SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
Weekly Class Schedule
KINETIKA DAN KATALISIS Kelas Dosen
Jumlah
Mahasiswa
Jadwal Mingguan
(7)
Jadwal Ujian Kinetika dan Katalisis:
(UTS)
UTS: Selasa, 8 Oktober 2019/ Pukul 07:30 – 09:30 WIB
UAS: Selasa, 10 Desember 2019/ Pukul 07:30 – 09:30 WIB (8)
tahun 2020)
Mata Kuliah Prasyarat:
Kimia Fisika Termodinamika MK ini
Outline:
• Teknik Kimia dan Cabang Ilmu Kinetika (Beserta
Kedudukannya)
• Hubungan dengan Mata Kuliah Lain
• Cakupan Studi Kinetika Kimia
Reaksi reversible
Berdasarkan reversibilitas
Reaksi irreversible
Karenanya:
diperlukan telaah kesetimbangan reaksi kimia
Faktor yang mempengaruhi yield kesetimbangan reaksi:
1. Suhu
Sumber: Wright, 2004, p. 17 2. Excess reactants Silakan
Anda
3. Tekanan total sistem
jabarkan Ingat kembali:
4. Penambahan gas inert
Hill, 2014: sendiri! Asas Lee Chatelier
Chapter 2 5. Keberadaan katalis
CONTOH SOAL
[Review Termodinamika]
Reaksi fasa gas: C2H6 (g) C2H4 (g) + H2 (g)
berlangsung pada tekanan 1 atm dan suhu 1000 K. Mula-
mula hanya terdapat C2H6 (murni). Reaktan dan produk reaksi
dianggap berkelakuan sebagai gas ideal.
Hitunglah:
a) konstanta kesetimbangan reaksi (K),
b) konversi maksimum reaksi (Xe) yang dapat
dicapai pada kondisi tersebut,
c) perubahan energi bebas Gibbs reaksi dan cobalah
cek kespontanan reaksi pada kondisi ini, serta
d) komposisi kesetimbangan reaksi.
Fokus Optimalkan
potensi
Beberapa Kunci dan
Strategi Belajar
Step-by-step
Repetisi (diulang-ulang)
Sampai bisa (Pantang
Menyerah) Audio Visual
Mandiri
Kinestetik
PENGGOLONGAN REAKSI-1
OUTLINE (2)
1. Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat dalam sistem reaksi
• Persamaan Kinetika (Laju) Reaksi (Rate Law); Reaksi homogen, reaksi heterogen
Persamaan Hukum Pangkat (Power Law) vs Non- 2. Berdasarkan keberadaan atau penggunaan katalis
Hukum Pangkat Reaksi katalitik, reaksi non-katalitik
• Kemolekulan Reaksi 3. Berdasarkan mekanisme atau kompleksitasnya
Reaksi sederhana (reaksi tunggal searah atau ireversibel)
• Orde(r) Reaksi Reaksi kompleks (reaksi bolak-balik atau reversibel,
• Reaksi Elementer vs Non-Elementer reaksi seri atau konsekutif atau berurutan, reaksi paralel,
reaksi seri-paralel, reaksi rantai, reaksi polimerisasi)
• Konstanta Laju Reaksi (Laju Reaksi Spesifik) 4. Berdasarkan kemolekulan reaksinya
• Faktor2 Penentu Laju Reaksi Reaksi unimolekuler, reaksi bimolekuler, reaksi
trimolekuler atau termolekuler
• Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi (Kualitatif 5. Berdasarkan orde reaksinya
dan Kuantitatif); Persamaan Arrhenius, Energi Reaksi berorde bilangan bulat, reaksi berorde bilangan
Aktivasi Reaksi pecahan
PENGGOLONGAN REAKSI-2
6. Berdasarkan arah reaksinya Contoh-contoh Reaksi
Reaksi reversibel (bolak-balik)
Reaksi reversibel merupakan reaksi bolak-balik; dalam Berorde 1:
hal ini terjadi kesetimbangan. Dekomposisi N2O5: N2O5 2 NO2 + ½ O2
Reaksi ireversibel (searah) Berorde 2:
Reaksi ireversibel merupakan reaksi satu arah; tidak ada
keadaan setimbang, meskipun sesungguhnya tidak ada Pembentukan HI: H2 + I2 2 HI
reaksi kimia yang betul-betul tidak dapat balik. Banyak Berorde 3:
kasus kesetimbangan berada sangat jauh di kanan
sedemikian sehingga dianggap ireversibel. 2 NO + O2 2 NO2
7. Berdasarkan jenis pengoperasian reaktornya Berorde pecahan:
Sistem reaktor batch, sistem reaktor alir atau
kontinyu Pembentukan phosgene dari CO dan Cl2 (r = k (Cl2)3/2 CO)
8. Berdasarkan prosesnya (kondisi prosesnya) Heterogen nonkatalitik:
Reaksi isotermal (pada volume tetap, pada tekanan
tetap), reaksi adiabatik, reaksi non-isotermal non- C (s) + O2 (g) CO2 (g)
adiabatik
STOIKIOMETRI
Contoh: KECEPATAN (= LAJU) REAKSI KIMIA
Untuk sebuah reaksi tunggal, hubungan stoikiometrik antar
molekul-molekul dalam sistem reaksi dapat disajikan dalam
Kecepatan sebuah reaksi fasa gas: A P yang bentuk tabel stoikiometri reaksi.
menggunakan katalis padat adalah sebesar 72 Untuk reaksi homogen tunggal:
r
mmol A/(gram katalis.menit). Jika katalis padat aA+bB cC+dD
tersebut mempunyai luas permukaan spesifik hubungan stoikiometri kecepatan reaksinya dapat dituliskan:
sebesar 90 m2/gram, berapakah kecepatan atau, secara umum:
reaksinya jika dinyatakan dalam satuan mmol ri menyatakan kecepatan reaksi homogen pembentukan komponen i
A/(m2 katalis.detik)? dan i menyatakan koefisien stoikiometri reaksi komponen i.
Problem: Problem:
Tuliskan hubungan stoikiometrik antara laju Reaksi fasa gas:
reaksi berkurangnya reaktan dan laju reaksi 4 NH3 + 3 O2 2 N2 + 6 H2O
terbentuknya produk, untuk reaksi-reaksi sbb.:
berlangsung secara batch.
a. 2 NOCl 2 NO + Cl2
Jika pada suatu saat (t = t) gas N2
b. H2O2 + H2 2 H2O terbentuk dengan laju 175 mmol liter-1
c. N2 + 3 H2 2 NH3 detik-1, berapakah laju terbentuknya
d. N2O5 2 NO2 + ½ O2 komponen reaksi lainnya?
