Anda di halaman 1dari 65

KESEHATAN

REPRODUKSI TRIA PUSPITA SARI, SST.,M.Kes


REMAJA PUTRI RUSIANA SRI HARYANTI, SST.,M.PH
NEVIA ZULFATUNNISA', SsiT.,M.Kes

BUKU AJAR
KESEHATAN
REPRODUKSI
REMAJA PUTRI
“ REMAJA CERDAS, PEDULI KESPRO”
Hibah Penelitian Dosen Pemula, Kementerian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristek DIKTI) Tahun Anggaran 2019

ISBN 978-623-7128-46-5

9 7 8 6 2 3 7 1 2 8 4 6 5

KESEHATAN
REPRODUKSI TRIA PUSPITA SARI, SST.,M.Kes
REMAJA PUTRI RUSIANA SRI HARYANTI, SST.,M.PH
NEVIA ZULFATUNNISA', SsiT.,M.Kes

BUKU AJAR
KESEHATAN
REPRODUKSI
REMAJA PUTRI
“ REMAJA CERDAS, PEDULI KESPRO”
Hibah Penelitian Dosen Pemula, Kementerian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristek DIKTI) Tahun Anggaran 2019

ISBN 978-623-7128-46-5

9 7 8 6 2 3 7 1 2 8 4 6 5
i
Sanksi Pelanggaran Pasal 72:
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak
melakukan perbuatan sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000 (satujuta rupiah),
atau pidana penjara paling lama (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai
dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah.

ii
TRIA PUSPITA SARI, SST., M.Kes., dkk.

iii
Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja Putri
“Remaja Cerdas, Peduli Kespro”
Copyright © Tria Puspita Sari, dkk.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
All Rights Reserved

Cetakan Pertama, November 2019

Penulis : Tria Puspita Sari


Rusiana Sri Haryanti
Nevia Zulfatunnisa
Rancang Sampul : Muhammad Kavid
Tata Letak : Moko Dwi Saputro
Pracetak : Wahyu Saputra
Okta Dwi Purnama

Penerbit:
Yuma Pustaka
Jl. Samudra Pasai No. 47, Kleco, Kadipiro Surakarta 57136
Telp. 0271-723523. Fax. 0271-654 394,
Hunting 081391423540
E-mail: yuma_04ok@yahoo.com
Facebook: @Yuma Pustaka
viii + 46 hal, 14 cm x 21 cm
ISBN: 978-623-7128-46-5

Percetakan dan Pemasaran:


YUMA PRESSINDO
E-mail: kavid.yuma@gmail.com
Telp. 0271-9226606/085647031229

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari penulis atau penerbit.
Isi diluar tanggungjawab percetakan.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karunianya sehingga Buku Ajar sebagai
luaran dari kegiatan Penelitian Dosen Pemula (PDP) dengan
judul “Analisis Pengaruh Peer Education Sadari,Breast
Examination, Vaginal Examination Dan Gizi Remaja Terhadap
Motivasi dan Perilaku Remaja Putri dalam Pemeliharaan
Kesehatan Reproduksi” telah dapat diselesaikan.
Pemahaman remaja khususnya remaja putri tentang
kesehatan reproduksi merupakan bekal dalam berprilaku
sehat dan bertanggung jawab, namun tidak semua remaja
putri memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang
kesehatan reproduksi. Bagi remaja putri kesehatan reproduksi
sangatlah penting untuk diketahui dan pemeliharaan
kesehatan reproduksi sejak dini bagi remaja putri merupakan
salah satu upaya pemeliharaan kesehatan bagi calon seorang
ibu. Sehingga sangat dibutuhkan peran tenaga kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi, sikap dan
perilaku remaja putri dalam memelihara, manjaga organ
reproduksi.
Buku ini dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk
meningkatkan pengetahuan, motivasi dan kepedulian
terhadap remaja khususnya remaja putri akan pentingnya
pemeliharaan kesehatan reproduksi. Buku ini juga dapat
menjadi sumber bacaan dalam proses pembelajaran,
menjadi bahan atau materi dalam kegiatan penyuluhan dan
pedoman dalam pelaksanaan peer education untuk remaja
putri.

v
Penyusunan buku ajar menjadi salah satu nilai tambah
dalam memenuhi laporan akhir sebagai pertanggungjawaban
peneliti terhadap Pendidikan Tinggi (DIKTI). Pada
kesempatan ini kami menyampaikan Terimakasih kepada
Kemenristek DIKTI yang telah mensuport dan mendanai
Penelitian Dosen Pemula tahun 2019 sehingga tercapai
luaran buku ajar ini. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta, Ketua LPPM
ITS PKU Muhammadiyah Surakarta dan seluruh pihak yang
telah berkontribusi dan memberikan dukungan dalam
penyelesaian buku ajar ini.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku
ajar ini, untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan
buku ajar ini sangat diharapkan. Semoga buku ajar ini dapat
memberi maanfaat bagi mahasiswa, tenaga kesehatan, para
remaja putri dan pihak yang membutuhkan.

Surakarta, September 2019

Tim Penyusun

vi
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................ v
Daftar isi.......................................................................... vii
PENDAHULUAN............................................................... 1

BAB I REMAJA................................................................. 3
1. Pengertian................................................................. 3
2. Batasan Usia Remaja................................................. 3
3. Perkembangan Remaja............................................. 3
4. Perubahan Fisik Pada Remaja................................... 5

BAB II KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI........... 9


1. Pengertian................................................................. 9
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus
Kehidupan................................................................. 9
3. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja putri... 10
a. PMS.................................................................... 11
b. Dismenorhea...................................................... 12
c. Keputihan........................................................... 14
d. FAM.................................................................... 17
e. Kanker Payudara................................................. 19
f. Anemia............................................................... 20

BAB III PERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


PUTRI . ........................................................................... 23
1. Perawatan Kesehatan Reproduksi............................. 24
2. SADARI...................................................................... 25
3. Breast examination................................................... 28
4. Vaginal examination................................................. 33

vii
BAB IV GIZI REMAJA....................................................... 37
1. Kebutuhan Zat Gizi untuk Remaja............................. 37
2. Manfaat Gizi Seimbang bagi Remaja........................ 43
3. Masalah dan Penatalaksanaan Gizi pada Remaja..... 43
4. Cara Mengatasi Masalah Gizi pada Remaja.............. 46

BAB V PENDIDIKAN SEBAYA (PEER EDUCATION)............ 47


1. Pengertian................................................................. 47
2. Peer Group................................................................ 48
3. Panduan Pelaksanaan Tugas Pendidikan Sebaya...... 49

DAFTAR PUSTAKA............................................................ 53

viii
PENDAHULUAN

Masa Remaja merupakan suatu periode pematangan


organ reproduksi manusia dan sering disebut pubertas.
Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja adalah
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang segala info yang
sedang marak di berita ataupun di lingkungannya, salah satu
yang ingin diketahui para remaja khususnya remaja putri
adalah informasi kesehatan reproduksi.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan melalui
wawancara dari beberapa siswa putri, masih banyak
para remaja putri belum mengetahui dengan benar
dalam melakukan pemeliharaan kesehatan reproduksi.
Diketahui bahwa masih banyak yang belum mengetahui
SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) ,breast
examination, vaginal examination dan banyak siswa
masih belum mengetahui pentingnya gizi bagi remaja
karena siswa cenderung sering mengkonsumsi makanan
cepat saji. Mengingat pentingnya kesehatan reproduksi
bagi remaja khususnya remaja putri, maka diharapkan
tenaga kesehatan lebih menekankan promosi kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi bagi remaja guna
meningkatkan pemahaman dan deteksi dini permasalahan
yang dialami remaja sebagai bekal mereka nanti menjadi
calon seorang ibu (Sari, T, DKK. 2019).
Bagi remaja putri kesehatan reproduksi sangatlah
penting untuk diketahui antara lain Sadari, breast
examination, vaginal examination dan gizi bagi
Remaja.  Sadari merupakan deteksi secara dini untuk
mengetahui adanya gangguan atau kelainan pada bagian

1
payudara. Hal tersebut sangatlah penting dilakukan remaja
putri karena mengingat banyaknya kejadian remaja yang
terkena kanker payudara. Remaja dengan usia 15-20 tahun
memiliki kecenderungan terkena kanker payudara. Oleh
karena itu dengan melakukan sadari akan menurunkan
tingkat kematian akibat kanker payudara sampai 20%
(Septiani, S dan Suara, M. 2012) Selain kanker payudara,
keputihan merupakan masalah bagi kaum perempuan,
dan banyak remaja yang mngalami hal tersebut (Hidayati
N., Herniyatun, Suhartini., 2010).
Peningkatan pengetahuan remaja putri tentang
kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan pendekatan
yang melibatkan pendidikan sebaya. Peer education
merupakan upaya sistematis yang dilakukan para ahli
untuk mempengaruhi dan menyebarkan pengalaman
serta pengetahuan mereka kepada kaum muda yang telah
memperoleh pendidikan atau pelatihan. Dengan pendidikan
sebaya diharapkan para remaja lebih terbuka dan peduli
untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi
dan peduli untuk menerapkannya dalam berprilaku sehat.

