Anda di halaman 1dari 32

1

Portofolio Laporan Kasus

Gangguan Skizoafektif tipe Depresif

Pendamping PIDI:

dr. Rina Handayani

dr. Indah Kurniawigati

Disusun oleh:

dr. Handoko

PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE FEBRUARI 2019 – FEBRUARI 2020

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


2

LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO

Gangguan Skizoafektif tipe Depresif

Disusun oleh:

dr. Handoko

Telah disetujui dan disahkan oleh:


Dokter Pendamping

dr. Indah Kurniawigati / dr. Rina Handayani

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


3

Nama Peserta: dr. Handoko


Nama Wahana: RSUD Cengkareng / Puskesmas Kecamatan Kalideres
Topik: Gangguan Skizoafektif tipe Depresif
Tanggal (Kasus): 01-08-2019
Nama Pasien: Tn. P D S No RM: 0144849
Nama Pendamping: dr. Indah Kurniawigati /
Tanggal Presentasi: 2 Seeptember 2019
dr. Rina Handayani
Tempat Presentasi: Ruang Auditorium Lantai 4 Puskesmas Kelcamatan Kalideres
Obyektif Presentasi:
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
✓ Diagnostik ✓ Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi □ Anak  Remaja ✓ Dewasa  Lansia  Bumil
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 26 tahun dengan inkoherensia dan asosiasi longgar
sudah 3 tahun. Pada pasien ditemukan derealisasi. Pada pasien juga ditemukan arus pikiran
yang terputus, perilaku katatonik gaduh gelisah, serta gejala gejala negatif seperti penarikan
diri dari pergaulan sosial, meski tidak ada halusinasi atau waham.

Pada status mental ditemukan :

1. Penampilan

Pasien seorang laki laki, berusia 26 tahun, berpenampilan fisik sesuai dengan usianya. kulit
sawo matang, tidak bau badan, kebersihan dan kerapihan diri cukup, rambut hitam pendek dan
memakai alas kaki.

2. Pembicaraan

Selama wawancara. Pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan, lancar, spontan tetapi
sering kali pemeriksa harus mengulang pertanyaan dan menganalogikan pertanyaan. Seringkali
ditemukan adanya asosiasi longgar dan inkoherensia

3. Kesadaran

Kesadaran biologis : Compos mentis

4. Gangguan alam perasaan berupa

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


4

Afek : Terbatas

Ekspresi Afektif : Empati tidak dapat diraba rasakan, tidak serasi

5. Gangguan Alam pikiran berupa:

a. Gangguan bentuk pikir : Asosiasi longgar

b. Gangguan persepsi : tidak ada halusinasi maupun waham

c. Gangguan arus pikir : Produktivitas: terbatas

6. Daya Nilai Realita : Terganggu

7. Tilikan : Baik derajat 6

8. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif

(berdasarkan PPDGJ III)

Aksis II : Ditemukan ciri Kepribadian Skizoid.

Aksis III : Tidak ditemukan kelainan medis

Aksis IV : Masalah Ekonomi

Aksis V : GAF HLPY : 60 (gejala sedang, disabilitas sedang)

GAF Current : 60 (gejala sedang, disabilitas sedang)

 Tujuan: Gangguan skizoafektif tipe depresif


Bahan Bahasan:  Tinjauan Pustaka  Riset ✓ Kasus  Audit
Cara Membahas:  Diskusi ✓ Presentasi dan Diskusi  Email  Pos
Data Pasien Nama: Tn. P D S No Registrasi: 0144849
Nama Klinik: Puskesmas
Telpon: - Terdaftar Sejak: 29 Juli 2019
Kecamatan Kalideres
Data Utama dan Bahan Diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


5

Schizoaffective disorder, depressive type


2. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
• Riwayat stroke disangkal
• Riwayat hipertensi dsiangkal
• Riwayat diabetes melitus disangkal
• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat penyakit jantung disangkal
• Riwayat penyakit ginjal disangkal
• Riwayat operasi disangkal
• Riwayat trauma disangkal
4. Riwayat Keluarga
• Menurut nenek pasien yang berasal dari ayah pasien, memang kakek dari ayah pasien
dulu memiliki gejala seperti pasien sekarang.
5. Lain-lain: -
Daftar Pustaka
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III
dan DSM 5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya

Case Report on the Management of Depression in Schizoaffective Disorder, Bipolar Type


Focusing on Lithium Levels and Measurement-Based Care [Internet]. [cited 2019 Sep 2].
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5441563/

Schizoaffective disorder, depressive type (Concept Id: C0270497) - MedGen - NCBI


[Internet]. [cited 2019 Sep 2]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/medgen/542782
A family study of DSM-III-R schizoaffective disorder, depressive type, compared with
schizophrenia and psychotic and nonpsychotic major depression. - PubMed - NCBI [Internet].
[cited 2019 Sep 2]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2018162

A family study of DSM-III-R schizoaffective disorder, depressive type, compared with


schizophrenia and psychotic and nonpsychotic major depression. - PubMed - NCBI [Internet].
[cited 2019 Sep 2]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2018162

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


6

Treatment guidelines for valproate in bipolar and schizoaffective disorders. - PubMed - NCBI
[Internet]. [cited 2019 Sep 2]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8500081

Schizoaffective Disorder - StatPearls - NCBI Bookshelf [Internet]. [cited 2019 Sep 2].
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541012/

Hasil Pembelajaran
1. Penegakan diagnosis skizoafektif tipe depresif
2. Penatalaksanaan skizoafektif tipe depresif

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


7

1. Subyektif
IDENTITAS
Nama : Tn. P D S
Jenis Kelamin : laki laki
Umur : 26 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Oktober 1992
Agama : Islam
Suku bangsa /warga Negara : Sunda / Indonesia
Status Pernikahan : belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMP Kelas 1
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Prepet 6/4 kel. Pegadungan kec. Kalideres
Tanggal Masuk RSMM : Masuk Poli Mentari tgl 01 Agustus 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Anamnesis :
Autoanamnesis dilakukan di ruang poli Mentari PKC Kalideres pada tanggal 01 Agustus
2019 dan alloanamnesis dengan kakak pasien di ruang poli Mentari PKC Kalideres pada
tanggal 01 Agustus 2019.

A. Keluhan Utama
Pasien bicara tidak nyambung sudah sejak 3 tahun yang lalu.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang bersama kakak pasien dengan keluhan sering bicara tidak
nyambung sejak 3 tahun yang lalu. Menurut kakak pasien, sekeluarga pasien dan teman-
temannya merasa pasien jika bicara tidak nyambung, tidak relevan, dan suka dengan cepat
berganti topik. Kondisi ini awalnya hanya jarang-jarang saja 3 tahun yang lalu, namun
semakin lama semakin sering. Pasien juga sering mengamuk, mudah tersinggung
terhadap perkataan-perkataan dari ibu maupun teman-teman pasien, dan sering bicara
sendiri. Menurut keluarga selain mengamuk, pasien juga pernah membanting radio,
sering sekali berbicara dan tertawa sendiri seperti ada lawan bicaranya apabila sedang
sendirian. Pasien juga sering sekali tidak tidur pada malam hari dan hanya melamun
seorang diri.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


8

Selama 1 tahun belakangan ini, pasien juga tampak depresif. Pasien tidak lagi
menyukai hobi pasien, yakni bermain futsal. Pasien menjauh dari teman-teman pasien.
Pasien mengaku mudah lelah. Setiap hari pasien tidur 9-12 jam lebih dari waktu istirahat
normal pasien dahulu, yakni sekitar 8 jam. Pasien lebih suka berdiam diri di dalam
kamarnya.
Pasien menyangkal ada mendengar suara suara atau melihat hal-hal yang tidak
dapat didengar atau dilihat orang lain. Kakak pasien menyangkal pasien memiliki
kepercayaan aneh yang tidak sesuai dengan logika dan budaya masyarakat sekitar.
Pasien juga bercerita pernah merasa alam ini berbeda, tidak seperti sebelumnya
dan pasien juga merasa asing. Memang menurut ibu pasien, sering kali pasien tampak
seperti ketakutan sambil berlari keluar dan biasanya pasien bila ketakutan selalu berlari
ke rumah neneknya yang sekarang menjadi tempat tinggal pasien.
Pasien belum pernah berobat ke dokter.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Psikiatri Sebelumnya


Berdasarkan keterangan keluarga pasien, pasien mulai timbul keluhan-keluhan
pada tahun 2016. Setelah itu pasien tidak lagi melanjutkan sekolahnya lagi. Kemudian
tidak lama setelah itu pasien mulai timbul gejala seperti sulit tidur, marah-marah,
membanting barang-barang dirumah, berbicara dan tertawa sendiri, sering melamun,
tampak gelisah, dan mondar-mandir.

