Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH AUDITING II

AUDIT ATAS KAS DAN SETARA KAS

Disusun Oleh :
Kelompok 3 :
Nadiya Az Zahra NIM. 180810301239
Sherindityas Aulia Septiananda NIM. 170810301083
Aulia Nurma Dahani NIM. 170810301119

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Arens (2014) audit merupakan proses pengumpulan dan evaluasi bukti
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu
dan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit ini mempunyai tujuan untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan secara menyeluruh bebas dari salah saji yang material
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku serta mengkomunikasikan temuan
auditor seperti yang sudah di atur dalam standar audit.
Untuk menilai keandalan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen,
pemilik perusahaan membutuhkan sebuah penilaian dari audior eksternal atau yang biasa
disebut auditor independen. Auditor ini akan mengeluarkan laporan yang berisi efektivitas
pengendalian internal perusahaan atas laporan keuangan serta pendapat terhadap kewajaran
dari sebuah laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam melaksanakan
tugasnya seorang auditor harus berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan.
Auditor akan memberikan perhatian khusus terhadap beberapa akun yang mempunyai
risiko yang tinggi ketika melaksanakan prosedur audit, salah satunya adalah akun kas dan
setara kas. Pengauditan penerimaan dan pengeluaran kas pada perusahaan sangat penting,
mengingat kas adalah aset mudah berubah (likuid) dibandingkan dengan aset lain, sehingga
kas merupakan alat pembayaran yang mudah dan selalu siap sedia digunakan. Pengauditan
terhadap kas diperlukan prosedur-prosedur memadai dalam melindungi pengeluaran dan
pemasukan kas baik dalam kegiatan audit maupun pengendalian internal. Prosedur yang
digunakan dalam audit kas dapat berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing
perusahaan.
Aktivitas audit kas terhadap transaksi perusahaan meliputi kas kecil dan kas setara
kas. Penyusunan laporan audit kas dilatarbelakangi adanya perbedaan informasi pencatatan
kas antara bank dengan catatan dalam buku klien, sehingga saldo akhir kas tercatat pada bank
maupun klien menunjukan nilai yang berbeda, perbedaan informasi tersebut umumnya terjadi
karena adanya outstanding check, deposit intransit, kesalahan catat, dan cek kosong.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori dari kas dan setara kas?
2. Bagaimana system pengendalian internal dan cara penanganannya?
3. Bagaiman prosedur audit kas dan setara kas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori dan pembahasan dari kas dan setara kas
2. Untuk mengetahui bagaimana system pengendalian internal dan bagaimana cara
penanganannya?
3. Untuk mengetahui prosedur audit kas dan setara kas
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana menambah
wawasan penulis dan mengembangkan ilmu yang didapat pada masa perkuliahan
2. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai teori kas
dan setara kas, sistem pengendalian penanganannya, serta proses audit atas akun kas dan
setara kas secara langsung
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kas dan setara kas


Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan, selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau
penyelewangan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian
intern (internal control) yang baik atas kas dan setara kas. Selain itu, kas adalah alat
pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum
perusahaan. Kas dapat berupa uang tunai atau simpanan pada bank yang dapat digunakan
dengan segera dan diterima sebagai alat pembayaran sebasar nilai nominalnya. Kas
merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi.
Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah.
Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Kas yang
dicantumkan di neraca terdiri dari 2 unsur, yaitu:
1. Kas di tangan perusahaan, yang terdiri dari: Penerimaan kas yang belum disetor ke
bank, yang berupa uang tunai, pos wesel, certified check, cashiercheck, cek pribadi,
dan bank draft. Dan Saldo dana kas kecil, yang berupa uang tunai yang ada di tangan
pemegang dana kas kecil.
2. Kas di bank, yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan tahun 1994 yang dimaksud dengan kas
adalah pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum
perusahaan. Yang dimaksud dengan Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat
dipergunakan scara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Contoh dari
perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dari bank adalah: Kas kecil (Petty
Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing, Saldo rekening giro di bank, Bon
sementara (IOU), Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed dan Check tunai yang akan
didepositokan Dan yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam
neraca adalah Deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan (time deposit),
Check kosong dan check mundur, Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinkingfund)
dan Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri,
misalnya karena dibekukan.
Menurut SAK ETAP (IAI,2009: 28) Setara kas (cashequivalen) adalaninvetasi
yang sifatnya sangat likuid,berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas
dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan
lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi
kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan, nilai yang
signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kkas
hanya jika segara akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya. Investasi dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, sebagai contoh,
saham preferen yang dibeli dan akan jatuhtempo serta tanggal
penebusan (redemptiondate) telah ditentukan.

2.2 Sistem Penerimaan Kas Dari Penjualan Tunai


2.2.1 Deskripsi Kegiatan
Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli
melakukan pembayaran harga barang lebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh
perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian
diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.
Berdasarkan sistem pengendalian yang baik, sistem penerimaan kas dari penjualan
tunai mengharuskan :
1. Penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam jumlah dengan
cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk melakukan internal check.
2. Penerimaan kas dari penjualan tunai dilakukan melalui transaksi kartu kredit, yang
melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan transaksi penerimaan kas.

Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur berikut ini :
1. Prosedur penerimaan kas dari over-the-counter sales

Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang
atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir,dan kemudian menerima
barang yang dibeli.Dalam over-the-counter sales ini, perusahaan menerima uang tunai, cek
pribadi (personal check), atau pembayaran langsung dari pembeli dengan kartu kredit atau
kredit debit, sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Penerimaan kas dari over-the-
counter sales dilaksanakan melalui prosedur berikut ini :
a) Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) di Bagian Penjualan.
b) Bagian Kas menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek
pribadi (personal check), kartu kredit, atau kartu debit.
c) Bagian penjualan memerintahkan Bagian Pengiriman untuk menyerahkan barang kepada
pembeli.
d) Bagian Pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
e) Bagian kas menyetorkan kas yang diterima ke bank.
f) Bagian Akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan.
g) Bagian Akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan
kas.

