Anda di halaman 1dari 85

KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 54 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011 – 2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional di bidang kesehatan, diarahkan


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud;
b. bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan bidang
kesehatan di Indonesia;
c. bahwa dalam rangka menghadapi era globalisasi, perlu adanya
rencana pengembangan tenaga kesehatan yang menyeluruh
yang disusun dengan semangat kemitraan yang melibatkan
seluruh komponen bangsa, baik pemerintah secara lintas
sektor di pusat dan daerah, masyarakat termasuk swasta,
akademisi, profesi, dan pemangku kepentingan lainnya;
d. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam
huruf c, perlu menetapkan Rencana Pengembangan Tenaga
Kesehatan Tahun 2011 – 2025 untuk mewujudkan sinergisme
dan upaya yang saling mendukung serta melengkapi antara
pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta yang memiliki
kepentingan terhadap pengembangan tenaga kesehatan dalam
semangat kemitraan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf, b, huruf c, dan huruf d, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat tentang Rencana Pengembangan Tenaga
Kesehatan Tahun 2011 – 2025;

Mengingat: …
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3890);
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4279);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4301);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4456);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang …
-3-

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5256);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3637);
13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah, dengan Peraturan Presiden Nomor
91 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;
14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN


RAKYAT TENTANG RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA
KESEHATAN TAHUN 2011 - 2025.

PERTAMA : Menetapkan Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun


2011–2025 sebagaimana tercantum dalam Lampiran keputusan
ini, merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari keputusan ini.

KEDUA: …
-4-

KEDUA : Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011–2025


sebagaimana dimaksud pada Diktum PERTAMA merupakan
pedoman pelaksanaan pengembangan tenaga kesehatan tahun
2011-2025 bagi seluruh pemangku kepentingan.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 September 2013

MENTERI KOORDINATOR
BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUNG LAKSONO

Salinan sesuai dengan aslinya


Sekretaris Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat

ttd.

Sugihartatmo
DAFTAR ISI
LAMPIRAN RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2011 - 2025

BAB HALAMAN

I. PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN 3
C. RUANG LINGKUP DAN BATASAN 3
D. KERANGKA PIKIR 4
6
II. PERKEMBANGAN DAN MASALAH
A. KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN 6
B. PERKEMBANGAN DAN MASALAH PEMBANGUNAN 7
KESEHATAN
C. PERKEMBANGAN DAN MASALAH 11
PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
D. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN TENAGA 22
KESEHATAN
25
III. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN STRATEGI
A. VISI 25
B. MISI 25
C. TUJUAN 26
D. SASARAN STRATEGIS 26
E. STRATEGI 27
31
IV. RENCANA KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN
A. KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN 31
BERDASARKAN RASIO TENAGA KESEHATAN
TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH
PENDUDUK
B. KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN 32
BERDASARKAN STANDAR TENAGA KESEHATAN
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
C. PERMINTAAN TENAGA KESEHATAN DARI LUAR 42
NEGERI
D. KETERKAITAN ANTARA PERHITUNGAN 43
KEBUTUHAN DAN PENGADAAN/PENDIDIKAN
TENAGA KESEHATAN JANGKA PANJANG

V. RENCANA …
-2-

48
V. RENCANA PENGADAAN/PENDIDIKAN TENAGA
KESEHATAN
A. PENYESUAIAN KAPASITAS PENDIDIKAN TENAGA 48
KESEHATAN
B. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TENAGA 50
KESEHATAN
52
VI. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN
A. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI 52
DALAM NEGERI
B. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI LUAR 60
NEGERI
61
VII. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MUTU TENAGA
KESEHATAN
A. PEMBINAAN TENAGA KESEHATAN 61
B. PENGAWASAN MUTU TENAGA KESEHATAN 62
64
VIII. PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN TENAGA
KESEHATAN
A. PROSES PENYELENGGARAAN RENCANA 64
PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
B. PENYELENGGARAAN RENCANA PENGEMBANGAN 67
TENAGA KESEHATAN
C. KERJASAMA INTERNASIONAL 70
D. SUMBER DAYA PENGEMBANGAN TENAGA 71
KESEHATAN
72
IX. KEBUTUHAN PEMBIAYAAN
A. PEMBIAYAAN UNTUK PENDAYAGUNAAN TENAGA 72
KESEHATAN
B. PEMBIAYAAN UNTUK PENGADAAN/PENDIDIKAN 74
TENAGA KESEHATAN
C. BIAYA MANAJEMEN/PENGELOLAAN 77
PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN
78
X. PENUTUP
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 54 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN
2011 - 2025

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah


merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemerintah berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya
mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian
kesehatan selain sebagai hak asasi manusia, kesehatan juga merupakan
suatu investasi.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025,


dinyatakan bahwa dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar
utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Indonesia. Dalam RPJPN, dinyatakan pula pembangunan nasional di
bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

diselenggarakan …
-2-

diselenggarakan dengan didasarkan kepada perikemanusiaan, pemberdayaan


dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus kepada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi,
anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi/IPTEK, serta globalisasi dan demokratisasi
dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.

Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang


bermutu dan berkeadilan, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah mengatur adanya jaminan sosial
termasuk kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia
(universal health coverage). Guna mengatur pelaksanaannya, telah
diberlakukan pula Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Untuk mendukung pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional, maka diperlukan langkah-langkah dalam (1)
Penyiapan Regulasi, (2) Paket Manfaat Dasar, (3) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan termasuk SDM, serta (4) Kelembagaan.

Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci


utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyatakan bahwa tenaga kesehatan
memberikan kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan
kesehatan. Dalam laporan WHO tahun 2006, Indonesia termasuk salah satu
dari 57 negara di dunia yang menghadapi krisis SDM Kesehatan, baik
jumlahnya yang kurang maupun distribusinya.

Guna mengatasi krisis termaksud, dan menghadapi era globalisasi, sangat


diperlukan adanya suatu Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan (RPTK)
yang menyeluruh. RPTK Tahun 2011 – 2025 disusun dengan semangat
kemitraan yang melibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah
secara lintas sektor di pusat dan daerah, masyarakat termasuk swasta,
akademisi, profesi, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam penyusunan
RPTK ini telah memperoleh pula masukan dari berbagai forum internasional
yang membahas SDM Kesehatan.

Di era …
-3-

Di era globalisasi, berarti terbukanya negara-negara di dunia bagi produk-


produk baik barang maupun jasa yang datang dari negara manapun dan
harus dihadapi. Di bidang kesehatan, Indonesia mengupayakan dalam
kepentingan perdagangan internasional jasa melalui World Trade Organization
(WTO), China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA), ASEAN Framework
Agreement on Services (AFAS) dan perjanjian bilateral, serta “ASEAN
Community 2015”. Salah satu modal dalam pasokan perdagangan jasa
internasional adalah migrasi SDM. Dalam hubungan ini, melalui Sidang
Umum Kesehatan Sedunia Tahun 2010, WHO telah mengadopsi Global Code of
Practice on the International Recruitment of
Health Personnel. Walaupun bersifat sukarela, Indonesia sebagai negara
anggota WHO, perlu ikut mendukung dan melaksanakan prinsip-prinsip dan
rekomendasi Global Code dalam migrasi internasional tenaga kesehatan.
Semua ini perlu dapat diakomodasikan dalam RPTK.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


RPTK Tahun 2011 - 2025 merupakan rencana jangka panjang dengan
maksud menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan secara komprehensif dan
menyeluruh.
Tujuan RPTK Tahun 2011 - 2025 adalah untuk mewujudkan sinergisme dan
upaya yang saling mendukung serta melengkapi antara pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta yang memiliki kepentingan terhadap
pengembangan tenaga kesehatan dalam semangat kemitraan.

C. RUANG LINGKUP DAN BATASAN.


Pengembangan tenaga kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan/pendidikan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan di Indonesia dewasa ini sangat banyak jenisnya. Dalam
RPTK ini, tenaga kesehatan dibatasi pada 13 (tiga-belas) jenis tenaga,
yaitu dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi,
apoteker, asisten apoteker, sanitarian, tenaga gizi, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis.

D. KERANGKA …
-4-

D. KERANGKA PIKIR

Dalam penyusunan RPTK ini dipergunakan pendekatan perencanaan dan


pelaksanaan yang diawali dengan analisis situasi baik tentang perkembangan
dan masalah dalam pembangunan kesehatan, maupun dalam upaya
pengembangan tenaga kesehatan. Analisis situasi menghasilkan isu strategis
atau masalah pokok yang dihadapi dewasa ini maupun ke depan dalam
pengembangan tenaga kesehatan. Hasil analisis situasi selanjutnya
dipergunakan dalam tahap perencanaan, baik perencanaan kebijakan maupun
perencanaan program. Unsur atau upaya pokok dalam pengembangan tenaga
kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan, pendidikan/pengadaan,
pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan.

