Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN

PENDALAMAN MATERI AJAR BAHASA INGGRIS

PESERTA : 15 Peserta Guru Bidang Studi Bahasa Inggris


Tingkat SMP dan SMA
LOKASI : SMAN I Matang Kuli, Lhoksumawe – Aceh Utara
WAKTU : 03 – 05 Desember 2009 (3 hari)
TRAINER : Faizal Umri, SS. MS.

PENDAHULUAN
Berdasarkan orientasi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
03 Desember 2009 dalam bentuk tanya jawab dalam diskusi langsung
dengan peserta kegiatan sehubungan dengan kesulitan dan kendala
yang dihadapi oleh peserta kegiatan dalam pengajaran bahasa Inggris
di lokasi mengajar masing-masing peserta, maka dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa masalah pokok yang harus segera diatasi.

Perlu diketahui bahwa bentuk tanya jawab dalam diskusi


langsung itu dilakukan mengingat belum terhimpunnya secara jelas
data masalah yang perlu ditangani dari sesi-sesi kegiatan terdahulu.
Pemberi training berusaha berorientasi kepada perumusan 2 jenis
masalah utama yang paling umum dan kerap dihadapi pengajar bidang
studi bahasa khususnya bahasa Inggris yaitu: 1. Kendala dalam teknik
pengajaran bahasa Inggris, dan 2. Kendala keterbatasan materi ajar
bahasa Inggris. Hal ini perlu dilakukan agar scope materi bahasan
training dapat lebih fokus dan terarah.

Berdasarkan pengelompokan 2 jenis masalah diatas, dalam


serangkaian diskusi dan tanya jawab yang dilakukan, maka pemberi
training berhasil menghimpun 5 masalah pokok yang dianggap peserta
kegiatan masih menjadi kendala dalam kegiatan mengajar mereka,
yaitu:

A. TEKNIK PENGAJARAN
1.Metode pengajaran yang sederhana dan mudah diterapkan dalam
pengajaran bahasa Inggris.
2. Metode yang efektif demi memancing dan merangsang minat
siswa untuk belajar bahasa Inggris.
3. Metode pengajaran “Tenses” yang efektif buat siswa.

A. MATERI AJAR
4.Materi dan penerapan IT dalam pengajaran bahasa Inggris.
5. Materi ajar yang efektif, relevan, dan up-to-date untuk
menghadapi UN.

Setelah menghimpun dan mengelompokan temuan masalah


diatas dari peserta kegiatan, pemberi training lalu merumuskan bahan
training berikut jadwal training sebagai solusi bagi ke 5 masalah di
atas, sebagai berikut:

TANGGAL
KEGIATAN MATERI TRAINING
03 Desember 2009 Orientasi : Penghimpunan data masalah

A. Pengenalan dan wawasan pemahaman CLT dan CTL.


B. Pengenalan metode PPP sebagai salah satu alternatip
pengajaran bahasa Inggris.
04 Desember 2009 C. Demonstrasi singkat pengajaran bahasa Inggris
dengan menggunakan metode PPP.
D. Materi dan penerapan IT dalam pengajaran bahasa
Inggris.
A. Teknik memancing minat siswa belajar bahasa Inggris.
B. Metode efektif pengajaran “Tenses”.
05 Desember 2009 C. TOEIC sebagai materi try-out yang efektif dan relevan
dalam menghadapi UN.

Sebagai catatan bahwa :


1. Menimbang kemampuan peserta kegiatan menggunakan bahasa
Inggris secara aktip yang masih kurang, maka materi disampaikan
secara bilingual dengan perbandingan 60% bahasa Inggris dan 40%
bahasa Indonesia.
2. Di sela-sela pemberian training tersisip ditanyakan dan dibahas
beberapa materi yang berkenaan dengan kompetensi linguistik dan
tata bahasa (grammar) yang masih belum dikuasai oleh peserta
kegiatan.
3. Mengingat terbatasnya masa training dan juga belum tersedianya
informasi akurat yang didapat oleh pemberi training dari trainer
terdahulu tentang cakupan masalah yang sedang dihadapi oleh
peserta kegiatan, maka pre-test dan post-test tidak
diselenggarakan. Pemberi training menganggap bahwa metode
tanya jawab dalam diskusi langsung demi menghimpun data
masalah adalah efektif. Pre-test dan post-test akan diselenggarakan
pada termin sesi training selanjutnya.