2. Prosedur penerimaan kas dari cash-on-delivery sales (COD sales)

Cash-on-delivery sales (COD) adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos,
perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas
dari hasil penjualan. COD sales merupakan sarana untuk memperluas daerah pemasaran dan
untuk memberikan jaminan penyerahan barang bagi pembeli dan jaminan penerimaan kas
dan bagi perusahaan penjual.COD sales melalui pos dilaksanakan dengan prosedur berikut
ini :
a) Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui kantor pos.
b) Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim dengan cara mengisi formulir
COD sales di kantor pos.
c) Kantor pos pengirim mengirim barang dan formulir COD sales sesuai dengan instruksi
penjual kepada kantor pos penerima.
d) Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dan formulir COD sales,
memberitahukan kepada pembeli tentang diterimanya kiriman barang COD sales.
e) Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima dan melakukan pembayaran
sejumlah yang tercantum dalam formulir COD sales.
f) Kantor pos penerima memberi tahu kantor pos pengirim bahwa COD sales telah
dilaksanakan.
g) Kantor pos pengirim memberi tahu penjual bahwa COD sales telah selesai dilaksanakan,
sehingga penjual dapat mengambil kas yang diterima dari pembeli.

Pencatatan COD sales dilakukan dalam dua jurnal yaitu:


 Jurnal Penjualan
Pada saat barang dikirim, Bagian jurnal membuat jurnal dalam sebagai berikut:
Penjualan Tunai xx
Pendapatan Penjualan COD xx
PPN Keluaran* xx

 Jurnal Penerimaan Kas


Pada saat kas diterima oleh Bagian Kas, Bagian jurnal membuat jurnal dalam jurnal
penerimaan kas sebagai berikut:

Kas xx
Penjualan Tunai xx

3. Prosedur penerimaan kas dari credit card sales

Kartu kredit merupakan sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam over-the-counter
sales maupun dalam penjualan yang pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos
atau angkutan umum.
Kartu kredit dapat digolongkan, menjad itiga kelompok:
a. Kartu kredit bank (bank cards)
Contoh : jika perusahaan menjual barang dengan menerima kartu kredit sebagai sarana
pembayaran dari langganan,jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:

Piutang Kartu Kredit xx


Beban Kartu Kredit xx
PPN Keluaran xx
Penjualan Kartu Kredit xx

Ketika memperoleh pelunasan dari bank yang menerbitkan kartu kredit maka jurnalnya
adalah :

Kas xx
Penjualan Kredit xx

b. Kartu Kredit Perusahaan (company cards)


Kartu kredit ini diterbitkan oleh perusahaan tertentu untuk para pelanggannya. Pelanggan
dapat mengunakan kartu kredit ini untuk membeli barang hanya ke perusahaan yang
menerbitkan kartu kredit tersebut.

c. Kartu Berpergian dan Hiburan (Travel and Entertaiment cards)


Carle Blance biasanya digolongkan ke dalam travel and entertaiment cards, karena
umumnya kartu-kartu tersebut digunakan dalam bisnis restoran, hotel, dan model. Jurnal
untuk mencatat penjualan dengan menerima kartu kredit jenis ini tidak berbeda dengan
jurnal penjualan dengan menerima kartu kredit bank.

2.2.2 Unsur Pengendalian Internal Dalam Sistem Penerimaan Kas Dari Penjualan
Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem penerimaan kas dari
penjualan tunai adalah sebagai berikut :
Organisasi :
1. Sistem penjualan harus terpisah dari penjualan tunai
2. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
3. Transaksi penjualan tunai dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas , fungsi
pengiriman, dan fungsi akuntansi

Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan :


4. Penerimaan order dari pembeli otorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan
formulir faktur penjualan tunai
5. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada
faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut
6. Penjulan dengan Kartu Debit Bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank
penerbit kartu debit.
7. Penyerahan barang kepada pembeli diotorisasi oleh fungsi pengiriman otorisasi oleh
fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur
penjualan tunai
8. Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara
memberikan tanda pada faktur penjualan tunai
Praktik yang Sehat :
9. Pita register kas bernomor urut dan pemakainya dipertanggungjawabkan oleh fungsi
penjualan
10.Kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama
dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya
11.Perhitngan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak
oleh pemeriksa intern.

2.2.3 Unsur Pengendalian Intern Dalam Sistem Penerimaan Kas Dari Piutang

Unsur pengendalian intern dalam sistem penerimaan kas dari piutang


Organisasi :
1. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas.
2. Fungsi penerimaan kas terpisah dari fungsi akuntansi.

Sumber Otorisasi dan Prosedur Pencatatan :


3. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan
cara pemindah bukuan (giro bilyet).
4. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus
ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi.
5. Pengkreditan rekening membantu piutang oleh fungsi akuntansi (Bagian Piutang) harus
didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur.

Praktik yang Sehat:


6. Hasil perhitungan kas harus direkam dalam berita cara perhitungan kas dan disetor penuh
ke bank dengan segera.
7. Para penagih dan kasir harus diasuransikan.
8. Kas dalam perjalanan (Baik yang ada ditangan Bagian Kasa maupun ditangan bagian
perusahaan) harus diasuransikan.

