Audit Kas Dan Setara Kas (FIX)
Audit Kas Dan Setara Kas (FIX)
Disusun Oleh :
Kelompok 3 :
Nadiya Az Zahra NIM. 180810301239
Sherindityas Aulia Septiananda NIM. 170810301083
Aulia Nurma Dahani NIM. 170810301119
Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur berikut ini :
1. Prosedur penerimaan kas dari over-the-counter sales
Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan barang
atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir,dan kemudian menerima
barang yang dibeli.Dalam over-the-counter sales ini, perusahaan menerima uang tunai, cek
pribadi (personal check), atau pembayaran langsung dari pembeli dengan kartu kredit atau
kredit debit, sebelum barang diserahkan kepada pembeli. Penerimaan kas dari over-the-
counter sales dilaksanakan melalui prosedur berikut ini :
a) Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) di Bagian Penjualan.
b) Bagian Kas menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa uang tunai, cek
pribadi (personal check), kartu kredit, atau kartu debit.
c) Bagian penjualan memerintahkan Bagian Pengiriman untuk menyerahkan barang kepada
pembeli.
d) Bagian Pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
e) Bagian kas menyetorkan kas yang diterima ke bank.
f) Bagian Akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan.
g) Bagian Akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam jurnal penerimaan
kas.
Cash-on-delivery sales (COD) adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos,
perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas
dari hasil penjualan. COD sales merupakan sarana untuk memperluas daerah pemasaran dan
untuk memberikan jaminan penyerahan barang bagi pembeli dan jaminan penerimaan kas
dan bagi perusahaan penjual.COD sales melalui pos dilaksanakan dengan prosedur berikut
ini :
a) Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui kantor pos.
b) Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim dengan cara mengisi formulir
COD sales di kantor pos.
c) Kantor pos pengirim mengirim barang dan formulir COD sales sesuai dengan instruksi
penjual kepada kantor pos penerima.
d) Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dan formulir COD sales,
memberitahukan kepada pembeli tentang diterimanya kiriman barang COD sales.
e) Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima dan melakukan pembayaran
sejumlah yang tercantum dalam formulir COD sales.
f) Kantor pos penerima memberi tahu kantor pos pengirim bahwa COD sales telah
dilaksanakan.
g) Kantor pos pengirim memberi tahu penjual bahwa COD sales telah selesai dilaksanakan,
sehingga penjual dapat mengambil kas yang diterima dari pembeli.
Kas xx
Penjualan Tunai xx
Kartu kredit merupakan sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam over-the-counter
sales maupun dalam penjualan yang pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos
atau angkutan umum.
Kartu kredit dapat digolongkan, menjad itiga kelompok:
a. Kartu kredit bank (bank cards)
Contoh : jika perusahaan menjual barang dengan menerima kartu kredit sebagai sarana
pembayaran dari langganan,jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Ketika memperoleh pelunasan dari bank yang menerbitkan kartu kredit maka jurnalnya
adalah :
Kas xx
Penjualan Kredit xx
2.2.2 Unsur Pengendalian Internal Dalam Sistem Penerimaan Kas Dari Penjualan
Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem penerimaan kas dari
penjualan tunai adalah sebagai berikut :
Organisasi :
1. Sistem penjualan harus terpisah dari penjualan tunai
2. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
3. Transaksi penjualan tunai dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas , fungsi
pengiriman, dan fungsi akuntansi
2.2.3 Unsur Pengendalian Intern Dalam Sistem Penerimaan Kas Dari Piutang
Pengeluaran kas dalam perusahaan dilakukan dengan menggunakan cek. Pengeluaran yang
tidak dapat dilakukan dengan cek (biasanya karna jumlah nya relative kecil) dilaksanakan
melalui dana kas kecil yang di selenggarakan dengan salah satu diantara dua system: fluktuating-
fund-balance system dan inprest system.
Pengeluaran kas dengan cek memiliki kebaikan ditinjau dari pengendalian intern berikut ini:
1. Dengan digunakannya cek atas nama, pengeluaran cek akan dapat diterima oleh pihak
yang namanya sesuai dengan yang ditulis pada formulir cek. Dengan demikian
pengeluaran kas dengan cek menjamin diterimanya cek tersebut oleh pihak yang
dimaksud oleh pihak pembayar.