2
BAB I
REMAJA

1. Pengertian
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-
kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja
berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan
identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga,
dan menghadapi tugas menentukan cara mencari mata
pencaharian (Atkinson, 2004).

2. Batasan usia remaja


Secara umum menurut para tokoh-tokoh psikologi,
remaja dibagi menjadi tiga fase batasan umur, yaitu:
a. Fase remaja awal dalam rentang usia dari 12-15
tahun.
b. fase remaja madya dalam rentang usia 15-18 tahun.
c. fase remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun.
(Sarwono, 2011).

3. Perkembangan remaja
a. Perkembangan fisik remaja.
Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik
juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan
seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki memulai
pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak
perempuan. Hal ini menyebabkan pada saat matang
anak laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
Setelah masa puber, kekuatan anak laki-laki melebihi
kekuatan anak perempuan. Perbedaan individual

3
juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang
matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu
yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih
awal (Sarwono, 2011).
b. Perkembangan sosial.
Salah satu tugas perkembangan remaja
yang tersulit adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan
diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang
sebelumnya belum pernah ada dan harus
menyesuaikan dengan orang dewasa di luar
lingkungan keluarga dan sekolah (Sarwono, 2011).
Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa,
remaja harus membuat banyak penyesuaian baru.
Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri
dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan
sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi
persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan
penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi
pemimpin (Sarwono, 2011).
c. Perkembangan emosi.
Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai
periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya
perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan
sosial dan menghadapi kondisi baru (Monks &
Haditomo, 2004).

4
d. Perkembangan moral.
Pada perkembangan moral ini remaja telah
dapat mempelajari apa yang diharapkan oleh
kelompok daripadanya kemudian mau membentuk
perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa
terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam
hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak
(Sarwono, 2011). Pada tahap ini remaja diharapkan
mengganti konsep-konsep moral yang berlaku
khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral
yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam
kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman
bagi perilakunya (Sarwono, 2011).
e. Perkembangan kepribadian
Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak
perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik
dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini
sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka
juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-
hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong
untuk memperbaiki kepribadian mereka (Sarwono,
2011).
4. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
a. Tanda-tanda seks primer pada wanita
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama
masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ
satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak
usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia
16 tahun rata-rata beratnya 43 gram.

5
b. Tanda-tanda seks sekunder pada wanita
1) Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh
seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya
rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan
bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah
haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-
mula lurus dan terang warnanya, kemudian
menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan
agak keriting.
2) Pinggul
Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan
membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya
tulang pinggul dan berkembangnya lemak
dibawah kulit.
3) Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara
juga membesar dan puting susu menonjol. Hal
ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
berkembang dan makin besarnya kelenjar susu
sehingga payudara menjadi lebih besar dan
lebih bulat.
4) Kulit
Kulit, seperti hal nya laki-laki juga menjadi lebih
kasar, lebih tebal, pori- pori membesar. Akan
tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita
tetap lebih lembut.
5) Kelenjar lemak dan keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi
lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat

6
menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan
baunya menusuk sebelum dan selama masa
haid.
6) Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin
membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk
bahu, lengan dan tungkai kaki.
7) Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak
jarang terjadi pada wanita.

7
8
BAB II
KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA PUTRI

1. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang
menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial
seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses
reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki
penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan
reproduksi tersebut (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus


Kehidupan
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi
meliputi :
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
b. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR) termasuk PMS-HIV/AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
d. Kesehatan reproduksi remaja
e. Pencegahan dan penanganan infertilitas
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya
kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dll.
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang.
Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

9
kesehatan seseorang, untuk menjaga kesejahteraan
fisik dan psikis. Dengan pola hidup yang sehat, maka
akan didapatkan remaja yang sehat jasmani dan rohani
(Novita dan Fransica, 2011).

3. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja putri


Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi
sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah
pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja,
aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang
kesehatan reproduksi. Status/posisi perempuan di
masyarakat merupakan penyebab utama masalah
kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan, karena
menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap
kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya (Kemenkes RI, 2015).
Pemahaman remaja khususnya remaja putri
tentang kesehatan reproduksi merupakan bekal dalam
berprilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak
semua remaja putri memperoleh informasi yang cukup
dan benar tentang kesehatan reproduksi (Kumalasari I
dan Andhiyantoro I. 2012).
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja
putri termasuk pada saat pertama anak perempuan
mengalami haid/menarche yang bisa berisiko anemia,
perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan
dapat tertular penyakit hubungan seksual, termasuk
HIV/AIDS. Selain itu, masalah kesehatan reproduksi
pada remaja khususnya remaja putrI yaitu keputihan,
dismenorhea, Pre Menstrual Sindrom (PMS), gizi remaja,
kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,

10
FAM (Fibroadenoma Mmammae), kanker payudara,
kehamilan remaja, unsafe abortion dll.
Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami
pada remaja putri antara lain :
a. PMS (Pre menstrual syndrome)
Premenstual syndrome (sindrom premenstruasi)
adalah kumpulan gejala yang timbul saat
menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada
pekerjaan dan gaya hidup seseorang. Merupakan
kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang
berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan
sel telur dari ovarium). Sindrom itu akan menghilang
pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari
setelah selesai haid. (Susanti Susanti, Nyimas Aziza.
2015).
Ada berbagai faktor yang diduga menjadi
penyebab timbulnya premenstrual syndrome. Salah
satu faktor penyebab premenstrual syndrome yaitu
kadar hormon progesteron yang rendah, kadar
hormon estrogen yang berlebihan, perubahan
ratio kadar hormon estrogen/ progesteron,
dan peningkatan aktivitas hormone aldosteron,
reninangiotensin serta hormon adrenal. Selain
itu, juga diduga ada faktor endogenous endorphin
withdrawal, hipoglikemi, defisiensi vitamin dan
mineral (A, E, B6, kalsium), sekresi prolaktin yang
berlebih, dan faktor genetik (Agustina, 2010)
Gejala PMS menurut Dickerson (2003),
dikelompokkan ke dalam tiga symptoms. Tiga gejala
tersebut yaitu behaviour symptoms, psychologic
symptoms, dan physical symptoms. “Behaviour

11
symptoms mencakup lelah, insomnia (susah tidur),
makan berlebihan, dan perubahan gairah seksual.
Sedangkan gejala-gejala seperti mudah tersinggung,
mudah marah, depresi, mudah sedih, cengeng,
cemas, susah konsentrasi, bingung, sulit istirahat,
dan merasa kesepian masuk ke dalam psychologic
symptoms. Secara fisik muncul juga gejala sakit
kepala, payudara bengkak serta teraba keras, nyeri
punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak pada
kaki dan tangan, mual, nyeri otot dan persendian.
Penanganan yang dilakukan tergantung dari
gejala yang timbul.
1) Beberapa orang bisa mengobati sendiri dengan
melakukan olahraga teratur
2) Istirahat teratur dan makan makanan yang
bergizi
3) Kompres air hangat untuk mengurangi nyeri
4) Terapi obat khusus yang bisa digunakan
dengan menggunakan obat penghilang
nyeri, anti depresan atau menggunakan pil
KB yang mengandung drospirenon dan atas
sepengetahuan dokter .
b. Dismenorhea
Dismenorea adalah nyeri saat haid yang terasa
di perut bagian bawah dan muncul sebelum, selama
atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik
atau terus menerus. Dismenorea timbul akibat
kontraksi disritmik lapisan miometrium yang
menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari
nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah,
daerah pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003).