2.4 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas


2.4.1 DESKRIPSI KEGIATAN

Pengeluaran kas dalam perusahaan dilakukan dengan menggunakan cek. Pengeluaran yang
tidak dapat dilakukan dengan cek (biasanya karna jumlah nya relative kecil) dilaksanakan
melalui dana kas kecil yang di selenggarakan dengan salah satu diantara dua system: fluktuating-
fund-balance system dan inprest system.
Pengeluaran kas dengan cek memiliki kebaikan ditinjau dari pengendalian intern berikut ini:
1. Dengan digunakannya cek atas nama, pengeluaran cek akan dapat diterima oleh pihak
yang namanya sesuai dengan yang ditulis pada formulir cek. Dengan demikian
pengeluaran kas dengan cek menjamin diterimanya cek tersebut oleh pihak yang
dimaksud oleh pihak pembayar.
2. Dilibatkannya pihak luar, dalam hal ini bank, dalam pencatatan transaksi pengeluaran kas
perusahaan. Dengan digunakannya cek dalam setiap pengeluaran kas perusahaan,
transaksi pengeluaran kas direkam juga oleh bank yang secara periodik mengirimkan
rekening Koran bank (bank statement) kepada perusahaan nasabahnya
3. Jika system perbankan mengembalikan cancelled chek kepadacheck issuer, pengeluaran
kas dengan cek memberikan manfaat tambahaan bagi perusahaan yang mengeluarkan cek
dengan dapat digunakannya canceled check sebagai tanda terima kas dari pihak yang
menerima pembayaran. Dengan digunakan nya checkdalam pengeluaran kas, check issuer
akan secara otomatis menerima tanda penerimaan kas dari pihak yang menerima
pembayaran.

2.4.2 Unsur Pengendalian Internal Dalam Sistem Pengeluaran Kas


Sistem pengendalian internal yang baik dalam sistem, kas mensyaratkan agar dilibatkan pihak
luar (bank) untuk ikut serta dalam mengawasi kas perusahaan dengan cara sebagai berikut:
1. Semua penerimaan kas harus disetor penuh ke bank pada hari yang sama dengan penerimaan
kas atau pada hari kerja berikutnya.
2. Semua pengeluaran kas dilakukan dengan cek.
3. Pengeluaran kas yang tidak dapat dilakukan dengan cek (karena jumlahnya kecil) dilakukan
melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan imprest system.

Unsur Pengendalian internal dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dirancang
dengan merinci unsure organisasi, sistem otoritas dan prosedur pencatatan, serta unsur praktik
yang sehat.

Organisasi
1. Fungsi penyimpan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
2. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kasa
sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.

Sistem otorisasi dan Prosedur Pencatatan


3. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.
4. Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
5. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran harus didasarkan pada bukti kas keluar yang telah
mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen
pendukung yang lengkap.

Praktek Yang Sehat


6. Saldo kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan
yang tidak semestinya.
7. Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran bank harus dibubuhi cap
“lunas” oleh bagian kasa setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan.
8. Penggunaan rekening koran bank, yang merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk
mengecek ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksa intern yang merupakan fungsi yang
tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas.
9. Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima
pembayaran atau dengan pemindahbukuan.
10. Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil, dilakukan melalui dana kas kecil,
yang diselenggarakan dengan imprest system.
11. Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas yang ada di tangan dengan jumlah kas
menurut catatan akuntansi.
12. Kas yang ada di perusahaan dan kas yang ada di perjalanan diasuransikan dari kerugian.
13. Kasir diasuransikan.
14. Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian terhadap kas yang ada
di tangan. Misalnya mesin register kas, almari besi, dan strong room.
15. Semua bukti pengeluaran kas dipertanggungjawabkan oleh kasir.
2.5 Siklus Kas dan Dokumen serta Fungsi Terkait Kas dan Pengujian Kas
kas terdiri dari tiga sistem, yang masing-masing terdiri dari berbagai jaringan prosedur
1. Sistem penerimaan kas, terdiri atas: Prosedur penerimaan kas dari penjualan tunai, Prosedur
penerimaan kas dari penerimaan piutang,, Prosedur setoran ke bank dan Prosedur pencatatan
penerimaan kas.
2. Sistem pengeluaran kas terdiri atas Prosedur pembuatan bukti kas keluar, Prosedur pembayaran
kas, dan Prosedur pencatatan pengeluaran kas.
3. Sistem kas kecil terdiri atas Prosedur pembentukan dana kas kecil ( imprestfundsystem dan
fluctuonalfundsystem), Prosedur permintaan dan pertanggungjawaban pengeluaran dana kas
kecil, dan Prosedur pengisian kembali dana kas kecil.
Untuk mengaudit akun kas, auditor harus mendapatkan dokumen-dokumen berikut ini:
1. Kertas kerja rekonsiliasi bank (bank reconciliationworkingpaper) Auditor biasanya
mendapatkan salinan rekonsiliasi bank yang dibuat olehkaryawan klien. Pada kertas
kerja dilakukan rekonsiliasi terutama adalah setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan
penyesuian lain, seperti biaya jasabank, dan cek yang dikembalikan karena pelanggan
tidak memiliki kas yangmencukupi dalam akunnya untuk membayar cek (cek kosong)
2. Bentuk konfirmasi bank standar (standar bank confirmationform) Auditor biasanya
melakukan konfirmasi atas informasi saldo akun dengan setiap bank atau lembaga
keuangan dimana klien memiliki akun. Perhatikanbahwa bentuk konfirmasi ini tidak
meminta karyawan bank untukmelaksanakan penyelidikan menyeluruh dan ternci atas
catatan bank yangmelebihi informasi akun yang diminta dalam konfirmasi. Adapun
isi konfirmasi bank antara lain berupa: Saldo tiap jenis rekening, saldo tiap jenis
hutang, aktiva yang dijadikan jaminan hutang dan batasan terhadap rekening klien di
bank
3. Pisah batas rekening koran (cut off bank statement) Langkah utama dalam mengaudit
rekonsiliasi bank adalah melakukan verifikasi atas ketepatan unsur-unsur yang
merekonsiliasi seperti setoran dalam perjalanan dan cek yang beredar. Auditor
memerlukan pisah batas rekening koran untuk menguji unsur-unsur yang terdapat
dalam rekonsiliasi bank.
Berikut ini merupakan catatan-catatan yang terkait dengan siklus kas:
1. Catatan yang terkait dengan penerimaan kas antara lain: Jurnal penjualan, Jurnal
penerimaan kas, Jurnal umum, Kartu persediaan dan Kartu gudang
2. Catatan yang terkait dengan pengeluaran kas meliputi: Jurnal pengeluaran kas dan
Register cek
3. Adapun Fungsi yang terkait dalam siklus arus kas, terdiri atas Fungsi yang
terkait penerimaan kas: Fungsi penjualan, Fungsi kas, Fungsi gudang, Fungsi
penerimaan dan Fungsi akuntansi. dan Fungsi yang terkait pengeluaran kas: fungsi
yang memerlukan pengeluaran kas, fungsi kas, fungsi akuntansi dan fungsi pemeriksa
intern.