2. Dilibatkannya pihak luar, dalam hal ini bank, dalam pencatatan transaksi pengeluaran kas
perusahaan. Dengan digunakannya cek dalam setiap pengeluaran kas perusahaan,
transaksi pengeluaran kas direkam juga oleh bank yang secara periodik mengirimkan
rekening Koran bank (bank statement) kepada perusahaan nasabahnya
3. Jika system perbankan mengembalikan cancelled chek kepadacheck issuer, pengeluaran
kas dengan cek memberikan manfaat tambahaan bagi perusahaan yang mengeluarkan cek
dengan dapat digunakannya canceled check sebagai tanda terima kas dari pihak yang
menerima pembayaran. Dengan digunakan nya checkdalam pengeluaran kas, check issuer
akan secara otomatis menerima tanda penerimaan kas dari pihak yang menerima
pembayaran.
Unsur Pengendalian internal dalam sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dirancang
dengan merinci unsure organisasi, sistem otoritas dan prosedur pencatatan, serta unsur praktik
yang sehat.
Organisasi
1. Fungsi penyimpan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
2. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kasa
sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yang lain.
b. Pengeluaran kas/bank
Ambil sample bukti pengeluaran kas/bank secara random : semua
pengeluaran kas yang misalnya berjumlah > RP 5 juta ditambah 10
pengeuaran kas/bank berjumlah < Rp 5 juta.
Periksa apakah bukti pengeluaran kas tersebut : Sudah diotorisasi pejabat
perusahaan yang berwenang; Lengkap bukti pendukungnya (misal PR,
PO, supplierinvoice, RR, Kwitansi dari supplier dan lain-lain);
Mencantumkan nomor perkiraan yang di debit dengan benar dan
Perhitungan mathematisnya sudah benar.
Periksa apakah posting ke buku besar dan sub buku besar (misalnya
hutang) sudah dilkakukan dengan benar.
Tarik kesimpulan mengenai hasil compliancetest.
2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal: 31 Desember
20XX), atau kalau belum selesai, boleh per 31 Oktober 20XX atau 30 November
20XX, penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal
yang unsual (diluar kebiasaan) atau tidak.
Top Schedule adalah salah satu jenis Kertas Kerja Pemeriksaan yang berfungsi
sebagai lembar awal yang menunjukkan hasil audit kita secara umum tau kesimpulan
atas pos yang bersangkutan.
Kertas kerja pemeriksaan (KKP) adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan
oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, analisa
yang dibuat oleh auditor, dan dari pihak ketiga. Kertas kerja pemeriksaan yang
merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-prosedur audit yang dilakukannya, tes-
tes yang diadakan, informasi yang didapat dan kesimpulan yang dibuat atas
pemeriksaan, analisa, memorandum, surat-surat konfirmasi dan representasi, ikhtisar
dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian pos neraca dan laba rugi serta
komentar-komentar yang dibuat atau diperoleh oelh auditor mempunyai beberapa
tujuan:
a. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.
Opini yang diberikan harus sesuai dengan pemeriksaan yang
dicantumkan dalam kertas kerja di perusahaan.
b. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanaan pemeriksaan sesuai
dengan standar professor akuntan public. Dalam kertas kerja
pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah
diikuti dengan baik oleh auditor
c. Sebagai referesi dalam hal ada pertanyaan dari: a pihak pajak b pihak
bank c pihak klien
d. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten sehingga dapat dibuat
evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner sesudah
selesai suatu penugasan
e. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikunya. Untuk persiapan audit
tahun berikunya kertas kerja tersebut dapat dimanfaatkan antara lain:
Untuk mengecek saldo awal, untuk dipelajari oleh audit staf yang baru
ditugaskan untuk memeriksa klien tersebut, untuk mengetahui
masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna untuk
penyusunan audit plan tahun berikutnya.
3. Lakukan CashCount (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca, bisa juga
sebelum atau sesudah tanggal neraca.