12
Berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat
diamati, dismenorea dapat dibagi menjadi:
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer yaitu nyeri haid yang
timbul tanpa ada sebab yang dapat diketahui.
Dismenorea primer terjadi sejak usia pertama
kali datangnya haid yang disebabkan oleh
faktor intrisik uterus dan berhubungan erat
dengan ketidak seimbangan hormon steroid
seks ovarium, yaitu karena produksi hormon
prostaglandin yang berlebih pada fase sekresi
yang menyebabkan perangsangan pada otot-
otot polos endometrium (Badziad, 2003).
2) Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder terjadi karena adanya
kelainan pada organ genetalia dalam rongga
pelvis. Dismenorea ini disebut juga sebagai
dismenorea organik, dapatan (akuisita) atau
ekstrik. Kelainan ini dapat timbul setiap saat
dalam perjalanan hidup wanita, contohnya pada
wanita dengan endometriosis atau penyakit
peradangan pelvik, penggunaan alat kontrasepsi
yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau
polip yang berada di dalam rahim. Nyeri terasa
dua hari atau lebih sebelum menstruasi dan
nyeri semakin bertambah hebat pada akhir
menstruasi (Llewellyn, 2001).
Cara yang dapat dilakukan untuk membantu
mengurangi rasa nyeri saat haid yaitu :
1) Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan
menggunakan air hangat di perut bagian bawah

13
karena dapat membantu merilekskan otot-otot
dan sistem saraf .
2) Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan
tubuh, misal melakukan olah raga cukup dan
teratur serta menyediakan waktu yang cukup
untuk beristirahat. Olah raga yang cukup dan
teratur dapat meningkatkan kadar hormon
endorfin yang berperan sebagai natural pain
killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh
tidak terlalu rentan terhadap nyeri.
3) Apabila nyeri haid cukup mengganggu aktivitas
maka dapat diberikan obat analgetik yang bebas
dijual di masyarakat tanpa resep dokter, namun
harus tetap memperhatikan efek samping
terhadap lambung.
4) Apabila dismenorea sangat mengganggu
aktivitas atau jika nyeri haid muncul secara
tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya
tidak pernah merasakannya, maka periksakan
kondisi Anda untuk mendapatkan pertolongan
segera, terlebih jika dismenorea yang dirasakan
mengarah ke dismenorea sekunder (Taruna,
2003).
c. Keputihan
Penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah
menyebutkan sekitar 65% wanita mengalami
keputihan yang disebabkan oleh jamur (Triyani
R.,Ardiani S.,2013). Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya pemahaman baik remaja maupun
wanita dewasa tentang perawatan bagian organ
reproduksi.

14
Keputihan dalam bahasa kedokteran disebut
fluor albus, merupakan pengeluaran cairan
pervaginam yang bukan darah. Gangguan ini tidak
menimbulkan mortalitas tetapi morbiditas karena
selalu membasahi bagian dalam, menimbulkan
iritasi, terasa gatal sehingga mengganggu dan
mengurangi kenyamanan (Manuaba, 2008).
Ada dua jenis keputihan yaitu :
1) Keputihan normal (fisiologis)
Menurut Wijayanti (2009) keputihan normal
ciri- cirinya ialah : warnanya kuning, kadang-
kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai
keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar,
dsb), keluar pada saat menjelang dan sesudah
menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan.
2) Keputihan tidak normal (patologis).
Keputihan yang tidak normal ialah keputihan
dengan ciri- ciri : jumlahnya banyak, timbul terus
menerus, warnanya berubah (misalnya kuning,
hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt)
disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas,
nyeri) serta berbau (apek, amis, dsb).
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya
disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan
di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering
menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri,
virus, jamur, atau juga parasit. Infeksi ini dapat
menjalar dan menimbulkan peradangan ke
saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa
pedih saat si penderita buang air kencing
(Wijayanti, 2009).

15
Mencegah keputihan dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan dan kesehatan organ
kewanitaan, yaitu :
1) Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih
setelah buang air, jangan hanya di seka dengan
tisu. Membersihkannya pun musti dilakukan
dengan cara yang benar yaitu dari depan ke
belakang, agar kotoran dari anus tidak masuk ke
vagina.
2) Hindari pemakaian sabun vagina berlebihan
karena justru dapat mengganggu keseimbangan
flora normal vagina.
3) Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hal ini
karena kelembapan dapat memicu tumbuhnya
bakteri dan jamur. Selalu keringkan daerah
tersebut dengan tisu atau handuk bersih setelah
dibersihkan.
4) Memakai celana dalam yang terbuat dari katun
agar dapat menyerap keringat dan gantilah
secara teratur untuk menjaga kebersihan.
5) Bila sedang mengalami keputihan atau
menstruasi tinggal sedikit, boleh saja
menggunakan pelapis celana panty liner. Tetapi
sebaiknya tidak digunakan setiap hari. Panty
liner justru dapat memicu kelembapan karena
bagian dasarnya terbuat dari plastik. Pilih panty
liner yang tidk mengandung parfum, terutama
buat yang berkulit sensitif.
6) Ketika haid sering-seringlah berganti pembalut.

16
7) Hindari pemakaian bedak pada organ
kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum
dan kering sepanjang hari.
8) Hindari bertukar celana dalam dan handuk
dengan teman atau bahkan saudara kita sendiri
karena berganti-ganti celana bisa menularkan
penyakit.
9) Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa
menjadi sarang kuman bila dibiarkan terlalu
panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah
secara berkala bulu di sekitar kemaluan dengan
gunting atau mencukurnya dengan hati-hati.
d. FAM
FAM (Fibroadenoma Mammae) adalah jenis
tumor jinak payudara yang paling sering ditemukan
dan sering terjadi pada wanita usia muda (masa
reproduksi). FAM merupakan pertumbuhan berlebih
jaringan payudara yang disebabkan kemungkinan
karena sensitivitas jaringan terhadap hormon
estrogen dan bervariasi selama siklus menstruasi dan
kehamilan serta dapat mengecil setelah menopause.
Kelainan ini berupa suatu benjolan yang berbatas
tegas dan mudah digerakkan. FAM biasanya tidak
bergejala dan sering ditemukan secara kebetulan.
Menurut dokter spesialis bedah umum
Bethsaida Hospitals, dr. Hesti Lestari Tandy, MSi.
Med, Sp.B. Faktor resiko seseorang dapat terkena
FAM antara lain :
1) Umur : wanita usia muda < 30 tahun
2) Riwayat perkawinan : Berdasarkan penelitian
Bidgoli, et all (2011) di Iran menyatakan bahwa

17
tidak menikah meningkatkan risiko kejadian
FAM
3) Paritas : penurunan paritas (riwayat melahirkan)
meningkatkan kejadian FAM
4) Penggunaan hormon: penggunaan kontrasepsi
yang mengandung hormon estrogen
meningkatkan kejadian FAM
5) Obesitas : berat badan berlebih akan
meningkatkan risiko kejadian FAM
6) Riwayat keluarga : riwayat kanker payudara
pada keluarga tingkat pertama (ibu/ saudara
perempuan) meningkatkan resiko kejadian FAM.
7) Stress : kondisi stress meningkatkan produksi
hormon estrogen yang meningkatkan risiko
kejadian FAM
8) Faktor lingkungan : Tinggal di dekat pabrik yang
memproduksi Polycyclic Aromatic Hydrocarbons
(PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya
FAM. PAHs dibentuk oleh pembakaran tidak
sempurna dari karbon yang mengandung bahan
bakar seperti kayu, batu bara, diesel, lemak,
tembakau dan dupa.
Pencegahan agar tidak terkena FAM dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1) Menghindari paparan zat yang memicu
perkembangan sel tumor FAM seperti makanan
yang terkontaminasi zat/hormonal, meghindari
kontrasepsi dengan komponen utama estrogen,
menghindari paparan zat Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons (PAHs).
2) Mengonsumsi sayuran dan buah

18
3) Menghindari makanan tinggi lemak
4) Rajin melakukan SADARI setiap bulan secara
teratur dengan waktu terbaik yaitu beberapa
hari setelah periode menstruasi terakhir.
e. Kanker payudara
Kanker payudara adalah penyakit yang bersifat
ganas akibat pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dan membentuk massa atau benjolan
di payudara yang dapat berasal dari kelenjar susu,
saluran susu atau jaringan penunjang seperti
lemak dan saraf (Merdiana, 2009). Penyebab
kanker payudara sampai saat ini belum diketahui
penyebab.
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi
timbulnya kanker payudara yaitu :
1) Jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada
wanita.
2) Umur. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun
atau yang sudah menopouse, kemungkinan
lebih besar terkena kanker payudara
3) Riwayat reproduksi. Dihubungkan dengan
banyaknya paritas, umur melahirkan anak
pertama, riwayat menyusui.
4) Wanita yang tidak menyusui anaknya
5) Riwayat keluarga terkena kanker
6) Genetik
7) Riwayat menarch dini dan telat menopouse
8) Riwayat terapi hormonal
9) Obesitas dan konsumsi makanan tinggi berlemak
10) Alkohol
11) Paparan radiasi.