2.6 Tujuan Pemeriksaan(Audit Objectivities) Kas dan Setara Kas


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara
kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank. Beberapa ciri internal
control:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang menerima dan yang
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otoritas atas
pengeluaran dan penerimaan kas dan bank
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang
mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus ditelaah
oleh kepala bagian akuntansi
c. Digunakannya impressfundsystem untuk mengelola kas kecil
d. Penerimaan kas, cek & giro harus di setor ke bank dalam jumlah seutuhnya
e. Uang kas disimpan di tempat yang aman
f. Uang kas harus dikelola dengan baik dan lain-lain
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca pertanggal neraca
betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan, maksudnya auditor harus meyakinkan
dirinya bahwa kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan betul-betul ada dan dimiliki
perusahaan dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham. Karena itu auditor
harus melakukan kas opname dan mengirim konfirmasi ke bank (Existence).
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan kas dan setara kas. Jika
perusahaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki untuk keperluan pelunasan
obligasi berikut bunganya maka dana tersebut tidak dapat dilaporkan sebagai bagian
dari kas di harta lain. Begitu juga jika ada saldo rekening giro yang dibekukan karena
perusahaan tersangkut suatu masalah hukum, maka saldo tersebut tidak boleh
dilaporkan sebagai bagian dari kas di harta lancar.
4. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah
saldo tersebut sudah dikonversikan terhadap rupiah dengan menggunakan kurs dengan
Bank Indonesia pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi tahun berjalan.
5. Untuk memeriksa apakah penyajiannya neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Menurut SAK Kas dan setara kas disajikan di neraca
sebagai harta lancar. Kas dan setara kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukan
dalam aktiva lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan dana
untuk melunasi kewjiban jangka pendek atau jika pembatasan tersebut hanya berlaku
selama satu tahun. Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok
kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek.
2.7 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas
1. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
Proses memahami dan mengevalusiinetrnalcontrol atas kas dan setara kas serta
transaksi penerimaan dan pengeluran kas dan Bank merupakan bagian yang sangat
penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Kas dan setara kas dalam perusahaan
sering dikatakan sebagai darah dalam tubuh manusia. Jika perusahaan mengalami
kesulitan uang, sama seperti manusia yang “lesu darah“ atau “kekurangan darah“.
Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliancetest (pengujian
ketaatan), auditor harus melakukan tes ketaatan atas transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau
tidak, Yang diambil sampel biasanya bukti penerimaan kas/bank dan bukti pengeluaran
kas/bank atau nomor check/giro. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control
lemah auditor tidak diperlukan mengadakan test ketaatan, tetapi langsung
melakukan substantivetest yang diperluas. Karena biasanya jika tetap
dilakukan compliancetest, kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal control
lemah. Setelah compliancetest selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan
akhir apakah internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru
dilakukan substantivetest atas saldo kas/bank. Prosedur audit
untuk compliancetest harus dipisahkan dari prosedur audit untuk substantivetest, begitu
juga kertas kerja pemeriksaanya.
Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa
memutuskan untuk membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal klien
tampaknya dapat mencegah atau mendeteksi salah saji yang material. Hubungan ini
adalah logis dan secara sederhana berarti bahwa jika laporan keuangan kecil
kemungkinannya mengandung salah saji yang material, maka auditor hanya perlu
melakukan pengujian substantif yang kurang mendalam ketimbang jika laporan
keuangan mengandung salah saji yang material. Namun sebelumnya perlu disusun
audit program untuk pengujian ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas/bank sebagai berikut:
a. Penerimaan Kas/bank
 Ambil sample bukti penerimaan kas/bank secara random : misal semua
penerimaan kas yang berjumlah > Rp 10 juta ditambah 10 penerimaan
kas/Bank yang berjumlah < Rp 10 juta.
 Periksa apakah bukti penerimaan kas tersebut : Sudah diotorisasi pejabat
perusahaan yang berwenang, Lengkap bukti pendukungnya (misal
kwitansi bernomor urut, cetak deposit slip). Mencantumkan nomor
perkiraan yang kredit dengan benar dan perhitungan mathematisnya
sudah benar.
 Periksa apakah posting ke buku kas ( untuk penjualan tunai ) dan piutang
( untuk pelunasan piutang) serta buku besar penjualan sudah dilakukan
dengan benar. Begitu juga posting ke sub buku besar piutang .
 Tarik kesimpulan mengenai hasil compliancetest.

b. Pengeluaran kas/bank
 Ambil sample bukti pengeluaran kas/bank secara random : semua
pengeluaran kas yang misalnya berjumlah > RP 5 juta ditambah 10
pengeuaran kas/bank berjumlah < Rp 5 juta.
 Periksa apakah bukti pengeluaran kas tersebut : Sudah diotorisasi pejabat
perusahaan yang berwenang; Lengkap bukti pendukungnya (misal PR,
PO, supplierinvoice, RR, Kwitansi dari supplier dan lain-lain);
Mencantumkan nomor perkiraan yang di debit dengan benar dan
Perhitungan mathematisnya sudah benar.
 Periksa apakah posting ke buku besar dan sub buku besar (misalnya
hutang) sudah dilkakukan dengan benar.
 Tarik kesimpulan mengenai hasil compliancetest.