2. Riwayat Penyakit Medis


• Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya tapi pasien
pernah terjatuh dari tangga namun tidak mengalami luka pada kepala.
• Penyakit lainnya seperti diabetes melitus maupun darah tinggi disangkal.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol


• Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi inex (amfetamin), distro
(dextromethorphan), nipam (benzodiazepine), lexotan (bromazepam) selama
kurang lebih 3 tahun sejak tahun 2012. Pasien juga pernah overdosis karena

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


9

dicekoki obat obatan terlarang oleh teman-temannya. Pasien kemudian dirawat di


RS dan membaik dalam 4 hari.
• Pasien mengatakan pernah meminum alkohol.
• Pasien mengatakan merokok sejak kelas 4 SD karena diajak oleh teman-
temannya. Dan dirumah dapat merokok sampai 1 bungkus perhari.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan perinatal


• Pasien lahir spontan dan ditolong oleh dukun beranak di kampung.
• Pasien berkata bahwa pasien anak yang diharapkan oleh orangtuanya.
• Pasien anak kedua dari 4 bersaudara
2. Masa Kanak Awal (0 – 3 tahun)
Pasien tergolong anak yang jarang sakit sejak kecil, tumbuh kembang normal seperti anak
normal seusianya. Tidak pernah mengalami kejang.
3. Masa Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun)
Pasien dapat melalui masa ini dengan baik dan normal seperti anak sebayanya. Pasien
tidak banyak memiliki teman saat sekolah dan cenderung lebih memilih dirumah dan
jarang mengikuti kegiatan yang diadakan di luar rumah. Tidak pernah tinggal kelas.
Pasien juga mengakui prestasinya biasa-biasa saja.
4. Masa Kanak Akhir (pubertas dan remaja)
a) Hubungan Sosial
Saat sekolah pasien mempunyai sedikit teman dan kurang dapat bersosialisasi. Tetapi
menurut ibu pasien, anaknya memiliki 2 orang teman dekat sejak dulu dan sampai
sekarang masih berteman dekat.
b) Riwayat Sekolah
SMP hanya sampai kelas 1 saja dan mendapat beasiswa karena tidak mampu. Pasien
merasa biasa-biasa saja saat di sekolah. Tidak pernah melawan guru, atau membuat
masalah.
c) Perkembangan Kognitif dan Psikomotor
Pasien mengaku prestasinya rata-rata saja.
d) Problem emosi atau fisik khusus masa remaja
Pasien sudah merokok sejak SD kelas 4 karena diajak oleh teman-temannya.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


10

e) Riwayat psokoseksual
Pasien pernah memiliki pacar saat ia masih sekolah dan belum pernah melakukan
hubungan seksual dengan wanita lain sebelum menikah.
f) Latar Belakang Agama
Pasien beragama Islam, tetapi pasien jarang melaksanakan sholat 5 waktu.

5. Masa dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja.

b. Aktivitas Sosial
Sejak pasien merasa sakit, sering diam saja dirumah dan kadang membantu ibu
melakukan pekerjaan rumah dan pasien juga pernah berjualan kantong plastik dan
berjualan makanan di pasar. Pasien jarang sekali keluar rumah dan bertemu dengan
tetangga. Tapi keluarga mengaku memang masih ada teman pasien yang sering
mengunjungi pasien saat dirumah.

c. Riwayat Psikoseksual / pernikahan


Saat ini pasien belum menikah

d. Riwayat Pelanggaran Hukum


Selain mengonsumsi narkoba, pasien menyangkal pernah terlibat masalah
pelanggaran hukum sejak muda sampai sekarang.