Tujuan dari cashcount adalah menghitung Kas perusahaan apakah telah sesuai dengan
laporan keuangannya. Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik
adalah eksistensi (keberadaan). Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti
mengenai penilaian, karena kuantitas terlibat secara langsung dalam penentuan nilai
sebagian besar aktiva. Selain itu, auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti
mengenai mutu atau kondisi aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat
mempengaruhi penilaian. Asersi mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui
pemeriksaan fisik untuk mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai
kelengkapan juga bisa diuji melalui pemeriksaan fisik di mana item-item yang
dihilangkan dari laporan keuangan bisa ditemukan.
Jika klien menggunakan imprest fund system, cash count bisa dilakukan kapan saja.
Tetapi jika digunakan fluctuating fund system maka cash count sebaiknya dilakukan tidak
jauh dari tanggal neraca.
Perbedaan jurnal entry:
Imprest Fund Fluctuating Fund
a. Pengadaan Petty Cash
DR. Petty Cash xx DR. Petty Cash xx
CR. Cash in Bank xx CR. Cash in Bank xx
b. Penyaluran kas kecil untuk membayar biaya rutin
No Entry DR. Biaya Telepon xx
DR. Biaya Transportasi xx
CR. Petty Cash xx
c. Penerimaan uang dari penjualan tunai
No Entry DR. Petty Cash xx
CR. Sales xx
d. Pengisian kembali Petty Cash dengan membuka cek
DR. Biaya-biaya xx DR. Petty Cash xx
CR. Cash in Bank xx CR. Cash in Bank xx
4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname.
Cash Opname adalah pemeriksaan fisik pada uang kas tunai antara saldo yang terdapat
pada Catatan Akuntansi dengan Uang kas yang ada di brankas/di tangan (cashonhand).
Untuk kas yang berada di cabang jauh dan saldonya tidak besar tidak perlu auditor
secara khusus mengunjungi cabang tersebut untuk melakukan kas opname. Cukup
dikirim surat konfirmasi atau diminta pernyataan saldo dari kasir.
6. & 7. Minta rekonsiliasi bank dan lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank
tersebut
Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa kebenaran
rekonsiliasi tersebut, serta mengusulkan audit adjusment jika ditemukan suatu kesalahan.
Prosedur audit yang biasa dilakukan adalah :
1. Cocokkan saldo menurut rekening koran bank dengan rekening koran bank yang
bersangkutan dan jwaban konfirmasi bank
2. Periksa footing dan cross footing
3. Cocokkan saldo menurut pembukuan dengan saldo buku kas/bank dan buku besar
kas/bank
4. Periksa outstanding dan outstanding deposit ke rekening koran bulan berkutnya.
Perhatikan apakah ada check yang outstaning lebih dari 70 hari sehingga perlu
dibuatkan jurnal koreksi
5. Periksa biaya administrasi bank dan jasa giro ke rekening koran dan nota debit/credit
dari bank
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk
mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki
perusahaan.
Saldo rekening bank yang penggunaannya dibatasi untuk jangka waktu > 1 tahun
tidak boleh dikelompokkan sebagai aset lancar dan harus dijelaskan di catatan atas
laporan keuangan menegah mengenai alasan pembatasan tersebut. Pembatasan tersebut
bisa terjadi karena perusahaan mempunyai masalah hukum sehingga rekeningnya
dibekukan atau karena dijadikan jaminan, bank garansi.
Untuk mengetahui apakah ada pembatasan atau tidak, auditor bisa menanyakan kepada
klien, me-review jawaban konfirmasi bank, notulen rapat dan perjanjian kredit.
Kemungkinan juga ada saldo kas/bank yang merupakan “shinking fund” sehingga tidak
boleh digunakan untuk membiayai kegiatan rutin perusahaan, karena dana itu akan
digunakan untuk pelunasan obligasi atau expansi perusahaan.
9. Periksa inter bank transfer +/- minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca,
untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing.
Kitting adalah : Suatu penipuan yang dilakukan dengan menggunakan cek. Cek
tersebut ditarik dari suatu bank, kemudian disetorkan kepada bank lain. Bank tempat
menyetorkan ini biasanya terdapat di kota lain. Penyetoran tersebut diakui sebagai
penerimaan bagi perusahaan, akan tetapi dengan sengaja tidak mencatat penyetoran
tersebut sebagai pengurangan dari bank darimana uang tersebut berasal Sehingga dapat
dikatakan Kitting merupakan transfer fiktif. Cara Mencegah Terjadinya Kitting Yaitu
dengan memisahkan tugas-tugas secara layak, selain itu juga dengan cara melakukan
penelusuran atas transfer antar bank dan menggunakan laporan cut off bank.
