Sediaan Farmasi Steril Mata
Sediaan Farmasi Steril Mata
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II FARMASI A
SAMATA-GOWA
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah sediaan steril tentang sediaan pada mata.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sediaan steril pada
mata ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap setiap orang yang
membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
B. BAB II PEMBAHASAN
1. Anatomi dan Fisiologi Mata
2. Struktur dan Fisiologi Mata
3. Pengertian sediaan mata
4. Syarat-syarat sediaan mata
5. Keuntungan dan kerugian sediaan mata
6. Sifat-sifat sediaan mata
7. Jenis sediaan mata
8. Hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan sediaan
9. Factor yang mempengaruhi ketersediaan
10. Pemetrasi sediaan mata
11. Evaluasi
12. Pengemasan
A. Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan
maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai
pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim
yang dapat menyebabkan lisis.
Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada
beberapa bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata
tersebut memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan
obatnya adalah tetes mata.
Sediaan mata digunakan pada mata utuh atau terluka menghasilkan efek
diagnostic dan terapeutik local untuk merealisasikan kerja farmakologis yang
terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jarigan yang
umumnya terdapat disekitar mata. Sediaan mata meliputi tetes mata, salep
mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus (lamella dan
penyemprot mata) serta inserte sebagai bentuk depo.
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
dan bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas,
sebaiknya sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH
yang sama dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan
tetes mata pada etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah
tutup dibuka, karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi
kontaminasi dengan bebas.
Selain obat tetes mata digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan
kondisi pada mata, dapat juga digunakan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan pada mata.
Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik
topikal, anestetik lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik, obat-obat
yang dipakai dalam pengobatan glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran
kortikosteroid & obat anti-infeksi, obat-obat lain yang dipakai dalam
pengobatan konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-infeksi. Sediaan
pengobatan dapat berupa larutan dan suspensi dengan cara meneteskannya
pada mata (Vaughan & Asbury, 2010). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tetes mata (oculoguttae) merupakan cara pemberian obat pada mata
yang dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan
iritasi mata.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah sediaan mata yaitu :
1. Apakah definisi dari sediaan mata?
2. Hal-hal apa sajakah yang harus diketahui mengenai sediaan mata?
3. Bagaimana cara melakukan pengobatan pada mata?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari sediaan mata.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diketahui mengenai sediaan pada
mata.
3. Untuk mengetahui cara melakukan pengobatan pada mata
BAB II
PEMBAHASAN
Membran Bowman
Pada manusia sebagai lembaran tipis homogen dengan
ketebalan 8-14 mm. Mata kelinci tidak memiliki lapisan ini. Ini
bukan membran elastis dan tidak beregenerasi ketika hancur.
Lapisan ini tidak dianggap sebagai penghalang untuk penyerapan
obat di kornea.
Stroma
Mewakili sekitar 90% dari ketebalan kornea pada mamalia
dan terdiri dari jaringan ikat yang dimodifikasi; 70-80% dari berat
basah air, dan 20-25% dari berat kering kolagen, protein dan
mucopolysaccharides lainnya. Stroma adalah penghalang utama
untuk obat yang sangat lipofilik.
Membran Descemet
Ini adalah membran yang kuat, homogen dan sangat tahan.
Tebalnya sekitar 6 µm. Membran ini dapat meregenerasi ketika
rusak.
Endothelium
Merupakan satu lapisan sel epitel seperti saling bertautan
dengan bergantian, permukaan berputar, yang benar-benar meliputi
permukaan posterior kornea. Persimpangan kesenjangan ada di
antara sel-sel yang berdekatan memungkinkan perembesan
berbagai zat. Endotelium tidak memiliki nilai penentu sebagai
permeabilitas adalah 200 kali atau lebih lebih besar dari epitel.