E. Riwayat Keluarga
Sejak lahir pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandungnya. Sampai sekarang orangtuanya
masih lengkap. Pasien adalah anak kedua dari 4 bersaudara. Menurut ibu pasien, ayah pasien
adalah orang yang keras pada semua anaknya dan sering kali memarahi anak-anaknya.
Menurut nenek pasien yang berasal dari ayah pasien, memang kakek dari ayah pasien
dulu memiliki gejala seperti pasien sekarang.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


11

F. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tidak bekerja. Dalam keluarga hanya ayahnya saja yang bekerja sebagai tukang
becak saat ayah pasien sehat, sudah 2 bulan ini ayah pasien sakit TB kronis yang
mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi. Ibu pasien sempat bekerja sebagai pembantu di
rumah orang tapi sekarang sudah tidak lagi. Sebelum kakaknya menikah sering membantu
ekonomi keluarga tapi sejak kakaknya menikah sudah tidak lagi memberi uang pada
orangtuanya. Adik pasien ada yang bekerja sebagai pemotong rumput tapi uang hasil
memotong rumput tersebut sama sekali tidak mencukupi.

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Kehidupan

1. Impian:
Pasien bercita-cita bekerja pada bidang pertanian karena pasien senang sekali
bercocok tanam.
2. Fantasi:
Tidak ada.

3. Dorongan kehendak:
Pasien ingin sembuh.
4. Hal yang menjadi sumber kemarahan atau frustasi dan yang membuat bahagia atau
senang:
Pasien sering sekali merasa sedih apabila dimarahi oleh orangtuanya dirumah dan
merasa sedih karena ekonomi keluarganya yang kurang mampu dan pasien tidak dapat
melakukan sesuatu untuk membantu orangtuanya.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


12

Pohon Keluarga

2. Objektif
II. STATUS MENTAL

Dilakukan di ruang poli Mentari pada tanggal 1 Agustus 2019

A. Deskripsi Umum

1. Kesadaran
Kesadaran Biologis : Compos Mentis
Kesadaran Psikologis : Terganggu
Kesadaran Sosial : Terganggu

2. Penampilan Umum
Pasien seorang laki laki, berusia 26 tahun, berpenampilan fisik sesuai dengan usia. kulit
sawo matang, tidak bau, kebersihan dan kerapihan diri cukup, rambut hitam pendek rapih
dan memakai alas kaki.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum Wawancara : tampak cemas dan sedikit gelisah
Selama Wawancara : tampak cemas dan sedikit gelisah. Kontak mata sangat
minimal
Sesudah Wawancara : tampak tenang

4. Pembicaraan

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


13

Pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan, lancar, spontan tetapi sering kali
pemeriksa harus mengulang pertanyaan dan menganalogikan pertanyaan.

5. Sikap Terhadap Pemeriksa: Kooperatif dan penuh perhatian.

B. Alam Perasaan

1. Mood : euthym
2. Afek : terbatas
3. Ekspresi afektif
Stabilitas : Stabil
Pengendalian : Cukup
Empati : Tidak dapat diraba rasakan
Keserasian : Tidak serasi

C. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan : SMP kelas 1
2. Daya Konsentrasi : Baik
(pasien mampu mengurangi 100 dikurangi 10)
3. Daya Ingat Jangka Panjang : Baik
(pasien ingat kapan pertama kali mengonsumsi narkoba).
4. Daya Ingat Jangka Pendek : Baik
(pasien ingat hari ini melakukan apa saja)
5. Daya Ingat Sesaat : Baik
(pasien mampu mengingat nama pemeriksa setelah
beberapa menit)
6. Daya Orientasi Waktu : Baik
(pasien dapat menyebutkan sekarang siang atau malam,
tanggal, bulan dan tahun).
7. Daya Orientasi Tempat : Baik
(pasien mengetahui dirinya berada di Puskesnas Kalideres)
8. Daya Orientasi Personal : Baik
( pasien mampu mengenal kakaknya, teman-temannya)

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


14

9. Pikiran Abstrak : Baik


(Saat wawancara pasien mengetahui arti beberapa
peribahasa yang diajukan oleh pemeriksa)
10. Kemampuan Menolong Diri : baik
(tidak tercium bau badan selama wawancara)

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi
- Halusinasi auditorik : saat ini tidak ada
- Halusinasi visual : saat ini tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Ada (pasien merasa alam disekitarnya berubah
tidak seperti dulu dan pasien merasa asing di dunia tersebut).

