Anda di halaman 1dari 6

LAW FIRM MAHDI & ASSOCIATES

|ADVOCAT | LEGAL AUDITOR HUKUM | PENGACARA PENGADAAN INDONESIA |

ADV. MAHDIANUR, S.H.,M.H.,CIL.,CLA.,CPL.,


|ADVOCAT | LEGAL AUDITOR HUKUM | PENGACARA PENGADAAN INDONESIA |
Alamat: Jl. Imam Bonjol 1 Gedung Batang Garing Bisnis Center Floor 1 Kav. 108 Kota Palangka Raya, E-mail: mahdiannur69@gmail.com, Phone: 0821 5485 8888 – 0823 8459 9999

TANGGAPAN PENASIHAT HUKUM


ATAS REPLIK JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA
PIDANA ANAK MUHAMMAD AGUS FADILLAH BIN MUHAMMAD MURSID
NOMOR : 4/Pid.Sus-Anak/2019/PN.Spt

Hakim Yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Sebelumnya kami dari Penasihat Hukum Anak Muhammad Agus


Fadillah Bin Muhammad Mursid mengucapkan terima kasih
kepada Hakim Yang Mulia yang memeriksa perkara ini
karena kami masih diberikan kesempatan untuk mengajukan
Tanggapan Atas Replik Jaksa Penuntut Umum.

Dengan Tanggapan Atas Replik Jaksa Penuntut Umum ini,


kami sama sekali tidak bermasuk memperlambat atau
mempersulit jalannya persidangan, namun kesempatan yang
disediakan oleh prosedur hukum Acara Pidana ini kami
tujukan semata-mata untuk mencari kebenaran sejati untuk
menegakkan hukum dan keadilan dalam perkara ini.

Bahwa setelah mempelajari point-point Replik dari Jaksa


Penuntut Umum, maka berikut kami akan memberikan
tanggapan point demi point, yaitu :

1
1. Bahwa kami sependapat dengan Penuntut Umum berkaitan
alat-alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam
Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) yang terdiri dari keterangan saksi,
surat, petunjuk dan keterangan terdakwa (Anak). Namun
berkaitan dengan alat-alat bukti telah bersesuaian
satu dengan yang lainnya sehingga dapat disusun
sebagai suatu fakta persidangan, kami tidak
sependapat dengan Penuntut Umum dengan dasar
pertimbangan bahwa berdasarkan fakta yang terungkap
di persidangan, Anak Korban tidak dapat membuktikan
tuduhannya mengenai adanya tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain, karena keterangan
Anak Korban dalam persidangan tersebut hanya bersifat
tuduhan sepihak tanpa didasari dan dikuatkan dengan
bukti-bukti lainnya. Sedangkan dalam keterangan Anak,
telah secara jelas dan tegas menolak keterangan yang
disampaikan oleh Anak Korban terkait adanya tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain.
2. Adanya dalil bahwa telah jelas terbukti dan terungkap
dalam persidangan bahwa Anak telah memenuhi unsur-
unsur perbuatan tindak pidana yang diatur dalam Pasal
81 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2016

2
tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak Menjadi UU.
Bahwa sebagaimana yang terungkap di persidangan,
hanya keterangan Anak Korban saja yang ada
menyebutkan Anak telah melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, namun
keterangan ini secara tegas ditolak dan dibantah oleh
Anak sebagaimana yang terurai dalam Nota Pembelaan
(Pledoi) sebelumnya. Sedangkan keterangan dari saksi-
saksi yang lainnya tidak dapat pula membuktikan
adanya tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain, hal ini wajar saja terjadi karena
saksi-saksi yang dihadirkan oleh rekan JPU dalam
persidangan ini adalah saksi-saksi yang tidak
mendengar sendiri, tidak melihat sendiri, dan tidak
mengalami sendiri saat peristiwa itu terjadi.

3. Adanya dalil bahwa Penuntut Umum telah menghadirkan


saksi-saksi dan alat bukti berupa hasil visum et
repertum.
Bahwa dalam hal ini Penasihat Hukum Anak masih tidak
menemukan adanya bukti yang kuat tentang adanya tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang

3
lain yang telah dilakukan oleh Anak terhadap Anak
Korban.
Bahwa perlu kami tegaskan kepada Penuntut Umum, bukti
hasil visum et repertum yang digunakan sebagai alat
bukti tersebut hanyalah untuk menggambarkan ada
tidaknya perbuatan persetubuhan itu dilakukan.
Sedangkan untuk ada tidaknya tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain yang
telah dilakukan oleh Anak terhadap Anak Korban tidak
ada dibuktikan sama sekali dalam persidangan ini.

4. Surat Dakwaan Penuntut Umum bersifat imajinatif dan


spekulatif serta sangat dipaksakan demi untuk
membuktikan suatu tindak pidana.
Sekali lagi kami sampaikan, bahwa hal ini tampak
ketika Penuntut Umum abai terhadap fakta persidangan
bahwa setiap kehadiran atau kedatangan Anak ke rumah
Anak Korban adalah selalu atas dasar permintaan Anak
Korban yang dilakukan dengan berbagai macam alasan.
Hal ini tentunya membuktikan bahwa keterangan Anak
yang mengatakan bahwa sebenarnya Anak lah yang telah
dibujuk dan dirayu oleh Anak Korban tersebut.
Keterangan Anak ini kemudian diperkuat dan dipertegas
oleh keterangan Saksi Nanda Saputra yang mengatakan
bahwa Anak Korban sangat mencintai Anak dan sangat
berharap untuk bisa kembali berpacaran dengan Anak

4
ketika Anak ada memutuskan hubungan pacarannya dengan
Anak Korban pada tanggal 7 Februari 2019. Fakta-fakta
ini sengaja diabaikan oleh Penuntut Umum hanya demi
membuktikan suatu tindak pidana yang sebenarnya
unsur-unsurnya tidak terpenuhi. Maka dengan demikian,
persolan apakah Anak melakukan tipu muslihat,
melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain tersebut menjadi tidak relevan;

Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, kami


berpendapat Tanggapan dan Pendapat (Replik) Jaksa
Penuntut Umum tersebut adalah tidak benar dan sudah
seharusnya untuk ditolak.

Hakim Yang Mulia,


Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Bahwa berkaitan dengan hal tersebut, kami tetap


berkesimpulan bahwa dakwaan yaitu Pasal 81 ayat (2) UU
No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Menjadi UU adalah tidak sesuai diterapkan kepada diri
Anak, karena Anak melakukan persetubuhan sebagaimana
yang tercantum dalam surat dakwaan adalah atas dasar
rasa suka sama suka dengan tanpa adanya unsur tipu

5
muslihat, unsur serangkaian kebohongan atau unsur
membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain. Oleh karena itu, kami memandang bahwa
Anak harus dihindarkan dari penjatuhan sanksi pidana
yang disangkakan kepadanya.

Bahwa dengan demikian, maka kami menyatakan tetap pada


pembelaan sebagaimana yang telah kami bacakan dalam
Pledoi pada sidang terdahulu.

Akhirnya, pertimbangan selanjutnya kami serahkan


sepenuhnya kepada Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini dan harapan kami adalah terwujudnya hukum
pidana yang adil dan manusiawi dalam perkara ini.

Hormat Kami Penasihat Hukum Anak,


MUHAMMAD AGUS FADILLAH BIN MUHAMMAD MURSID

1. ADV. EDI ROSANDI, S.H.

2. ADV. RUSNAWATI, S.H.

3. ADV. JUNIARDI, S.H., M.Hum

Anda mungkin juga menyukai