(batch) (batch)
(alir) (alir)
(densitas tetap)
(densitas tetap)
Hubungan antara perolehan, konversi, dan selektivitas: Single Reaction STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
SISTEM BATCH-1
Untuk reaksi homogen tunggal: a A + b B cC+dD
dan pada sistem batch, dapat disusun tabel stoikiometrinya
Instantaneous fractional yield sebuah produk P terhadap (sesudah tercapai konversi A sebesar XA) sebagai berikut:
reaktan A (sP/A): Komponen Mol awal Mol terbentuk Mol tersisa (akhir)
A nA0
B nB0
atau:
Basis perhitungan
dilakukan terhadap
atau:
limiting reactant
dengan:
(i menyatakan komponen-komponen sistem reaksi selain A)
Contoh Soal:
Untuk reaksi homogen fasa gas:
A+2B 3R+S Lanjutan (Contoh Soal Sebelumnya):
yang berlangsung isotermal dalam sebuah reaktor sistem Ulangi, dengan menjabarkan persamaan yang
batch bervolume tetap, jabarkanlah hubungan antara menghubungkan antara:
tekanan parsial A (pA), B (pB), R (pR), dan S (pS) sebagai
fungsi tekanan totalnya (P) setiap saat.
(a) tekanan total (P) gas,
(b) tekanan parsial tiap komponen (pi), dan
Campuran awal reaksi terdiri atas: A – 25%-mol, B – 40%-
mol, R – 5%-mol, dan sisanya berupa gas inert. (c) konsentrasi tiap komponen (Ci)
sebagai fungsi konversi.
Gas-gas diasumsikan berkelakuan ideal
Hubungan antara Tekanan Parsial dan Tekanan Total pada Sistem Reaksi
Multiple Reactions
Contoh Soal:
Extent of Reaction (Lanjutan)
Kecepatan reaksi-reaksi fasa gas sering kali
ditentukan dengan cara mengukur perubahan Untuk reaksi kompleks atau multiple reactions (dengan
tekanan sistem reaksi sebagai fungsi waktu. N komponen dan terdapat R persamaan reaksi):
Pada reaksi manakah cara ini tidak dapat
digunakan (diterapkan)?
A. 2 NO (g) + H2 (g) N2O (g) + H2O (g)
B. CH3COCH3 (g) C2H6 (g) + CO (g) dengan:
C. H2 (g) + I2 (g) 2 HI (g) ij koefisien stoikiometri komponen i pada
D. 2 N2O5 (g) 4 NO2 (g) + O2 (g) (persamaan) reaksi ke-j
Cara ini dapat diterapkan untuk kasus multiple- Recall sistem multiple-reaction sebelumnya!
reaction di mana sebuah reaktan yang ditinjau Jika reaktan A dipilih sebagai basis perhitungan,
sebagai basis-perhitungan muncul (sebagai reaktan) maka reaksi dapat dituliskan sbb:
dalam semua tahap reaksinya. A + b/a B c/a C + d/a D … (1)
Jika tidak, maka penyusunan tabel stoikiometri dalam A + f/g C e/g E … (2)
molar extent of reaction-lah yang bersifat lebih Definisikan:
general dan recommended.
NB: Artinya, setiap cara mempunyai keunggulan/
kelebihan dan keterbatasannya masing-masing.
(Fogler, 1992)
1 P
Contoh Soal = LAJU) REAKSI
Persamaan kinetika atau laju reaksi:
Sistem reaksi paralel: A 2 hubungan matematika yang menggambarkan besarnya
Q + R perubahan jumlah mol sebuah komponen reaksi i seiring
berlangsung dalam sebuah reaktor bervolume tetap yang dengan perubahan waktu, sesuai dengan definisi laju reaksi di
beroperasi secara batch. Jika: bagian sebelumnya.
# mula-mula hanya terdapat A dan Q dengan konsentrasi Data dan persamaan-persamaan laju
Bagaimana reaksi yang tersedia dari literatur
masing-masing sebesar: CA0 = 0,5 mol/L dan CQ0 = 0,01 mol/L, persamaan kinetika
# selektivitas (overall fractional yield) terhadap pembentukan P sebuah reaksi dapat Metode-metode untuk memperoleh
sebesar 80%, diperoleh? data laju reaksi dari percobaan di
r = ...? laboratorium, menganalisisnya, dan
# banyaknya A yang telah bereaksi pada suatu saat sebesar 35%, menginterpretasikannya.
maka berapa:
a) konsentrasi A, P, Q, dan R pada saat tersebut? Postulasi mekanisme reaksi untuk
memprediksi persamaan laju reaksi
b) yield (atau perolehan) produk P pada saat tersebut? (termasuk pendekatan teori)
non-hukum-pangkat:
Bentuk Hukum Pangkat:
Untuk reaksi homogen: a A + b B r
cC+dD
persamaan laju reaksinya dapat dituliskan: r = k CA CB
dengan: CA, CB konsentrasi reaktan A, B
, orde reaksi terhadap A, B
k konstanta atau tetapan laju reaksi
[Hal ini berlaku untuk setiap arah reaksi. Silakan diterapkan
jika reaksi di atas dituliskan secara reversible.] (Hill, 1977)
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-1 Pada reaksi fasa gas, dan reaksi berlangsung pada volume tetap
Untuk model persamaan kecepatan (atau kinetika) reaksi (V = V0) secara isotermal (T = T0), laju reaksi kadang-kadang
yang berbentuk hukum pangkat, persamaan laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan tekanan per satuan waktu.
homogen dapat dituliskan sebagai fungsi konsentrasi
reaktan-reaktannya, atau: Recall laju reaksi intensif (untuk reaksi homogen):
r = f (Ci) atau: r = f (k, Ci)
Pendekatan keadaan gas ideal:
Persamaan ini lazim dituliskan sebagai: r = k CA CB CC ....