19
Tanda dan gejala awal kanker payudara adalah
benjolan payudara, payudara keras dan padat,
bentuk dan ukuran payudara berubah dan berbeda
dari sebelumnya, puting sakit, keluar nanah atau
cairan encer, puting susu tertarik ke dalam,kulit
payudara mengerut seperti kulit jeruk.
Setiap wanita dapat melakukan deteksi dini
kanker serviks dengan melakukan Sadari (breast
examination) yaitu pemeriksaan payudara sendiri.
Apabila ditemukan adanya tanda dan gejala awal
kanker payudara, sebaiknya segera melakukan
pemeriksaan ke pusat layanan kesehatan dan
dapat juga dengan pemeriksaan penunjang seperti
mammografi.
f. Anemia
Salah satu masalah yang dihadapi remaja
Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien,
yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja
perempuan mengalami anemia, yang sebagian
besar diakibatkan kekurangan zat besi.
Anemia pada remaja adalah suatu keadaan kadar
hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai
normal. Nilai batas ambang untuk anemia menurut
WHO (2001) adalah untuk umur 5-1 1 tahun < 11,5
g/L, 11-14 tahun 5 2,O g/L, remaja diatas 15 tahun
untuk anak perempuan < 12,O g/L.
Anemia di kalangan remaja perempuan lebih
tinggi dibanding remaja laki-laki. Anemia pada
remaja berdampak buruk terhadap penurunan
imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran
remaja dan produktifitas. Selain itu, secara khusus

20
anemia yang dialami remaja putri akan berdampak
lebih serius, mengingat mereka adalah para calon
ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang
bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu
melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir
rendah (BBLR).
Faktor utama penyebab anemia adalah asupan
zat besi yang kurang. Sekitar dua per tiga zat besi
dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah
hemoglobin . Faktor lain yang berpengaruh terhadap
kejadian anemia antara lain gaya hidup seperti
merokok, minum minuman keras, kebiasaan sarapan
pagi, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan,
jenis kelamin, umur dan wilayah.
Anemia dapat dihindari
dengan konsumsi makanan
tinggi zat besi (seperti sayuran
hijau, kacang-kacangan,
gandum, hati, daging, bji
wijen, hidangan laut, dll), asam folat (hati, kacang
kedelai, susu, sayuran hijau, ikan salmon, telur,
buah alpukat, pepaya, pisang, dll), vitamin A,
vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah
darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin
terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia subur
(WUS),termasuk remaja dan ibu hamil (Kemenkes
RI, 2018).

21
22
BAB III
PERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA PUTRI

Bagi remaja putri perawatan kesehatan reproduksi


sangatlah penting untuk diketahui agar terhindar
dari masalah. Menjaga kesehatan organ reproduksi
seperti kebersihan vagina, payudara, cara melakukan
perawatannya, Sadari, breast examination, vaginal
examination dan gizi bagi Remaja merupakan jenis
perawatan kesehatan reproduksi yang harus diketahui
oleh para remaja putri.
Pemeliharaan kesehatan reproduksi sejak dini
bagi remaja putri seperti breast examination, vaginal
examination dan gizi bagi Remaja merupakan salah satu
upaya pemeliharaan kesehatan bagi calon seorang ibu
yang nantinya akan melalui proses kehamilan, persalinan,
nifas, menyusui, KB serta klimakterium.
Berdasarkan hasil penelitian di Surakarta 2019, dari
beberapa siswa putri diketahui bahwa masih banyak
yang belum mengetahui breast examination dan vaginal
examination dan masih belum mengetahui pentingnya gizi
bagi remaja. Mengingat pentingnya kesehatan reproduksi
bagi remaja khususnya remaja putri, maka diharapkan
tenaga kesehatan lebih menekankan promosi kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi bagi remaja guna
meningkatkan pemahaman dan deteksi dini permasalahan
yang dialami remaja sebagai bekal mereka nanti menjadi
calon seorang ibu (Sari T, Dkk, 2019).

23
1. Perawatan kesehatan reproduksi
Berikut ini beberapa perawatan yang dapat dilakukan
bagi remaja agar terhindar dari masalah kesehatan
reproduksi :
a. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari
b. Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan
berbahan non sintetik
c. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/
bau.
d. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat
kelamin atau anus dengan menggunakan air
bersih atau kertas pembersih (tisu). Gerakan
cara membersihkan alat kelamin adalah dari arah
vagina kearah anus, untuk mencegah kotoran
anus masuk ke vagina
e. Tidak menggunakan air yang kotor untuk
membersihkan vagina
f. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan
rambut kemaluan karena bisa ditumbuhi jamur
atau kutu yang pada akhirnya dapat menimbulkan
rasa gatal dan tidak nyaman
g. tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan
pembilas vagina.
h. Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
i. Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti
paling lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang
air.
j. Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau
dan berwarna harap memeriksakan diri ke petugas
kesehatan.

24
2. SADARI (Perawatan Payudara Sendiri)
SADARI, yaitu pemeriksaan payudara sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan sendiri ini dilakukan secara
berkala, yaitu satu bulan sekali, dimaksudkan agar yang
bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika
ditemukan benjolan pada payudara. Secara rutin wanita
dapat melakukan metode SADARI dengan cara memijat
dan meraba seputar payudara untuk mengetahui ada
atau tidaknya benjolan di sekitar payudara sendiri.
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah untuk
mendeteksi secara dini gejala kanker payudara secara
individu.
Pemeriksaan SADARI salah satu upaya
pengembangan kepedulian seorang wanita terhadap
kondisi payudaranya sendiri. Kegiatan ini sangat
sederhana dan dapat dilakukan semua wanita
tanpa perlu merasa malu kepada pemeriksa, tidak
membutuhkan biaya, dan bagi wanita yang sibuk hanya
perlu menyediakan waktunya kurang lebih lima menit,
cukup dilakukan saat mandi atau pada saat berbaring.
SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat seorang wanita
telah mengalami menstruasi. Tingkat sensitivitasnya
(kemampuannya untuk mendeteksi kanker payudara)
adalah sekitar 20-30%. SADARI optinum dilakukan
pada 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena
pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara
dalam keadaan lembut, tidak keras, tidak membengkak
sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah
ditemukan.

25
• Langkah-langkah SADARI :
Persiapan alat
1. Tempat tidur
2. Bantal
3. Cermin
LANGKAH-LANGKAH
Membaca basmallah
Mencuci tangan.
1. Memperhatikan payudara
melalui kaca.
Perhatikan payudara di
depan kaca, sementara kedua
lengan lurus ke bawah
2. Mengangkat kedua
tangan lurus ke atas.
Perhatikan payudara di
depan kaca sementara kedua
tangan diangkat lurus ke
atas. Perhatikan apakah ada
tarikan pada permukaan kulit
3. Menekan kedua tangan di
depan perut. Kedua siku
mengarah kesamping,
tekanlah kuat-kuat pada
yang lain. Cara ini akan
menegangkan otot dada dan
perubahan seperti cekungan
atau tonjolan akan lebih
tampak
4. Memijat daerah sekitar
puting. Pijat daerah sekitar
puting dengan perlahan
untuk melihat ada atau tidak
cairan abnormal yang keluar

26
5. Berbaring dengan lengan
di bawah kepala. Letakkan
lengan dibawah kepala
sementara punggung kanan
diganjal dengan bantal
kecil kemudian seluruh
permukaan payudara kanan
diraba dengan tiga pucuk jari
tengah tangan kiri dirapatkan
6. Mengerakkan ketiga ujung a. Gerakan 1
jari secara memutar.
a. Gerakan memutar dengan
tekanan lembut tetapi
mantap, dimulai dari
pinggir atas (posisi jam
12) dengan mengikuti
arah jarum jam, bergerak
ke tengah ke arah
puting susu, perhatikan
jika ada benjolan yang
mecurigakan

27
b. Gerakan dari atas ke b. Gerakan 2
bawah, dan sebaliknya.

c. Gerakan dari bagian c. Gerakan 3


tengah ke arah luar
lakukan hal yang sama
untuk payudara sebelah
kiri.