Lapisan ini merumahkan pompa Na+ / K+ ATPase yang
bergantung-bikarbonat, dan beroperasi pada tingkat yang konstan
untuk mengontrol keseimbangan antara gerakan pasif air ke stroma
dan gerakan aktif cairan itu, bertanggung jawab untuk menjaga
transparansi kornea dan ketebalan kornea konstan. Jika pompa aktif
rusak atau kehabisan bikarbonat yang dilemahkan oleh inhibitor
karbonat anhidrase, stroma akan menyerap air, membengkak dan
menjadi buram, sehingga terjadi penebalan dan kekeruhan kornea.
Perubahan ketebalan kornea mempengaruhi penyerapan obat.
3. Salep Mata
Syarat :
a. Steril (cara aseptik atau sterilisasi akhir)
b. Tidak mengandung partikel kasar
c. Dasar salep tidak mengiritasi mata,mudah berdifusi atas bantuan
cairan air mata, melebur pada suhu tubuh
d. Wadah berupa tube yang dapat disterilkan,dengan mulut tube
menyempit
Salep mata merupakan sediaan salep steril yang penggunaannya
pada mata, salep memiliki waktu kontak dengan mata lebih lama,
sekitar 24
Jam. Salep mata lebih kental, kontak dengan mata lama, sifat basis
harus hidrofil, harus melebur pada suhu 32,9°, bahan aktif terlarut
atau tersuspensi dalam basis.
Pembuatan Salep Mata
1. Bahan aktif ditambahkan sebagai larutan steril atau sebagai serbuk
steril termikronisasi dalam basis salep mata steril.
2. Hasil akhir dimasukkan ke dalam tube steril secara aseptis
3. Sterilisasi basis salep dikerjakan secara sterilisasi kering pada suhu
120⁰C selama 2 jam atau 150⁰C selama 1 jam tergantung pada sifat
fisik dari basis salep yang digunakan
4. Sterilisasi tube dilakukan dalam oven pada suhu 160⁰C selama 2
Jamt Oven.Digunakan untuk alat-alat yang tahan dengan pemanasan
dengan suhu 180oC selama 2 jam . alat-alat seperti gelas,
erlenmeyer, tabung reaksi, vial, tube, cawan petri, cawan porselin,
dan juga dapat mensterilkan bahan-bahan namun dengan suhu
tertentu .
5. Kedipan kelopak mata
6. Kondisi bahan aktif dalam sediaan mata, yaitu terlarut dalam basis
salep mata, tersuspensi dalam basis salep
7. Ukuran partikel bahan aktif
Cara penggunaan salep Mata
a. cuci tangan
b. Buka penutup tube
c. Dengan satu tangan tarik kelopak mata kebawah.
d. Dengan melihat keatas, tekan bagian tube untuk mengeluarkan
isinya.
e. Tutup mata dan gerakkan mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan
kebawah.
f. Tutup tube kembali.
8. Suspensi Obat Mata
Tujuan penggunaan
f. meningkatkan waktu kontak dengan kornea
g. memberikan kerja lepas lambat
Suspensi mata steril merupakan sediaan suspensi steril khusus yang
mengandung bahan aktif yang tersuspensi dalam sediaan dan
dengan ukuran partikel tertentu.
2. Rute nonkorneal
Penyerapan rute noncorneal melibatkan penetrasi di
konjungtiva dan sclera ke dalam jaringan intraokular. Ada tiga
jalur untuk penetrasi obat di sclera:
Melalui ruang perivaskular;
Melalui media air dari mucopolysaccharides seperti gel;
Melalui ruang-ruang kosong dalam jaringan kolagen.
K. Evaluasi Sediaan
1. Uji Organoleptis
Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,
tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (
dengan kriteria tertentu ) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (
macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di
peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
2. Uji pH ( FI IV hal. 1039 – 1040 )
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator
universal.
Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan
garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel
beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca
harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran
larutan uji.
3. Uji kejernihan ( Lachman hal. 1355 )
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang
yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahay yang
baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang
hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi
memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat
dengan mata.