Untuk reaksi: a A + b B r cC+dD Parsial (komponen i):
persamaan laju reaksinya dapat dituliskan: r = k CA CB atau:
dengan: CA, CB konsentrasi reaktan A, B
, orde reaksi terhadap A, B
k konstanta atau tetapan laju reaksi maka: NB:
Harus bisa membedakan antara
Istilah orde reaksi muncul dalam persamaan tekanan parsial (pi) dengan
kinetika berbentuk hukum pangkat. tekanan total (P)
Problem: Problem:
Laju reaksi homogen: A + B C + D adalah: Sebuah reaksi homogen fasa gas pada 300oC
r = k CA½ CB½ mempunyai nilai konstanta laju reaksi
a. Berapakah orde reaksi ini? sebesar 5 x 10-4 atm-1 s-1.
a. Berorde berapakah reaksi ini?
b. Tuliskan salah satu contoh satuan konstanta laju
reaksinya. b. Berapakah nilai konstanta laju reaksinya
jika dinyatakan dalam kombinasi satuan:
c. Jika CA dinaikkan menjadi 4 kali lipat, menjadi molar (untuk konsentrasi) dan menit
berapa kali lipatkah laju reaksinya? (untuk waktu)
Dua faktor utama yang dianggap paling dominan: PENGARUH SUHU TERHADAP KONSTANTA LAJU REAKSI
1. Suhu (T) Secara sederhana, pengaruh suhu terhadap sebagian besar
2. Komposisi campuran atau konsentrasi zat i (Ci) reaksi kimia dapat didekati melalui korelasi yang disampaikan
oleh Arrhenius, yakni:
Secara umum, jika persamaan laju sebuah reaksi: Jika T makin besar, maka
k juga makin besar
r = f (k, Ci) dengan:
di mana: k f (T) k konstanta laju reaksi
maka: r = f (T, Ci) A faktor frekuensi tumbukan reaksi (atau disebut juga
faktor pre-eksponensial)
Ea energi atau tenaga aktivasi (= pengaktifan) reaksi
Temperature dependent term R konstanta gas universal (R = 8,314 J/mol.K = 1,987
kal/mol.K = 82,06 cm3.atm/mol.K)
Concentration T suhu absolut
dependent term exp(-Ea/R/T) faktor eksponensial
k k1 k2 k3 k4 k5 …
T1 T2
Jika hanya tersedia 2 data:
k1 k2
maka:
Contoh Soal:
Reaksi dekomposisi:
2HI(g) H2(g) + I2(g)
memiliki tetapan laju sebesar 9,51 x 10-9
sehingga: L/mol/s pada 500 K dan 1,10 x 10-5 L/mol/s
pada 600 K.
Note: Silakan me-review matematika pada materi Hitunglah energi pengaktifan reaksi ini!
linierisasi. Nilai-nilai konstanta/ parameter a0 dan a1 dari
model persamaan linier: y = a0 + a1 x dapat ditentukan
secara grafik maupun dengan teknik least-squares
Problem: Problem:
Sebuah reaksi homogen mempunyai energi Ada dua reaksi homogen berorde dua
pengaktifan sebesar 65 kJ mol-1. Pada suhu 100oC dengan konstanta laju sebesar k1 dan k2 serta
reaksi ini mempunyai laju sebesar 7,8 x 10-2 mol Ea1 > Ea2. Jika suhu reaksi dinaikkan dari T1
liter-1 detik-1. ke T2, maka:
a. Pada suhu berapakah lajunya menjadi 1/10 kali
laju pada 100oC? ?
b. Berapakah laju reaksi pada 20oC, jika data yang
lain tetap?
MEKANISME REAKSI-1
Mekanisme reaksi merupakan uraian secara rinci
mengenai tahap-tahap reaksi kimia yang
menjelaskan perubahan dari reaktan awal (yang
teramati) menjadi produk reaksi (yang teramati)
secara keseluruhan, ditinjau dari aspek molekuler.
Contoh: Sebuah reaksi (observed): A2 + B2 2 AB
Mekanisme reaksi yang merupakan tahap-tahap reaksi ele-
menter yang mungkin (atau yang diperkirakan)
berlangsung:
A2 2 A* (tahap 1)
A* + B2 AB + B* (tahap 2)
A* + B* AB (tahap 3) non-chain
(Hill, 1977) A2 + B2 2 AB mechanism
MEKANISME REAKSI-2
Contoh Lain: Mekanisme reaksi terdiri dari sejumlah tahap reaksi
elementer (elementary reactions).
Reaksi fasa gas pembentukan HBr:
H2 + Br2 2 HBr Mekanisme reaksi bersifat dugaan (postulat),
yang merupakan hasil pemikiran secara induktif.
Postulasi mekanisme reaksinya:
Untuk menguji kebenaran mekanisme reaksi
Inisiasi : Br2 2 Br [k1] tersebut, serangkaian eksperimen di
Propagasi : Br + H2 HBr + H [k2] laboratorium harus dilakukan; sedangkan
Propagasi : H + Br2 HBr + Br [k3] validitasnya ditentukan oleh:
pengalaman (experience),
Propagasi : H + HBr H2 + Br [k4] intuisi,
Terminasi : 2 Br Br2 [k5] keberuntungan (luck),
pengetahuan (knowledge), dan
chain mechanism guess-work.
Contoh Soal:
Berdasarkan eksperimen, reaksi fasa gas pembentukan
phosgene (COCl2) dari CO dan Cl2: CO + Cl2 COCl2 diketahui
Contoh Soal: merupakan reaksi berorde 5/2, atau:
rCOCl2 = k [CO] [Cl2]3/2
CONTOH SOAL NOMOR 1 Mekanisme yang dipostulasikan untuk reaksi ini:
(handout kuliah, halaman 6-7)
TEORI TUMBUKAN-1
OUTLINE Dasar:
Reaksi hanya dapat berlangsung jika molekul-
TEORI KINETIKA REAKSI molekul reaktan saling bertumbukan.
Namun demikian, tidak setiap tumbukan akan
1) Teori tumbukan (collision theory) menghasilkan reaksi. Hanya tumbukan yang
2) Teori kompleks aktif (activated berhasil atau efektif saja yang akan
complex) atau keadaan transisi menghasilkan reaksi.
(transition state) Tumbukan yang berhasil (efektif):
Perbandingan dengan teori Arrhenius Jika tersedia jumlah energi yang cukup dan
orientasi (atau posisi) yang tepat untuk
Energi aktivasi (pengaktifan) reaksi memutuskan atau memecahkan ikatan dan
membentuk ikatan kimia yang baru.
Karena: r = P . z . f
maka:
Contoh Soal:
Reaksi fasa gas bimolekuler pembentukan HI:
H2 + I2 2 HI
Lanjutan Contoh Soal:
berlangsung pada 427 oC dan 1 atm (= 101,3 kPa).
Jika reaksi ini mempunyai energi aktivasi sebesar: Berdasarkan contoh soal (kasus) sebelumnya,
Ea = 170 kJ/mol, dan dengan menggunakan lakukan perbandingan untuk mengamati
pendekatan teori tumbukan: pengaruh suhu terhadap:
a. Berapa nilai konstanta laju reaksi ini? faktor pre-eksponensial, dan
b. Berapa persen “efektif” tumbukan antara
molekul-molekul reaktannya? faktor eksponensial
c. Berapa nilai faktor frekuensi tumbukannya? Selanjutnya, berikan komentar atau analisis
Jangan lupa, tuliskan juga satuannya.
Data: diameter molekul H2 dan I2 masing-masing Anda.
sebesar 0,273 dan 0,5 nm.
