Anda di halaman 1dari 4

Nematoda atau cacing gilig atau cacing gelang merupakan filum Nematoda.

[1][2]
Mereka adalah filum hewan yang beragam yang menghuni rentang lingkungan yang sangat
luas. Spesies nematoda bisa sulit untuk dibedakan, dan meskipun lebih dari 25.000 telah
dijelaskan,[3][4] lebih dari setengahnya adalah parasit, jumlah spesies nematoda telah
diperkirakan sekitar 1 juta Berbeda dengan filum Cnidaria dan Platyhelminthes (cacing
pipih), nematoda memiliki sistem pencernaan tubular dengan bukaan di kedua ujungnya.

Nematoda telah berhasil beradaptasi dengan hampir setiap ekosistem dari laut (air asin)
sampai air tawar, tanah, dan dari daerah kutub sampai daerah tropis, serta ketinggian yang
tertinggi sampai yang terendah. Mereka di mana-mana di air tawar, laut, dan lingkungan
darat, di mana mereka sering melebihi hewan lain baik jumlah individu dan spesies, dan
ditemukan di lokasi yang beragam seperti gunung, padang pasir dan palung samudera.
Mereka ditemukan di setiap bagian dari litosfer bumi.[6] Mereka mewakili 90% dari semua
hewan di dasar laut. Dominasi numerik mereka, sering melebihi satu juta individu per meter
persegi dan terhitung sekitar 80% dari semua individu binatang di bumi, keragaman daur
hidup mereka, dan kehadiran mereka di berbagai tingkat tropik menunjuk pada peran penting
dalam banyak ekosistem. Nematoda bahkan telah ditemukan pada kedalaman yang besar
(0,9-3,6 km) di bawah permukaan bumi di tambang emas di Afrika Selatan.[9][10][11][12][13]

Banyak bentuk parasit termasuk patogen di sebagian besar tumbuhan dan hewan (termasuk
manusia).[14] Beberapa nematoda dapat menjalani kriptobiosis. Satu kelompok jamur
karnivora, jamur nematophagous, adalah predator nematoda tanah. Mereka mengatur rayuan
untuk nematoda dalam bentuk laso atau struktur perekat.[15][16][17]

Nathan Cobb, seorang nematologis, menjelaskan keberadaan nematoda di mana-mana di


Bumi:

Singkatnya, jika semua materi di alam semesta kecuali nematoda tersapu, dunia kita akan
masih samar-samar dikenali, dan jika, sebagai roh tanpa tubuh, kita bisa kemudian
menyelidiki itu, kita harus menemukan gunung, bukit, lembah-lembah, sungai, danau, dan
lautan diwakili oleh film nematoda. Lokasi kota akan dipahami, karena untuk setiap
pengisian massa manusia akan ada pengisian massa sesuai nematoda tertentu. Pohon masih
akan berdiri di baris hantu mewakili jalan-jalan dan jalan raya kita. Lokasi berbagai tanaman
dan hewan akan tetap dipahami, dan, jika kita telah memiliki pengetahuan yang cukup, dalam
banyak kasus bahkan spesies mereka bisa ditentukan oleh pemeriksaan parasit nematoda
dahulu mereka."

Masyarakat dan budaya


Cacing nematoda (C. elegans), fokus dari sebuah proyek penelitian yang sedang berlangsung
pada misi pesawat ulang-alik Columbia STS-107, selamat dari meledaknya pesawat ulang-
alik Columbia ketika memasuki atmosfer bumi. Hal ini diyakini menjadi pertama kalinya
makhluk hidup bertahan hidup dari masuk ke atmosfer bumi dengan hampir tidak
dilindungi.[19][20]

Budaya populer

Dalam SpongeBob SquarePants episode "Home Sweet Pineapple",[21] rumahnya dimakan


oleh sekawanan nematoda. Mereka muncul lagi di episode "Best Day Ever".[22]
Dalam quiz show BBC2 QI, ketika Clive Anderson ditanya, "Apa yang hidup di Laut Mati?",
dia menjawab, "Harus ada cacing nematoda, karena cacing nematoda hidup di mana-mana."
Jawaban yang benar, secara umum, adalah "ekstremofili.

Nematoda predator dipengaruhi oleh sistem olah tanah. Kelimpahan


nematoda predator yang tinggi (9 individu/300 ml tanah) ditemukan pada sistem
tanpa olah tanah dengan mulsa jagung (T2) dan yang rendah (2 individu/300 ml
tanah ) ditemukan pada t
anpa olah tanah dengan mulsa jagung+kacang hijau (T3)
(Gambar 2). Dari lima genus nematoda predator yang ditemukan pada seluruh
plot percobaan, hanya tiga genus yaitu yaitu
Iotonchus, Mononchus
, dan
Plectonchus
yang ditemukan pada plot T2. Kelimpahan ne
matoda predator yang
tinggi pada plot T2 ini mungkin disebabkan oleh kondisi kelembaban cukup tinggi
tetap terjaga pada tanah yang diberi mulsa seresah daun jagung. Seresah jagung
bersifat lambat melapuk. Sebaliknya, plot T3 yang menggunakan mulsa campuran
seresah jagung dan kacang hijau mungkin tidak cukup baik untuk
mempertahankan kelembaban tanah karena seresah kacang hijau tergolong cepat
melapuk. Goodey (1963) menyebutkan bahwa nematoda predator sperti
Iotonchus
menyukai tanah lembab dan kaya bahan org
anik. Dalam lingkungan tanah
nematoda predator berperan dalam memelihara keseimbangan kelimpahan
mikroba perombak bahan organik.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sistem olah tanah berpengaruh
secara nyata (P<0,05), sementara perlakukan pemupuka
n dan interaksi keduanya
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap keragaman genus nematoda.
Keragaman nematoda yang diukur dengan indeks Shannon pada plot T2
(2,38) lebih tinggi daripada pada plot T3 (1,79). Namun keragaman yang diukur
dengan indeks Sim
pson’s berkisar 0,83
-
0,85 tidak berbada secara nyata antar
plot yang diberi perlakukan sistem olah tanah (Tabel 4).
Menurut Ludwig dan
Reynolds (1988) indeks keragaman Shannon dan Simpson’s mengandung
pengertian kekayaan dan kegenapan jenis. Indeks kera
gaman Shannon mengukur
keragaman organisme berdasarkan jenis yang langka (
rare species
) sehingga bila
nilai indeks ini tinggi maka keragaman jenis (genus) nematoda tinggi (Krebs,
1985). Sedangkan indeks keragaman Simpson’s lebih mengukur jenis biota yang
u
mum (
common species
), artinya bila nilai
indeks
keragaman ini rendah maka
terdapat suatu jenis (genus) nematoda yang dominan (Pielou, 1977).
Berdasarkan
pendapat tersebut maka plot T2 memiliki keragaman genus nematoda yang lebih
tinggi daripada plot T3. N
amun demikian, tanaman jagung pada plot percobaan
ini dapat dikatakan memiliki keragaman nematoda yang tinggi. Lahan yang
ditumbuhi keluarga rumput
-
rumputan (Graminae) pada umumnya memiliki
keragaman nematoda yang tinggi.
Beberapa peneliti melaporan
I
nde
ks Shannon
komunitas nematoda
pada lahan alang
-
alang sebesar 2,14 (Swibawa
et al
., 2006)
,
padang rumput golf yaitu 1,2

1,8 (Swibawa dan Aeny, 2007).
Hal ini sesuai
dengan temuan
Yeats (1996)
yang
melaporkan bahwa keragaman nematoda pada
padang rumput
le
bih tinggi daripada lahan hutan
.
Sistem olah tanah dan pemupukan maupun interaksinya tidak
mempengaruhi indeks maturitas nematoda baik untuk nematoda
free
-
living
maupun nematoda parasit tumbuhan. Pada Tabel 4 disajikan pengaruh perlakukan
sistem pengola
han tanah terhadap indeks maturitas nematoda. I
ndeks
m
aturitas
n
ematoda parasit tumbuhan (PPI) mengindikasikan kecocokan ekosistem untuk
perkembangan nematoda parasit tumbuhan,
sedangkan
indeks
m
aturitas nematoda
free
-
living
(MI) mengindikasikan tingkat g
angguan ekosistem
(Bongers, 1990)
.
Berdasrkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perlakukan sistem
olah tanah pada pertanaman jagung tidak menyebabkan gangguan agroekosistem
dan tidak pula mempengaruhi perkembangan nematoda parasit tumbuhan. In
deks
maturitas nematoda parasit tumbuhan (PPI) pada plot pertanaman jagung berkisar
2,12
-
2,34 dan indeks maturitas nematoda
free
-
living
berkisar 0,42

0,66.
Berdasarkan indeks PPI dan MI pertanaman jagung lebih cocok bagi nematoda
parasit tumbuhan dan
lebih terganggu daripada padang golf. Indeks PPI di padang
golf berkisar 0,6
-
2,4 dan indeks MI berkisar 0,7

1,8 (Swibawa dan Aeny,
2007).
Komunitas nematoda yang ditemukan didominasi oleh nematoda parasit
tumbuhan. Nematoda parasit tumbuhan yang mencapai 80% dari komunitas
terdapat pada sistem tanpa olah tanah dengan mu
lsa jagung dan kacang hijau
(T3). Sementara pada sistem olah tanah konvensional (T1), nematoda parasit
tumbuhan hanya sekitar 63% dalam komunitas (Gambar 2). Dominasi nematoda
parasit tumbuhan dalam suatu komunitas perlu mendapat perhatian, karena
apabil
a salah satu jenis menjadi sangat dominan ia dapat berpotensi menjadi hama
yang merugikan.

Anda mungkin juga menyukai