7. SADARI selesai. Mencuci


tangan.
Membaca Hamdallah

3. BREAST EXAMINATION
Breast Examination merupakan bentuk pemeliharaan
rutin berkelanjutan setelah SADARI yang dilakukan pada
organ payudara. Bentuk pemeliharaan tersebut berupa
menjaga kebersihan payudara dan melakukan massage
payudara.

28
Manfaat breast examination :
a. Menjaga kebersihan payudara
b. Menyegarkan payudara. Payudara akan terasa
segar setelah dilakukan perawatan
c. Dapat memontokkan payudara. Salah satu gerakan
breast examination (pada langkah ke 9).
d. Memperlancar peredaran darah di sekita
payudara.
Syarat dilakukannya Breast Examination yaitu:
a. Perawatan dilakukan bila payudara tidak mengalami
kelainan,atau jika hasil sadari normal (tidak
ditemukan benjolan)
b. Perawatan dengan memperhatikan umur pasien,
status kawin, riwayat menyusui, siklus menstruasi
(lebih ideal satu minggu sesudah atau satu minggu
sebelum)

• Langkah – langkah Breast Examination :


PERSIAPAN ALAT
1. Water sprai panas dan dingin
2. Handuk besar/kecil, waslap
3. Sabun soft cair, baby soap, scrub lulur, powder/ bedak.
4. Metline pengukur
LANGKAH-LANGKAH
TINDAKAN I
Membaca Basmallah
Mencuci tangan.
1. Ukur lingkar dada lewat ke dua puting
dan jarak puting kanan kiri ke tali
pusat dalam cm untuk size payudara
(menggunakan metyline).

29
2. Untuk signal, kencang jarak dari puting
ke arah titik tengah bahu dalam cm
untuk payudara kanan dan kiri.

3. Ukur kesimetrisan antara payudara


kanan dan kiri. Dengan mengukur kedua
payudara dari masing-masing puting
kanan dan puting kiri ke arah pusar.

4. Berbaring ditempat tidur / duduk /


berdiri dengan baju terbuka dialasi
dengan handuk

5. Semprotkan water sprai merata pada


payudara

6. Beri sabun lotion soft cair, pada seluruh


permukaan

30
7. Usapkan dengan cara meratakan dengan
telapak tangan pada seluruh payudara

8. Bersihkan dengan waslap sampai bersih,


dan keringkan dengan handuk kecil

TINDAKAN II
9. Dalam posisi tidur/ Duduk/ berdiri ,
Oleskan scrub lembek dan lembab pada
seluruh payudara

10. Meratakan sampai berwarna keputihan


semua.
Lakukan masase/ pijat lembut dengan
jari tangan melingkar sesuai jarum jam,
berulang minimal tiap payudara lima kali
putaran.
Arahkan dari pinggir luar payudara
menuju puting

31
11. Gerakan dari bagian tengah ke arah luar
lakukan hal yang sama untuk payudara
sebelah kiri.

12. Pegang payudara dengan membuka lima


jari gerakan kedepan/ke atas menarik
seluruh payudara perlahan minimal
lima kali mulai dari payudara kanan dan
bergantian dengan yang kiri.
Dalam melakukan gerakan tersebut akan
mengalami rasa sensasi (nyaman dan
lembut). Tujuan untuk memperbesar
payudara sehingga terlihat lebih
montok.
13. Bersihkan scrub dengan waslap handuk
basah sampai bersih.

TINDAKAN III
14. Berikan water spray hangat pada kedua
payudara dan Bersihkan dengan handuk
kering/ waslap

15. Basahi kapas/tisu dengan face tonik/


penyegar dan ratakan di area payudara

16. Beri powder talk baby di kedua


payudara, perawatan selesai.

32
17. Perawatan selesai dan silakan memakai
BH yang dapat menopang payudara.
(sebaiknya bahan kain BH dari katun
yang dapat menyerap keringat).
18. Mencuci tangan

Membaca hamdallah.

4. VAGINAL EXAMINATION
Vagina merupakan bagian tubuh paling sensitive.
Diperlukan pengetahuan yang cukup untuk merawatnya.
Munculnya keputihan, bau tak sedap, gatal-gatal
menandakan pada organ genetalia yang tidak terawat.
Vaginal examination merupakan perawatan
kesehatan organ reproduksi wanita yang tidak kalah
pentingnya dengan SADARI dan breast examination,
manfaatnya antara lain dapat mencegah keputihan,
gatal, alergi dan menjaga organ reproduksi khususnya
area vagina dan sekitarnya bersih dan segar.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk perawatan
organ genetalia :
a. Hindari celana dalam Ketat, gunakan berbahan
katun dan sering ganti celana dalam setiap hari.
b. Keringkan organ intim usai buang air bersih dengan
tisu/ handuk yang bersih pula.
c. Rapikan rambut pubis (organ genetalia). Potong
menggunakan gunting/ cukur rambut.
d. Sering ganti pembalut saat menstruasi. Mengganti
pembalut 3-4 jam supaya tidak lembab.

33
• Langkah- Langkah Vaginal Examination :
Persiapan alat

1. Water sprai panas dan dingin


2. Handuk besar/kecil, waslap
3. Sabun soft cair/ baby soap, scrub lulur, powder/ bedak, milk
cleanser, face tonik/ penyegar.
4. Gunting / alat cukur rambut
5. Kuas
6. Sisir rambut bayi
7. Kaca
8. Kapas, kassa
LANGKAH-LANGKAH
Membaca basmallah
Mencuci tangan
1. Melepas baju bagian bawah.
2. Melakukan inspeksi / melihat bagian
organ genatalia (pertumbuhan
rambut pubis/sekitar organ genetalia,
cairan/ sekret vagina)
3. Melakukan perawatan: CUT.
Rapikan rambut pubis (rambut bagian
organ genetalia) dan bersihkan.

4. CLEAN.
a. Basahi bagian perut, paha dan
genetalia bagian luar dengan air
spray.
b. Berikan sabun cair dan ratakan.
c. Bersihkan labia minora (vagina
bagian dalam) dengan kuas.

34
d. Usap merata sabun keseluruh
bagian perut , paha kemudian
ke genetalia bagian luar. Gosok
dengan jari agar daki pada kulit
bersih.
e. Kemudian semprot degan water
spray sampai sabun bersih.
5. SCRUB dan Masage.
a. Basahi bagian paha sebelah
kanan dan kiri, lalu bagian perut,
genetalia bagian luar sampai
perineum. Beri cream scrub
kemudian rata pada area tersebut
sampai keputihan.
b. Massage dengan 3 jari melingkar
dari area luar perut, paha dalam,
lipatan paha kemudian ke dalam.
c. Massage dengan 3 jari melingkar
searah jarum jam, dengan arah
keatas dan ke bawah.
6. Bersihkan dengan waslap basah
kemudian semprot dengan spray air,
kemudian lap sampai kering.

35
7. Lakukan kompres hangat selama 3
menit, diteruskan dengan kompres
dingin selama 3 menit. Setelah itu
keringkan dengan handuk bersih.

8. Basahi tissue dengan face tonik,


ratakan ke area genetalia, tepuk-
tepuk secara merata untuk relaksasi.
Berikan talk powder, usapkan ke
bagian perut, paha dan genetalian
bagian luar. (jangan sampai masuk ke
bagian dalam) .
9. Beri powder talk baby di area
genetalia bagian luar (jangan sampai
masuk ke bagian dalam) .
10. Perawatan selesai . gunakan kembali
pakaian bagian bawah.
Mencuci tangan.
Membaca alhamdulillah

36
BAB IV
GIZI REMAJA

Remaja mengalami pertumbuhan tinggi badan dan


berat badan yang cepat.Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi
pada remaja mengalami peningkatan.(Kemenkes RI,2018)
1. Kebutuhan zat Gizi Untuk Remaja
Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
diperlukan asupan Zat gizi yang seimbang dari
makanan dan minuman yang bervariasi. Masa remaja
membutuhkan banyak zat gizi (Sulistyoningsih, 2011)
beberapa alasan yang mendasarinya adalah :
a. Secara fisik terjadi pertumbuhan yang sangat cepat
ditandai dengan peningkatan berat badan dan tinggi
badan.
b. Berfungsi dan berkembangnya organ-organ
reproduksi
c. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang
mempengaruhi jumlah konsumsi makanan dan zat-
zat gizi. Beberapa contoh perubahan gaya hidup dan
kebiasaan makan antara lain :
1) Terjadi perubahan pola makan remaja, misalnya
karena takut gemuk mereka tidak sarapan dan
makan siang atau mereka hanya makan sekali
sehari.
2) Kebiasaan ngemil yang rendah gizi
3) Kebiasaan makanan yang siap saji (fast food)
yang komposisi gizinya tidak seimbang
4) Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum
air putih