Catatan Tambahan:
Problem P3-9B
(Fogler, 2016, p.101) Berdasarkan prediksi laju reaksi dengan teori
tumbukan, perlu diketahui data: (1) ukuran
molekul dan (2) nilai energi aktivasi.
Ukuran molekul dapat diestimasi (melalui
bond-length).
Energi aktivasi dapat diestimasi melalui
sejumlah cara. Misal: dari bond-energy, dari
entalpi reaksi (Polanyi-Semenov
correlation), ataupun korelasi empirik.
Selamat Belajar!
Hal-hal Pokok yang Perlu Ditinjau/ Diperhatikan dalam Reaksi Ireversibel Unimolekuler Berorde-Satu
Penyelesaian Kasus2 Kinetika Reaksi (Kondisi Isotermal): Kecepatan reaksi berorde-satu:
1. Neraca massa (khususnya: neraca mol, yang Pada sistem batch bervolume-tetap:
ditinjau terhadap salah satu komponen reaksi).
Kondisi batas: t = 0: CA = CA0 atau XA = 0
2. Stoikiometri reaksi t = t: CA = CA atau XA = XA
3. Persamaan kinetika (laju) reaksi XA vs t
4. Persamaan2 pendukung, seperti: persamaan gas (pers. (10))
Contoh-contoh Reaksi
Berorde 1: Contoh Soal:
Cracking butana, dekomposisi N2O5, peluruhan radioaktif Kinetika Reaksi Searah Berorde 1
Berorde 2:
Class I: Dekomposisi HI ( 2 HI H2 + I2), dimerisasi Suatu reaksi homogen fasa-cair orde-pertama
siklopentadiena (2 C5H6 C10H12), dekomposisi termal dilangsungkan dalam reaktor batch. Konversi
NO2 fase gas (2 NO2 2 NO + O2) (X) 60% reaksi itu dicapai dalam 35 menit.
Class II: Hidrolisis ester organik dalam media non-
aqueous, pembentukan HI (H2 + I2 2 HI) (a) Berapa waktu yang diperlukan untuk
Berorde 3: mencapai konversi 83%?
2 NO + Cl2 2 NOCl, 2 NO + O2 2 NO2 (b) Berapa nilai konstanta laju reaksinya?
Berorde pecahan:
Pirolisis asetaldehida (orde 3/2), pembentukan phosgene
dari CO dan Cl2 [r = k (Cl2)3/2 CO]
Reaksi fasa-cair: 2 A + B C + D + 2 E
berlangsung secara batch pada suhu tetap.
Mula-mula: [A]0 = 800 mmol/liter
[B]0 = 4 mmol/liter
Pada t = 90 ks (kilo-detik): B yang tersisa (=
[B]/[B]0) = 0,35
Jika reaksi ini berorde-satu terhadap masing-
masing reaktannya, berapakah nilai tetapan laju
reaksinya? Berorde berapakah reaksi ini?
Berapakah nilai k-nya pada 1030 K?
Contoh Soal:
Waktu Paruh Reaksi Contoh Soal:
Reaksi homogen: A B + C, merupakan reaksi Reaksi fasa-cair: A + B produk berlangsung secara
orde-satu dengan waktu paruh sebesar 27 menit. batch dalam reaktor isotermal. Persamaan kinetika
Banyaknya A yang telah terurai dalam waktu 81 reaksi ini mempunyai bentuk: -rA = k CA2 CB.
menit adalah....
Mula-mula: CA0 = CB0 = 10 mmol/liter.
A. 12,5 %
B. 25 % Setelah 15 menit: XB = 60%.
C. 50 % Tentukan nilai k pada kondisi ini!
D. 75 % Tuliskan satuannya.
E. 87,5 %
Dapat diselesaikan…!
[NB: Memerlukan telaah tentang
kesetimbangan reaksi].
Secara umum:
Pada t = 0: CA = CA0 Untuk sejumlah reaksi yang berlangsung seri/ konsekutif/
CR = CR0 = 0 berurutan: tahap reaksi yang paling lambat yang akan
CS = CS0 = 0 Sumber: Levenspiel, 1999
menjadi penentu laju reaksi secara keseluruhan
Contoh Soal:
Latihan Soal: Kinetika Reaksi Searah Seri-Paralel
Kinetika Reaksi Searah Seri k1 k3 D
Reaksi homogen: A B
Reaksi seri elementer: k2 C
berlangsung dalam sebuah reaktor sistem batch berlangsung dalam sebuah reaktor sistem batch
bervolume tetap. Mula-mula hanya terdapat A bervolume tetap. Mula-mula hanya ada A.
dengan CA0 = 120 mmol/m3. (a) Jabarkan persamaan CA terhadap t. Jika k1 = 0,001
detik-1, berapakah rasio CA/CA0 setelah 1,5 menit?
Jika CA = 85 mmol/m3 setelah reaksi berlangsung (b) Jabarkan persamaan CB terhadap t. Jika k2 = 0,003
selama 12 menit, dan CR maksimum yang dicapai detik-1, k3 = 0,002 detik-1, dan CA0 = 0,2 gmol/dm3,
oleh reaksi ini adalah 60 mmol/m3, tentukan: berapakah CB setelah 2 menit?
(a) besarnya k1 dan k2 (c) Berapakah konsentrasi C setelah 1 menit? 2 menit?
(b) waktu untuk mencapai CR maksimum (d) Gambarkan profil SDC terhadap t. Kapankah CB
mencapai maksimum? (Sumber: Fogler, 1992)
Recall materi
kuliah sebelumnya: Tinjauan Pendekatan Sistem Reaksi Ilustrasi:
(1) Reaksi homogen fase-gas: 3 A R
Volume tetap (= Volume berubah (= densitas
densitas tetap) berubah) variable/ dalam sistem variable-volume batch reactor
constant-density system varying-density system Jika mula-mula hanya ada reaktan A, maka: …
Jika mula-mula campuran reaktan mempunyai
(Sistem operasi komposisi: A sebanyak 50%-mol dan sisanya
batch) V = V0 V V0 berupa inert, maka: …
(2) Campuran gas dengan nA0 = 200, nB0 = 150, dan
dapat dijabarkan dengan memanfaatkan:
Tabel stoikiometri reaksi nI0 = 150, direaksikan dalam sebuah reaktor
Pendekatan keadaan ideal (reaksi fasa gas) batch (variable-density), melalui reaksi:
A+3B5R
Konsentrasi maka: …
zat i:
Hill, 1977,
p. 75, Ch. 3
ULANGI, jika
komposisi Selamat Belajar!
awal:
A = 0,40
B = 0,32
C=0
Inert =
sisanya
(n 1)
Grafik (a): harga-harga k tidak konsisten (karena adanya
variasi yang cukup lebar antara harga-harga k yang atau (jika dilinierisasi):
dihitung pada pasangan data yang berbeda).
Grafik (b): harga-harga k relatif konsisten (karena harga-
harga k yang dihitung pada pasangan data yang berbeda
tidak terlalu bervariasi).
Prosedur Umum
METODE DIFERENSIAL Metode
Diferensial
1. Dengan teknik (prosedur) linierisasi
2. Secara trial and error
Bentuk persamaan
kecepatan reaksi
tebakan tersebut
dianggap sesuai
jika plot tersebut
menghasilkan
bentuk yang linier.
Analisis Anda…?
Analisis Anda…?
Analisis Anda…?
0,00512 (liter/mol)
Jadi: krata-rata = …………………..
0,4.detik-1
Penentuan n dan k:
Dengan demiki-
an, n dan k
dapat ditentukan Penyelesaian/ Hasil dengan
berdasarkan Metode Diferensial
nilai-nilai slope
dan intercept.
Jangan lupa:
Satuan k: …..?
Metode
Garis
Singgung
CA (mol/L)
Nilai n dan k
dapat
Tangents ditentukan
(garis-garis
singgung)
pada titik-titik
data yang Jangan lupa
bersesuaian t (detik) satuannya!
Fogler, 2004
Contoh Soal:
Reaksi fasa-cair antara ethylene bromide (A) dan
potassium iodide (B) pada suhu 59,72 oC secara batch:
C2H4Br2 + 3 KI C2H4 + 2 KBr + KI3
Mula-mula: CA0 = 0,02864 kmol/m3
CB0 = 0,1531 kmol/m3
Data eksperimen:
t (ksec) 29,7 40,5 47,7 55,8 62,1
Fraksi dibromide 28,63 36,30 40,99 45,72 48,90
reacted (%)
Jika persamaan kinetika reaksi diyakini berbentuk:
r = k CA CB
tentukan nilai konstanta laju reaksi pada kondisi ini!
Hill, Hill,
1977 1977
Hill, (Lanjutan:)
1977
Hill, (Lanjutan:)
1977
Hill, (Lanjutan:)
1977
CA0 - CA (mol/liter)
2 2 0.3
[karena pengukuran volume gas N2 selalu dilakukan pada tekanan dan suhu tetap, yaitu
P = 1 bar dan T = 70 oC (= 343 K)] 0.2
Gunakan: R = 0,08314 liter.bar/(mol.K) 0.2
P
Maka, mol N2 kumulatif yang terbentuk dapat dihitung dengan cara: n N 2 VN 2 … (iv) 0.1
RT
sehingga mol C6H5N2Cl yang tersisa dapat dihitung dengan: 0.1
n C 6 H 5 N 2 Cl n C 6 H 5 N 2 Cl n N 2 … (v) 0.0
0
m C 6 H 5 N 2 Cl 0 1 2 3 4 5 6 7
Mol C6H5N2Cl mula-mula dapat dihitung dengan: n C 6 H 5 N 2 Cl 0 t (menit)
0 BM C 6 H 5 N 2 Cl
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 1 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 2
dC A dC A CA
dC A t Analisis: Dari ketiga grafik pembanding tersebut di atas, terlihat bahwa:
Jika n = 1, maka: k CA atau: k dt atau: k dt Grafik pembanding pada tebakan orde 0 dan orde 1 menunjukkan kelengkungan negatif,
dt CA C A0 C A 0
yang berarti bahwa orde sebenarnya lebih besar daripada orde 0 dan orde 1.
C Grafik pembanding pada tebakan orde 2 menunjukkan trendline garis lurus, di mana
sehingga: ln A 0 k t
CA trendline garis yang terbentuk melewati semua titik data (dengan sangat tepat), yang berarti
t, menit 0 1 2 3 4 5 6 7 bahwa reaksi ini dapat dianggap mengikuti orde 2.
CA, mol/liter 1,0676 1,0094 0,9572 0,9102 0,8674 0,8288 0,7934 0,7611 Jadi: Reaksi ini berorde 2, dengan nilai k = 0,054 liter mol-1 menit-1.
C
ln A 0 0 0,0561 0,1092 0,1596 0,2077 0,2532 0,2969 0,3384
CA
Jika persamaan (iii) diselesaikan dengan metode integral
0.40 dengan metode perhitungan dan perata-rataan harga k
0.35 Analog dengan cara sebelumnya. Misal, dicoba-coba orde reaksi (n) dengan n = 0, n = 1, dan n = 2.
0.30 C A0 C A
Jika n = 0, maka: CA0 CA k t atau: k 0
0.25 t
ln[CA0/CA]
t, menit 0 1 2 3 4 5 6 7
0.20 CA, mol/liter 1,0676 1,0094 0,9572 0,9102 0,8674 0,8288 0,7934 0,7611
0.15 CA0 – CA, mol/liter 0 0,0582 0,1105 0,1574 0,2002 0,2388 0,2742 0,3065
C A0 C A
0.10 k0 - 0,0582 0,0552 0,0525 0,0501 0,0478 0,0457 0,0438
t
0.05 Analisis: Harga-harga k pada tebakan orde 0 menunjukkan kecenderungan selalu berkurang
0.00 (monoton turun) seiring dengan waktu reaksi, yang berarti bahwa tebakan orde 0 tidak sesuai.
0 1 2 3 4 5 6 7 C
ln A 0
t (menit) C CA
Jika n = 1, maka: ln A 0 k t atau: k1
dCA dCA CA
dC A t CA t
Jika n = 2, maka: k CA 2 atau: k dt atau: k dt t, menit 0 1 2 3 4 5 6 7
dt CA 2 C A0 CA 2 0 CA, mol/liter 1,0676 1,0094 0,9572 0,9102 0,8674 0,8288 0,7934 0,7611
1 1 ln(CA0/CA) 0 0,0561 0,1092 0,1596 0,2077 0,2532 0,2969 0,3384
sehingga: kt C A0
C A C A0 ln
CA - 0,0561 0,0546 0,0532 0,0519 0,0506 0,0495 0,0483
k1
t, menit 0 1 2 3 4 5 6 7 t
CA, mol/liter 1,0676 1,0094 0,9572 0,9102 0,8674 0,8288 0,7934 0,7611 Analisis: Harga-harga k pada tebakan orde 1 menunjukkan kecenderungan selalu berkurang
1 1 (monoton turun) seiring dengan waktu reaksi, yang berarti bahwa tebakan orde 1 juga belum sesuai.