E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Produktivitas : Terbatas
Kontinuitas Pikiran : Terganggu (asosiasi longgar)
Terkadang ada pertanyaan yang jawabannya tidak sesuai
dengan pernyataan pasien sebelumnya.
Hendaya Berbahasa : Tidak ada

2. Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Tidak ada
Ide : Curiga

F. Pengendalian Impuls : Baik. Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan
memperhatikan pertanyaan yang diajukan.
G. Daya Nilai

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


15

1. Daya Nilai Sosial : Baik


(Pasien mengaku sedih dan menyesal pernah memarahi
balik dan mengancam ibunya).
2. Uji Daya Nilai : Baik
(Pasien menjawab pertanyaan,
“jika kamu menemukan dompet berisi uang dan di dekat
kamu ada kantor polisi, apa yang kamu lakukan”?. Pasien
menjawab: “apabila didalamnya ada identitasnya, ya saya
antarkan pada orang yang mempunyai dompet itu kalau
tidak ada ya saya serahkan pada polisi”
3. Daya Nilai Realita : Tidak terganggu,
Karena sudah sejak lama pada pasien tidak terdapat
halusinasi auditorik dan halusinasi visual serta terdapat
derealisasi.

H. Tilikan : Tidak Terganggu derajat 6 (pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan gejala-
gejala yang dideritanya atau kegagalan dirinya dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh
perasaan irasionalnya atau gangguan sendiri, dengan menerapkan pengetahuan hal ini untuk masa
yang akan datang atau berobat ke dokter)

I. Taraf Dapat Dipercaya : Secara keseluruhan pasien cukup dapat dipercaya

III. STATUS FISIK

Pemeriksaan dilakukan di ruang poli Mentari pada tanggal 1 Agustus 2019

A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 120/70 mmHg
N : 84x/ menit
S : 370C
RR : 21 x/ menit

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


16

Kepala : normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak


mudah dicabut.
Mata : pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik
THT : dalam batas normal
Leher : KGB tidak terasa membesar, trakea lurus ditengah, tiroid tidak
teraba membesar
Toraks : Cor : S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas : Akral hangat
Kulit : Tidak ada kelainan

B. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks Patologis : Tidak ada

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

 Pasien adalah seorang laki-laki berusia 26 tahun dengan inkoherensia dan asosiai longgar
sudah 3 tahun. Pada pasien ditemukan derealisasi. Pada pasien juga ditemukan arus
pikiran yang terputus, perilaku katatonik gaduh gelisah, serta gejala gejala negatif seperti
penarikan diri dari pergaulan sosial, meski tidak ada halusinasi atau waham.

Pada status mental ditemukan :


1. Penampilan
Pasien seorang laki laki, berusia 26 tahun, berpenampilan fisik sesuai dengan usianya.
kulit sawo matang, tidak bau, kebersihan dan kerapihan diri cukup, rambut hitam
pendek dan memakai alas kaki.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


17

2. Pembicaraan
Selama wawancara. Pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan, lancar,
spontan tetapi sering kali pemeriksa harus mengulang pertanyaan dan
menganalogikan pertanyaan. Seringkali ditemukan adanya asosiasi longgar dan
inkoherensia
3. Kesadaran
Kesadaran biologis : Compos mentis
4. Gangguan alam perasaan berupa
Afek : Terbatas
Ekspresi Afektif : Empati tidak dapat diraba rasakan, tidak serasi
5. Gangguan Alam pikiran berupa:
a. Gangguan bentuk pikir : Asosiasi longgar
b. Gangguan persepsi : tidak ada halusinasi maupun waham
c. Gangguan arus pikir : Produktivitas: terbatas
6. Daya Nilai Realita : Terganggu
7. Tilikan : Baik derajat 6
8. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

V. FORMULASI DIAGNOSTIK

Diagnosis Aksis I :
➢ Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien tidak memiliki riwayat cedera
kepala, riwayat tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu, gangguan
mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.

➢ Pada pasien pernah mengkonsumsi inex (amfetamin), distro (dextromethorphan), nipam


(benzodiazepine), lexotan (bromazepam) selama kurang lebih 3 tahun sejak tahun 2012.
Pasien juga pernah overdosis karena dicekoki obat obatan terlarang oleh teman-
temannya, sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif (F10-19) masih mungkin menjadi diagnosis banding.