Check kitting bisa dilakukan jika perusahaan mempunyai lebih dari satu rekening
bank.Untuk mengetahui ada tidaknya check kitting, auditor harus memeriksa transfer
dari rekening bank perusahaan ke rekening bank perusahaan yang lainnya dan
mencocokkan apakah penambahan saldo direkening bank yang berasal dari transfer
sudah diikuti dengan pengurangan saldo direkening bank lainnya.
10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent
collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada uncorded liabilities (kewajiban yang
belum tercatat) per tanggal neraca yang baru dibayar di periode berikutnya, baik yang
berasal dari pembelian aset ataupun biaya-biaya perushaan.
Tujuan lainnya untuk mengetahui apakah uang per tanggal neraca sudh dilunasi diperiode
berikutnya, sehingga auditor lebih yakin mengenai kwajaran saldo utang per tanggal
neraca.
11. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal
neraca, periksa apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih
kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun
berjalan.
Kurs tengah BI adalah rata-rata kurs beli dan kurs jua di Bank Indonesia yang bisa
dilihat disurat kabar atau business news.
12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan
keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS).
Seperti informasi akuntansi yang lainnya, laporan arus kas pun memiliki standar
penghitungan, pengungkapan, serta penyajiannya. Tidak seperti laporan keuangan
lainnya yang tergabung dalam satu standar, laporan arus kas secara khusus di
ungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Karena
perkembangan standar akuntansi di Indonesia saat ini sudah mengadopsi IFRS, maka
standar akuntansi terdahulu mulai mengalami perubahan akibat pengadopsian standar
IFRS tersebut. PSAK maka dapat dinyatakan bahwa entitas harus menyusun laporan
arus kas sesuai persyaratan dalam Pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut
sebagai bagian tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, penyusunan, dan penyajian laporan arus
kas perusahaan harus mengacu pada PSAK.
Penyajian di Neraca :
Pada umumnya kas dan setara kas merupakan harta lancar, saldo deposito berjangka
tidak boleh dilaporkan sebagai dari kas dan bank, jika ada saldo bank bersaldo kredit
dengan jumlah yang material, harus diklarifikasi sebagai utang jangka pendek.
13. Buat Kesimpulan di Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri
mengenai kewajaran dari cashonhand dan in bank, setelah kita menjalankan
seluruh prosedur audit di atas.
2.9 Kecurangan Atau Kesalahan yang sering terjadi terkait kas & setara kas
1. Adanya uang palsu
2. Adanya uang suap
3. Mark up dalam pembeliaan barang atau jasa
4. Adanya lapping dalam kaitannya dengan penagihan piutang
5. Rekonsiliasi bank dibuat hanya pada akhir tahun
6. Selisih cash count (kas opname)
7. Penggelapan uang penjualan tunai dan/atau penagihan piutang
Y T TR
client Y= ya T= tidak
Y T TR
ibina buku catatan cek mundur? Bila ya, apakah orang tertentu
(bukan kasir) secara berkala mencocokan catatan tersebut dengan
kuitansi sementara/asli?
15. Apakah pengamanan untuk menjaga uang kas cukup? Sebutkan
bagaimana:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
16. Apakah atas kerugian yang mungkin diderita atas uang yang
disimpan atau diperjalanan diasuransikan dengan cukup?
Sebutkan perinciannya:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
17. Apakah penerimaan yang sifatnya rutin secara berkala direviw
sehingga atas kekuranganya segera dibuatkan catatan yang
segera diinvestigasi?
18. Apakah kantor pusat mengontrol penerimaan cabang?
A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak tercantum pada
pernyataan diatas:
………………………………………………………………..
………………………………………………………………..
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
B. Catatan lain:
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
C. Kesimpulan lain bank (baik, sedang, buruk)
D. Revisi kesimpulan penilaian (lampirkan alasannya)
Diisi oleh
Direview oleh:
DAFTAR PUSTAKA