Agar RPTK ini dapat dilaksanakan secara berhasil-guna dan berdaya-guna,


perlu pula disusun pokok-pokok penyelenggaraannya. Dalam pelaksanaan
pengembangan tenaga kesehatan sangat penting adanya kemitraan antar
semua pemangku kepentingan, agar terwujud sinergi dalam penyelenggaraan
pengembangan tenaga kesehatan dalam upaya mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan termaksud adalah tersedianya tenaga kesehatan yang
mencukupi, baik dalam jumlah, jenis, maupun mutunya, serta terdistribusi
sesuai kebutuhan pembangunan dan pelayanan kesehatan.

Dalam pelaksanaan RPTK ini perlu pula dilakukan pemantauan dan penilaian
secara periodik, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk perbaikan
pelaksanaannya, maupun dalam melakukan tinjauan kembali terhadap
rencana termaksud (“re-planning”). Tinjauan terhadap rencana yang ada
dipandang perlu,mengingat RPTK ini merupakan rencana yang berjangka
panjang sampai tahun 2025.

Meningkatnya jumlah, jenis dan mutu tenaga kesehatan yang terdistribusi


secara merata akan meningkatkan akses penduduk terhadap tenaga
kesehatan, yang akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, pengembangan tenaga kesehatan juga dipengaruhi


oleh beberapa komponen sistem kesehatan lainnya dan lingkungan strategis
lainnya seperti politik, ekonomi, sosial budaya, Hankam, geografi dan
demografi.

Secara …
-5-

Secara skematis, kerangka pikir yang dipergunakan dalam penyusunan


Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan, seperti terlihat dalam skema di
bawah ini:

Komponen Sistem Lingkungan


Kesehatan Yang Strategis: Politik,
Berpengaruh Ekonomi, Sosial
Terhadap Budaya, Hankam,
Pengelolaan Tenaga Geografi, Demografi
Kesehatan
-6-

II. PERKEMBANGAN DAN MASALAH

A. KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN

Geografi dan Demografi

Indonesia terletak di khatulistiwa diantara Benua Asia dan Benua Australia


dan diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia berbatasan
dengan Papua Nugini, Timor Leste, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei
Darussalam, Filipina dan Australia. Indonesia terdiri dari 17.508 pulau dan
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia terbentang
sepanjang 5.120 km dari timur ke barat dan 1.760 km dari utara ke selatan.

Indonesia merupakan negara nomor empat berpenduduk terbanyak di dunia


setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2010 adalah sebanyak 237 juta jiwa (BPS, 2010) dengan rata-rata
pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,49%. Diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 247,6 juta jiwa, tahun 2019
sebanyak 257,5 juta jiwa dan tahun 2025 sebanyak 270,5 juta jiwa
(BAPPENAS, 2005). Indonesia juga terdiri dari beberapa suku bangsa, budaya,
bahasa dan dialek.

Iklim

Indonesia memiliki 2 (dua) iklim yaitu iklim kemarau dan penghujan. Hujan
terjadi dibulan Oktober sampai Februari dan kemarau terjadi dibulan Maret
sampai September. Kondisi iklim di Indonesia sejak tahun 1991 mulai terjadi
penyimpangan. Hal ini disebabkan pemanasan global. Berbagai prediksi cuaca
yang sebelumnya dapat dilakukan saat ini sering gagal. Anomali cuaca dan
iklim hampir selalu dikaitkan dengan terjadinya bencana alam banjir dan
kekeringan panjang sering terjadi di wilayah Indonesia. Cuaca dan iklim yang
ditambah dengan kondisi geografi dan demografi di Indonesia mempengaruhi
akses antar pulau.

Politik

Indonesia adalah negara republik dipimpin oleh presiden dan wakil presiden
yang dipilih langsung oleh rakyat setiap lima tahun sekali. Demikian pula

untuk …
-7-

untuk pemilihan gubernur dan bupati/walikota. Oleh karena itu, Indonesia


merupakan negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dan sudah
menerapkan sistem desentralisasi sejak tahun 1999. Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensial dan multi partai. Anggota
perwakilan rakyat juga dipilih langsung oleh rakyat.

Perkembangan Ekonomi

Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998. Tetapi sejak tahun
2004, ekonomi nasional telah membaik dan mengalami pertumbuhan yang
cukup cepat. Dewasa ini, ekonomi makro di Indonesia cukup stabil, dan
produk domestik bruto (PDB/GDP) per kapita telah menunjukkan peningkatan
dimana pada tahun 2004 sebesar Rp 10.610.060,9 menjadi Rp 24.261.805,2
pada tahun 2009.

B. PERKEMBANGAN DAN MASALAH PEMBANGUNAN KESEHATAN


Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan secara sistematis dan
berkesinambungan telah menunjukkan perbaikan berbagai indikator
kesehatan masyarakat. Namun demikian, upaya percepatan pencapaian
indikator kesehatan dalam lingkungan strategis baru, harus terus diupayakan
dengan menyelenggarakan pembangunan kesehatan sesuai dengan Sistem
Kesehatan Nasional.

1. Status Kesehatan
Dalam pencapaian target MDG’s diperkirakan Indonesia dapat
mencapainya bahkan melampauinya. Namun masih ada beberapa target
MDG’s yang kemungkinan besar tidak dapat dicapai, yaitu upaya
penurunan angka kematian maternal dan angka kesakitan HIV/AIDS.

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan


telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kinerja sistem
kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan
dengan peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan angka kematian
bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka kematian ibu (AKI) juga

mengalami ...
-8-

mengalami penurunan dari 318 per 100.0000 kelahiran hidup pada tahun
1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Sejalan
dengan penurunan angka kematian bayi, umur harapan hidup (UHH)
meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada
tahun 2007. Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan
gizi pada balita dari 29,5% pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar
18,4% pada tahun 2007 menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
(Riskesdas 2007), dan 17,9% pada tahun 2010 (Riskesdas 2010).

Berdasarkan data yang ada dapat dikemukakan bahwa angka kematian


anak balita di Indonesia sebesar 41 per 1.000 pada tahun 2010, prevalensi
HIV/AIDS sebesar 8,66 per 1.000 pada tahun 2009, penduduk yang
memiliki akses terhadap air minum yang aman sebesar 52% pada tahun
2010 (dan penduduk yang memiliki akses terhadap sarana sanitasi yang
memenuhi syarat sebesar 80% pada tahun 2010 (WHO, Kemenkes RI,
2011).

Angka penyakit kardio vaskuler 30 % dari angka kematian nasional,


penyakit diare 21% dari angka kesakitan nasional, ini merupakan indikasi
adanya beban ganda dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Dan saat ini telah dikembangkan strategi nasional Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular yang disesuaikan dengan kondisi global dan
regional. Adapun tiga komponen yang terintegrasi adalah: surveilans faktor
resiko, promosi kesehatan dan reformasi pelayanan kesehatan.

Penyakit yang menjadi penyebab utama kesakitan di Indonesia pada tahun


2010 adalah diare dan gastroenteritis, diikuti oleh penyakit demam
berdarah. Sedangkan penyebab utama kematian adalah penyakit
kardiovaskuler yang diikuti oleh penyakit dan gizi pada maternal dan
perinatal. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat penyebab utama kesakitan dan
kematian di Indonesia.

Tabel 2.1. …
-9-

Table 2.1.
Penyebab Utama Kesakitan Dan Kematian di Indonesia Tahun 2010

PENYEBAB UTAMA PENYEBAB UTAMA


(%) (%)
KESAKITAN KEMATIAN
Diare dan gastroenteritis 21% Penyakit kardio 30%
vaskuler
Demam Berdarah 17% Penyakit dan gizi pada 28%
maternal, perinatal
Tiphus 12.3% Kanker 13%
Masalah kehamilan 12% Penyakit tidak 10%
menular lainnya
Penyakit pencernaan 7.4% Kecelakaan 9%
Kecelakaan 6.5% Infeksi Pernafasan 7%
Hipertensi 5.9% Diabetes 3%

Sumber: Kemenkes, 2011dan WHO, 2011

2. Pelayanan Kesehatan

Sejak tahun 1968 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai


pelayanan kesehatan terdepan di setiap kecamatan dibantu oleh beberapa
Puskesmas Pembantu, dengan rasio satu Puskesmas untuk 30.000
penduduk. Berdasarkan data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun
2011, jumlah Puskesmas sebanyak 9.188 (Kemenkes, 2011). Untuk
meningkatkan akses pelayanan kesehatan maka sejak tahun 2006, di
bentuk Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dengan
pendekatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di 70.000 desa
di seluruh Indonesia. Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dasar
yang menyeluruh baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Rumah Sakit (RS) terdapat di tingkat kabupaten/kota dan provinsi yang
diklasifikasikan menjadi RS Umum dan RS Khusus yang diatur
berdasarkan Undang-Undang dan peraturan Menteri Kesehatan, sebagai
fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan rujukan.