➢ Diagnosis lebih diberatkan pada F25.1 skizoafektif tipe depresif

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


18

Digolongkan dalam:
Gangguan psikosis karena ada hendaya berat dalam menilai realitas yang ditandai
dengan:

• Perilaku terdisorganisasi: marah-marah, sulit tidur, mondar mandir disekeliling


rumah.
• arus pikiran yang terputus,
• perilaku katatonik gaduh gelisah
• Gejala Negatif: afek terbatas, kesulitan dalam pemikiran abstrak, kurangnya
spontanitas dan arus pikir percakapan, penarikan diri dari aktivitas sosial.

Psikosis fungsional oleh karena:


• Tidak ada penurunan kesadaran neurologik.
• Tidak ada fungsi organik spesifik yang dinilai memiliki hubungan etiologi dengan
gangguan tersebut.
Digolongkan dalam:
Gangguan depresif juga menonjol dan dalam episode yang sama dengan gangguan
psikosis ditandai dengan:

• Gejala utama
o Afek depresif
o Kehilangan minat dan kegembiraan (bermain futsal)
o Mudah lelah (tidur 9 - 12 sehari)
• Gejala lainnya yang ditemukan:
o Konsentrasi dan perhatian berkurang
o Kepercayaan diri berkurang
o Tidur terganggu

Diagnosis aksis II

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


19

Pada pasien ini tidak dapat ditentukan diagnosis pada aksis II karena pada pasien sudah
mulai timbul gejala-gejala sebelum pasien berusia 18 tahun. Namun pada pasien dapat dinilai
adanya suatu ciri kepribadian skizoid dikarenakan:
• Kurangnya minat untuk mengikuti kegiatan sosial dan lebih memilih untuk melakukan
aktivitas seorang diri.
• Jarang marah, bahagia atau sedih dalam taraf yang kuat
• Tampak menjaga jarak (waspada) apabila bertemu orang lain.

Diagnosis aksis III

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan pada bidang medis, sehingga tidak
terdapat diagnosis pada aksis III.

Diagnosis aksis IV

Masalah Keluarga: Tidak ditemukan


Masalah Ekonomi: ditemukan
Masalah Pendidikan: Tidak ditemukan

Diagnosis aksis V

Skala GAF :
➢ GAF HLPY : 51-60(gejala sedang, disabilitas sedang)
Fungsi Pekerjaan : Pasien laki-laki di usia produktif tapi tidak produktif.
Fungsi sosial/keluarga : Menurunnya kemampuan pasien bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar
Fungsi perawatan diri : Menurunnya kemampuan pasien dalam merawat diri.
➢ GAF Current : 51-60 (gejala sedang, disabilitas sedang)
Fungsi pekerjaan : Pasien saat ini tidak bekerja.
Fungsi sosial/keluarga : Pasien tidak mengalami gangguan dalam komunikasi
dengan keluarga akan tetapi ada hendaya komunikasi
dengan lingkungan sekitarnya.
Fungsi perawatan diri : Kemampuan pasien dalam merawat diri kurang baik.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


20

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif


(berdasarkan PPDGJ III)

Aksis II : Ditemukan ciri Kepribadian Skizoid.

Aksis III : Tidak ditemukan kelainan medis

Aksis IV : Masalah Ekonomi

Aksis V : GAF HLPY : 60 (gejala sedang, disabilitas sedang)


GAF Current : 60 (gejala sedang, disabilitas sedang)
VII. DAFTAR PROBLEM

Organobiologis : Tidak ada.


Psikologis : adanya derealisasi
SosioBudaya : Terdapat Hendaya dalam fungsi sosial.

VIII. DIAGNOSA BANDING

➢ Gangguan Psikotik Residual atau onset Lambat akibat zat psikoaktif


➢ Depresi berat dengan gejala psikotik

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam
Ad fungtionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Malam

A. Faktor yang memperingan :


• Apabila diberi motivasi untuk melakukan aktivitas seperti berjualan pasien mau.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


21

• Keluarga dapat mengerti pentingnya motivasi untuk keadaan kejiwaan yang dialami
pasien.

