Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Kadar NaOH Praktis Lebih Kecil dari Kadar Teoritis


2) Sifat Volatil HCl
Asam klorida adalah asam non-oksidasi yang menunjukan sifat pereduksi yang
lemah dan sering digunakan untuk dekomposisi matriks organik. Namun, demikian suatu
asam hidroklorat yang rendah mendidih membatasi efisiensi reaksinya (Mṻller et.al 2014).
HCl dapat melarutkan karbonat, phospat, borat, sulfat (kecuali barite) dan Oksida logam.
Kerugian oleh volatilisasi telah dilaporkan oleh pembentukan klorida yang mudah
menguap seperti As, Hg, Sb, Se dan dalam sistem terbuka (Mṻller et.al 2014). Dalam
larutan berair, asam HCl sangatlah kuat. Karena asam kuat, HCl akan memindahkan
protonnya ke pelarut, dengan kata lain kesetimbangan dalam HB + S ⇌ HS+ + B akan
menuju ke kanan. Berikut simulasinya:
HCl ⇌ Cl- + H+
H2O + H+ ⇌ H3O+ (Underwood, 1998)
Karena asam yang sangat kuat, HCl mudah menguap karena sifatnya yang sangat
reaktif. Sehingga kadanya berkurang dalam pelarut air, sehingga hal tersebut akan
menyebabkan galat, yaitu adanya perbedaan nilai antara kadar saat perhitungan dengan
kadar sebenarnya (Underwood, 1998). Nilai ke-volatilan HCl juga dapat dihitung nilainya.
Persen HCl yang volatil secara teori nilainya sama dengan persen error kadar praktis NaOH
dengan kadar teoritisnya. Menurut reaksi yang setara yaitu NaOH + HCl → NaCl + H2O.
Menurut Underwood (1998), titik ekuivalen reaksi di atas akan jatuh pada pH di
titik 7.00 . Dan karena perbandingan mol antara HCl dan NaOH sama menurut reaksi yang
setara. Sehingga persen HCl yang volatil secara teori nilainya sama dengan persen error
kadar praktis NaOH dengan kadar teoritisnya. Berikut perhitungannya :
Persen HCl volatil = Persen error kadar NaOH
[Kadar teoritis NaOH−Kadar Praktis NaOH]
= 𝑥100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑁𝑎𝑂𝐻
[7890−7240]𝑝𝑝𝑚
= 𝑥100%
7890 𝑝𝑝𝑚

= 8,23 %
Dari nilai persen HCl yang volatil menandakan bahwa kebutuhan HCl terhadap titrasi
NaOH berkurang, karena nilai jumlah HCl untuk titrasi sebanding dengan kadar NaOH
yang ada dalam zat titrasi. Karena HCl yang volatil sebanyak 8,23% , sehingga
menyebabkan kadar NaOH yang ditemukan nilainya lebih rendah dibandingkan nilai kadar
teoritisnya.

4.4 Kadar Praktis Na2CO3 Lebih Kecil Dibandingkan Kadar Teoritis


2) Sampel Na2CO3 yang terkontaminasi CO2
Natrium Hidroksida merupakan basa yang paling lazim digunakan dalam titrasi.
Kalium Hiroksida tidak menawarkan kelebihan atas Natrium Hidroksida dan lebih mahal.
Natrium Hidroksida selalu terkontaminasi oleh sejumlah kecil pengotor , yang paling serius
diantaranya adalah Natrium Karbonat. Ketika CO2 diserap oleh larutan Natrium
Hidroksida (Underwood, 1998). Berikut reaksinya :
CO2 + 2OH-  CO3- + H2O (Underwood, 1998)
Ion karbonat adalah basa, tetapi ion ini bergabung dengan ion hidrogen dalam dua
tahap :
CO32- + H3O+  HCO3- + H2O
HCO3- + H3O+  H2CO3 + H2O (Underwood, 1998)
Ketika sejumlah Na2CO3 terkontaminasi dengan CO2, menyebabkan jumlah
Na2CO3 tidaklah murni 100% tetapi kurang dari 100%. Sehingga saat Na2CO3 bereaksi
dengan HCl, menyebabkan jumlah kebutuhan HCl sebagai titran berkurang dari
seharusnya. Hal ini dikarenakan HCl yang bereaksi diganggu oleh kehadiran CO2,
menyebabkan kadar Na2CO3 yang bisa ditemukan kurang dari kadar seharusnya.

Gambar 4.3 Kurva titrasi NaOH dan Na2CO3 yang dititrasi dengan HCl

Dari grafik pada Underwood (1998) di atas dijelaskan hubungan antara kebutuhan
HCl yang dibutuhkan dengan kadar Na2CO3 yang nilainya sebanding satu sama lain.
Sehingga jika kadar Na2CO3 semakin tidak murni maka kebutuhan HCl yang diperlukan
juga kan berkurang, bergantung pada jumlah relatif dari kedua senyawa dalam sampel
(Underwood, 1998). Hal inilah yang menyebabkan kadar Na2CO3 yang ditemukan atau
kadar praktisnya kurang dari kadar teoritisnya.

Anda mungkin juga menyukai