Pada …
- 10 -

Pada tahun 2010, terdapat sebanyak 1.765 (Kemenkes, 2010), baik milik
Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah, TNI dan Polri, serta milik
swasta/BUMN.
Dalam rangka mencapai Jaminan Kesehatan Nasional yang akan dimulai
pada 1 Januari 2014, maka jumlah fasilitas pelayanan kesehatan beserta
sumber dayanya perlu ditingkatkan agar pelayanan kesehatan yang
bermutu dan berkeadilan dapat diakses oleh masyarakat dimanapun
berada di seluruh Indonesia.

3. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan berasal dari beberapa sumber baik dari pemerintah
maupun masyarakat termasuk swasta. Biaya kesehatan per kapita di
Indonesia pada tahun 2005 sebesar USD 78, pada tahun 2006 sebesar USD
87 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi USD 99. Sejak tahun 2005,
Indonesia menetapkan Asuransi Kesehatan bagi masyarakat miskin
(Askeskin) yang kemudian menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) pada tahun 2008 dengan jumlah sasaran penduduk miskin
sebanyak 76,4 juta jiwa. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun
2010 sekitar 59,07% penduduk Indonesia sudah dilindungi oleh asuransi
kesehatan. Dari penduduk yang telah terlindungi asuransi tersebut terdiri
dari 57,8% Jamkesmas, 20,8% Jamkesda, 12,4% Askes PNS/TNI/POLRI,
3,3% Jamsostek, dan 5,6% asuransi swasta dan lainnya (WHO, Kemenkes
RI, 2011).
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN disebutkan
bahwa tantangan pembangunan bidang kesehatan jangka panjang yang
dihadapi antara lain adalah mengurangi kesenjangan status kesehatan
masyarakat dan akses terhadap pelayanan kesehatan antar wilayah,
tingkat sosial ekonomi, dan gender; meningkatkan jumlah dan penyebaran
tenaga kesehatan yang kurang memadai; meningkatkan akses terhadap
fasilitas kesehatan; dan mengurangi beban ganda penyakit yaitu pola
penyakit yang diderita oleh sebagian besar masyarakat adalah penyakit
infeksi menular, namun pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan
penyakit tidak menular serta meningkatnya penyalahgunaan narkotik dan
obat-obat terlarang.

Dalam ...
- 11 -

Dalam kaitannya dengan tantangan tersebut di atas dan mengantisipasi


pelaksanaan SKN sebagai pengelolaan kesehatan, isu satrategis yang
dihadapi pembangunan kesehatan dewasa ini dan dimasa depan adalah: (1)
Dalam perubahan epidemiologis dan demografi, tampak derajat kesehatan
masyarakat pada umumnya masih rendah; (2) Mutu, pemerataan dan
keterjangkauan upaya kesehatan belum optimal. Perhatian pada
masyarakat miskin, rentan, dan beresiko tinggi masih kurang memadai; (3)
Penelitian dan pengembangan kesehatan belum sepenuhnya menunjang
pembangunan kesehatan; (4) Penggalian pembiayaan masih terbatas dan
pengalokasian serta pembelanjaan pembiayaan kesehatan masih kurang
tepat; (5) Pemerataan dan mutu SDM Kesehatan belum sepenuhnya
menunjang penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan mutu SDM
Kesehatan pada umumnya masih terbatas kemampuannya; (6)
Ketersediaan, keamanan, manfaat, dan mutu sumber daya obat, serta
keterjangkauan, pemerataan, dan mudahnya diakses masyarakat,
umumnya masih kurang; (7) Manajemen/administrasi, informasi, dan
hukum kesehatan masih kurang memadai; 8) Pemberdayaan masyarakat
dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta pengawasan sosial
dalam pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan; dan 9)
Berbagai lingkungan strategis yang terkait masih kurang mendukung
pembangunan kesehatan.

C. PERKEMBANGAN DAN MASALAH PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN.

1. Keadaan Tenaga Kesehatan.


Pengembangan SDM merupakan salah satu prioritas dari 8 (delapan) fokus
prioritas pembangunan kesehatan dalam kurun waktu 2010 – 2014.
Penetapan pengembangan SDM Kesehatan sebagai salah satu prioritas
adalah karena Indonesia masih menghadapi masalah tenaga kesehatan,
baik jumlah, jenis, kualitas maupun distribusinya.
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target
yang ditetapkan sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun 2008,
rasio tenaga kesehatan untuk dokter spesialis per 100.000 penduduk
adalah sebesar 7,73 dibanding target 9; dokter umum 26,3 dibanding target
30; dokter gigi 7,7 dibanding target 11.
Dari …
- 12 -

Dari pendataan tenaga kesehatan pada tahun 2010, ketersediaan tenaga


kesehatan di rumah sakit milik pemerintah (Kementerian Kesehatan dan
Pemerintah Daerah), telah tersedia 7.336 dokter spesialis, 6.180 dokter
umum, 1.660 dokter gigi, 68.835 perawat/bidan, 2.787 S-1
farmasi/apoteker, 1.656 asisten apoteker, 1.956 tenaga kesehatan
masyarakat, 4.221 sanitarian, 2.703 tenaga gizi, 1.598 tenaga keterapian
fisik, dan 6.680 tenaga keteknisian medis.
Dengan memperhatikan standar ketenagaan rumah sakit yang berlaku,
maka pada tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di
rumah sakit milik pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Pemerintah
Daerah), sejumlah 2.098 dokter spesialis, 902 dokter umum, 443 dokter
gigi, 6.677 perawat/bidan, 84 orang S-1 farmasi/apoteker, 979 asisten
apoteker, 149 tenaga kesehatan masyarakat, 243 sanitarian, 194 tenaga
gizi, 800 tenaga keterapian fisik, dan 2.654 tenaga keteknisian medis.
Dengan demikian kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit akan lebih
besar lagi bila dihitung kebutuhan tenaga kesehatan di RS milik
kementerian teknis lainnya, Rumah Sakit/Lembaga Kesehatan TNI dan
POLRI serta Rumah Sakit Swasta.

Tabel 2.2.
Ketersediaan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan di RS Milik Kemenkes dan
Pemda pada tahun 2010

NO JENIS TENAGA KETERSEDIAAN KEKURANGAN


1 Dokter spesialis 7.336 2.098
2 Dokter umum 6.180 902
3 Dokter gigi 1.660 443
4 Perawat/Bidan 68.835 6.677
5 Farmasi 2.787 84
6 Asisten apoteker 1.656 979
7 SKM 1.956 149
8 Sanitarian 4.221 243
9 Gizi 2.703 194
10 Keterapian fisik 1.598 800
11 Keteknisian medic 6.680 2.654

Sumber: Diolah dari data Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes tahun 2011.
- 13 -

Sedangkan di Puskemas pada tahun 2010 telah tersedia 14.840 dokter


umum, 6.125 dokter gigi, 78.675 perawat, 7.704 perawat gigi, 83.000
bidan, 6.351 orang S-1 farmasi/apoteker, 8.601 asisten apoteker, 1.356
tenaga kesehatan masyarakat, 6.031 sanitarian, 7.547 tenaga gizi, dan
2.609 tenaga keteknisian medis. Pada tahun yang sama, di Puskesmas di
Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) telah tersedia tenaga
kesehatan sebanyak 130 dokter umum, 42 dokter gigi, 955 perawat, 53
perawat gigi, 496 bidan, 60 asisten apoteker, 54 tenaga kesehatan
masyarakat, 76 sanitarian, 67 tenaga gizi, dan 54 tenaga keteknisian
medis.
Dengan memperhatikan standar ketenagaan Puskesmas yang berlaku,
maka pada tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di
Puskesmas, sejumlah 149 dokter umum, 2.093 dokter gigi, 280 perawat
gigi, 21.797 bidan, 5.045 asisten apoteker, 13.019 tenaga kesehatan
masyarakat, 472 sanitarian, 303 tenaga gizi, dan 5.771 tenaga keteknisian
medis.

Tabel 2.3.
Ketersediaan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Tahun 2010

NO JENIS TENAGA KETERSEDIAAN KEKURANGAN


1 Dokter umum 14.840 149
2 Dokter gigi 6.125 2.093
3 Perawat 78.675 -
4 Perawat gigi 7.704 280
5 Bidan 83.000 21.797
6 Farmasi 6.351 -
7 Asisten apoteker 8.601 5.045
8 SKM 1.356 13.019
9 Sanitarian 6.031 472
10 Gizi 7.547 303
11 Keteknisan medic 2.609 5.771

Sumber: Diolah dari data Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes tahun 2011.

