Resume UU 48
Resume UU 48
Kekuasaan Kehakiman
NIM : 20190610303
Kelas :H
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2019/2020
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Oleh karena itu pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman terdiri atas 13 bab, dan memuat 64 pasal. 13
bab tersebut adalah ketentuan umum, asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, pelaku
kekuasaan kehakiman, pengangkatan dan pemberhentian hakim dan hakim konstitusi, badan-
badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, pengawasan hakim dan
hakim konstitusi, pejabat peradilan, jaminan keamanan dan kesejahteraan hakim, putusan
hakim, pelaksanaan keputusan pengadilan, bantuan hukum, penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, dan yang terakhir ketentuan penutup. Berikut merupakan resume Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Bab I
Ketentuan Umum
Menjelaskan tentang pengertian dasar dari istilah yang ada dalam kekuasaan kehakiman,
seperti Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial,
Hakim, dan Pengadilan Khusus.
Bab II
Bab III
Menjelaskan pelaku kekuasaan kehakiman, memuat tiga bagian. Bagian kesatu tentang
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya serta pengertian hakim dan hakim konstitusi. Bagian kedua memuat Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan di bawahnya. Bagian ketiga memuat Mahkamah Konstitusi yang
berwenang mengadili tingkat pertama dan terakhir.
Bab IV
Menjelaskan pengangkatan dan pemberhentian hakim dan hakim konstitusi yang memuat dua
bagian. Bagian kesatu tentang pengangkatan hakim dan hakim konstitusi. Bagian kedua
tentang pemberhentian hakim dan hakim konstitusi.
Bab V
Menjelaskan bahwa selain Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi terdapat badan lain
yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
Bab VI
Bab VII
Pejabat Peradilan
Menjelaskan bahwa selain hakim di Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya,
terdapat panitera, sekretaris dan atau juru sita.
Bab VIII
Menjelaskan bahwa negara memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan pada hakim
dan hakim konstitusi dalam menjalankan tugasnya. Negara juga memberikan tunjangan
khusus pada hakim ad hoc.
Bab IX
Putusan Pengadilan
Menjelaskan bahwa putusan pengadilan harus memuat alasan dan dasar putusan serta pasal
peraturan perundang-undangan agar dapat dijadikan dasar untuk mengadili. Putusan harus
ditandatangani ketua, hakim, dan panitera. Pengadilan juga wajib memberikan akses
informasi pada masyarakat mengenai putusan pengadilan.
Bab X
Menjelaskan bahwa pelaksanaan putusan pengadilan perkara pidana dilakukan oleh jaksa,
perkara perdata dilakukan oleh panitera, juru sita beserta ketua. Ketua pengadilan juga
berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan putusan pengadilan.
Bab XI
Bantuan Hukum
Menjelaskan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum
serta negara menanggung biaya bantuan hukum bagi yang tidak mampu.
Bab XII
Menjelaskan bahwa penyelesaian perkara perdata dapat dilakukuan di luar pengadilan dengan
cara arbitrase atau dengan cara alternatif penyelesaian sengketa. Putusan arbitrase bersifat
final dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta mengikat para pihak. Alternatif
penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara negosiasi, konsultasi, mediasi,konsiliasi
atau penilaian ahli.
Bab XIII
Ketentuan Penutup
Menjelaskan bahwa sesuai pasal 62 pada saat Undang-Undang ini berlaku, Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pada pasal 63 saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan yang merupakan
pelaksanaan yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.