, liter/mol 0 0,0540 0,1081 0,1620 0,2162 0,2699 0,3237 0,3772
C A CA0
1 1
0.40 1 1 C C A0
Jika n = 2, maka: kt atau: k 2 A
1/CA - 1/CA0 = 0,054 t C A C A0 t
0.35
R² = 1 t, menit 0 1 2 3 4 5 6 7
1/CA-1/CA0 (liter/mol)
0.30 CA, mol/liter 1,0676 1,0094 0,9572 0,9102 0,8674 0,8288 0,7934 0,7611
[1/CA-1/CA0],
0.25 0 0,0540 0,1081 0,1620 0,2162 0,2699 0,3237 0,3772
liter/mol
0.20 1 1
C C A0 - 0,0540 0,0540 0,0540 0,0541 0,0540 0,0540 0,0539
0.15 k2 A
t
0.10 Analisis: Berbeda dengan tebakan orde sebelumnya, harga-harga k pada tebakan orde 2
0.05 menunjukkan kecenderungan yang relatif konstan/ tetap (fluktuatif) seiring dengan waktu reaksi,
yang berarti bahwa tebakan orde 2 dapat dianggap sesuai.
0.00
Jadi: Reaksi ini berorde 2, dengan nilai k rerata sebesar:
0 1 2 3 4 5 6 7
(0,054 0,054 0,054 0,0541 0,0540 0,0540 0,0539) liter
t (menit) = 0,054
5 mol. menit
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 3 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 4
Maka:
Jika persamaan (iii) diselesaikan dengan metode integral 3 a0 + -0,0574 a1 = 0,9812
dengan metode waktu fraksi (fractional-life, tF) -0,0574 a0 + 0,00580 a1 = -0,02371
Pasangan data CA versus t diplotkan ke dalam grafik, kemudian ditarik sebuah smooth-curve yang Sehingga, dengan metode substitusi, diperoleh: a0 = 0,3070 dan a1 = -1,05
mewakili kecenderungan data tersebut. Selanjutnya, ambil 3 nilai CA0 sembarang, untuk kemudian Dengan demikian: a1 = 1 – n = -1,05 n = 1 + 1,05 = 2,05 2
dibaca nilai tF-nya masing-masing, sebagai berikut: 0,901 n 1 0,901 n 1
a 0 log 0,3070 10^ (0,3070) 2,0277
1 n 1 k (n 1) k
0,901 2 1
0.95 atau: k 0,055 liter mol-1 menit-1
(2 1) (2,0277 )
1 Jadi: Reaksi ini memenuhi kinetika berorde 2, dengan k = 0,055 liter mol-1 menit-1
0.9
CA/CA0
Y [log(-DCA/Dt)]
-1.30
yang dalam hal ini: F = 90%
-1.35
Nilai a0 dan a1 coba ditentukan dengan metode kuadrat terkecil, melalui tabulasi berikut ini:
-1.40
CA0 (mol/liter) t0,90 (menit) X = log CA0 Y = log t0,90 X2 XY
CA0 1,0676 1,9 0,0284 0,2788 0,00081 0,00792 -1.45
0,9 CA0 0,9609 2,1 -0,0173 0,3222 0,00030 -0,00559 -1.50
0,8 CA0 0,8541 2,4 -0,0685 0,3802 0,00469 -0,02604 -1.55
X = -0,0574 Y = 0,9812 X2 = 0,00580 XY = -0,02371 -1.60
X [log CA_rerata]
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 5 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 6
Dari plot linier (pada grafik di atas), terlihat bahwa: Linierisasi terhadap persamaan (iii) menghasilkan (misal):
Grafik memotong sumbu Y pada angka (-1,27), maka intercept-nya sebesar: a0 = -1,27 dC A
ln ln k n ln C A
k = 10^(-1,27) = 0,054 liter mol-1 menit-1 dt
identik dengan persamaan linier: Y = a0 + a1 X
Slope garis lurus dapat diwakili oleh tangent arah area segitiga siku-siku (diarsir), yaitu:
maka:
DY 1,31 (1,49) 0,18 CA -dCA/dt
a1 2 n=2 X = ln CA Y = ln(-dCA/dt) X2 XY
DX 0,02 (0,11) 0,09 (mol/liter) (mol/liter/menit)
1 0,0554 0 -2,8932 0 0
Jadi: Reaksi ini berorde 2, dengan nilai k sebesar 0,054 liter mol-1 menit-1 0,885 0,0429 -0,1222 -3,1489 0,0149 0,384692
0,81 0,0357 -0,2107 -3,3326 0,0444 0,70225
X = -0,3329 Y = -9,3747 X2 = 0,0593 XY = 1,0869
Jika persamaan (iii) diselesaikan dengan metode diferensial Maka:
dengan metode garis singgung 3 a0 + -0,3329 a1 = -9,3747
-0,3329 a0 + 0,0593 a1 = 1,0869
Pasangan data CA versus t diplotkan ke dalam grafik, kemudian ditarik sebuah smooth-curve yang sehingga, misalnya dengan metode substitusi, diperoleh: a0 = -2,8935 dan a1 = 2,09
mewakili kecenderungan data tersebut. Selanjutnya, ambil 3 titik data sembarang, untuk kemudian Dengan demikian:
ditarik garis singgungnya masing-masing dan slope/gradien/kemiringan masing-masing garis
singgung tersebut dibaca secara visual (dari grafik), sebagai berikut: a1 = n = 2,09 n2
1.00
Kesimpulan:
CA (mol/liter)
0.95
Penyelesaian soal dengan berbagai macam metode (seperti yang telah diuraikan di
0.90 atas) memberikan hasil dan kesimpulan yang sama, yaitu: data eksperimen reaksi
ini mengikuti kinetika orde 2, dengan nilai konstanta kecepatan reaksi (k) sebesar
0.85 0,054 – 0,055 liter mol-1 menit-1
0.80 1
2
0.75 3
0.70
0 1 2 3 4 5 6 7
t (menit)
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 7 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 3-11 Missen (1999)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 8
CONTOH SOAL DAN PENYELESAIAN Waktu tak berhingga ()
KINETIKA DAN KATALISIS merupakan waktu reaksi
t, detik 0 390 777 1195 3155 yang sangat panjang. Misal,
Analisis dan Interpretasi Data Kinetika: Sistem Reaktor Batch diwakili dengan t = 12000
detik
P,
Diambilkan dari: Problem 4-7 312 408 488 562 779 931
mmHg
Smith, 1981, Chemical Engineering Kinetics, Page 206
pA, Dihitung dengan persamaan
312 264 224 (v)
187 78,5 2,5
Dekomposisi termal dimetil eter: CH3OCH3 CH4 + H2 + CO mmHg
dalam fasa gas dipelajari oleh Hinshelwood dan Askey (1977) dengan mengukur kenaikan tekanan Karena:
pA, atm 0,4105 0,3474 0,2947 0,2461 0,1033 0,0033 1 atm = 760 mmHg
dalam bejana reaksi pada sistem bervolume tetap. Pada suhu 504 oC dan tekanan awal 312 mmHg,
diperoleh data sebagai berikut: Dihitung dengan persamaan
CA, (vi), dengan: R = 0,08205
t, detik 390 777 1195 3155 0,00644 0,00545 0,00462 0,00386 0,00162 0,00005 liter.atm/(mol.K), dan T =
mol/liter
P, mmHg 408 488 562 779 931 504 oC = 777 K
Dengan mengasumsikan bahwa mula-mula hanya terdapat eter, tentukan persamaan laju (orde
reaksi) reaksi dekomposisi ini! Berapakah nilai laju reaksi spesifik (k) pada suhu 504 oC?
Jika persamaan (iii) diselesaikan dengan metode integral
Penyelesaian: dengan metode grafik pembanding
Persamaan reaksi: CH3OCH3 CH4 + H2 + CO Misal, dicoba-coba orde reaksi (n) dengan n = 0, n = 1, dan n = 2.
atau: A B + C + D dC A CA t
Persamaan laju reaksi (dalam hukum pangkat): rA k C A n … (i) Jika n = 0, maka: k atau: dC A k dt atau: dC A k dt
dt CA0 0
Persamaan neraca massa (dalam mole balance terhadap A):
R in R out R generation R accumulation sehingga: C A0 C A k t
t, detik 0 390 777 1195 3155
d nA 1 d n A d CA
rA V atau: rA … (ii) CA, mol/liter 0,00644 0,00545 0,00462 0,00386 0,00162 0,00005
dt V dt dt CA0 – CA, mol/liter 0 0,00099 0,00182 0,00258 0,00482 0,00639
d CA n
Penggabungan persamaan (i) dan (ii): k CA … (iii) 0.007
dt
0.006
Menghubungkan antara tekanan total sistem reaksi dengan konsentrasi:
Tabel stoikiometri reaksi (dalam mol): 0.005
CA0 - CA (mol/liter)
Komponen Mula-mula Terbentuk oleh reaksi Akhir (Sisa)
A nA0 -nA0 XA nA 0.004
B nB0 = 0 +nA0 XA nB 0.003
C nC0 = 0 +nA0 XA nC
D nD0 = 0 +nA0 XA nD 0.002
Jumlah: nt0 + 2 nA0 XA nt
0.001
Dari tabel stoikiometri tersebut di atas:
nt0 = nA0 0
nt = nt0 + 2 nA0 XA atau: nA0 XA = ½ (nt – nt0) 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
nA = nA0 – nA0 XA maka: nA = nt0 – ½ (nt – nt0) t (detik)
atau: nA = 3/2 nt0 – ½ nt = ½ (3 nt0 – nt) … (iv)
Jika masing-masing ruas dalam persamaan (iv) dikalikan dengan [RT/V], serta karena: V = V0 dC A CA
dC A t
dC A
(sistem bervolume tetap) dan T = T0 (sistem isotermal), maka: Jika n = 1, maka: k CA atau: k dt atau: k dt
pA = ½ (3 P0 – P) … (v) dt CA CA0 CA 0
Karena: pA = nA RT/V; P0 = nt0 RT/V; P = nt RT/V C
Hubungan antara pA dengan CA: sehingga: ln A 0 k t
CA
n p
CA A A … (vi) t, detik 0 390 777 1195 3155
V RT CA, mol/liter 0,00644 0,00545 0,00462 0,00386 0,00162 0,00005
Dengan demikian, data kinetika berupa pasangan data tekanan total (P) versus waktu (t) dapat C
diubah menjadi data konsentrasi reaktan A tersisa (CA) versus waktu (t) sebagai berikut: ln A 0 0 0,16705 0,33136 0,51189 1,37990 4,82671
CA
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 1 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 2
5
Jika persamaan (iii) diselesaikan dengan metode integral
4.5
dengan metode perhitungan dan perata-rataan harga k
4
3.5 Analog dengan cara sebelumnya.
ln (CA0/CA)
3 Misal, dicoba-coba orde reaksi (n) dengan n = 0, n = 1, dan n = 2.
2.5
C CA
2 Jika n = 0, maka: CA0 CA k t atau: k 0 A 0
t
1.5
t, detik 0 390 777
3155 1195
1 ln(CA0/CA) = 0,000405 t CA, mol/liter 0,00644 0,00545 0,00462 0,00386
0,00162 0,00005
0.5 CA0 – CA, mol/liter 0 0,00099 0,00182 0,00258
0,00482 0,00639
0 CA0 CA
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 k0 - 2,54E-06 2,34E-06 2,16E-06 1,53E-06 5,32E-07
t
t (detik)
C A0
ln
CA t C CA
dC
Jika n = 2, maka: A k C A 2 atau:
dC A
k dt atau:
dC A
k dt Jika n = 1, maka: ln A 0 k t atau: k1
CA t
dt CA 2 C A0 CA 2 0
t, detik 0 390 777 1195 3155
1 1
sehingga: kt CA, mol/liter 0,00644 0,00545 0,00462 0,00386 0,00162 0,00005
C A C A0 C
ln A0 0 0,16705 0,33136 0,51189 1,37990 4,82671
t, detik 0 390 777 1195 3155 CA
CA, mol/liter 0,00644 0,00545 0,00462 0,00386 0,00162 0,00005 C A0
ln
1 1 CA - 0,000428 0,000426 0,000428 0,000437 0,000402
, liter/mol 0 28,236 61,009 103,807 461,930 19225,571 k1
C A C A0 t
1 1
1 1 C C A0
20000 Jika n = 2, maka: kt atau: k 2 A
18000 C A C A0 t
16000 t, detik 0 390 777 1195 3155
1/CA - 1/CA0 (liter/mol)
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 3 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 4
Sebagai bukti:
Jika persamaan (iii) diselesaikan dengan metode integral Dari hasil integrasi untuk reaksi orde 1 (seperti sudah dijabarkan di atas):
dengan metode waktu paruh (half-life) C C
ln A 0 k t Pada t = t ½ , nilai: CA = ½ CA0 maka: ln A 0 k t 1
Pasangan data CA versus t diplotkan ke dalam grafik, kemudian ditarik sebuah smooth-curve yang CA 1C 2
2A
mewakili kecenderungan data tersebut. Selanjutnya, ambil 5 nilai CA0 sembarang, untuk kemudian
ln 2 ln 2
dibaca nilai t ½ -nya masing-masing, sebagai berikut: sehingga: k 4,33 x 10 4 detik-1
t1 1600 det ik
2
3.5 4000 0
1600
3.0
0,0038 0
2.5 4 (3200; 0,0016) 7,04 x 10 7 0,0016 7,04 x 10-7
log t1/2
1550
2.0 5400 0
1500 1.5 0,003 0
1.0 5 (4200; 0,001) 4,69 x 10 7 0,001 4,69 x 10-7
0 0.005 0.01 6400 0
-3.0 -2.5 -2.0 -1.5
CA0 (mol/liter) log CA0
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 5 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 6
Linierisasi terhadap persamaan (iii) menghasilkan (misal): t CA DC A DC A
CA X log C A Y log
dC (detik) (mol/liter) Dt
ln A ln k n ln C A Dt
dt 0 0,00644