Sedangkan …
- 14 -

Sedangkan untuk Puskesmas DTPK juga masih dihadapi kekurangan


tenaga kesehatan sejumlah 64 dokter umum, 59 dokter gigi, 48 perawat
gigi, 35 asisten apoteker, 249 tenaga kesehatan masyarakat, 25 sanitarian,
34 tenaga gizi, dan 47 tenaga keteknisian medis.
Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan untuk daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan kepulauan tahun demi tahun diupayakan untuk
ditingkatkan, namun belum dapat mencapai harapan.

Tabel 2.4.
Ketersediaan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan di Puskesmas di DTPK
Tahun 2010

NO JENIS TENAGA KETERSEDIAAN KEKURANGAN


1 Dokter umum 130 64
2 Dokter gigi 42 59
3 Perawat 955 -
4 Perawat gigi 53 48
5 Bidan 493 -
6 Asisten apoteker 60 41
7 SKM 54 57
8 Sanitarian 76 25
9 Gizi 67 34
10 Keteknisan medic 54 47

2. Pengadaan/Pendidikan Tenaga Kesehatan.


Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan adalah untuk
membentuk keahlian dan keterampilan tenaga kesehatan di bidang-bidang
teknologi yang strategis serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan
keahlian sebagai akibat kemajuan teknologi. Pengembangan sistem
pendidikan tenaga kesehatan tidak terlepas dari sistem pendidikan
nasional.
Pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab
Kementerian Pendidikan Nasional, namun pembinaan teknis pendidikan
tenaga kesehatan merupakan kewenangan Kementerian Kesehatan. Dalam
upaya pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan, maka perlu

perpaduan …
- 15 -

perpaduan antara Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian


Kesehatan …
Kesehatan. Pada era otonomi daerah diterbitkan beberapa peraturan antara
lain, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) No. 234 Tahun
2000 tentang Pedoman Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Kesehatan
(Menkes) No. 1192 Tahun 2004 tentang Pendirian Program Studi Diploma
Bidang Kesehatan dapat diselenggarakan berdasarkan ijin dari Mendiknas
setelah mendapat rekomendasi dari Menkes.
Perkembangan institusi pendidikan tenaga kesehatan cukup tinggi berkisar
antara 15%-18% selama kurun waktu 5 tahun. Jenjang pendidikan yang
pesat pertumbuhannya adalah jenjang pendidikan D3 dan S1. Berikut ini
adalah perkembangan program studi di bidang kesehatan dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2008.

Grafik 2.1
Perkembangan Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Jenjang Pendidikan`Tahun 2004 – 2008
2500

2000

1500

1000 Sp-2
Sp-1
500
S3
0
2004 2005 2006 2007 2008 S2
Sp-2 0 0 0 0 1 Profesi
Sp-1 172 178 185 198 204 S1
S3 19 19 19 22 23 D4
S2 60 67 72 86 94
D3
Profesi 46 46 50 51 96
D1
S1 359 412 467 551 609
D4 12 19 29 34 50
D3 420 545 684 822 955
D1 1 0 0 0 0

Sumber: Ditjen Dikti, Kementerian Diknas,2009

Berdasarkan …
- 16 -

Berdasarkan data Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED)


tahun 2010, diketahui bahwa program studi bidan merupakan yang
terbanyak dibandingkan program studi tenaga kesehatan lainnya. Kondisi
tersebut didorong oleh adanya kebijakan pemerintah tentang penempatan
bidan pada setiap desa dalam kerangka Desa Siaga. Hal ini dapat dilihat
dalam Tabel 2.5 berikut ini:

Tabel 2.5.
Gambaran Bidang dan Jenjang Pendidikan
Tenaga Kesehatan Tahun 2010

Jenjang Pendidikan

No Bidang D3
/D S1 S2 S3 Profesi Spesialis
4
1 Kedokteran - 71 22 11 35 212
Kedokteran
2 8 25 6 2 12 10
gigi
3 Keperawatan 288 308 3 1 0 1
4 Kebidanan 748 2 1 0 0 0
5 Kefarmasian 52 51 8 2 22 0
6 Kegizian 3 24 1 3 0 0
Kesehatan
7 0 143 24 2 1 0
Masyarakat

Sumber: EPSBED, 2010

Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini masih belum
memenuhi standar kualitas pendidikan. Berdasarkan data yang ada, 67%
institusi pendidikan tenaga kesehatan belum terakreditasi. Bahkan
institusi pendidikan untuk perawat mencapai 82% institusi yang belum
terakreditasi. Pendirian institusi pendidikan tenaga kesehatan yang belum
terencana sesuai dengan standar mutu dapat berdampak terhadap tidak
terpenuhinya kompetensi tenaga kesehatan. Pada Tabel 2.6 di bawah ini
dapat dilihat jumlah institusi pendidikan (program studi) tenaga kesehatan
yang sudah terakreditasi.

Tabel 2.6.
- 17 -

Tabel 2.6.
Jumlah Institusi Pendidikan (Program Studi)
Tenaga Kesehatan Yang Telah Terakreditasi Tahun 2009

Jumlah %
Institusi Institusi
Instutitusi Jumlah Pendi- Pendi-
No Pendidikan Institusi Akredi Akredi Akredi dikan dikan
(Prodi) (Prodi) tasi A tasi B tasi C (Prodi) (Prodi)
Terakre- Terakre
ditasi -ditasi
1 Dokter 71 16 19 11 46 64,8
2 Dokter Gigi 25 6 6 2 14 56
3 Apoteker*) 61 13 13 22 48 21,3
Perawat
4 288 0 11 39 50 17,4
D3
5 Bidan D3 617 28 133 53 214 34,7
Farmasi
6 62 0 1 3 4 6,5
D3
7 Gizi D3 6 1 0 2 3 50
JUMLAH 1.069 51 180 120 351 32,8

Catatan : - Diolah dari data BANPT dan Pusdiknakes, 2009


*) Sumber data Apoteker: Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi
Indonesia (APTFI), 2010

3. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok


Kesehatan, menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam
pemerataan tenaga kesehatan. Selanjutnya dalam beberapa tahun
kemudian, tenaga kesehatan melaksanakan wajib kerja sarjana sesuai
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana. Pada

masa …
- 18 -

masa itu semua tenaga kesehatan, utamanya dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, sanitarian, dan ahli gizi diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil Pusat
(PNS Pusat) dan ditempatkan untuk jangka waktu tertentu (antara 2
sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat kesulitan daerah penempatan) ke
daerah yang memerlukan sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 1974.

Dalam perkembangan selanjutnya, ditetapkan Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mencabut Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana. Sebelum ditetapkan
Undang-Undang tersebut, karena situasi dan kondisi tertentu telah
ditetapkan Peraturan Menkes Nomor 1540/Menkes/Per/XII/2002 tentang
Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain. Dengan
kebijakan ini, program penempatan dokter dan dokter gigi sebagai Pegawai
Tidak Tetap (PTT) yang semula bersifat wajib menjadi sukarela.

Di satu sisi, kebijakan tersebut di atas mencerminkan penghargaan


pemerintah terhadap Hak Asasi Manusia para tenaga kesehatan. Namun
disisi lain, Hak Asasi Manusia bagi rakyat terutama di DTPK dan daerah-
daerah yang tidak diminati menjadi terabaikan. Hal ini bertentangan
dengan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 4 yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan dan pasal 5
menyatakan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

Tenaga kesehatan dapat didayagunakan di: (1) Instansi pemerintah baik


pusat maupun daerah termasuk TNI dan POLRI, (2) Sektor pelayanan
kesehatan swasta, (3) Sektor non pelayanan kesehatan termasuk industri,
pendidikan dan penelitian baik pemerintah maupun swasta, dan (4) di luar
negeri sebagai Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia (TKKI).

Tenaga kesehatan yang didayagunakan di instansi pemerintah, utamanya


di sektor kesehatan dapat diangkat melalui: 1) formasi PNS baik pusat
maupun daerah; 2) Pegawai Tidak Tetap (PTT) pusat maupun daerah; 3)
penugasan khusus baik residen maupun tenaga D3-Kesehatan, terutama
untuk daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan.

Berikut …
- 19 -

Berikut adalah grafik perkembangan pengangkatan tenaga kesehatan


melalui formasi PNS Pusat tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

Grafik 2.2.
Pengangkatan PNS Pusat untuk pengisian
Kebutuhan Tenaga Kesehatan Milik Kementerian Kesehatan
Tahun 2005 – 2009
3500

3000
Non Kesehatan
2500
Tenaga Keteknisian Medis
Tenaga Keterapian Fisik
2000
Tenaga Gizi
1500 Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kefarmasian
1000
Tenaga Keperawatan
Tenaga Medis
500

0
2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Biro Kepegawaian Setjen, Kemenkes, 2009

Berdasarkan data tersebut, terjadi fluktuasi jumlah PNS pusat yang


diangkat pada institusi milik Kementerian Kesehatan. Hal tersebut
kemungkinan merupakan implikasi dari Peraturan Pemerintah No. 48
Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi PNS. Formasi
PNS yang tersedia diutamakan untuk pengangkatan tenaga honorer yang
telah memenuhi syarat, sehingga nampak bahwa mayoritas tenaga yang
diangkat sebagai PNS adalah justru tenaga non kesehatan.