37
5) Remaja umumnya melakukan aktifitas fisik
lebih tinggi dibandingkan usia lainnya sehingga
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak.
d. Energi
Faktor yang perlu
diperhatikan untuk menetukan
energi adalah aktivitas fisik
seperti olahraga. Remaja yang
banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi
yang lebih banyak dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja
putri sebesar 2000-2200 kkal sedangkan pria 2800
kkla setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60%
berasal dari karbohidrat. Makan sumber karbohidrat
adalah beras, terigu dan hasil olahannya (macaroni,
spaghettu, umbi-umbian, jagung, gula dan lain-lain)
(Indonesia Nutrition Network, 2002)
e. Protein
Sumber protein disebut juga zat pembangun,
sangat diperlukan untuk pertumbuhan,
perkembangan bdan, pembentukn jaringan baru
dan pemeliharaan tubuh. Protein bermanfaat
menjernihkan pikiran dan meningkatkan kecerdasan.
Sumber protein : protein hewani 9daging, ayam, ikan
dan telur) protein nabati (tumbuh-tumbuhan seperti
kacang-kacangan, biji-bijian, tahu dan tempe).
Makanan sumber protein
hewani bernilai biologis lebih
tinggi dibanding sumber protein
nabati karena komposisi asam

38
amino essensial yang baik dari segi kualitas ataupun
kuantitas. Pada akhir remaja kebutuhan protein
pria lebih tinggi dibanding waita karena perbedaan
komposisi tubuuh. Kecukupan protein remaja 1,5-
2,0 gr/kg/BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa
muda adalah 48-62 gr/hari untuk wanita dan 55-66
gr/hari untuk pria.
f. Lemak
Lemak bergunasebagai
cadangan energi, pelarut
vitamin A,D,E,dan K, pelumas
persendian, pertumbuhan dan
pencegahan peradangan kulit
dan pemberi cita rasa pada makanan. Lemak dapat
dipeoleh dari minyak goreng, mentega, susu, daging
dan ikan. Makanan yang berlebih lemak seperti
gajih, daging berlemak, kulit ayam, susu berlemak,
keju dan mentega tidak disarankan karena bisa
mengganggu kesehatan.konsessus terbaru di USA
merekomendasikan anak lebih dari 2 tahun untuk
mengonsumsi lemak <30% per hari (33gr/1000kal),
lemak jenuh<10% dan kolesterol <300mg guna
mencegah penyakit jantung pada masa dewasa
(Badriah,2014)
g. Vitamin
Kebutuhan vitamin pada masa remaja
meningkat karena pertumbuhan dan perkembangan
cepat yang terjadi. Kebutuhan energi meningkat
maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat.
Vitamin dapat diperoleh dari sayuran dan buah-
buahan. Kandungan vitamin dan mineral pada buah

39
dan sayur bermanfaat untuk mengatur pengolahan
bahan makanan serta mennjaga keseimbangan
cairan tersebut. Biasanya banyak remaja yang kurang
suka makan sayuran dan buah-buahan. Vitamin
yang dibutuhkan antara lain vitamin B6, asam
folat, B12,A,C dan E. Vitamin ini dibutuhkan untuk
meningkatkan metabolisme karbohodrat menjadi
energi. Untuk sintesa RNA dan Dna dibutuhkan
vitamin B6, asam folat dan B12. Sedangkan untuk
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang
cukup. Vitamin A, C dan E diperlukan untuk
pembentukan dan penggantian sel.
Wanita sebagai calon ibu yang
nantinya akan mengalami proses
kehamilan, perlu mengonsumsi
asam folat secara cukup, minimal
4 bulan sebelum kehamilan agar
terhindar dari risiko bayi lahir
dengan cacat pada sistem saraf (otak).
Sayuran hijau seperti bayam dan kacang–
kacangan banyak mengandung asam folat yang
sangat diperlukan pada masa kehamilan. Konsumsi
folat pada orang dewasa disarankan sebanyak 1000
gr/hari.
h. Mineral
Mineral sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan pada masa pertumbuhan dan
remaja. Pada puncak masa pertumbuhan, remaja
memerlukan 2 kali lebih banyak kalsium, zat besi,
zinc, magnesium dan nitrogen dibanding masa
lainnya. Selain itu tubuh kita juga membutuhkan

40
mineal Zn untuk pertumbuhan dan kematangan
seksual. Makanan sumber Zn dapat diperoleh dari
ikan, kerang dan sayur-sayuran.
Kebutuhan zat besi pada pria akan meningkat
pada saat proses kematangan seksual. Sementara
rangan zat besi dalam makanan sehari-hari bisa
menimbulkan anemia.
i. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif
tinggi karena akselerasi muskular, skeletal dan
perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan
masa anak dan dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan
tinggi badan dan sekitar 50% masa tulang dewasa
dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk
remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per
hariuntuk wanita dan 500-700 mg per hari untuk
pria.
Sumber kalisum paling baik
adalah susu dan hasil olahannya.
Sumber kalsium lainnya dalah
kacang-kacangan, sayuran hijau,
makanan yang difermentasi dan
ikan-ikanan. Ironisnya asupan
kalsium pada wanita justru menurun apada saat
memasuki usia pubertas. Saat itu kebutuhan
kalsium maksiaml, karena remaja wanita kurang
mengkonsumsi susu dan dairy product dan lebih
suka soft drink.
j. Besi (Fe)
Pada masa remaja kebutuhan zat bsi yang
meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat.

41
Kebutuhan besi pada remaja pria untuk ekspansiPada
masa remaja kebutuhan zat besi yang meningkat
karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan
besi pada remaja pria untuk ekspansi volume darah
dan peningkatan konsentrasi Hb. Pada masa ini pria
memerlukan 1,0-2,5 mg/hari.
Pada wanita kebutuhan zat besi tinggi, karena
kehilangan zat besi selama masa menstruasi. Hal ini
mengakibatkan wanita lebih rawan terhadap anemia
berat dari pada pria.
Status besi dalam tubuh
juga memengaruhi efisiensi
penyerapan besi, remaja
dengan defisiensi besi maka
penyerapan besi akan lebih
efisien dibandingkan yang
tidak defisiensi besi. Yang dapat meningkatkan
penyerapan besi dari sumber nabati adalah vitamin
C serta sumber hewani tertentu (daging dan ikan).
Sedangkan zat yang dapat menghambat penyerapan
besi antara lain adalah cafein, tannin, fitat, zinc
dan lain-lain. Akg besi untuk remaja dan dewasa
muda wanita 19-26 mg setiap hari sedangkan untuk
pria 13-23 mg per hari. Makanan yang banyak
mengandung zat besi adalah hati, daging merah
(sapi, kambing, domba, daging putih (ayam dan
ikan), kacang-kacangan dan sayuran hijau nabati
(Indonesian Nutrition Network, 2002).

42
k. Seng (Zn)
Seng diperlukan untuk
pertumbuhan dan kematangan
seksual remaja terutama untuk
remja pria. AKG seng adalah 15 mg
per hari untuk remaja dan dewasa
muda, baik wanita maupun pria makanan sumber
seng bisa diperoleh dari ikan, kacang-kacangan
dan sayur-sayuran. Asupan zinc yang terbatas
berpengaruh pada perkembangan karakteristik seks
sekunder misalnya tumbuhnya jerawat yang banyak.
Peran mineral-mineral lain meskipun tidak dibahas,
tetap perlu diingat untuk pertumbuhan remaja.
Mineral-mineral tersebut adalah magnesium, iodine,
fosfor, tembaga, krom, kobalt dan fluor.