2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal: 31 Desember
20XX), atau kalau belum selesai, boleh per 31 Oktober 20XX atau 30 November
20XX, penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal
yang unsual (diluar kebiasaan) atau tidak.
Top Schedule adalah salah satu jenis Kertas Kerja Pemeriksaan yang berfungsi
sebagai lembar awal yang menunjukkan hasil audit kita secara umum tau kesimpulan
atas pos yang bersangkutan.
Kertas kerja pemeriksaan (KKP) adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan
oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, analisa
yang dibuat oleh auditor, dan dari pihak ketiga. Kertas kerja pemeriksaan yang
merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-prosedur audit yang dilakukannya, tes-
tes yang diadakan, informasi yang didapat dan kesimpulan yang dibuat atas
pemeriksaan, analisa, memorandum, surat-surat konfirmasi dan representasi, ikhtisar
dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian pos neraca dan laba rugi serta
komentar-komentar yang dibuat atau diperoleh oelh auditor mempunyai beberapa
tujuan:
a. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.
Opini yang diberikan harus sesuai dengan pemeriksaan yang
dicantumkan dalam kertas kerja di perusahaan.
b. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanaan pemeriksaan sesuai
dengan standar professor akuntan public. Dalam kertas kerja
pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah
diikuti dengan baik oleh auditor
c. Sebagai referesi dalam hal ada pertanyaan dari: a pihak pajak b pihak
bank c pihak klien
d. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten sehingga dapat dibuat
evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner sesudah
selesai suatu penugasan
e. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikunya. Untuk persiapan audit
tahun berikunya kertas kerja tersebut dapat dimanfaatkan antara lain:
Untuk mengecek saldo awal, untuk dipelajari oleh audit staf yang baru
ditugaskan untuk memeriksa klien tersebut, untuk mengetahui
masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna untuk
penyusunan audit plan tahun berikutnya.

3. Lakukan CashCount (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca, bisa juga
sebelum atau sesudah tanggal neraca.
Tujuan dari cashcount adalah menghitung Kas perusahaan apakah telah sesuai dengan
laporan keuangannya. Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik
adalah eksistensi (keberadaan). Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti
mengenai penilaian, karena kuantitas terlibat secara langsung dalam penentuan nilai
sebagian besar aktiva. Selain itu, auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti
mengenai mutu atau kondisi aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat
mempengaruhi penilaian. Asersi mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui
pemeriksaan fisik untuk mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai
kelengkapan juga bisa diuji melalui pemeriksaan fisik di mana item-item yang
dihilangkan dari laporan keuangan bisa ditemukan.

Jika klien menggunakan imprest fund system, cash count bisa dilakukan kapan saja.
Tetapi jika digunakan fluctuating fund system maka cash count sebaiknya dilakukan tidak
jauh dari tanggal neraca.
Perbedaan jurnal entry:
Imprest Fund Fluctuating Fund
a. Pengadaan Petty Cash
DR. Petty Cash xx DR. Petty Cash xx
CR. Cash in Bank xx CR. Cash in Bank xx
b. Penyaluran kas kecil untuk membayar biaya rutin
No Entry DR. Biaya Telepon xx
DR. Biaya Transportasi xx
CR. Petty Cash xx
c. Penerimaan uang dari penjualan tunai
No Entry DR. Petty Cash xx
CR. Sales xx
d. Pengisian kembali Petty Cash dengan membuka cek
DR. Biaya-biaya xx DR. Petty Cash xx
CR. Cash in Bank xx CR. Cash in Bank xx

4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname.
Cash Opname adalah pemeriksaan fisik pada uang kas tunai antara saldo yang terdapat
pada Catatan Akuntansi dengan Uang kas yang ada di brankas/di tangan (cashonhand).
Untuk kas yang berada di cabang jauh dan saldonya tidak besar tidak perlu auditor
secara khusus mengunjungi cabang tersebut untuk melakukan kas opname. Cukup
dikirim surat konfirmasi atau diminta pernyataan saldo dari kasir.

5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.


Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan
kewajiban. Teknik ini juga dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi
kelengkapan serta penyajian dan pengungkapan. Baik asersi mengenai eksistensi
maupun kejadian serta hak dan kewajiban untuk kas dan piutang usaha seringkali diuji
dengan konfirmasi. Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha pelanggan
saat ini tidak bisa diharapkan untuk memberikan bukti yang dapat diandalkan mengenai
kelengkapan, karena pelanggan cenderung tidak melaporkan kesalahan penetapan yang
terlalu rendah dalam akun mereka dan karena auditor biasanya memilih konfirmasi
akun dengan saldo tercatat yang lebih besar. Asersi mengenai penilaian atau alokasi
untuk piutang usaha sebagian diuji melalui konfirmasi, meskpun penilaian akun akan
membutuhkan audit atas penyisihan piutang ragu-ragu. Ketika auditor
mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank, formulir konfirmasi tersegut juga meminta
informasi tentang jaminan yang disajikan atas pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga
bisa memberikan bukti tentang penyajian dan pengungkapan.

Surat kongirmasi harus tetap dikirim walaupun perusahaan sudah menerima


rekening Koran dari bank karena:
 Merupakan standard audit procedures
 Yang ditanyakan dalam surat konfirmasi bukan hanya saldo bank seperti rekening
Koran
 Rekening Koran dikirim ke klien, sementara jawaban konfirmasi dikirim langsung
ke auditor

6. & 7. Minta rekonsiliasi bank dan lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank
tersebut
Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa kebenaran
rekonsiliasi tersebut, serta mengusulkan audit adjusment jika ditemukan suatu kesalahan.
Prosedur audit yang biasa dilakukan adalah :
1. Cocokkan saldo menurut rekening koran bank dengan rekening koran bank yang
bersangkutan dan jwaban konfirmasi bank
2. Periksa footing dan cross footing
3. Cocokkan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku kas/bank dan buku besar
kas/bank
4. Periksa outstanding dan outstanding deposit ke rekening koran bulan berkutnya.
Perhatikan apakah ada check yang outstaning lebih dari 70 hari sehingga perlu
dibuatkan jurnal koreksi
5. Periksa biaya administrasi bank dan jasa giro ke rekening koran dan nota debit/credit
dari bank
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk
mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki
perusahaan.
Saldo rekening bank yang penggunaannya dibatasi untuk jangka waktu > 1 tahun
tidak boleh dikelompokkan sebagai aset lancar dan harus dijelaskan di catatan atas
laporan keuangan menegah mengenai alasan pembatasan tersebut. Pembatasan tersebut
bisa terjadi karena perusahaan mempunyai masalah hukum sehingga rekeningnya
dibekukan atau karena dijadikan jaminan, bank garansi.