Pengangkatan tenaga kesehatan melalui formasi PTT pusat tahun 2005


sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat dalam grafik berikut:

Grafik 2.3. …
- 20 -

Grafik 2.3.
Pengangkatan Tenaga Kesehatan Melalui PTT Pusat
Tahun 2005 – 2010

16.000
14.000
12.000
10.000
Dokter
8.000
Dokter Gigi
6.000
Bidan
4.000
2.000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Biro Kepegawaian Setjen, Kemenkes, 2010.

Pendayagunaan tenaga kesehatan melalui penugasan khusus untuk DTPK


tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat dalam Grafik 2.4
berikut:

Grafik 2.4.
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan di DTPK
Tahun 2006 – 2010

800
Tenaga Kesehatan Lain
700
600 Sanitarian
500
400 Analis
300
200 Gizi
100
Perawat
0
2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Badan PPSDMK Kemenkes, 2010

Penugasan …
- 21 -

Penugasan khusus tenaga kesehatan ke DTPK dimulai tahun 2006


merupakan uji coba sampai dengan tahun 2007. Pada tahun 2008,
penugasan khusus tenaga kesehatan selain dokter spesialis/residen senior
ke DTPK tidak dilaksanakan disebabkan kurangnya dukungan anggaran.
Secara bertahap pada tahun 2009 dan tahun 2010, penugasan khusus
tenaga kesehatan dilaksanakan dan ditingkatkan target pencapaiannya.
Rekrutmen tenaga dokter dan bidan untuk penugasan khusus ditiadakan
namun diakomodasikan dalam penugasan PTT.

4. Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan.

Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga dokter dan dokter gigi telah
diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Sebagai implementasi dari Undang-Undang tersebut, pada
tahun 2005 telah dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia. Konsil Kedokteran
Indonesia telah melaksanakan registrasi tenaga dokter dan dokter gigi,
dengan menerbitkan Surat Tanda Registrasi (STR). STR dapat diterbitkan
setelah dokter dan dokter gigi mengikuti dan dinyatakan lulus dalam uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh kolegium kedokteran dan kedokteran
gigi. Berdasarkan STR, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
menerbitkan Surat Izin Praktik (SIP). Untuk menjamin mutu pelayanan
kedokteran/kedokteran gigi, seorang dokter/dokter gigi, hanya
diperbolehkan praktik maksimal di 3 (tiga) tempat.

Untuk tenaga kesehatan lainnya, pada tahun 2011 telah dibentuk Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), yang melaksanakan registrasi bagi
tenaga kesehatan non dokter/dokter gigi. Guna kelancaran tugas MTKI,
seluruh provinsi sudah mempunyai Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi
(MTKP). Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Izin Kerja (SIK), dapat diterbitkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah tenaga kesehatan
mempunyai STR.

Untuk meningkatkan dan menjamin mutu tenaga kefarmasian dalam


melaksanakan pekerjaannya, telah dibentuk Komite Farmasi Nasional

(KFN) …
- 22 -

(KFN) yang mempunyai tugas melaksanakan registrasi, sertifikasi,


pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pembinaan dan pengawasan
apoteker.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa rumah sakit swasta telah
mempekerjakan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TK-WNA). Sesuai
peraturan dan ketentuan yang berlaku, penggunaan TK-WNA
diperbolehkan sebagai pemberi pelayanan dan pemberi pelatihan dalam
rangka alih teknologi dan ilmu pengetahuan. TK-WNA hanya dapat bekerja
di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu atas permintaan pengguna TK-
WNA dan dilarang berpraktik secara mandiri, termasuk dalam rangka kerja
sosial.

Namun pada kenyataannya di lapangan, dijumpai TK-WNA juga berpraktek


secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada
pasien. Dalam hubungan ini, pembinaan dan pengawasan tenaga
kesehatan belum berjalan dengan semestinya.

Ke depan sejalan dengan berlakunya pasar bebas, migrasi TK-WNA ke


Indonesia tidak dapat dihindari. Dengan demikian pembinaan dan
pengawasan TK-WNA dan dukungan regulasinya perlu ditingkatkan.

D. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN.


Menilik perkembangan tenaga kesehatan sebagaimana telah diuraikan diatas,
dewasa ini dan ke depan masih dihadapi isu strategis atau masalah pokok
dalam pengembangan tenaga kesehatan sebagai berikut:
1. Pengembangan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan untuk pelayanan/pembangunan kesehatan. Tenaga
kesehatan terus membaik dalam jumlah, kualitas dan penyebarannya,
namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
di seluruh wilayah terutama pada DTPK. Mutu tenaga kesehatan belum
memiliki daya saing dalam memenuhi permintaan tenaga kesehatan dari
luar negeri.
2. Regulasi untuk mendukung upaya pengembangan tenaga kesehatan masih
terbatas.
3. Perencanaan …
- 23 -

3. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan dan


belum didukung dengan sistem informasi tenaga kesehatan yang memadai.
Rencana kebutuhan tenaga kesehatan yang menyeluruh belum disusun
sesuai yang diharapkan, sehingga belum sepenuhnya dapat dipergunakan
sebagai acuan dalam pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan,
pendayagunaan tenaga kesehatan, serta pembinaan dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan.
4. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan/pendidikan
berbagai jenis tenaga kesehatan. Kajian jenis tenaga kesehatan yang
dibutuhkan tersebut belum dilakukan sebagaimana mestinya. Kualitas
hasil pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan pada umumnya masih
kurang memadai. Masih banyak institusi pendidikan tenaga kesehatan
yang belum terakreditasi dan memenuhi standar. Hal ini akan berdampak
terhadap kompetensi dan kualitas lulusan tenaga kesehatan.
Permasalahan pendidikan tenaga kesehatan pada umumnya bersifat
sistemik, antara lain terdapat ketidaksesuaian kompetensi lulusan
pendidikan dengan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat,
lemahnya kerjasama antara pelaku dalam pembangunan kesehatan dan
pendidikan tenaga kesehatan, lebih dominannya pendidikan tenaga
kesehatan yang berorientasi ke Rumah Sakit dibandingkan dengan Primary
Health Care.
5. Dalam pendayagunaan tenaga kesehatan, pemerataan dan pemanfaatan
tenaga kesehatan yang berkualitas masih kurang, utamanya di daerah
tertinggal, terpencil, perbatasan, kepulauan dan daerah yang kurang
diminati. Hal ini disebabkan oleh disparitas sosial ekonomi, budaya
maupun kebijakan pemerintah daerah termasuk kondisi geografis antar
daerah mengurangi minat tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah
tersebut. Selain itu pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan
karir, sistem penghargaan dan sanksi belum dilaksanakan sesuai yag
diharapkan. Pengembangan profesi yang berkelanjutan (Continuing
Professional Development = CPD), serta Training Need Assesment (TNA)
masih perlu dikembangkan.

6. Pembinaan …
- 24 -

6. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan masih belum dapat


dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan. Registrasi dan sertifikasi
tenaga kesehatan masih terbatas pada tenaga dokter dan dokter gigi.
Sosialisasi dan penerapan peraturan perundang-perundangan di bidang
pengembangan tenaga kesehatan belum dilaksanakan secara memadai.
7. Sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga
kesehatan masih terbatas. Sistem informasi tenaga kesehatan belum
sepenuhnya dapat menyediakan data yang akurat, terpercaya dan tepat
waktu. Dukungan sumber daya pembiayaan dan lain-lain sumber daya
belum memadai.
Dalam upaya menjawab isu strategis atau masalah pokok dalam
pengembangan tenaga kesehatan, Indonesia memiliki beberapa modal dasar
antara lain:
1. Telah disahkannya beberapa aturan perundang-undangan terkait tenaga
kesehatan.
2. Ikut sertanya Indonesia dalam meratifikasi aturan-aturan di tingkat
internasional terkait tenaga kesehatan seperti ‘International Code of
Practice’.
3. Mulai terbangunnya komitmen diantara pemangku kepentingan terkait
pengembangan tenaga kesehatan seperti terbentuknya Tim Koordinasi dan
Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan.
4. Kepercayaan dunia internasional semakin meningkat terhadap kualitas
tenaga kesehatan Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya
permintaan tenaga kesehatan Indonesia untuk bekerja di luar negeri.
- 25 -

III. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN STRATEGI

A. VISI

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa kesehatan


adalah salah satu dari hak asasi manusia. Guna memenuhi hak dasar
tersebut, dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan “Sesuai dengan konstitusi,
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas umum yang layak”. Agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat
berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, harus
didukung dengan sarana dan prasarana, tenaga kesehatan, serta pembiayaan
yang memadai. Tenaga kesehatan harus tersedia dan terdistribusi secara
merata dalam jumlah dan jenis, serta berkualitas sesuai dengan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu Visi Pengembangan Tenaga Kesehatan di Indonesia adalah


“Seluruh Penduduk Memperoleh Akses Terhadap Tenaga Kesehatan Yang
Berkualitas”

B. MISI

Untuk mewujudkan Visi “Seluruh Penduduk Memperoleh Akses Terhadap


Tenaga Kesehatan Yang Berkualitas”, ditetapkan Misi dalam pengembangan
tenaga kesehatan sebagai berikut:
1. Menguatkan regulasi dan perencanaan untuk pengembangan dan
pemberdayaan tenaga kesehatan.
2. Meningkatkan pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan guna memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan, dalam mendukung penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kepada seluruh penduduk Indonesia.
3. Menjamin pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata, termanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan seluruh penduduk Indonesia, dan dikembangkan
secara berkeadilan.
4. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

C. TUJUAN …
- 26 -

C. TUJUAN

Tujuan umum pengembangan tenaga kesehatan adalah tersedianya tenaga


kesehatan secara merata yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitas,

serta termanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan bagi


seluruh penduduk Indonesia.

