menyukai