B. Faktor yang memperberat :


• Onset gangguan saat pasien muda.
• Terdapat faktor herediter.
• Sudah berulang kali kambuh
• Faktor pencetus tidak begitu jelas.
• Terdapat gejala negatif.

X. PENATALAKSANAAN

• Psikofarmaka :
Risperidone 2 x 2 mg
Amitriptilin 2 x 25 mg

• Psikoterapi :
– Psikoterapi suportif:
Memberikan pasien motivasi untuk bercerita kepada orang terdekat baik keluarga
ataupun teman terdekat pasien tentang masalahnya.

– Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan jangan bosan untuk
minum obat karna obat yang diberikan merupakan pengontrol agar tidak
timbulnya gejala atau bisa mengurangi gejala yang dirasakan pasien.

– Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak menimbulkan
ketergantungan, justru sebagai pengontrol agar gejala yang dialami pasien bisa
terkontrol dan pasien bisa menjalani kegiatan sehari hari seperti sebelum sakit.

– Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali melakukan


aktivitas yang lebih baik dan produktif kembali.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


22

• Sosioterapi :
- Memberi saran kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan
selalu memberi dukungan kepada pasien.

- Menganjurkan pasien untuk lebih mendalami agama sesuai dengan


kepercayaannya.

- Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan


pendidikannya.

- Memberikan informasi pentingnya aktivitas daily living dalam kehidupannya


sehari-hari karena bisa mengalihakan perhatiaan pasien kepada hal hal yang
positif.

- Meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan – kegiatan yang


bermanfaat bagi pasien.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


23

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. SEJARAH

Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya menggambarkan
pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif (mood). Karena pasiennya tidak
mengalami perjalanan demensia prekoks yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan
mereka di dalam kelompok psikosis manic-depresif Emil Kraepelin.

Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah “gangguan skizoafektif” untuk suatu
gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan mood yang bermakna. Pasien dengan
gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya.
Pasien cenderung memiliki tingkat fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor
yang spesifik mendahului onset gejala. Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu
gangguan mood. Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari 1933
sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien Kasanin
secara bervariasi diklarifikasi menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal,
skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloid – istilah-istilah yang menekankan suatu
hubungan dengan skizofrenia.

1.2. DEFINISI

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif.


Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan
juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu,
tipe manik dan tipe depresif.

1.3. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%, mungkin berkisar antara 0,5%
– 0,8%. Tetapi gambaran tersebut masih merupakan perkiraan. Gangguan skizoafektif tipe
depresif mungkin lebih sering terjadi pada orang tua daripada orang muda, prevalensi gangguan
tersebut dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibanding perempuan, terutama perempuan

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


24

menikah. Usia awitan perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-
laki dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan
mempuinyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai. National comorbidity study : 66 orang
yang di diagnosa skizofrenia, 81% pernah didiagnosa gangguan afektif yang terdiri dari 59%
depresi dan 22% gangguan bipolar

1.4. ETIOLOGI

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak

dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip
dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga
mencakup kausa genetik dan lingkungan.

Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah
diajukan :

1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe
gangguan mood

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari


skizofrenia dan gangguan mood

3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang


berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan
mood

4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok


gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah


memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatan jangka pendek, dan hasil
akhir jangka panjang.

Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang dilakukan untuk
mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan bahwa skizofrenia dan
gangguan mood adalah keadaan yang terpisah sama sekali, namun beberapa data menyatakan

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


25

bahwa skizofrenia dan gangguan mood mungkin berhubungan secara genetic. Beberapa
kebingungan yang timbul dalam penelitian keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif
dapat mencerminkan perbedaan yang tidak absolute antara dua gangguan primer. Dengan
demikian tidak mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudara pasien dengan gangguan
skizoafektif telah melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan prevalensi skizofrenia
tidak ditemukan diantara sank saudara pasien yang pasien dengan skizoafektif, tipe bipolar;
tetapi, sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, mungkin berada
dalam resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia daripada suatu gangguan mood.

1.5. MANISFESTASI KLINIS

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood
maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara
simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik
maupun depresif.

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III):

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan
“thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


26

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan


tertentu dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia
lain)
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-
bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


27

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan
yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.