Tujuan khusus pengembangan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan


yang kuat;
2. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan;
3. Tercapainya kesesuaian antara kapasitas pendidikan tenaga kesehatan
dengan kebutuhan tenaga kesehatan;
4. Tercapainya pendayagunaan tenaga kesehatan secara optimal sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan; dan
5. Terjaminnya mutu tenaga kesehatan.

D. SASARAN STRATEGIS

Pembangunan Kesehatan Jangka Panjang tahun 2005-20025 menetapkan


Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator
dampak yaitu:

1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun


2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025.

2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2005 menjadi 15,5 per kelahiran hidup pada tahun 2025.

3. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000kelahiran hidup


pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2025.

4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005
menjadi 9,5% pada tahun 2025.

Guna …
- 27 -

Guna mencapai sasaran pembangunan kesehatan, diperlukan SDM kesehatan


dalam jumlah, jenis dan mutu yang memadai serta terdistribusi merata.
Sasaran strategis pengembangan tenaga kesehatan sampai dengan tahun
2025, maka ditetapkan sasaran strategis sebagai berikut:

1. Pada tahun 2014 diharapkan ketersediaan tenaga dokter spesialis


mencapai 10 per 100.000 penduduk, dokter umum 40 per 100.000
penduduk, dokter gigi 12 per 100.000 penduduk, perawat 158 per 100.000
penduduk, bidan 100 per 100.000 penduduk, sanitarian 15 per 100.000
penduduk, tenaga gizi 10 per 100.000 penduduk.

2. Pada tahun 2019 diharapkan ketersediaan tenaga dokter spesialis


mencapai 11 per 100.000 penduduk, dokter umum 45 per 100.000
penduduk, dokter gigi 13 per 100.000 penduduk, perawat 180 per 100.000
penduduk, bidan 120 per 100.000 penduduk, sanitarian 18 per 100.000
penduduk, tenaga gizi 14 per 100.000 penduduk.

3. Pada tahun 2025 diharapkan ketersediaan tenaga dokter spesialis


mencapai 12 per 100.000 penduduk, dokter umum 50 per 100.000
penduduk, dokter gigi 14 per 100.000 penduduk, perawat 200 per 100.000
penduduk, bidan 130 per 100.000 penduduk, sanitarian 20 per 100.000
penduduk, tenaga gizi 18 per 100.000 penduduk.

E. STRATEGI

Dalam mewujudkan Visi, mengemban Misi dan guna mencapai tujuan


pengembangan tenaga kesehatan dalam tahun 2025, maka ditempuh strategi
sebagai berikut:

1. Penguatan regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan.

Penguatan regulasi untuk mendukung pengembangan dan pemberdayaan


tenaga kesehatan melalui percepatan pelaksanaannya, peningkatan
kerjasama lintas sektor dan peningkatan pengelolaannya secara berjenjang
di pusat dan daerah.

2. Peningkatan …
- 28 -

2. Peningkatan Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan.

Kebutuhan tenaga kesehatan guna mendukung pembangunan kesehatan


harus disusun secara menyeluruh, baik untuk fasilitas kesehatan milik
pemerintah secara lintas sektor termasuk pemerintah daerah dan swasta,
serta mengantisipasi keadaan darurat kesehatan dan pasar bebas di era
globalisasi.

Di samping itu kebutuhan tenaga kesehatan guna mendukung manajemen


kesehatan (administrator dan regulator), pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, serta pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan, perlu pula disusun kebutuhannya.
Pengelolaan perencanaan, sumber daya pendukung dan pengembangan
perencanaan penting untuk ditingkatkan.

3. Peningkatan dan Pengembangan Pengadaan/Pendidikan Tenaga Kesehatan.

Pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan ditingkatkan dan dikembangkan


guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan,
manajemen kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat
di bidang kesehatan.

Oleh karenanya pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan ditingkatkan


melalui pengembangan standar pendidikan tenaga kesehatan guna
memenuhi standar kompetensi yang diharapkan dan memenuhi daya saing
baik secara nasional maupun internasional.

Pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan


dan pengembangan pendidikan tenaga kesehatan, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Peningkatan dan
pengembangan pendidikan tenaga kesehatan tersebut ditujukan untuk
menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas, berdaya saing tinggi,
serta profesional, yaitu tenaga kesehatan yang mengikuti perkembangan
IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua
tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan
kode etik profesi.

Peningkatan …
- 29 -

Peningkatan dan pengembangan pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan,


dilakukan melalui penambahan jumlah institusi pendidikan tenaga
kesehatan tertentu sesuai kebutuhannya, akreditasi institusi pendidikan
tenaga kesehatan, serta sertifikasi tenaga pengajar, termasuk peningkatan
sarana dan fasilitas belajar mengajar.

Pendidikan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan dan disusun secara


terarah dan menyeluruh dalam kerangka mewujudkan keterkaitan yang
harmonis, efektif dan efisien antara sistem kesehatan dan sistem
pendidikan.

4. Peningkatan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.

Pendayagunaan tenaga kesehatan meliputi penyebaran tenaga kesehatan


yang merata dan berkeadilan, pemanfaatan tenaga kesehatan, dan
pengembangan tenaga kesehatan termasuk peningkatan karirnya.
Peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan kesehatan di semua lini dari daerah
sampai pusat secara lintas sektor, termasuk swasta, serta memenuhi
kebutuhan pasar dalam menghadapi pasar bebas di era globalisasi.

Pendayagunaan tenaga kesehatan di DTPK dan daerah bermasalah


kesehatan (DBK), perlu memperoleh perhatian khusus. Pendayagunaan
tenaga kesehatan untuk manajemen kesehatan, institusi pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan, institusi penelitian dan pengembangan
kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, juga
perlu mendapatkan perhatian yang memadai.

Pengembangan tenaga kesehatan termasuk peningkatan karirnya


dilakukan melalui peningkatan motivasi tenaga kesehatan untuk
mengembangkan diri, dan mempermudah tenaga kesehatan memperoleh
akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Peningkatan
pelatihan tenaga kesehatan dilakukan melalui pengembangan standar

pelatihan …
- 30 -

pelatihan tenaga kesehatan guna memenuhi standar kompetensi yang


diharapkan oleh pelayanan kesehatan kepada seluruh penduduk Indonesia.
Peningkatan pelatihan tenaga kesehatan, juga dilakukan melalui akreditasi
institusi pelatihan tenaga kesehatan, serta sertifikasi tenaga pelatih.

5. Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan.

Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan utamanya ditujukan


untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan sesuai kompetensi yang
diharapkan dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi
seluruh penduduk Indonesia.

Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dilakukan melalui


peningkatan komitmen dan koordinasi semua pemangku kepentingan
dalam pengembangan tenaga kesehatan serta legislasi yang meliputi antara
lain sertifikasi melalui uji kompetensi, registrasi, perizinan (licensing), dan
hak-hak tenaga kesehatan.

Hak-hak tenaga kesehatan tersebut antara lain meliputi kesejahteraan dan


kesempatan yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan karirnya.

6. Penguatan Sumber Daya Pengembangan Tenaga Kesehatan

Penguatan sumber daya dalam mendukung pengembangan dan


pemberdayaan tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan kapasitas
SDM Kesehatan, penguatan sistem informasi tenaga kesehatan, serta
peningkatan pembiayaan dan fasilitas pendukung lainnya.
- 31 -

IV. RENCANA KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN

Rencana kebutuhan tenaga kesehatan dibatasi hanya pada 13 (tiga belas) jenis
tenaga kesehatan, yaitu dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat,
bidan, perawat gigi, apoteker, asisten apoteker, sanitarian, tenaga gizi, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis.
Gambaran kebutuhan tenaga kesehatan secara nasional dihitung dengan
menggunakan metode rasio tenaga kesehatan terhadap nilai tertentu, yaitu
sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk.