Untuk mengetahui apakah ada pembatasan atau tidak, auditor bisa menanyakan kepada
klien, me-review jawaban konfirmasi bank, notulen rapat dan perjanjian kredit.
Kemungkinan juga ada saldo kas/bank yang merupakan “shinking fund” sehingga tidak
boleh digunakan untuk membiayai kegiatan rutin perusahaan, karena dana itu akan
digunakan untuk pelunasan obligasi atau expansi perusahaan.

9. Periksa inter bank transfer +/- minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca,
untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing.
Kitting adalah : Suatu penipuan yang dilakukan dengan menggunakan cek. Cek
tersebut ditarik dari suatu bank, kemudian disetorkan kepada bank lain. Bank tempat
menyetorkan ini biasanya terdapat di kota lain. Penyetoran tersebut diakui sebagai
penerimaan bagi perusahaan, akan tetapi dengan sengaja tidak mencatat penyetoran
tersebut sebagai pengurangan dari bank darimana uang tersebut berasal Sehingga dapat
dikatakan Kitting merupakan transfer fiktif. Cara Mencegah Terjadinya Kitting Yaitu
dengan memisahkan tugas-tugas secara layak, selain itu juga dengan cara melakukan
penelusuran atas transfer antar bank dan menggunakan laporan cut off bank.

Check kitting bisa dilakukan jika perusahaan mempunyai lebih dari satu rekening
bank.Untuk mengetahui ada tidaknya check kitting, auditor harus memeriksa transfer
dari rekening bank perusahaan ke rekening bank perusahaan yang lainnya dan
mencocokkan apakah penambahan saldo direkening bank yang berasal dari transfer
sudah diikuti dengan pengurangan saldo direkening bank lainnya.

Window dressing adalah manuver yang seringkali dilakukan oleh perusahaan,


bank, reksadanadll, pada akhir periode akuntansi untuk membuat para pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain terkesan dengan menyajikan laporan keuangan yang
lebih baik daripada kondisi sebenarnya. Untuk mengesankan kinerja keuangan yang
baik, perusahaan mungkin melakukan windowdressing dengan memberikan diskon
yang besar agar penjualan meningkat dan perputaran persediaan tinggi.

10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent
collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada uncorded liabilities (kewajiban yang
belum tercatat) per tanggal neraca yang baru dibayar di periode berikutnya, baik yang
berasal dari pembelian aset ataupun biaya-biaya perushaan.
Tujuan lainnya untuk mengetahui apakah uang per tanggal neraca sudh dilunasi diperiode
berikutnya, sehingga auditor lebih yakin mengenai kwajaran saldo utang per tanggal
neraca.

11. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal
neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih
kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun
berjalan.

Kurs tengah BI adalah rata-rata kurs beli dan kurs jua di Bank Indonesia yang bisa
dilihat disurat kabar atau business news.

Menurut SAK ETAP (IAI;2009;253) :


Entitas harus mencatat transaksimata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata uang
fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal transaksi antar mata
uang asing tersebut. Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksi pertama kali
memenuhi syarat pengakuan sesuai dengan SAK ETAP.

12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan
keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS).
Seperti informasi akuntansi yang lainnya, laporan arus kas pun memiliki standar
penghitungan, pengungkapan, serta penyajiannya. Tidak seperti laporan keuangan
lainnya yang tergabung dalam satu standar, laporan arus kas secara khusus di
ungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Karena
perkembangan standar akuntansi di Indonesia saat ini sudah mengadopsi IFRS, maka
standar akuntansi terdahulu mulai mengalami perubahan akibat pengadopsian standar
IFRS tersebut. PSAK maka dapat dinyatakan bahwa entitas harus menyusun laporan
arus kas sesuai persyaratan dalam Pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut
sebagai bagian tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, penyusunan, dan penyajian laporan arus
kas perusahaan harus mengacu pada PSAK.

Penyajian di Neraca :
Pada umumnya kas dan setara kas merupakan harta lancar, saldo deposito berjangka
tidak boleh dilaporkan sebagai dari kas dan bank, jika ada saldo bank bersaldo kredit
dengan jumlah yang material, harus diklarifikasi sebagai utang jangka pendek.

13. Buat Kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri
mengenai kewajaran dari cashonhand dan in bank, setelah kita menjalankan
seluruh prosedur audit di atas.

2.8 Program pengujian substantif terhadap saldo kas


2.8.1 Prosedur Audit Awal
a. Mengusut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang
bersangkutan di dalam buku besar
b. Menghitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar
c. Mengusut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu
d. Melakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun kas .
e. Mengusut posting pendebetan dan pengkreditan akun kas dalam jurnal
penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.