identik dengan persamaan linier: Y = a0 + a1 X 0,00594 2,540E-06 -2,226 -5,595
maka: 390 0,00545
CA (mol/liter) -dCA/dt (mol/liter/detik) X = ln CA Y = ln(-dCA/dt) 0,00504 2,133E-06 -2,298 -5,671
0,0064 2,98 x 10-6 -5,05 -12,72 777 0,00462
0,0046 1,88 x 10-6 -5,38 -13,18 0,00424 1,827E-06 -2,373 -5,738
0,0038 1,38 x 10-6 -5,57 -13,49 1195 0,00386
0,0016 7,04 x 10-7 -6,44 -14,17 0,00274 1,143E-06 -2,562 -5,942
0,001 4,69 x 10-7 -6,91 -14,57 3155 0,00162
0,00084 1,773E-07 -3,078 -6,751
0,00005
0
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
-2
-1
-4
-3.5 -3.0 -2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5
Y [ln(-dCA/dt)]
-6 -2
-8
Y [log(-DCA/Dt)]
-3
-10
-4
-12
-14 -5
-16 -6
X [ln CA]
-7
Dari plot linier (pada grafik di atas), terlihat bahwa: X [log CA_rerata]
Grafik memotong sumbu Y pada angka (-8), maka intercept-nya sebesar: a0 = -8 Dari plot linier (pada grafik di atas), terlihat bahwa:
k = exp(-8) = 3,4 x 10-4 detik-1
Grafik memotong sumbu Y pada angka (-8), maka intercept-nya sebesar: a0 = -3,3
Slope garis lurus dapat diwakili oleh tangent arah area segitiga siku-siku (diarsir), yaitu:
k = 10^(-3,3) = 5 x 10-4 detik-1
DY 8 (12) 4
a1 1 n=1 Slope garis lurus dapat diwakili oleh tangent arah area segitiga siku-siku (diarsir), yaitu:
DX 0 ( 4) 4
DY 3,4 (5,6) 2,2
Jadi: Reaksi ini berorde 1, dengan nilai k sebesar 3,4 x 10-4 detik-1 a1 1,1 1 n=1
DX 0,1 (2,1) 2
Jadi: Reaksi ini berorde 1, dengan nilai k sebesar 5 x 10-4 detik-1
Jika persamaan (iii) diselesaikan dengan metode diferensial
dengan metode diferensiasi sederhana
Dengan cara ini, suku (-dCA/dt) dapat diwakili sebagai (-DCA/Dt) dan suku CA dapat diwakili Kesimpulan:
sebagai nilai CA_rerata di antara 2 data yang berdekatan. Penyelesaian soal dengan berbagai macam metode (seperti yang telah diuraikan di atas)
d CA memberikan hasil dan kesimpulan yang sama, yaitu: data eksperimen reaksi ini mengikuti kinetika
Jadi, persamaan (iii): k CA n
dt orde 1, dengan nilai laju reaksi spesifik (k) pada 504oC berkisar pada 3,4 – 5 x 10-4 detik-1.
D CA Secara umum, penggunaan metode-metode grafik (visual) memberikan hasil yang relatif kurang
dapat didekati menjadi bentuk: k CA n
Dt presisi. Namun demikian, metode ini cukup efisien dan mudah diterapkan. Selain metode grafik,
DC A penentuan konstanta-konstanta dalam persamaan linier yang dihasilkan juga dapat dilakukan
yang selanjutnya dapat dilinierisasikan menjadi (misal): log log k n log C A dengan metode kuadrat terkecil (least-squares).
Dt
identik dengan persamaan linier: Y = a0 + a1 X
Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 7 Contoh Soal dan Penyelesaian/ Problem 4-7 Smith (1981)/ by: diyar_kholisoh/ Halaman 8
8/29/2019
Levenspiel, 1999:
Pembakaran Partikel Karbon dalam Udara
Contoh-contoh Kasus
Reaksi dan Reaktor
Heterogen (= Multifasa)
Fluidized-bed
reactor
Latihan Soal:
• Berikan sejumlah contoh kasus reaksi
heterogen di alam (semesta) maupun
penerapannya di industri kimia.
• Tuliskan persamaan reaksi beserta
fasanya masing-masing.
• Berikan deskripsi proses singkat mengenai
Selamat Belajar.
terjadinya reaksi, ditinjau dari peristiwa
transfer massa dan peristiwa reaksi
(beserta gambar skematiknya).
Reaksi Katalitik
Active site
Katalis ikut bereaksi!!!
Mekanisme reaksinya:
Contoh Reaksi Berkatalis Padat
(Hidrogenasi etana menjadi etilena
dengan katalis padat Pt atau Ni)
Kinetika Permukaan
Dasar:
Laju reaksi diturunkan atau dijabarkan dengan mengambil
asumsi bahwa reaksi berkatalis padat berlangsung pada sisi-
sisi aktif (active sites) atau pusat aktif (active centers) yang
terdapat pada permukaan katalis.
Tiga tahap yang berlangsung di permukaan:
1 - adsorpsi reaktan A ke permukaan, molekul reaktan
berikatan secara kimiawi dengan sebuah sisi aktif
katalis,
2 - reaksi di permukaan (dapat berupa mekanisme single-site
maupun mekanisme dual-sites), dan
3 - desorpsi produk dari permukaan aktif katalis
Fenomena adsorpsi dan desorpsi kimia (chemisorption)
didekati dengan menggunakan isoterm adsorpsi.
Kasus II
(Hill, 1977):
Keterangan:
E = Ea = energi aktivasi reaksi di permukaan
∆H = perubahan entalpi proses chemosorption
Overall reaction:
Toluena (T) + H2 metana (M) + benzena (B)
C6H5CH3 + H2 CH4 + C6H6
Mekanisme reaksi yang dipostulasikan:
(1) Adsorpsi reaktan ke permukaan katalis:
T + S TS
(2) Reaksi permukaan: Ilustrasi
(Hill, 1977)
TS + H2 M + BS
(3) Desorpsi produk dari permukaan katalis:
BS B + S
Tahap penentu laju
reaksi: BISA pada tahap
reaksi yang mana pun Mekanisme single-site
Soal Latihan:
Reaksi fasa-gas berkatalis padat: A2 menjadi B.
Mula-mula hanya ada gas A2. Reaksi-
permukaan merupakan tahap penentu
kecepatan reaksi (rds).