Dalam rencana kebutuhan tenaga kesehatan ini juga dikemukakan kebutuhan di


fasilitas pelayanan kesehatan yang dihitung dengan menggunakan metode
perencanaan tenaga kesehatan dengan nilai tertentu, yaitu Daftar Susunan
Pegawai (DSP)/ Standar Ketenagaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

A. KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN BERDASARKAN RASIO TENAGA


KESEHATAN TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK

Sebagaimana laporan WHO tahun 2006, rasio tenaga kesehatan terhadap


jumlah penduduk digunakan sebagai indikator untuk mengukur ketersediaan
tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan kesehatan tertentu.
Ambang batas rasio jumlah dokter, perawat dan bidan adalah 2,3 per 1000
penduduk.

Dalam Tabel 4.1 dapat dilihat target kebutuhan tenaga kesehatan secara
nasional yang dihitung berdasarkan rasio terhadap perkembangan jumlah
penduduk dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan tenaga kesehatan
saat ini dan kapasitas produksi tenaga kesehatan:

Tabel 4.1.
- 32 -

Tabel 4.1.
Kebutuhan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Target Rasio Tenaga
Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk di Indonesia
Tahun 2014, 2019, dan 2025

Tahun 2014
Tahun 2019 Tahun 2025
(per
No Jenis Tenaga (per 100.000 (per 100.000
100.000
penduduk) penduduk)
penduduk)
1 Dokter Spesialis 10 11 12
2 Dokter Umum 40 45 50
3 Dokter Gigi 12 13 14
4 Perawat 158 180 200
5 Bidan 100 120 130
6 Perawat Gigi 15 18 21
7 Apoteker 9 12 15
Tenaga Teknis
8 18 24 30
Kefarmasian
9 SKM 13 15 18
10 Sanitarian 15 18 20
11 Gizi 10 14 18
12 Keterapian Fisik 4 5 6
13 Keteknisian Medis 14 16 18

B. KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN BERDASARKAN STANDAR TENAGA


KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN.

Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan


terbatas pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah milik Kementerian
Kesehatan, Pemerintah Daerah, TNI dan POLRI, serta rumah sakit milik
swasta. Fasilitas pelayanan kesehatan milik Kementerian Kesehatan terbatas
pada rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP), dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Sedangkan
fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah hanya pada rumah
sakit umum daerah, rumah sakit khusus daerah dan Puskesmas.

Kebutuhan …
- 33 -

Kebutuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini dapat


dipergunakan sebagai dasar dalam memperhitungkan kebutuhan tenaga
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dalam rangka mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional.
1. Kebutuhan Tenaga Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas.
Perhitungan tenaga kesehatan di rumah sakit didasarkan pada target rasio
tempat tidur terhadap penduduk. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO),
mensyaratkan rasio tempat tidur dengan penduduk adalah sebesar 2,7 :
1.000. Dewasa ini rasio tempat tidur terhadap penduduk di Indonesia baru
mencapai 0,6 : 1.000. Oleh karena itu target rasio tempat tidur terhadap
penduduk ditetapkan 1 : 1.000 untuk tahun 2014 dan 1,5 : 1.000 untuk
tahun 2019.
Dari target tersebut dapat diperkirakan perkembangan rumah sakit dan
Puskesmas serta kebutuhan tenaga kesehatannya di Indonesia sebagai
berikut :

a. Rumah Sakit Umum.


Perkiraan perkembangan rumah sakit pada tahun 2014 dan 2019 dapat
dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2.
Perkiraan Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Kepemilikan
Tahun 2014 dan 2019*)

RUMAH SAKIT UMUM


PEMIL 2014 2019
NO
IK RS PRA
A B C D A B C D
TAMA
KEMEN
1 10 4 1 0 10 4 1 0
KES
2 PEMDA 5 127 267 130 15 131 272 141 187
3 TNI 3 12 28 69 4 14 34 57
4 POLRI 1 4 11 29 1 7 11 29
5 BUMN 0 5 18 12 0 5 18 12
SWAS
6 5 29 66 85 5 29 66 85
TA
Catatan: *) Data tidak termasuk RSU yang masih dalam status Non Kelas
(NK)
Sumber data: Ditjen BUK Kemenkes RI, Pusdokkes POLRI, Puskes TNI

Dari …
- 34 -

Dari perkiraan perkembangan Rumah Sakit Umum seperti pada tabel di


atas, dan berdasarkan standar ketenagaan RS sesuai Permenkes No.
340 Tahun 2010 dengan penyesuaian, dapat dihitung kebutuhan tenaga
kesehatannya sebagai berikut:

Tabel 4.3
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum Menurut Kepemilikan
Tahun 2014

JENIS KEMEN BUM


NO PEMDA TNI POLRI SWASTA
TENAGA KES N
Dokter
1 1,201 15,019 1,289 460 447 2,706
Spesialis
Dokter
2 237 4,537 726 281 270 1,372
Umum
Dokter Gigi
3 83 683 85 30 33 188
Spesialis
4 Dokter Gigi 54 1,065 173 67 63 324
5 Perawat 4,987 42,788 6,962 2,594 2,232 13,342
6 Bidan 880 7,551 1,229 458 394 2,355
7 Apoteker 98 1,212 197 75 68 373
Asisten
8 490 6,060 985 375 340 1,865
Apoteker
9 SKM 44 1,060 170 66 63 319
10 Sanitarian 98 1,212 197 75 68 373
11 Gizi 98 1,212 197 75 68 373
Keterapian
12 123 2,659 458 179 161 833
Fisik
Keteknisian
13 367 8,251 1,686 671 528 2,842
Medis

Tabel 4.4. …
- 35 -

Tabel 4.4
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum Menurut Kepemilikan
Tahun 2019
KEMEN-
NO JENIS TENAGA PEMDA TNI POLRI BUMN SWASTA
KES
1 Dokter Spesialis 1,201 17,611 1,522 595 447 2,706
2 Dokter Umum 237 5,602 774 317 270 1,372
Dokter Gigi
3 83 770 104 39 33 188
Spesialis
4 Dokter Gigi 54 1,325 183 76 63 324
5 Perawat 4,987 53,893 7,712 3,104 2,232 13,342
6 Bidan 880 9,511 1,361 548 394 2,355
7 Apoteker 98 1,516 213 87 68 373
Asisten
8 490 7,580 1,065 435 340 1,865
Apoteker
9 SKM 44 1,310 179 75 63 319
10 Sanitarian 98 1,516 213 87 68 373
11 Gizi 98 1,516 213 87 68 373
Keterapian
12 123 3,396 475 200 161 833
Fisik
Keteknisian
13 367 11,450 1,672 725 528 2,842
Medis

b. Rumah Sakit Khusus


Perkiraan perkembangan rumah sakit khusus pada tahun 2014 dan
2019 dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5.
Perkiraan Perkembangan Rumah Sakit Khusus Menurut Kepemilikan
Tahun 2014 dan 2019

2014 2019
NO PEMILIK RS
A B C D A B C D
1 KEMENKES 23 8 1 0 24 10 0 0
2 PEMDA 18 20 8 2 18 20 8 2
3 BUMN 2 1 0 0 2 1 0 0
4 SWASTA 1 4 27 11 1 4 27 11
Catatan: *) Data tidak termasuk RSK yang masih dalam status Non Kelas
(NK)
Sumber data: Ditjen BUK, Kemenkes RI
Dari…
- 36 -

Dari perkiraan perkembangan Rumah Sakit Khusus seperti pada tabel di


atas, dan berdasarkan standar ketenagaan RS sesuai Permenkes No.
340 Tahun 2010 dengan penyesuaian, dapat dihitung kebutuhan tenaga
kesehatannya sebagai berikut:

Tabel 4.6
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Khusus Menurut
Kepemilikan Tahun 2014
NO JENIS TENAGA KEMENKES PEMDA BUMN SWASTA
1 Dokter Spesialis 1,920 2,386 176 504
2 Dokter Umum 173 218 16 136
3 Dokter Gigi 118 152 11 92
4 Perawat 11,192 11,620 1,020 3,269
5 Bidan 1,975 2,051 180 577
6 Apoteker 218 244 20 100
7 Asisten Apoteker 1,090 1,220 100 500
8 SKM 95 134 9 91
9 Sanitarian 218 244 20 100
10 Gizi 218 244 20 100
11 Keterapian Fisik 268 352 25 227
12 Keteknisian Medis 803 1,014 74 670

Tabel 4.7
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Khusus Menurut
Kepemilikan Tahun 2019
NO JENIS TENAGA KEMENKES PEMDA BUMN SWASTA
1 Dokter Spesialis 2,048 2,386 176 504
2 Dokter Umum 184 218 16 136
3 Dokter Gigi 126 152 11 92
4 Perawat 11,900 11,620 1,020 3,269
5 Bidan 2,100 2,051 180 577
6 Apoteker 232 244 20 100
7 Asisten Apoteker 1,160 1,220 100 500
8 SKM 102 134 9 91
9 Sanitarian 232 244 20 100
10 Gizi 232 244 20 100
11 Keterapian Fisik 286 352 25 227
12 Keteknisian Medis 852 1,014 74 670

c. Puskesmas
- 37 -

c. Puskesmas

Perkiraan perkembangan Puskesmas pada tahun 2014 dan 2019


didasarkan pada pertimbangan tidak ada pertambahan Puskesmas
Perawatan. Diasumsikan, pertambahan tempat tidur dalam mencapai
target rasio tempat tidur terhadap penduduk secara keseluruhan akan
dipenuhi dari perkembangan Rumah Sakit Umum khususnya Rumah
Sakit Umum Non Kelas.