2.8.2 Prosedur Analitik


Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan
bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Rasio yang telah dihitung tersebut
kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu,
rerata ratioindusri, atau ratio yang dianggarkan. Di samping itu, auditor perlu
membandingkan akun Kas yang tercantum di neraca dengan saldo kas pada akhir
tahun yang lalu. Perbandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan:
a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
b. Perubahan akuntansi
c. Perubahan usaha
d. Fluktuasi acak, atau
e. Salah saji

2.8.3 Pengujian terhadap Transaksi Rinci


a. Verifikasi Pisah Batas (Cutoff)
 Membuat rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan
saldo kas menurut catatan klien Atas dasar cutoff bank statement, auditor
dapat membuat rekonsiliasi bank untuk membuktikan ketelitian catatan kas
klien dan membuktikan status setoran dalam perjalanan dan cek yang
beredar yang tercantum di dalam rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien
pada tanggal neraca
 Mengusut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca
ke dalam cutoff bank statement
 Memeriksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal
neraca
 Memeriksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank
statement.
 Periksa semua cek di dalam cutoffbank statement mengenai kemungkinan
hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal
neraca

b. Membuat daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah


tanggal neraca untuk menemukan kemungkinan terjadinya checkkitting.
Checkkitting dilakukan untuk menutupi pemakaian kas perusahaan dengan cara
melakukan transfer rekening dari bank satu ke rekening bank yang dananya
digelapkan pada saat bank-bank menyiapkan pembuatan rekening koran bank.
c. Membuat dan melakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat
kolom. Rekonsiliasi bank empat kolom digunakan oleh auditor untuk
membuktikan kebenaran saldo kas dibank.
d. Memeriksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping
penerimaan dan pengeluaran kas Lapping dapat terjadi jika penyimpan kas
merangkap fungsi sebagai pencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas. Lapping dilakukan oleh karyawan tersebut dengan cara tidak mencatat
penerimaan kas dari debitur tertentu dan memasukkan uang yang diterima
tersebut ke dalam sakunya sendiri.
2.8.4 Pengujian terhadap Akun Rinci

1. Menghitung kas yang ada di tangan klien Dalam penghitungan kas,


auditor harus memperhatikan berbagai hal berikut:
a. Penghitungan kas harus dilakukan oleh auditor di muka pejabat yang
bertanggung jawab atas penyimpanan kas
b. Hasil penghitungan kas harus dicatat di dalam Berita Acara Penghitungan
Kas yang harus segera ditandatangani oleh pejabat yang bertanggungjawab
atas penyimpanan kas
c. Unsur-unsur yang tidak dimasukkan dalam unsur kas pada saat
penghitungan kas adalah cek mundur, perangko dan materai, dan kas bon.

2. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening Koran bank yang


bersangkutan. Untuk membuktikan eksistensi saldo kas klien yang disimpan
dibank, auditor menempuh prosedur audit : (1) membuat atau meminta klien
untuk membuat rekonsiliasi bank pada tanggal neraca, (2) mengirim konfirmasi
saldo kas di bank pada tanggal neraca.

3. Melakukan konfirmasi saldo kas di bank Konfirmasi saldo kas di bank


dilakukan oleh auditor dengan cara mengirimkan surat konfirmasi ke bank yang
klien merupakan nasabahnya.

4. Memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening


Koran bank. Untuk membuktikan penyelesaian cek yang beredar pada tanggal
neraca, auditor mengusut peuangan cek tersebut kedalam rekening koran bank
yang diterima klien setelah tanggal neraca.

2.8.5 Verifikasi Penyajian Kas di Neraca

a. Memeriksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang


dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank. Kas yang
disimpan di bank hanya dapat disajikan sebagai unsur kas jika tidak terdapat
batasan penggunaanya dari bank atau batasan yang dikenakan oleh kontrak
perjanjian tertentu.
b. Melakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan
penggunaan kas klien. Informasi mengenai batasan atas penggunaan berbagai
dana kas yang dibentuk oleh klien dapat diperoleh dari wawancara dengan
manajer keuangan. Informasi ini akan menentukan apakah suatu unsur
disajikan dalam kas atau harus dipisahkan tersendiri dalam kelompok aktiva
lancar, atau bahkan harus disajikan terpisah dalam kelompok aktiva tidak
lancar.

2.9 Kecurangan Atau Kesalahan yang sering terjadi terkait kas & setara kas
1. Adanya uang palsu
2. Adanya uang suap
3. Mark up dalam pembeliaan barang atau jasa
4. Adanya lapping dalam kaitannya dengan penagihan piutang
5. Rekonsiliasi bank dibuat hanya pada akhir tahun
6. Selisih cash count (kas opname)
7. Penggelapan uang penjualan tunai dan/atau penagihan piutang

Contoh Internal Control Questionnaires (ICQ) Pengeluaran Kas/Bank


Client: Y= ya T= tidak

TR= tidak relevan

Y T TR

1. Apakah seluruh pembayaran kecuali untuk pengisian dana kas


kecil dilakukan dengan check?
2. Apakah semua check yang belum digunakan disimpan orang
tertentu di tempat yang aman?
3. Apakah check digunakan menurut nomor urut?
4. Apakah semua check yang dibatalkan melekat pada buku check
dan dirusak agar tidak dapat disalahgunakan?
5. Apakah check dilindungi terhadap pemalsuan tulisan?
6. Apakah kebijakan perusahaan?
Tidak memungknkan penandatanganan
blangko check?
Menghindarkan mengeluarkan check tunai
(tanpa atas nama)?
Tidak mengeluarkan check mundur?
7. Haruskah semua check:
8. Sebutkan batas jumlah yang dapat ditandatangani hanya seorang.
Jumlah : ........................................................
Yaitu oleh : ........................................................
9. Apakah penandatanganan check terpisah dari yang menyimpan
uang kas dan pemegang buku?
10. Bila digunakan stempel, apakah disimpan oleh yang berhak
menandatangani check?
11. Apakah setiap pembayaran didukung oleh bukti otentik yang
telah diperiksa dan disetujui oleh orang lain dari yang
menandatangani check dan diparaf?
12. Apakah semua bukti akan distempel “LUNAS” untuk
menghindari pembayaran dua kali?
13. Apakah orang yang menyiapkan check terlepas dari:
Orang yang menandatangani check?
13.1. Pembayaran uang kas?
14. Bila perusahaan menerima check mundur dari langganan,
check tersebut tidak pernah dibayarkan lagi kepada pihak
ketiga?
15. Apakah rekonsiliasi bank:
16. Apakah rekening Koran langsung dikirim oleh bank kepada
orang yang membuat rekonsiliasi?
17. Apakah deposit intransit (penyetoran ke bank yang belum
tampak di rekening Koran), out standing check, interbank
transfer dierhatikan dengan seksama pada saat rekonsiliasi?
18. Apakah kas kecil itu dana lainnya:
18.1 Dibina dengan imperest sistem?
18.2 Pengeluaran dibatasi dengan suatu jumlah