4. Uji keseragaman volume ( FI IV hal. 1044 )
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
5. Uji kebocoran (lachman III hal 1354)
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku
Prosedur Uji kebocoran
Letakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 – 1% ) dalam
ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat
warna berpenetrasi ke dalam lubang, dapt dilihat setelah bagian luar ampul
dicuci untuk membersihkan zat warnanya.
6. Uji sterilitas ( FI IV hal. 855 )
Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC
Kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril )
Metode uji :
Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi 2 bagian )
lalu diinkubasi
Prosedur uji:
Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan.
Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji, inkubasi
selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara
visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau
ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
7. Penetapan kadar
Menggunakan Spektrofotometri dan Kromatografi (FI IV, 1995)
8. Uji pirogenitas
Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)
Asas :
Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan
dengan larutan ≤ 10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.
Cara :
- Setiap penurunan suhu dianggap nol
- Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu
0,5ºC atau lebih
- Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan
dengan kelinci tambahan
- Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-
masing menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah
kenaikkan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC
8. Uji Endotoksin Bakteri
Bertujuan untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin
ada di dalam atau pada bahan uji.
Prinsip : pengujian dilakukan menggunakan limulus amebocyte lysate
(LAL). Deteksi dilakukan dengan metode turbidimetri atau kolorimetri,
penetapan titik akhir reaksi dilakukan dengan membandingkan langsung
enceran dari zat uji dengan enceran endotosin baku, dan jumlah endotoksin
dinyatakan dalam unit endotoksin (UE).
Sebelum melakukan pengujian dilakukan persiapan: Uji konfirmasi
kepekaan reaksi LAL. Uji pengambatan atau pemacuan. Pengenceran
maksimum yang absah (PMA). (Akfar PIM/2010)
L. Pengemasan
Meskipun beberapa larutan dan suuspensi obat mata koemrsial
dikemas di dalam botol berbahan gelas kecil dengan penetes berbahan
gelasa atau plastic yang terpisah, hamper seluruhnya dikemas didalam
wadah berbahan plastic yang halur dengan penetes yang telah terpasang
dan tidaka dapat diganti, jenis kemasan ini lebih disukai baik untuk
memudahkan pemberian maupun untuk melindungi produk dari
kontaminsai eksternal. Larutan suspensi maupun salep mata umumnya
dikemas di dalam wadah yang memuat peroduk sekitaran 2- 30 ml.
Pasien harus berhati hati dalam melindungi larutan ataupun
suspensi obat mata dari kontaminan eksternal. Jelaslah, wadah dengan
penetes yang melekat pada wadah dengan penetes yang melekat pada
wadah cenderung sedikit memperoleh kontaminasi dari udara, daripda
botol dengan tipe penutup yang meutar, yang harus dibuka secara penuh
pada saat penggunaannnya, namun setiap jenis dapat mengalami
kontaminasi udara dan melalui sentuhan yang tidak disengaja pada ujung
penetes pada mata, kelopak mata, atau permukaan lainnya.
Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata.
Sediaan obat mata merupakan sediaan steril, yang terdiri dari bahan
bahan berkhasiat obat dan bahan tambahan dan membutuhkan perhatian khusus
dalam pembuatannya terutama dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, pengawet, sterilitas, serta kemasan yang
tepat.
Syarat sediaan mata antara lain Steril, Jernih, Preservatif, Stabilitas
Kemasan, Tonisitas, Viskositas, Tambahan (Additives), Ph. Dan dalam
pembuatan sediaan mata harus diperhatikan kecermatan dan kebersihan selama
pembuatan, Pembuatan dikerjakan seaseptis mungkin, Formula yang tepat dan
Teknologi pembutan serta peralatan yang menunjang.
Sediaan pada mata diberikan dengan cara tetes mata, salep mata dan
pencuci mata.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Parrot, L.E., (1971), Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,
Burgess Publishing Co, USA.
William, Lippincot. 2005. Remington The Science and Pharmacy Practice.
Philadeelphia: Philadelphia College of Pharmacy and Science
Pdf.Sediaan_Mata
Elisa.ugm.ac.id//Sediaan_Steril_Lain
Pdf. Biofarmasetika
Ebook Drug Delivery and Targetting Ophtalmic
LAMPIRAN TAMBAHAN MATERI
1. STERILISASI
Oven
Digunakan untuk alat-alat yang tahan dengan pemanasan dengan suhu 180oC
selama 2 jam . alat-alat seperti gelas, erlenmeyer, tabung reaksi, vial, tube,
cawan petri, cawan porselin, dan juga dapat mensterilkan bahan-bahan namun
dengan suhu tertentu .
Autoklaf
Pemanasan ini menggunakan tekanan tinggi dengan suhu 121oC selama 15 menit .
alat-alat yang biasanya di sterilkan di autoklaf yaitu karet vial, spoit, pipet tetes,
spatel, wadah obat streil, ose.
2. PENETRASI
Tempat obat yang memungkinkan penetrasi ke dalam mata adalah kornea
dan konjugtiva Melewati kornea lebih besar dibanding dengan konjungtiva
Penetrasi pada konjungtiba akan lebih besar bila terjadi iritasi oleh bahan asing,
bahan kimia atau mekain, bila ini terjadi zat aktif bisa menmbus konjungtiva
dalam jumlah besar dan masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan efek
sistemik yang tidak diharapkan.
Penetrasi melalui kornea akan lebih besar bila terjadi penyempitan atau
kecepatan aliran darah menurun dalam konjungtiva dengan adanya bahan
adstringens. Laju penetrasi obat melalui kornea tergantung dari beberapa faktor,
antara lain : koefisien partisis zat aktif, karena sifat dari epitel yang mengandung
lipida; sesuai dengan hukum difusi Fick Dimana jumlah obat yang berdisfusi :
Dimana :
Km = Koefisien partisi zat aktif
D = kecepatan difusi zat aktif dalam lapisan lipida
H = tebal membran lipid
A = Luas permukaan
C = konsentrasi zat aktif dalam sediaan
I. Faktor Fisiologis
Tergantung pada kondisi kornea dan konjungtiva
Bila ada luka, akibat partikel asing berupa bahan kimia atau mekanik ini
akan menaikkan permeabilitas kornea dan konjungtiva menurunkan
jumlah obat yang berpenetrasi
Adanya protein dalam air mata dapat mengikat zat aktif tertentu
kecepatan penetrasi zat aktif tersebut menurun.
Tonisitas
Tonisitas air mata – tekanan 0,93% b/v NaCl dalam air tidak menyebabkab
rasa sakit dan mengiritasi
Hipertonisitas untuk obat mata yang dapat diterima 1,5% NaCl. Bila zat aktif
dilarutkan dalam NaCl 0,8 – 0,9% konsentrasi zat aktif yang dikandung
tidak akan melebihi 1,5%NaCl
Pengenceran yang cepat oleh air mata dapat mengurangi resiko iritasi
0,9 – 1,0% tidak mempengaruhi permeabilitas dari kornea dan konjungtiva
Tetapi larutan zat aktif dalam pembawa larutan NaCl akan berpengaruh
terhadap kecepatan penetrasi zat aktif. Karena NaCl yang hipertonis akan
meningkatkan koefisien partisi zat aktif
Untuk larutan hipotonis akan mempengaruhi permeabilitas kornea &
konjungtiva. Dan pengaruh yang kecil terhadap zat aktif.
Peranan pH
Dari sudut fisiologis pH ideal obat tetes mata adalah 7,4 – 7,65 sangat
jarang zat aktif yang stabil pada pH tersebut .
Didahulukan pHstabilitas zat aktif dalam batasan pHterbaik yang dapat
diterima oleh mata
Larutan dapar isotonik pada pH 7,4 – 9,6 tidak mengiritasi mata
Cairan lakrimal mempunyai sistem dapar 7,4 yaitu dapat mengubah
dengan cepat derajat keasaman sediaan dengan pH 3,4 -10,5. Dengan
kapasitas dapar rendah ke pH yang dapat diterima yaitu sekitar 7,4.
Penetrasi zat aktif tergantung pada bilangan koefien partisi, semakin besar
Km maka kecepatan penetrasi zat aktif semakin tinggi.
Tetes mata garam alkaloid pada pH 3,5. pH ini akan menjamin stabilitas
zat aktif tersebut. Tetapi pada pH 3,5 ini zat aktif berada dalam bentuk
terionisasi sehingga Km nya sangat rendah.
o Saat pemakaian pH sediaan 3,5 berubah dengan adanya cairan lakrimal
berubah ke pH air mata. Kecepatan perubahan tergantung pada
kapasitas dapar yang terdapat dalam sediaan, bila kapasistas dapar
tinggi akan lambat atau sukar
o Dipilih dapar fosfat atau dapar borat untuk pembawa tetes mata.
o Yang terbaik digunakan dapar yang telah dimodifikasi dengan
penambahan NaCl yang berfungsi untuk menurunkan kapasitas dapart
o Dapar fosfat yang telah dimodifikasi ada pada FI III
dan dapar borat. digunakan dapar yang telah dimodifikasi oleh palitzch
yang terdapat dalam the Arts of Compounding dari Jenkin Cs.
Pengaruh Kekentalan
Tujuan penambahan zatpengental pada tetes mata :
a. Sebagai air mata buatan
b. Sebagai bahan pelicin untuk lensa kontak
c. Untuk meningkatkan kekentalan larutan agar waktu kontak sediaan dengan
kornea semakin lama Semakin tinggi jumlah zat aktif yang bisa
terpenetrasi meninggikan tercapainya harapan efek terapi
Bahan pengental senyawa makromolekul seperti metil selulosa, akan
menjerat zat aktif. Sehingga konsentrasi zat aktif yang bisa terpentrasi
berkurang.
Pemilihan zat pengental harus positif terhadap ketersediaan hayati
zat aktif
Pada penambahan metil selulosa adanya penigkatan efek midriasis dalam
kolirium homatripon atau efek miosis dari pilokarpin dengan penambahan
pengental yang sama
Kekentalan optimal larut dalam air 25 – 55 cPc
Selain metil cellulosa dapakai hidroksi metil selulosa dan hidroksi etil
selulosa.
Natrium Karboksi Metil Selulosa jarang digunakan karena tidak
tahan terhadap elektrolit (kekentalan menurun) kadang tidak
tercampurkan dengan zat aktif.
Polivinil alkohol bahan penyusun air mata buatan dan larutan pelincir
untuk lensa kontak
Pada umunya penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan
penetrasi obat tetes mata. Sama halnya pada polivinil pirolidon
dan dekstran.
Faktor-faktor lain dalam pemilihan bahan pengental
Ketahanannya waktu disterilisasi
Kemungkinan dapat disaring
Stabilitas
Ketidaktercampuran
Dll
Surfaktan
Surfaktan dalam obat tetes mata dapat memenuhi berbagai aspek :
a. Sebagai anti mikroba (surfaktan gol. Kationik, spt: Benzalkonium Klorida,
Setil Piridinium Klorida, dll
b. Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea
meningkatkan aksi terapeutik zat aktif.
c. Menigkatkan ketercampuran obat tetes mata dengan cairan lakrimal.
Meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga
menigkatkan penembusan dan penetrasi obat
d. Surfaktan tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak mengiritasi
dan merusak kornea, surfaktan non ionik lebih dapat diterima dibanding
surfaktan golongan lain.
3. BASIS SALEP
Contoh basis bahan lunak yaitu :
Vaselin kuning
- Massa lunak, lengket, kuning, bening, sifat ini tetap setelah zat dilebur dan
dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk, berfluoresensi lemah. Jika dicairkan
ridak berbau, hampir tidak berasa.