2. Manfaat Gizi Seimbang Bagi remaja


Manfaat gizi seimbang bagi remaja (Hasdianah,
2014) yaitu:
a. Membantu konsentrasi belajar
b. Beraktivitas
c. Bersosialisasi
d. Untuk kesempurnaan fisik
e. Tercapai kematangan fungsi seksual dan
f. Tercapainya bentuk dewasa

3. Masalah dan Penatalaksanaan Gizi pada remaja


Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif
pada tingkat kesehatan masyarakat, oleh karena itu
kita perlu menangani lebih lanjut tentang masalah

43
gizi remaja. Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa kelompok remaja banyak yang
mengalami masalah gizi (Badriah, 2014).
Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena
perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara
konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.
Keadaan gizi atau status gizi merupakan gambaran
apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup
lama. Keadaan gizi dapat berubah gizi kurang, baik atau
normal ataupun gizi lebih. Kekurangan salah satu zat gizi
dapat menimbulkan penyakit berupa penyakit defisiensi.
Bila kekurangan dalam batas marginal menimbulkan
gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya
kemampuan fungsional. Misalnya kekurangan vitamin
B1 dapat menyebabkan badan cepat lelah, kekurangan
zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi
belajar selain turunnya ketahanan tubuh terhadap
penyakit infeksi (Badriah, 2014).
Beberapa masalah yang berkaitan dengan gizi yang
ditemui pada remaja antara lain adalah:
a. Kurus
Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari batas
normal atau kurus, Prevalensi IMT kurang atau
kurus berkisar antara 30%-40% (Permaisih, 2003).
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih
banyak ditemukan pada remaja wanita. Karena ada
motto bahwa “kurus itu indah” bagi remaja wanita
maka remaja wanita sering melakukan diet tanpa
pengawasan dari dokter atau ahli gizi sehingga
zat-zat gizi penting tidak dapat dipenuhi. Padahal

44
masa remaja merupakan masa “rawan gizi” karena
kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya.
b. Obesitas
Obesitas adalah keadaan seseorang jika
berat badannya lebih dari 30 standar BBI (Berat
Badan Ideal) atau juga keadaan jika seorang anak
mempunyai berat badan 120% lebih besar dari berat
badan seharusnya pada usianya (Wahlqvist dalam
Badriah, 2014). Penderita obesitas lebih banyak
ditemukan pada remaja dan eksekutif muda
diperkotaan karena: konsumsi makanan
berlebih, kurang aktivitas fisik dan berolahraga.
Penelitian menunjukkan obesitas merupakan
faktor risiko berbagai penyakit seperti: hipertensi,
hiperkolestrol, penyakit jantung dan diabetes
mellitus. Selain itu penampilan penderi obesitas
juga kurang menarik, gerakan tidak lincah dan
cenderung lamban. Obesitas biasanya
disebabkan karena remaja tidak dapat mengontrol
makanannya, makan dalam jumlah berlebih sehingga
berat badannya melebihi ukurannormal.Pada
beberapa kasus obesitas terjadi karena binge eating
disorder, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan
seseorang makan dalam jumlah besar secara terus-
menerus dan cepat tanpa terkontrol. Hal ini yang
akhirnya akanmenimbulkan terjadi depresi dan
memicu obesitas (Barlow dalam Badriah, 2014).
c. Anoreksia Nervosa dan Bulmia
Anoreksia dan Bulmia adalah kelainan pola
makan yang sering terjadi pada wanita. Kelainan
tesebut biasanya merupakan gangguan makan

45
yang menyiksa bahkan bisa dikatakan suatu bentuk
penyiksaan terhadap diri sendiri. Gangguan tersebut
dihasilkan oleh ketakutan bahwa tubuh akan menjadi
gemuk setelah makan dan ketakutan mental itu akan
terpncar melalui penyiksaan fisik.
d. Anemia
Masalah gizi lain yang banyak terjadi pada
remaja khususnya remaja putriadalah kurang zat gizi
besi atau anemia. Dampak anemia pada remaja putri
yaitu pertumbuhan terhambat, tubuh pada masa
pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan
kebugaran/kesegaran tubuh berkurang, semangat
belajar/prestasi menurun, pada saat akan menjadi
calon ibu maka akan menjadi calon ibu yang berisiko
tinggi untuk kehamilan dan melahirkan.
Untuk mengatasi masalah anemia pada remaja
diperlukan suplementasi iron/zinc.Makanan sumber
zat besi/zinc hampir mirip yaitu sumber hewani
seperti daging, produk laut dan sumber nabati
seperti kacang-kacangan.

4. Cara Mengatasi Masalah Gizi Pada Remaja


Perlu dilakukan kegiatan pendidikan, penyuluhan
terutama tentang gaya hidup yang benar. Meliputi
kebiasaan sarapan pagi, menghindari untuk merokok
dan minum-minuman keras serta membiasakan hidup
sehat agar terhindar dari berbagai penyakit infeksi
(Hasdianah, 2014).

46
BAB V
PENDIDIKAN SEBAYA
(Peer Education)

1. Pengertian Pendidikan Sebaya


Pendidik Sebaya (Peer education) KRR (Kesehatan
Reproduksi Remaja) adalah orang yang menjadi
narasumber bagi kelompok remaja sebayanya yang
telah mengikuti pelatihan pendidik sebaya KRR.
Mereka adalah orang yang aktif dalam kegiatan sosial
dilingkungannya, aktif di organisasi kepemudaan
seperti Karang Taruna, Pramuka, OSIS, PKK, dan lain-
lain. Pendidik sebaya berusia 10-24 tahun. Keberadaan
dan peranan pendidik sebaya di lingkungan remaja
sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk
mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang
cukup dan benar tentang KRR.
Menurut Santrock dalam Ratnawati (2013) kawan
sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat
kedewasaan yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi
yang paling penting dari kelompok kawan sebaya adalah
sebagai sumber informasi dan perbandingan tentang
dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan-balik
mengenai kemampuannya dari kelompk kawan sebaya.
Remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan
itu lebih baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingkan
remaja-remaja lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah
sekelompok orang yang seumuran, berlatar belakang,
berpendidikan, dan dalam status sosial yang relatif

47
sama, dimana dalam kelompok tersebut biasanya
terjadi pertukaran informasi yang mungkin saja dapat
mempengaruhi perilaku dan keyakinan dari anggota
lainnya.
Remaja sebagai pendidik sebaya diharapkan
mampu menyebarkan informasi secara kreatif sehingga
dapat menarik perhatian dan minat teman-teman
sebayanya. Untuk mengoptimalkan keterampilannya,
pendidik sebaya seyogyanya mulai melatih diri dengan
menyebarkan informasi kesehatan reproduksi dalam
kelompok kecil (tidak lebih dari 12 orang). Setelah lebih
terbiasa dan menguasai materi secara mendalam, para
pendidik sebaya dapat meningkatkan kemampuannya
dalam kelompok besar (50 orang) untuk kegiatan
ceramah (BKKBN, 2008).

2. Peer Group
Peer group merupakan institusi sosial kedua setelah
keluarga yang memiliki peranan sangat penting bagi
kehidupan remaja. Ciri-ciri mendasar peer group adalah
jumlah anggota relatif kecil, adanya kepentingan yang
bersifat umum dan dibagi secara langsung, terjadi kerja
sama dalam suatu kepentingan yang diharapkan, adanya
pengertian pribadi, serta saling hubungan yang tinggi
antar anggota dalam kelompok (Vembriarto dalam
Imron, 2012).
Pendidikan kesehatan menyangkut tiga aspek
utama, yakni input, proses dan output. Dalam konteks
pendidikan kesehatan reproduksi, yang dimaksud
dengan input adalah teman sebaya sebagai subjek

48
belajar. Teman sebaya bagi peer educator adalah remaja
yang memanfaatkan layanan pendidikan dan konseling
kesehatan reproduksi remaja. Peer educator juga
berperan sebagai konselor sebaya (peer conselor) yang
memberikan pelayanan konsultasi dan konseling (Imron,
2012).
Komponen kedua dalam
pendidikan kesehatan adalah
proses. Proses merupakan
mekanisme interaksi antara
pengajar dan subjek belajar
yang memungkinkan terjadi
perubahan perilaku dari subjek belajar. Selain itu,
diperlukan metode pengajaran, alat bantu, materi
belajar, dan lingkungan belajar. Dalam pencapaian
tujuan pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan
edukasi dan konseling kepada teman sebaya melalui
situasi formal dan non formal. Situasi formal dapat
dilakukan dalam acara penyuluhan dan situasi non
formal dapat dilakukan dengan cara jemput bola dengan
metode diskusi (Imron, 2012).

3. Panduan Pelaksanaan Tugas Pendidik Sebaya


Panduan pelaksanaan tugas pendidik sebaya adalah
sebagai berikut
(BKKBN, 2008):
a. Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi
mudah dipahami oleh sebayanya.
b. Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran
dan perasaannya dihadapan pendidik sebayanya.