1.6. DIAGNOSIS

Karena konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun
gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif
mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi
lain.

Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah bahwa pasien telah
memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang bersama-
sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Di samping
itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa
adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus diteukan
untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk
membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik
sebagai suatu gangguan skizoafektif.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)

Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat
baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala
yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.

Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


28

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.

D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe:

Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresif berat)

Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4. Hak cipta
American Psychiatric Association. Washington. 1994.

DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan
skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien
diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu
episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe
depresif.

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering
dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-gejala
afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang
sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan
gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai
dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada
gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III

• Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya


skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah
yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi
dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode
manik atau depresif.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


29

• Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.

• Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia)

Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik
(F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain
mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)

Menurut PPDGJ-III :

F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic

Pedoman Diagnostik

• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manic.
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-
pedoman diagnostic (a) sampai (d).

F 25.1 Skizoafektif tipe depresif

Pedoman diagnostik

• Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi oleh
skizoafektif tipe depresif.
• Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik depresif
maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode
depresif (F 32)

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


30

• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-
pedoman diagnostic (a) sampai (d).

F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran

• Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-sama


dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)

F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya

F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT

1.7. DIAGNOSIS BANDING

Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan
untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis
banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan
steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan
epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan
gangguan mood yang bersama-sama. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu
didukung dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk menyingkirkan kelainan
anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan setiap gangguan yang mungkin.

Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang dipertimbangkan untuk
skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis padasaat datang mungkin
mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masalalu. Dengan
demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling
akut telah terkendali.

1.8. PROGNOSIS

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di


pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan pasien dengan gangguan mood.
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis yang
jauh lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


31

lebih buruk dari pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa
penelitian yang mngikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk
dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.

Data menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, mempunyai
prognosis yang mirip dengan pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan
gangguan pramorbid yang buruk; onset yang perlahan-perlahan; tidak ada factor pencetus;
menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala deficit atau gejala negative; onset yang awal;
perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari
masing-masing karakteristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak
adanya gejala urutan pertama dari Scheneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan
penyakit.

1.9. PENATALAKSANAAN

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit,
medikasi, dan intervensi psikososial.

• Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) dengan megembangkan cara


berpikir alternatid, fleksibel, dan positif serta melatih kembalirespon kognitif dan
pikiran yang baru.
• Psikoedukasi terhadap pasien jika kondisi sudah membaik:
- Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara pengobotan, efek
samping pengobatan.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah
pulang dari perawatan.
- Menggali kemampuan pasien yang bisa dikembangkan.

A. Pengobatan Psikososial

Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan sosial, dan
rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit memutuskan diagnosis dan prognosis
gangguan skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian tersebut harus dijelaskan kepada

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko


32

pasien. Kisaran gejala mungkin sangat luas, karena pasien mengalamaikeadaan psikosis dan
variasi kondisi mood yang terus berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan
untuk menghadapi perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut.1

B. Pengobatan Farmakoterapi

Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah dengan
pemberian antipsikotik disertai dengan pemberian antimanik atau antidepresan. Pemberian
obat antipsikotik diberikan jika perlu dan untuk pengendalian jangka pendek.

Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe manik dapat diberikan farmakoterapi berupa lithium
carbonate, carbamazepine (tegretol), valproate (Depakene), ataupun kombinasi dari obat anti
mania jika satu obat saja tidak efektif. Sedangkan pasien dengan gannguan skizoafektif tipe
depresif dapat diberikan antidepresan. Pemilihan obat antidepresan memperhatikan kegagalan
atau keberhasilan antidepresan sebelumnya. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) sering
digunakan sebagai agen lini pertama, namun pasien teragitasi atau insomnia dapat
disembuhkan dengan antidepresan trisiklik. Apabila pengobatan dengan antidepresan tidak
efektif dapat dicoba dengan terapi elektrokonvulsif.

Pemantauan laboratorium terhadap konsentrasi obat dalam plasma dan tes fungsi ginjal, tiroid,
dan fungsi hematologik harus dilakukan secara berkala.

LAPORAN KASUS SCHIZOAFFECTIVE DISORDER, DEPRESSIVE TYPE | dr. Handoko

Anda mungkin juga menyukai