PELAKSANAAN TRAINING
I. 03 Desember 2009
Materi Training : - Orientasi : Pengumpulan data masalah dari
peserta kegiatan.
Durasi : 2 Jam

Kronologi Kegiatan
1. Perkenalan
2 Wawasan berbahasa Inggris (Horizon of English) dan wawasan
mengajar bahasa Inggris.
3. Tanya jawab seputar kendala mengajar bahasa Inggris yang
dihadapi peserta kegiatan di lingkungan mereka mengajar.
4. Dihimpun dan didata beberapa masalah yang didapat dari
peserta kegiatan (seperti yang telah dipaparkan pada bagian
pendahuluan).
5. Pemberi training merumuskan materi training (berikut jadwal)
sebagai solusi yang akan dipaparkan pada sisa dua sesi di hari
berikutnya.
6. Feedback: Bahwa semua masalah dalam mengajar pasti ada
jalan keluarnya dan pasti dapat diatasi.

II. 04 Desember 2009


Materi Training : A. Pengenalan dan wawasan pemahaman CLT
(Communicative Language Teaching) dan
CTL (Contextual Teaching & Learning).

B. Pengenalan PPP (Presentation, Practice &


Production) sebagai salah satu alternatip
pengajaran bahasa Inggris.
C. Demonstrasi singkat pengajaran bahasa
oleh pemberi training dengan menggunakan
metode PPP.
D. Materi dan penerapan IT dalam pengajaran
bahasa Inggris.

Durasi : 2 Jam

Kronologi Kegiatan
A. 1. Memberikan definisi CLT dan CTL.
2. Tanya jawab dan memancing interpretasi per individu peserta
kegiatan mengenai CLT dan CTL berikut persamaan dan
perbedaannya dari definisi yang diberikan.
3. Penjelasan CLT dan CTL berikut analogi dan logikanya.
4. Feedback :
1. Penguatan pengertian bahwa bahasa berlaku tidak
berdasarkan pada perhitungan matematis. Hal ini menjawab
keresahan para peserta kegiatan dalam menjawab
pertanyaan siswa yang kerap menanyakan ‘kenapa struktur
dan logika bahasa selalu berubah-ubah’.
2. Penguatan pemahaman bahwa bahasa tidak hanya berlogika
tata bahasa saja namun juga kontekstual. Pengertian ini
berdampak pada pengajaran bahasa yang tidak harus pada
tataran linguistik semata namun juga pada tataran
sosiolinguistik dan pragmatik.
B. 1. Pemaparan wawasan metode pengajaran bahasa dan
pengertian bahwa terdapat begitu banyak pilihan metode
pengajaran bahasa yang tersedia.
2. Menanamkan pengertian bahwa seorang guru bahasa paling
tidak dapat mengenal atau menguasai satu metode
pengajaran bahasa dari sedemikan banyak pilihan metode
yang tersedia.
3. Pengenalan PPP sebagai salah satu alternatip metode
pengajaran.
4. Memberikan dan menjelaskan diagram piramid PPP yang
membimbing siswa untuk berangkat dari titik terstruktur
(Presentation) hingga dapat dilepas mandiri menggunakan
fungsi bahasa yang sedang diajarkan (Production).
5. Feedback :
1. No one method is fixed for all (tidak ada satu metoda pun
yang bisa mampu sempurna mengatasi semua masalah
yang timbul dalam pengajaran bahasa). Peserta didik diberi
kebebasan memilih dan mencampur beberapa metode
pengajaran yang ia kuasai.
2. PPP sebagai salah satu metode pilihan tidak serta merta
prosedurnya mutlak harus dijalani. Pengajar bahasa bebas
mencampurnya dengan metode lain yang dianggap perlu
dan dirasa efektif.
C. 1. Demonstrasi singkat oleh pemberi training dengan
menggunakan metode PPP.
2. Feedback :
1. Menanamkan pemikiran bahwa metode PPP sangat mudah
dikuasai dan sederhana.
2. Peserta bersetuju suatu saat akan mendemonstrasikan PPP
jika pemberi training memberikan contoh Lesson Plan (RPP)
untuk dipelajari.
D. 1. Memberikan definisi IT.
2. Pemaparan bahwa IT sangat membantu siswa juga guru
bahasa dalam LTP bahasa.
3. Pertunjukan singkat contoh materi IT melalui display in-focus:
Software belajar tatabahasa Inggris (Standard Deviants).
4. Menjelaskan bahwa materi IT dari CD software atau internet
(on-line) dapat diterapkan sebagai ‘teaching aid’ pada fase
‘Practice’ di metode PPP.
5. Feedback :
1. Peserta diminta untuk mempraktekkan dan menguji sendiri
materi software dengan notebook dan in-focus.
2. Peserta kegiatan antusias dan meminta kopi software dari
pemberi training.

III. 05 Desember 2009


Materi Training : A. Teknik memancing minat siswa belajar
bahasa Inggris.
B. Metode efektif pengajaran ‘Tenses’ yang
selalu dianggap siswa sebagai materi yang
susah untuk dikuasai dan sekaligus
membosankan.
C. TOEIC sebagai materi try-out yang efektif
dan relevan dalam menghadapi UN.
Durasi : 6 Jam

Kronologi Kegiatan
A. 1. Menanamkan pengertian bahwa seorang pengajar bahasa
harus mampu selalu tampil up-dated (penuh dengan informasi
terbaru). Jika terlaksana, efek psikologis yang muncul dari
siswa akan berdampak besar terhadap hidupnya suasana
transfer ilmu dari gurunya ke siswa bahwa akan tertanam di
benak mereka citra guru yang selalu dapat memberikan solusi
bagi setiap masalah berbahasa yang dihadapi oleh mereka.
2. Penjelasan bahwa begitu banyak tersedia cara dan kiat yang
bisa ditempuh demi memikat minat siswa untuk belajar
bahasa Inggris.
3. Penjelasan bahwa pemberian ‘games’ masih dipercaya sebagai
alat ampuh untuk merangsang minat siswa belajar bahasa.
Diingatkan pula bahwa games harus terpilih dan bervariasi
dari yang berbentuk konvensional hingga bebentuk software
atau menggunakan IT.
4. Ditekankan kepada peserta kegiatan untuk memberikan
perhatian khusus pada kelas bahasa tingkat kanak-kanak.
Diberikan analogi dan pengertian bahwa ‘dunia anak adalah
dunia bermain’ dan pengajaran bahasa harus diterapkan
dengan ‘cara bermain’. Efek psikologis yang diharapkan dari
siswa adalah terhapusnya rasa bosan anak dalam proses
belajar, kelas terasa hidup, dan anak tidak sadar bahwa
mereka telah belajar sesuatu ketika bermain.
5. Dijelaskan bahwa metode PPP dapat diterapkan untuk kelas
kanak-kanak.
6. Dijelaskan bahwa teknik belajar sambil bermain dapat
diterapkan pada kelas dewasa.
7. Pemberian contoh software (melalui in-focus) dan contoh
konvensional (melalui cerita rekaan) yang dapat digunakan
dalam memancing minat siswa dalam belajar bahasa: Materi
dan latihan dalam bentuk software mengenai Recount Text dan
Spoof (E-dukasi.net) dan penggunaan fungsi ‘only’ melalui
cerita rekaan diikuti soal yang harus dipecahkan siswa.
8. Feedback :
1. Menanamkan rasa percaya diri untuk jangan sungkan
menggunakan metode belajar sambil bermain dan
pemberian ‘games’ pada kelas dewasa.
2. Menanamkan semangat untuk tetap berkreasi dalam
memancing minat siswa dengan menggunakan materi
konvensional (mis: kertas) walau peserta kegiatan terganjal
masalah tidak tersedianya koneksi internet dan juga
kepemilikan notebook.
B. 1. Menjelaskan pada peserta agar senantiasa menanamkan
pemikiran pada siswa mereka bahwa ‘Tenses’ berikut
formulanya dapat dikuasai dalam waktu ‘setengah jam’ saja.
2. Penjelasan ‘shortcut 1’ dan ‘shortcut 2’.
3. Demonstrasi pengajaran ’16 Tenses’ dengan menggunakan
‘shortcut 1’ dan ‘shortcut 2’. Pengajaran dimulai dengan ‘pre-
test’ dan diakhiri dengan ‘post-test’.
4. Feedback :
1. Memberikan penekanan bahwa ternyata terbukti 16 Tenses
berikut formulanya dapat dikuasai dalam waktu singkat.
2. Memancing peserta didik untuk mendemonstrasikan
pengajaran 16 Tenses seperti yang telah dicontohkan
pemberi training. Salah seorang peserta kegiatan bersedia
dan hasilnya cukup memuaskan.
C. 1. Pengenalan TOEIC berikut definisinya.
2. Menjelaskan perbandingan TOEIC dan TOEFL.
3. Pembuktian dan penjelasan perbandingan bukti contoh fisik
TOEIC dan bukti contoh fisik UN tahun 2005 hingga 2009.
4. Penjelasan relevansi materi TOEIC dan materi UN yang
ternyata sangat mirip dan relevan dalam hal layout juga
tingkat kesulitannya. Perbedaan yang ada hanya terletak pada
materi ‘error identification’ yang tidak terdapat dalam materi
UN.
5. Simulasi menjawab soal-soal TOEIC: listening, reading, dan
error identification.
6. Variasi menarik penerapan pengunaan materi TOEIC sebagai
bahan try-out menghadapi UN dengan menggunakan beberapa
software: STUPAK’S 7 PRACTICE TESTS, TOEIC MASTER, dan
FABER-CASTELL MENJAWAB SOAL UN.
7. Feedback :
1. Memberitahukan pada peserta kegiatan bahwa semua
software dapat dikopi dan salah satu software yang
dipertunjukkan dapat dikopi dalam bentuk narasi tertulis.
2. Peserta kegiatan antusias meminta kopian software dari
pemberi training.

HASIL TRAINING
Umumnya peserta kegiatan training menyambut baik dan antusias
mengikuti jalannya training. Hal ini terbukti dengan :
1. permintaan pengkopian setiap software yang telah ditunjukkan
melalui in-focus untuk melengkapi alat bantu mereka dalam
mengajar bahasa
2. permintaan agar pemberi training dapat menyanggupi memberi
mereka contoh lesson plan (RPP) metoda PPP pada termin sesi
lanjutan nantinya.
3. permintaan agar pemberi training dapat menyanggupi memberi
mereka lebih banyak lagi materi games konvensional mengingat
keterbatasan IT pendukung yang mereka miliki juga penyelengara
pendidikan tempat mereka mengajar.
4. Kesediaan salah satu peserta untuk bersedia melakukan
demonstrasi mengajar seperti yang telah dicontohkan pemberi
training.
5. Kesediaan seluruh peserta untuk berjanji akan mencoba melakukan
presentasi/demonstrasi mengajar menggunakan metoda PPP pada
termin sesi lanjutan berikutnya.
6. Kesediaan peserta untuk berjanji melakukan demonstrasi
penggunaan ‘games’ konvensional yang akan diberikan pada termin
sesi lanjutan berikutnya.

PENUTUP
Walaupun antusias peserta kegiatan dapat dianggap cukup baik
untuk meningkatkan kualitas pengajaran, namun terdapat kendala
utama yang harus dihadapi peserta kegiatan dan masih belum bisa
dipecahkan oleh pemberi training yaitu tidak tersedianya koneksi
internet di lokasi tempat mereka mengajar dan juga masalah
kepemilikan notebook yang rata-rata tidak dimiliki oleh peserta.
Masalah ini tentunya menjadi kendala dalam penerapan IT dalam
pengajaran bahasa kepada siswa mereka sementara antusias kearah
itu sangatlah besar. Kemudian, hal ini tentunya berpulang kepada
masing-masing individu dan juga penyelenggara pendidikan setempat
untuk mencari kebijakan yang baik mengatasi masalah itu.

Lampiran
- Ringkasan materi
- Materi software

Medan, 11 Desember 2009

Pemberi Training

FAISAL UMRI, SS. MS

Anda mungkin juga menyukai