49
c. Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih
terbuka dan santai.
d. Syarat-syarat pendidik sebaya, sebagai berikut:
1) Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di
lingkungannya
2) Berminat secara pribadi menyebarluaskan
informasi kesehatan reproduksi
3) Lancar membaca dan menulis
4) Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah,
lancar dalam
5) mengemukakan pendapat, luwes dalam
pergaulan, berinisiatif dan
6) kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk
hal-hal baru, mau
7) belajar serta senang menolong
e. Ketrampilan komunikasi interpersonal perlu dimiliki
pendidik sebaya.
Pendidik sebaya hendaknya:
1) Menggunakan kata-kata yang sederhana dan
mudah dipahami kelompok
2) Menghindari istilah yang sulit dimengerti
3) Menghindari kata-kata yang bias menyinggung
perasaan orang lain.
Didalam pelaksanaan Peer Educator, Sebelum
memberikan pendidikan kesehatan untuk kelompoknya,
peer educator diberikan kumpulan materi sesuai topik
yang telah ditentukan sebagai acuan dalam memberikan
informasi kepada anggota kelompoknya serta memberikan
pengarahan dan pelatihan kepada peer educator agar
dapat menyampaikan informasi kesehatan kepada teman-
temannya dengan baik (BKKBN, 2008). Peer educator

50
bertugas untuk menyampaikan materi menggunakan
bahasa yang kurang lebih sama dengan sasaran, sehingga
lebih mudah dipahami oleh teman-temannya. Selain itu,
teman sebaya juga lebih mudah mengemukakan pikiran dan
perasaannya terhadap peer educator sehingga pesan-pesan
yang sensitif dapat disampaikan secara terbuka dan santai.
Hal ini membuat pengetahuan remaja terutama masalah
seksualitas dan kesehatan reproduksi dapat lebih banyak
diperoleh (Imron, 2012).
Peer Education lebih efektif
dibandingkan dengan metode
ceramah karena metode ini lebih
menekankan untuk membangun
hubungan interpersonal antara
peer educator dengan peserta
peer education. Kondisi ini
memudahkan proses transfer informasi dan meningkatkan
pengetahuan peserta peer education dibandingkan dengan
metode ceramah (Wahyuni, 2014). Penelitian yang dilakukan
oleh Putri (2012) dengan judul “Efektivitas Metode Peer
Education dalam Meningkatkan Pengetahuan tentang
Dismenore Pada Siswi Kelas X SMKN 1 Bantul Yogyakarta”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest
kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai posttest
kelompok kontrol, sehingga menujukkan bahwa metode
peer education efektif dalam meningkatkan pengetahuan
remaja.
Penelitian lain dengan metode peer education juga
pernah dilakukan oleh Sari TP, DKK (2019) dengan judul
“Pengaruh Peer Education Sadari, Breast examination,

51
Vaginal examination dan gizi remaja terhadap motivasi
dan perilaku remaja putri dalam pemeliharaan kesehatan
reproduksi di SMA Muhammadiyah Program Khusus
Surakarta”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
perlakuan peer education dapat meningkatkan motivasi dan
perilaku siswi dalam pemeliharaan kesehatan reproduksi.
Dan dari hasil penelitian Fikriyyah Syarifatul, dkk. 2017
dengan judul “Pengaruh Metode Peer Education Terhadap
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Siswi SMP di
Pondok Ta’mirul Islam Surakarta” menunjukkan bahwa ada
pengaruh pendidikan kesehatan metode peer education
terhadap pengetahuan tentang keputihan pada siswi kelas II
SMP di Pondok Ta’mirul Islam Surakarta.
Beberapa hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa
peer education sangat efektif digunakan sebagai metode
dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada para
remaja baik dalam hal kesehatan reproduksi ataupun
pendidikan kesehatan yang lainnya. Guna mendukung
kelancaran proses peer education dibutuhkan adanya
dukungan dari berbagai pihak yaitu sekolah, orang tua, siswa
dan siswi serta institansi pendamping.

52
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah.


Jakarta: Bumi Aksara
Badriah, Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul (2014) Gizi dalam
kesehatan reproduksi.Refika Aditama. Bandung
Badziad, A. 2003. Endokrinologi dan Ginekologi. Edisi ke-
2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas.
BKKBN, 2008. Pelatihan Pemberian Informasi Kesehatan
Reproduksi Remaja oleh Pendidik Sebaya. Jakarta
Depkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta:
Kementrian Kesehatan I Indonesia.
Dickerson, L.M., Mazyck, P.J & Hunter, M.H. 2003.
Premenstrual Syndrome. Journal Am Fam Physician, 67
(8) : 1743-1752.
Fikriyyah Syarifatul, dkk. 2017. Pengaruh Metode Peer
Education Terhadap Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Pada Siswi SMP di Pondok Ta’mirul Islam
Surakarta. Jurnal edunursing, Vol. 1, No. 2, September
2017.
Hasdianah, Dr. H.R dkk (2014) Gizi, pemanfaatan gizi, diet
dan obesitas. NuhaMedika. Yogyakarta
Hidayati N., Herniyatun, Suhartini., 2010.Hubungan Personal
Hygiene Perineal Pada Pasangan Usia Subur Terhadap
Kejadian Keputihan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebumen 1 Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan Volume 6 nomor 3

53
Imron A., 2012.Pendidikan KesehatanReproduksi Remaja
: Peer Education dan Efektivitas Program KIR-KRR di
Sekolah. Yogyakarta: Ar Ruzz
Kementerian Kesehatan RI, 2015. Kesehatan Reproduksi dan
Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Kenali Masalah Gizi yang
Ancam Remaja Indonesia. http://www.depkes.go.id/
article/view/18051600005/kenali-masalah-gizi-yang-
ancam-remaja-indonesia.html diakses tanggal 14 Juli
2019.
Kumalasari I dan Andhiyantoro I. 2012. Kesehatan Reproduksi
Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan.
Jakarta selatan, Salemba Medika.
Llewellyn, D dan Jones. 2001. Dasar-Dasas Obstetri dan
Ginekologi. Edisi VI. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba IAC,. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan
Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta:
EGC
Mardiana, L. 2009. Mencegah dan Mengobati Kanker Pada
Wanita Dengan Tanaman Obat. Jakarta : Penebar
SwadayaOlfah. Y., Mendri, N.K., & Badi’ah, A. 2013.
Kanker Payudara dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
Monks, FJ. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Mulyani NS. Kanker Payudara dan PMS Pada Kehamilan.
Yogyakarta: NuhaMedika; 2013

54
Nisman, W. A. (2011). Lima menit kenali payudara anda.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nurcahyo, J. 2010. Bahaya Kanker Rahim dan Payudara.
Jakarta: Wahana Totalita Publisher.
Putri RR.,2012. Efektifitas Metode Peer Education dalam
Meningkatkan Pengetahuan tentang Dismenorepada
Siswi Kelas X SMKN 1 Bantul Yogyakarta.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Ramaul,S, dan Vindari, A.V.2011. Kesehatan Reproduksi Buat
Mahasiswi Kebidanan. Cetakan I. Yogyakarta : penerbit
Nuha Medika
Sari TP, DKK, 2019. Pengaruh Peer Education Sadari, Breast
Examination, Vagina Examination dan Gizi Remaja
Terhadap Motivasi dan Perilaku Remaja Putri di SMA
Muhammadiyah Program Khusus Surakarta. Jurnal
PROFESI (Profesional Islami) volume 17. https://
ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/
view/354
Sarwono, 2011. Psikologi remaja.. jakarta : PT. Raja grafindo
persada.
Septiani, S dan Suara, M. 2012. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara
Sendiri (Sadari) Pada Siswa SMAN 62 Jakarta 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol. 5. No. 1.Januari 2013.
Setiant, E. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh
Wanita. Jogjakarta: CV. Andi Offset.

55
Sulistyoningsih, Hariyani (2011) Gizi untuk kesehatan ibu dan
anak. Graha Ilmu.
Susanti Susanti, Nyimas Aziza. 2015. Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja Putri Terhadap Sikap Menghadapi
Premenstrual Syndrome. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. https://
ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/
view/532.
Triyani R.,Ardiani S.,2013.Hubungan Pemakaian Pembersih
Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri.
Jurnal ilmiah kebidanan volume 4 no 1.
Wahyuni TE., 2014. Perbedaan Metode Peer Education
dan Ceramahterhadap Perubahan Pengetahuandan
Sikap dalam PencegahanHIV/AIDS pada Siswa
Kelas MANTulungagung. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
Wijayanti D., 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan
Reproduksi Wanita.Jogyakarta: Book Marks

56

Anda mungkin juga menyukai