Tanggapan Atas Replik
Tanggapan Atas Replik
1
1. Bahwa kami sependapat dengan Penuntut Umum berkaitan
alat-alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam
Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) yang terdiri dari keterangan saksi,
surat, petunjuk dan keterangan terdakwa (Anak). Namun
berkaitan dengan alat-alat bukti telah bersesuaian
satu dengan yang lainnya sehingga dapat disusun
sebagai suatu fakta persidangan, kami tidak
sependapat dengan Penuntut Umum dengan dasar
pertimbangan bahwa berdasarkan fakta yang terungkap
di persidangan, Anak Korban tidak dapat membuktikan
tuduhannya mengenai adanya tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain, karena keterangan
Anak Korban dalam persidangan tersebut hanya bersifat
tuduhan sepihak tanpa didasari dan dikuatkan dengan
bukti-bukti lainnya. Sedangkan dalam keterangan Anak,
telah secara jelas dan tegas menolak keterangan yang
disampaikan oleh Anak Korban terkait adanya tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain.
2. Adanya dalil bahwa telah jelas terbukti dan terungkap
dalam persidangan bahwa Anak telah memenuhi unsur-
unsur perbuatan tindak pidana yang diatur dalam Pasal
81 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2016
2
tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak Menjadi UU.
Bahwa sebagaimana yang terungkap di persidangan,
hanya keterangan Anak Korban saja yang ada
menyebutkan Anak telah melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, namun
keterangan ini secara tegas ditolak dan dibantah oleh
Anak sebagaimana yang terurai dalam Nota Pembelaan
(Pledoi) sebelumnya. Sedangkan keterangan dari saksi-
saksi yang lainnya tidak dapat pula membuktikan
adanya tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain, hal ini wajar saja terjadi karena
saksi-saksi yang dihadirkan oleh rekan JPU dalam
persidangan ini adalah saksi-saksi yang tidak
mendengar sendiri, tidak melihat sendiri, dan tidak
mengalami sendiri saat peristiwa itu terjadi.
3
lain yang telah dilakukan oleh Anak terhadap Anak
Korban.
Bahwa perlu kami tegaskan kepada Penuntut Umum, bukti
hasil visum et repertum yang digunakan sebagai alat
bukti tersebut hanyalah untuk menggambarkan ada
tidaknya perbuatan persetubuhan itu dilakukan.
Sedangkan untuk ada tidaknya tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain yang
telah dilakukan oleh Anak terhadap Anak Korban tidak
ada dibuktikan sama sekali dalam persidangan ini.
4
ketika Anak ada memutuskan hubungan pacarannya dengan
Anak Korban pada tanggal 7 Februari 2019. Fakta-fakta
ini sengaja diabaikan oleh Penuntut Umum hanya demi
membuktikan suatu tindak pidana yang sebenarnya
unsur-unsurnya tidak terpenuhi. Maka dengan demikian,
persolan apakah Anak melakukan tipu muslihat,
melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain tersebut menjadi tidak relevan;
5
muslihat, unsur serangkaian kebohongan atau unsur
membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau
dengan orang lain. Oleh karena itu, kami memandang bahwa
Anak harus dihindarkan dari penjatuhan sanksi pidana
yang disangkakan kepadanya.