yang tertentu? Sebutkan : ……………………


18.3 Besarnya dana yang di-review secara periodic?
18.4 Diawasi dengan cukup?
19. Bila seorang menguasai lebih dari satu kas, apakah dibina dan
dibukukan secara terpisah?
20. Apakah bukti pengeluaran kas kecil :
Diperlukan untuk semua pembayaran?
Ditandatangani oleh yang melakukan pembayaran?
Ditandatangani oleh yang meriksa pembayaran?
Ditulis dengan tinta?
Jumlah kecuali dengan angka juga dieja dengan huruf?
Disetujui oleh pejabat yang berwenang?
21. Apakah secara berkala dilakukan kas opname secara
mendadak?
22. Apakah pengisian kembali kas kecil dilakukan:
Dengan check?
Semua dokumen yang mendukung pembayaran dipesiksa?
23. Apakah pemberian uang muka harus distjui dengan yang
berwenang?
24. Tidak terdapt bon gantung yang lama tidaj dipertanggung
jawabkan?
A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak tercantum pada
pernyataan diatas:
………………………………………………………………..
………………………………………………………………..
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
B. Catatan lain:
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
C. Kesimpulan lain bank (baik, sedang, buruk)
D. Revisi kesimpulan penilaian (lampirkan alasannya)

Contoh Internal Control Questionnaires (ICQ) Penerimaan Kas/Bank

client Y= ya T= tidak

TR= tidak relevan

Y T TR

1. Apakah digunakan kuitansi khusus perusahaan? bila ya, apakah:

nomor urut tercetak?


igunakan menurut nomor urut?

entuk pembayaran dinyatakan dalam bentuk kuitansi?

uku kuitansi teregister?

icatat secara up to date?

uku kuitansi terkontrol dengan baik?

agian akuntansi memperhatikan urutan nomor urut?


2. Bila digunakan bon (penjualan) kontan, apakah:

ernomor urut tercetak?

igunakan menurut nomor urut?

entuk pembayaran dinyatakan dalam bentuk kuitansi?

uku kuitansi teregister?

icatat secara up to date?

agian akuntansi memperhatikan urutan nomor urut?


3. Apakah penagih rekening atau orang yang membuka sampul
pengiriman uang (khusus untuk perusahaan yang menerima
pembayaran berupa cek melalui pos) membuat satu daftar
check dan uang tunai yang diterima? Bila ya, apakah:

atu copy diberikan kepada bagaian akuntansi?

aftar tersebut dicocokan pada bagian akuntansi dengan kuitansi?


4. Bila tidak menggunakan kuitansi atau bon (penjualan) tunai,
apakah perusahaan menggunakan cash regirter untuk
mengadministrasikan penerimaan? Bila ya, uraikan internal
control mulai dari penerimaan sampai penyetoran hasil
penerimaan! (pada kertas terpisah)
5. Apakah penjualan tunai atas sisah bahan dan sebagainya,
prosedurnya sama dengan penjualan biasa?
6. Apakah hasil penerimaan baik dari penjualan tunai maupun
penagihan piutang disetorkan secara utuh ke bank paling
lambat keesokan harinya?
7. Apakah penyetoran dilakukan bukan oleh pegawai yang
memgang pembukuan?
8. Apakah bukti penyetroran dicocokan denagan kuitansi atau bon
(penjualan) tunai oleh bagian akuntansi?
9. Apakah total yang tertera pada bukti setoran dicocokan pada
transaksi debet pada buku bank yang bersangkutan?
10. Apakah debet memo dari bank diterima langsung oleh pejabat
tertentu (yang bukan kasir) untuk diinvestigasi?
11. Apakah tugas kasir terpisah dari pembukuan piutang?
12. Apakh tata administrasi diatur sedemikian rupa sehingga kasir
atau orang yang menyetor ke bank tidak mendapat kesempatan
untuk mencatat atau merubah angka pada buku piutang dan
daftar perhitungan saldo yang akan dikirim pada langganan?
13. Bila perusahaan membina beberapa dana kas sesuai dengan
sumber penggunaanya, apakah dana kas tersebut dan surat
berharga secara pisik tersimpan secara terpisah dan
diadministrasikan masing-masing (tidak tercampur)?
14. Cek mundur yang diterima apakah:

anya diberikan kuitansi sementara atas penerimaan cek mundur?

iberikan kuitansi asli apabila telah dapat digunakan?

isetorkan di bank pada saat telah jatuh tempo?

ibina buku catatan cek mundur? Bila ya, apakah orang tertentu
(bukan kasir) secara berkala mencocokan catatan tersebut dengan
kuitansi sementara/asli?
15. Apakah pengamanan untuk menjaga uang kas cukup? Sebutkan
bagaimana:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
16. Apakah atas kerugian yang mungkin diderita atas uang yang
disimpan atau diperjalanan diasuransikan dengan cukup?
Sebutkan perinciannya:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
17. Apakah penerimaan yang sifatnya rutin secara berkala direviw
sehingga atas kekuranganya segera dibuatkan catatan yang
segera diinvestigasi?
18. Apakah kantor pusat mengontrol penerimaan cabang?
A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak tercantum pada
pernyataan diatas:
………………………………………………………………..
………………………………………………………………..
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
B. Catatan lain:
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
C. Kesimpulan lain bank (baik, sedang, buruk)
D. Revisi kesimpulan penilaian (lampirkan alasannya)
Diisi oleh

Direview oleh:
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., James K. Loebbecke. 1995. Auditing: Suatu Pendekatan


Terpadu. Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai