Anda di halaman 1dari 32

Studi Penyambungan untuk Pembangkit EBT

New Guidelines for Interconnection of Renewable Energy Generation Plant to PLN Distribution Network

Kirana Diah Sastrawijaya (kirana@umbra.law; +62 81932464089)


Senior Partner of UMBRA – Strategic Legal Solutions

Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta


8 November 2019
PERNYATAAN PENYANGKALAN (DISCLAIMER)

Presentasi ini telah disiapkan oleh UMBRA - Strategic Legal Solutions (UMBRA) khusus untuk keperluan diskusi. Informasi dalam presentasi
ini tidak dimaksudkan sebagai nasihat hukum yang definitif dan lengkap tentang masalah tertentu dan tidak dapat digunakan sebagai dasar
untuk mengambil tindakan definitif tanpa memeriksa sumber utama dan berkonsultasi lebih lanjut dengan kami atau penasihat hukum
Anda. Presentasi ini juga tidak dimaksudkan sebagai pengganti referensi pada (dan kepatuhan terhadap) ketentuan rinci dari peraturan
perundang-undangan yang relevan.
Pendapat yang dikemukakan dalam presentasi ini mencerminkan pendapat UMBRA pada tanggal disampaikannya presentasi ini dan dapat
berubah tanpa pemberitahuan jika UMBRA mengetahui informasi apa pun, baik spesifik maupun umum, yang mungkin berdampak material
pada pendapat tersebut.
UMBRA tidak akan bertanggung jawab dengan cara apa pun atas konsekuensi apa pun (termasuk tetapi tidak terbatas pada kerugian
langsung, tidak langsung atau konsekuensial, kehilangan keuntungan dan kerugian lainnya) yang diakibatkan oleh penggunaan presentasi
ini maupun setiap pendapat atau pernyataan yang terkandung dalam presentasi ini atau atas kelalaian dalam bentuk apapun sehubungan
dengan presentasi ini.
Seluruh informasi dalam presentasi ini bersifat rahasia dan tidak boleh disalin atau direproduksi (baik seluruhnya maupun sebagian) atau
diringkas atau didistribusikan kepada pihak mana pun dengan cara apa pun tanpa izin tertulis sebelumnya dari UMBRA. UMBRA memiliki
hak berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia untuk mengajukan gugatan terhadap pihak mana pun yang melanggar ketentuan
kerahasiaan ini.
Dengan membaca ketentuan ini dan/atau mengakses presentasi ini (baik seluruhnya maupun sebagian) dengan cara apa pun (termasuk
dalam bentuk fisik dan/atau elektronik), anda dianggap telah menyetujui seluruh ketentuan ini dan akan tunduk pada konsekuensi hukum
yang diakibatkan dari ketentuan disclaimer ini.

@2019 – UMBRA STRATEGIC LEGAL SOLUTIONS 1


Agenda

1 Cakupan Pengaturan Pedoman Penyambungan Distribusi EBT 3


2 Kerangka Peraturan 6
Pengadaaan EBT dalam kaitannya dengan Pedoman
3 14
Penyambungan Distribusi EBT
4 Pentingnya Studi Penyambungan Dalam Kaitannya Terhadap 17
Alokasi Risiko PJBTL
1
Cakupan Pengaturan Pedoman Pembangkit
Distribusi EBT
Cakupan Pedoman Penyambungan Distribusi EBT

Perdir 0064/P/DIR/2019 tentang Pedoman Pengaturan penyambungan dalam


Penyambungan Pembangkit EBT ke Sistem Distribusi Perdir ini adalah untuk pembangkit EBT
PLN mencabut Perdir 0357.K/DIR/2014 (Pedoman intermiten dan non-intermiten.
Penyambungan Distribusi EBT)

Pengaturan ini adalah untuk efektivitas pelaksanaan


penyambungan tenaga listrik yang bersumber dari
pembangkit EBT ke sistem distribusi 20 kV.

Ruang lingkup Pedoman Penyambungan Distribusi EBT


meliputi:
a. Prosedur review dan persetujuan penyambungan
pembangkit EBT serta pembelian tenaga listrik
b. Persyaratan Teknik pembangkit EBT
c. Pengujian, sertifikasi dan komisioning
d. Review studi penyambungan pembangkit EBT
4
Keberlakuan Pedoman Penyambungan Distribusi EBT

IPP yang beroperasi parallel


IPP EBT dengan kapasitas dengan sistem distribusi PLN
Pembangkit EBT PLN
sampai 10 MW pada tegangan 20kv atau
lebih rendah
Tidak
berlaku
untuk PLTS
rooftop
Proyek pemanfaatan EBT
Pemegang izin operasi dengan penerima manfaat
pembangkit EBT yang Penambahan kapasitas hasil kegiatan fisik adalah
menjual excess power ke pembangkit EBT existing BUMD, koperasi, dan/atau
PLN masyarakat kemompok/LSM
yang ditunjuk PEMDA

5
2
Kerangka Peraturan
Peraturan Perundang-undangan terkait Energi Terbarukan
UU No. 30/2009 Peraturan Pemerintah No.
Peraturan Presiden No. 22/2017
UU No. 30/2007 79/2014
tentang tentang Kebijakan Energi tentang Rencana Umum Energi
tentang Energi
Ketenagalistrikan Nasional Nasional

Pasal 20(5): penyediaan energi baru Pasal 6(2): Pemanfaatan sumber Pasal 9(1): peran Energi Baru
Lampiran 1, hal. 79: 30% dari luas atap
dan energi terbarukan oleh badan energi primer harus dilaksanakan untuk seluruh bangunan Pemerintah
usaha, bentuk usaha tetap dan dan Energi Terbarukan paling dan min. 25% dari luas atap bangunan
dengan mengutamakan sumber sedikit 23%.
perseorangan dapat memperoleh rumah mewah, kompleks perumahan,
insentif dari Pemerintah dan/atau energi baru dan energi apartemen, kompleks pada 2025 dan
pemerintah daerah terbarukan memfasilitasi pendirian industri hulu
hilir PLTS.
•UU 21/2014 tentang
Panas Bumi Permen ESDM No. 10/2018 Permen ESDM No. 50/2017
Permen ESDM No. 48/2017
tentang Perubahan Kedua atas tentang Pemanfaatan Sumber Energi
•PP 7/2017 tentang Panas
Panas Bumi untuk Pemanfaatan Permen ESDM No. 10/2017 tentang Terbarukan untuk Penyediaan tentang Pengawasan Pengusahaan
di Sektor Energi dan Sumber Daya
Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Tenaga Listrik
Bumi Tidak Langsung
Beli Tenaga Listrik
Mineral
•Permen ESDM 37/2018 Pasal 2: kewajiban bagi PLN Pasal 11 dan 12: Perubahan Struktur
tentang Penawaran Kepemilikan Saham pada Badan Usaha
Wilayah Kerja Panas Bumi Pasal 28: membebaskan para pihak untuk membeli tenaga listrik dari pemegang IUPTl tidak dapat dilakukan
dari kewajibannya apabila terjadi pembangkit tenaga listrik yang sampai mencapai COD, namun
keadaan kahar memanfaatkan sumber energi perubahan direksi dan/atau komisaris
dapat dilakukan dengan mendapatkan
PLTSa •Perpres No. 35 Tahun 2018 terbarukan. persetujuan terlebih dahulu dari
Menteri ESDM.
Pasal 16: Gubernur dapat
Permen ESDM No. 47/2018
mendelegasikan kewenangannya untuk
•Permen ESDM 49/2018 tentang Tata Cara Penetapan
menetapkan Tarif Tenaga Listrik kepada
Sinar tentang Penggunaan
Sistem Pembangkit Listrik
Tarif Tenaga Listrik
Menteri ESDM atas nama Gubernur.
Matahari Tenaga Surya Atap oleh
Konsumen
Kerangka Pengaturan Studi Penyambungan Pembangkit EBT

1
Terkait penyambungan, permen ini hanya mengatur
Permen ESDM 10/2017 sebagaimana terakhir bahwa pengoperasian pembangkit harus mengacu
kali diubah dengan Permen ESDM 10/2018 pada aturan jaringan yang berlaku.

tentang Pokok-Pokok dalam Perjanjian Jual


Beli Tenaga Listrik Namun Pasal 3 dari Permen ESDM 10/2017
menyatakan bahwa ketentuan untuk pembangkit
Intermiten mengikuti peraturan menteri masing-
masing.

Apakah Permen ESDM 10/2017 berlaku


kepada Pembangkit Intermiten?
2
Permen ESDM 50/2017 sebagaimana terakhir
kali diubah dengan Permen ESDM 53/2018 Tidak mengatur kewajiban pembuatan
tentang Pemanfaatan Sumber Energi studi penyambungan untuk pembangkit
Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik EBT
8
Peraturan-Peraturan mengenai Aturan Jaringan

1 Peraturan Menteri ESDM No. 3 Tahun 2007 tentang Mencakup:


Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali 1. Aturan Manajemen Jaringan
2. Aturan Penyambungan
3. Aturan Operasi
4. Aturan Perencanaan dan Pelaksanaan
2 Peraturan Menteri ESDM No. 37 Tahun 2008 tentang
Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sumatera
Operasi
5. Aturan Setelmen
6. Aturan Pengukuran
7. Aturan Kebutuhan Data

3 Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun 2015 tentang


Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Sulawesi Aturan Penyambungan menyatakan
persyaratan minimum teknis dan
operasional untuk setiap Pemakai

4 Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2016 tentang


Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Kalimantan
Jaringan, baik yang sudah maupun akan
tersambung ke jaringan transmisi, serta
persyaratan minimum teknis dan
operasional yang harus dipenuhi oleh
P3B di titik-titik sambungan dengan para
Pemakai Jaringan.
Peraturan-Peraturan mengenai Aturan Distribusi

Permen ESDM 4/2009 tentang Aturan Distribusi Tenaga Listrik

Aturan Distribusi terdiri atas:


1. Aturan Manajemen Distribusi
2. Aturan Penyambungan
3. Aturan Operasi
4. Aturan Perencanaan
5. Aturan Setelmen
6. Aturan Pengukuran

Ruang tingkup Aturan Distribusi berlaku untuk semua transaksi dan


interaksi Pemasok Sistem Distribusi (Grid dan Pembangkit Skala
Kecil dan Menengah), Pengelola Distribusi (PD), Konsumen, dan
Reseller.

Aturan Penyambungan menyatakan persyaratan minimum teknis


dan operasional untuk setiap Pemakai Jaringan, baik yang sudah
maupun akan tersambung ke jaringan transmisi, serta persyaratan
minimum teknis dan operasional yang harus dipenuhi oleh P3B di
titik-titik sambungan dengan para Pemakai Jaringan.
Sejarah Pengaturan Kewajiban Studi Penyambungan dalam PLTS

2013 2016 2017 2018

8 Feb 2018
• Kerangka peraturan untuk • Permen ESDM 19/2016 • 2 Permen ESDM terkait EBT Permen ESDM 9/2018
PLTS pertama diperkenalkan: diterbitkan, mencabut diterbitkan: diterbitkan, mencabut
Permen ESDM 17/2013 Peraturan Menteri ESDM 1. Permen ESDM 12/2017 Permen ESDM
• Tender oleh EBTKE pada 17/2013 sebagaimana diubah dengan 19/2016.
kuota kapasitas • Tender oleh EBTKE pada Permen ESDM 43/2017
• Tidak ada kewajiban studi kuota kapasitas 2. Permen ESDM 50/2017
penyambungan untuk • Permohonan kuota sebagaimana telah diubah
permohonan kuota kapasitas kapasitas harus dengan Permen ESDM 53/2018
dilengkapi dengan studi • DPT pertama untuk Angin, Solar,
penyambungan Biomassa, dan Berbagai Energi
Terbarukan diadakan oleh PLN
• Tidak terdapat pengaturan studi
penyambungan dalam 2 Permen ESDM
di atas.

11
Proses Pengadaan dan Studi Penyambungan dalam Permen ESDM
19/2016

Proses PQ (bukan First-Come,


spesifik proyek/lokasi) First-Served
oleh ESDM

Permohonan Calon Pengembang harus


Daftar Calon untuk menyampaikan:
Pengembang mendapatkan 1. Studi Kelayakan; dan
kuota kapasitas 2. Studi Penyambungan
Ketentuan Studi Penyambungan dalam Permen ESDM 19/2016
Tujuan Untuk memastikan koneksi dan operasi paralel PLTS tidak berdampak
negatif terhadap keselamatan, keandalan dan kualitas daya maupun
kontinuitas sistem tenaga listrik pada sistem distribusi PLN
Persyaratan Wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Kapasitas PLTS tidak lebih dari 25% dari kapasitas beban puncak
siang penyulang
b. Short Circuit Level tidak lebih dari 10% dari arus hubung singkat
masksimum penyulang
c. PLTS wajib memenuhi: (i) persyaratan fungsi proteksi; (ii) persyaratan
fungsi pencegahan interferensi sistem; (iii) persyaratan teknik spesifik Bagaimanakah pengaturan
teknologi pembangkit; (iv) persyaratan tertentu untuk kondisi beban
ini sekarang diatur dalam
rendah dan awan cepat tertutup
d. Persyaratan komunikasi dan metering Pedoman Penyambungan
e. Pengujian, sertifikasi dan komisioning Distribusi EBT?
f. Persyaratan tambahan untuk stabilitas sistem
Studi Studi penyambungan mencakup:
Penyambungan a. Studi Kelayakan Penyambungan
b. Studi Dampak Sistem Distribusi
c. Studi Fasilitas Penyambungan

13
3
Pengadaaan EBT dalam kaitannya dengan
Pedoman Penyambungan Distribusi EBT
Pembelian Listrik Energi Terbarukan
Permen ESDM 50/2017
PP 14/2012 (“PP Listrik”)
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1)
Berdasarkan Pasal 25 ayat (4) PP Permen ESDM 50/2017,
Listrik, pembelian listrik yang pembelian listrik yang
Sebelum diterbitkannya Permen berasal dari Energi Terbarukan memanfaatkan Energi Terbarukan
ESDM 50/2017, pembelian dapat dilakukan dengan dilakukan oleh PLN melalui
tenaga listrik yang penunjukan langsung. pemilihan langsung.
memanfaatkan energi
terbarukan dapat dilakukan Tipe Energi
dengan mekanisme Metode Pembelian
Terbarukan
penunjukkan langsung.
Sinar Matahari Pemilihan langsung berdasarkan kuota
Angin kapasitas
Biomassa Pemilihan langsung
Biogas
Metode Pembelian Gerakan dan Perbedaan Suhu
Tenaga Listrik
Berdasarkan Permen Lapisan Laut
ESDM 50/2017 Tenaga Air
Sampah Kota Penunjukan langsung
Panas Bumi
Bahan Bakar Nabati Pemilihan langsung
Pengadaan Tenaga Listrik untuk Energi Terbarukan

Sejak penerbitan Peraturan Menteri ESDM 50/2017, pengadaan listrik bersumber energi terbarukan diadakan melalui
pemilihan langsung oleh PLN melalui proses Pra-Kualifikasi (PK) yang diselenggarakan oleh PLN dimana pengembang
yang tertarik harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan dan melewati kriteria tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
dokumen PK.

Proses DPT Proses


Pengadaan

Pre-Kualifikasi
dilakukan di kantor Mengundang
pusat atau unit induk pengembang yang
tergantung jenis dan terdaftar dalam DPT
kapasitas pembangkit
Proses Pemilihan Langsung PLN

Dalam proses pemilihan langsung, IPP harus terkualifikasi dan terdaftar dalam Daftar Penyedia Terseleksi
(DPT). Prosedur untuk dapat tercatat dalam DPT adalah dengan melalui proes Pra-Kualifikasi yang
diadakan oleh PLN. Tergantung pada jenis pembangkit energi terbarukan, PK diadakan:

PK oleh Kantor Pusat PK oleh Unit Induk


Jenis Pembangkit
PLN PLN
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) >10MW ≤ 10 MW

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) >10MW ≤ 10 MW

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) >10MW ≤ 10 MW

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Laut >10MW ≤ 10 MW

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) >10MW ≤ 10 MW


Fotovoltaik
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) >10MW ≤ 10 MW
Pembangkit Listrik Tenaga Bahan Bakar Nabati >10MW <10MW
(PLT BBN)
Pembangkit Listrik Energy Storage Kapasitas berapapun -
Pembangkit Listrik Hybrid >10MW ≤ 10 MW
Proses Pengadaan Pembangkit EBT Intermiten

PLN pusat (DIVEBT)/wilayah (sesuai PLN pusat (DIVEBT)/wilayah PLN pusat/wilayah (sesuai
kewenangannya): melakukan Daftar Penyedia (sesuai kewenangannya): kewenangannya) dan calon PPL:
Terseleksi (DPT) menentukan calon PPL terpilih menandatangani non-disclosure
agreement (format terlampir pada
Catatan: DPT dilakukan berdasarkan Pedoman Penyambungan)
jenis dan kapasitas Pembangkit

PLN wilayah: memberikan data dan informasi Calon PPL: melakukan Studi PLN pusat (DIVEBT & Div
yang diperlukan sehubungan dengan Kelayakan*, Studi Penyambungan**, Regional)/wilayah (sesuai
penyusunan studi penyambungan dan studi lainnya kewenangannya): menyetujui
pengadaan pembelian listrik dan aplikasi
penyambungan

Definisi:
* Studi Kelayakan adalah studi untuk menentukan kelayakan penyambungan pembangkit EBT ke
sistem distribusi.
Penerbitan Letter of Intent Penandatanganan ** (a) Studi Penyambungan adalah studi yang meliputi Studi Kelayakan, Studi Dampak Sistem
(surat penunjukan PPL) PJBL Distribusi dan Studi Fasilitas Penyambungan.
(b) Studi Dampak Sistem Distribusi adalah studi aliran daya dan hubung singkat untuk
mengidentifikasi dampak negatif.
(c) Studi Fasilitas Penyambungan adalah studi untuk menentukan peralatan dan pengaturan guna
menghubungkan pembangkit EBT ke sistem distribusi sesuai dengan persyaratan teknik dan
memberikan perkiraan biaya untuk melengkapi fasilitas tersebut. 18
4

Pentingnya Studi Penyambungan


dalam Kaitannya Terhadap Alokasi
Risiko PJBTL
Perbedaan Kepentingan Alokasi Risiko Pengembang vs. PLN

Pengembang
membutuhkan
PLN memerlukan
jaminan energi dan
kestabilan sistem
pendapatan / take or
pay

Studi
Penyambungan
Kaitan terhadap Bankability Proyek
Risiko Dispatch (Take and Pay/Take or Pay)
Struktur yang umumnya diterima oleh lenders untuk memitigasi risiko jika offtaker tidak mengambil listrik (dispatch) dari
fasilitas pembangkit.

Pembangkit Intermittent Pembangkit Non-Intermittent


(Misalnya Bayu, Surya) (Misalnya PLTA, PLTP)
Offtaker harus mengambil dan membayar semua Offtaker membayar fixed tariff yang terdiri dari:
energi yang diserahkan dengan fixed tariff. a) biaya kapasitas (capacity charge à jumah tetap
yang dibayarkan untuk kapasitas yang tersedia).
Biasanya dimasukkan juga ketentuan bahwa jika energi b) biaya ouput à jumlah yang dibayarkan
tidak dapat diambil secara fisik oleh offtaker, energi sehubungan dengan energi yang sebenarnya
yang tidak diambil ini akan dianggap curtailment dan tersalurkan.
tetap dibayar sebagai energi yang “dianggap
tersalurkan”. Memungkinkan IPP untuk menutup biaya tetap
untuk capacity charge, termasuk debt service, biaya
operasi tetap dan equity return yang disepakati.
Tarif harus distruktur sehingga dapat menutupi
biaya operasi fasilitas, membayar kembali utang
dan memberikan equity return yang wajar
(umumnya dalam fixed tariff per kWh dengan Sumber: OPIC, USAID, Important Features of
adanya tingkat indeksasi terhadap tingkat inflasi). Bankable Power Purchase Agreements for Renewable
Energy Power Projects (dengan penyesuaian).

22
Jaminan Energi
PLTU menggunakan konsep capacity payments
(pembayaran kapasitas) berdasarkan faktor ketersediaan

PLTA meggunakan konsep “Exclusive Committed Energy”

PLTP menggunakan konsep komitmen take or pay


commitments

PLTS versi EBTKE menggunakan konsep produksi


tahunan minimum 0,8 x deklarasi produksi tahunan

PLTS skala besar menggunakan konsep Guaranteed


Minimum Production

23
Jaminan Energi dan Denda

Dalam hal
Curtailment Guaranteed Minimum Perhitungan Jumlah produksi
Production (GMP) vs Energi yang dibayar PLN dibawah
Deklaras Produksi Deklarasi
1. PLN dapat melakukan Bulanan 1. Jumlah aktual kWh yang Produksi
curtailment disalurkan
2. PLN tetap melakukan
• 92.5% of Projected Available
2. Curtailment PLN (setelah Bulanan/
Energy Guaranteed
pembayaran penuh atas energi XXjam)
• Diatas 107.5% Projected Available
meskipun PLN melakukan
Energy, tidak ada pembayaran
3. Wanprestasi PLN setelah Minimum
curtailment XXjam
3. Akan ada grace period sebelum
• Beberapa PJBTL menggunakan
4. Jangka waktu PLN tidak
Production,
PLN membayar deemed
konsep pembelian didasarkan
membayar adalah XX jam akan terdapat
pada Deklarasi Produksi Tahunan
dispatch
yang dibagi menjadi Deklarasi
5. GFM denda yang
4. Dalam model PJBL yang dibuat 6. NFM di grid PLN dikenakan
Produksi Bulanan. Biasanya PLN
oleh EBTKE, apabila terjadi
tidak membayar penuh atas
curtailment untuk 300 jam
pembelian listrik diatas Deklarasi
pertama, tidak ada pembayaran
Produksi Bulanan

24
Risiko Transmisi atau Interkoneksi

PJBL harus menunjukkan pihak mana yang menanggung risiko


untuk menghubungkan fasilitas pembangkit dengan jaringan
dan mentransmisikan listrik ke gardu terdekat (fasilitas khusus).

Semakin signifikan risiko ini (karena medan, jarak, area


berpenduduk), semakin banyak biasanya lenders akan meminta
offtaker untuk menanggung risiko transmisi tersebut.

Sumber: OPIC, USAID, Important Features of


Bankable Power Purchase Agreements for Renewable
Energy Power Projects (dengan penyesuaian).

25
Tantangan Intermiten terhadap Stabilitas
Sistem
Tantangan Pembangkit Intermiten

Apakah dibutuhkan ancillary service


(Spinning reserve, storage technology,
smart grid technology , pump storage
Kesiapan Spinning Reserve untuk PLTA) ?

Ramping rate (VAR)


Peluang terjadinya fluktuasi
tegangan

Forecast
• Potensi deviasi yang besar
terhadap realisasi dan tidak
Operasi “take as available” ada standar batas deviasi
(TOP 100%)/Jaminan Energi • Tidak mengakomodir outage?

Sumber: Tantangan dan Permasalahan


Pengoperasian VRE di Sistem Sulbagsel, presentasi
PLN (dengan penyesuaian).
Tantangan

01 Cadangan daya minimal dari kapasitas terpasang


dengan adanya pengoperasian pembangkit
intermiten

02
Antisipasi dampak pemadaman akibat fluktuasi pembebanan
oleh pembangkit intermitten dengan pembangkit follower

03 Bagaimana menjaga keandalan sistem pada saat


cuaca mendung harus mempunyai back up daya
(battery).
Sumber: Model PPA dan Praktek Operasional
Pembangkit PLTS di NTT, presentasi PLN (dengan
penyesuaian).
Pengaturan Pemutusan Beban Dalam Pedoman Penyambungan Distribusi EBT

PLN dapat membatasi dan melakukan


pemutusan tenaga listrik dengan
PLN dapat melakukan pemutusan
pemberitahuan tertulis jika: (i)
pembangkit dari system distribusi setiap
pemeliharaan rutin, perbaikan, atau
saat tanpa pemberitahuan terlebih
modifikasi system; (ii) pengoperasian
dahulu apabila terjadi keadaan darurat
pembangkit tidak sesuai dengan
atau kondisi operasi tidak aman
pedoman; (iii) menghindari ketidak
stabilan system

Sumber: Pasal 11 Pedoman Penyambungan Distribusi


EBT
Perbedaan Kepentingan Alokasi Risiko Pengembang vs. PLN

Pengembang
membutuhkan
PLN memerlukan
jaminan energi dan
kestabilan sistem
pendapatan / take or
pay

Studi penyambungan diharapkan dapat membantu PLN dan Pengembang untuk mengidentifikasi dan
memitigasi risiko-risiko terkait penyambungan pembangkit EBT ke system distribusi PLN yang dapat
mencakup risiko penyambungan, jaminan energi dan stabilitas system, yang mana kemudian
identifikasi dan mitigasi risiko tersebut dapat terelfleksikan dalam pengaturan PJBL
Telkom Landmark Tower, Tower 2, 49th Floor
Jl. Gatot Subroto Kav. 52, Jakarta 12710 - Indonesia
P. (021) 2985 1635 I F. (021) 2985 1601
E. info@umbra.law I www.umbra.law

Anda mungkin juga menyukai