Perkiraan perkembangan jumlah Puskesmas dapat dilihat pada Tabel


4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8
Perkiraan Perkembangan Jumlah Puskesmas
Tahun 2014 dan 2019

NO PUSKESMAS 2014 2019

1 Perawatan 3.151 3.151

2 Non Perawatan 6.617 6.789

Jumlah 9.768 9.940

Sumber Data: Ditjen BUK Kemenkes RI

Dari perkiraan perkembangan Puskesmas seperti pada tabel di atas, dan


berdasarkan standar ketenagaan Puskesmas yang ada (Revitalisasi
Puskesmas), dapat dihitung kebutuhan tenaga kesehatannya sebagai
berikut:

Tabel 4.9. …
- 38 -

Tabel 4.9
Kebutuhan Tenaga Kesehatan Puskesmas
Tahun 2014 dan 2019

PUSKESMAS PUSKESMAS
2014 2019
NO JENIS NAKES
NON NON
PERA- PERA -
PERA- PERA-
WATAN WATAN
WATAN WATAN
1 Dokter Umum 6,302 6,617 6,302 6,789
2 Dokter Gigi 3,151 6,617 3,151 6,789
3 Apoteker 3,151 - 3,151 -
4 Tenaga Kesmas
3,151 6,617 3,151 6,789
(S1)
5 Perawat (S1-Ners) 3,151 - 3,151 -
6 Tenaga Promkes
3,151 6,617 3,151 6,789
(D IV)
7 Epidemilogis (D
3,151 6,617 3,151 6,789
IV)
8 Bidan (D III) 18,906 26,468 18,906 27,156
9 Perawat (D III) 31,510 39,702 31,510 40,734
10 Sanitarian (D III) 3,151 6,617 3,151 6,789
11 Nutrisionis (Ahli
3,151 6,617 3,151 6,789
Gizi/D III)
12 Perawat gigi (D III) 3,151 6,617 3,151 6,789
13 Asisten Apoteker 3,151 6,617 3,151 6,789
14 Analis Kesehatan
3,151 6,617 3,151 6,789
(D III)
15 Tenaga
Pendukung/ Juru 3,151 6,617 3,151 6,789
(SMK Kes)*)

2. Kantor …
- 39 -

2. Kantor Kesehatan Pelabuhan.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan salah satu unit pelaksana


teknis Kementerian Kesehatan. Dalam menghitung kebutuhan tenaga
kesehatan di KKP untuk tahun 2014 dan 2019 didasarkan pada perkiraan
perkembangan jumlah KKP menurut kelas dan standar ketenagaannya.

Perkiraan perkembangan KKP menurut kelas dan wilayah kerja (wilker)


dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10
Perkembangan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Tahun 2014 dan 2019

No KKP 2011 2014 2019


1 Kelas I 7 7 8
2 Kelas II 21 25 29
3 Kelas III 20 17 12
4 Wilker 347 347 347

Dalam memperhitungkan kebutuhan tenaga kesehatan di KKP dilakukan


dengan merujuk pada Kepmenkes No. 1314 Tahun 2010 tentang Pedoman
Standarisasi Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana di Lingkungan
Kantor Kesehatan Pelabuhan.

Dari perkiraan perkembangan KKP dan wilkernya, serta standar


ketenagaan di KKP, perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan di KKP pada
tahun 2014 dan 2019, dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11. …
- 40 -

Tabel 4.11
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di KKP
Tahun 2014 dan 2019

2014 2019
TO- TO-
KKP KKP KKP KKP
KOMPETENSI KKP TAL KKP TAL
NO KE- KE- WIL- KE - KE- WIL-
PENDIDIKAN KE- KEBU- KE - KEBU
LAS LAS KER LAS LAS KER
LAS I TUH- LAS I TUH-
II III II III
AN AN
1 S2 Kese- 70 125 34 - 229 80 145 24 - 249
hatan
Masya-rakat
2 Dokter 84 175 85 347 691 96 203 60 347 706
3 S1 Kese- 63 150 68 694 975 72 174 48 694 988
hatan
Masya-rakat
4 D3 Kese- 133 350 170 347 1000 152 406 120 347 1025
hatan Ling-
kungan
5 D3 Kepe- 133 350 170 347 1000 152 406 120 347 1025
rawatan
6 S1 Apoteker 21 50 17 - 88 24 58 12 - 94
7 D3 Farmasi 7 25 - - 32 8 29 - - 37
8 D3 Analis 14 25 17 - 56 16 29 12 - 57
Kesehatan
9 D3 Radiologi 7 25 - - 32 8 29 - - 37

3. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) merupakan salah satu unit


pelaksana teknis Kementerian Kesehatan. Dalam menghitung kebutuhan
tenaga kesehatan di BTKL untuk tahun 2014 dan 2019 didasarkan pada
perkiraan perkembangan BTKL dan standar ketenagaannya.

Perkiraan …
- 41 -

Perkiraan perkembangan untuk kelas BTKL dapat dilihat pada Tabel 4.12
berikut ini:

Tabel 4.12
Perkembangan Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
Tahun 2014 dan 2019

No BTKL 2011 2014 2019


1 BBTKL PPM 4 4 6
2 BTKL PPM Kelas I 5 5 4
3 BTKL PPM Kelas II 1 1 0

Dari perkiraan perkembangan BTKL dan standar ketenagaan di BTKL,


perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan di BTKL pada tahun 2014 dan
2019, dapat dilihat pada Tabel 4.13berikut ini:

Tabel 4.13
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di BB/BTKL
Tahun 2014 dan 2019
2014 2019
ABK ABK ABK ABK
ABK ABK TOTAL
KOMPETENSI BTKL BTKL TOTAL BTKL BTKL
NO BB BB KEBU-
PENDIDIKAN PPM PPM KEBU- PPM PPM
TKL TKL TUH
KELAS KELAS TUHAN KELAS KELA
PPM PPM AN
I II I S II
S2 Kesehatan
1 12 10 1 23 18 8 - 26
Masyarakat
S1 Kesehatan
2 32 25 3 60 48 20 - 68
Lingkungan
D3 Kesehatan
3 24 20 1 45 36 16 - 52
Lingkungan
S1 Kesehatan
4 24 10 2 36 36 8 - 44
Masyarakat
S1 Teknik
5 Ling-kungan/ 140 110 10 260 210 88 - 298
MIPA
6 D3 Analisis 92 75 7 174 138 60 - 198
Jumlah 324 250 24 598 486 200 - 686

Dalam …
- 42 -

Dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional yang akan dimulai pada 1


Januari 2014, kebutuhan tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan untuk tahun 2014 perlu lebih diperinci menurut wilayah
(propinsi dan kabupaten/ kota) dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan.

Sesuai dengan perkembangan program jaminan kesehatan masyarakat,


yang dimungkinkan adanya dokter pelayanan primer sebagai pemberi
pelayanan rawat jalan tingkat pertama (RJTP) perlu pula dapat
diperhitungkan kebutuhannya.

C. PERMINTAAN TENAGA KESEHATAN DARI LUAR NEGERI.

Mekanisme penempatan tenaga kesehatan Indonesia keluar negeri


dilaksanakan dengan cara Government to Government, Government to Private
dan Private to Private. Dalam kerangka tersebut, proses penempatan diawali
dengan pengiriman permintaaan akan kebutuhan tenaga kesehatan oleh
negara pengguna kepada Pemerintah Indonesia. Permintaan kebutuhan tenaga
kesehatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk mengetahui jumlah
kebutuhan tenaga kesehatan di luar negeri.

Kebutuhan tenaga kesehatan khususnya Perawat di negara maju seperti:


Amerika, Canada, Eropa, Australia, Jepang dan Timur Tengah melonjak
dengan drastis sejak tahun 1980. Diperkirakan bahwa kebutuhan tenaga di
Amerika ditahun 1980 sekitar 200,000 perawat. Kebutuhan ini akan melonjak
menjadi 500,000 perawat di tahun 2020 untuk mendukung kebutuhan
pelayanan kesehatan di Amerika.

Kebijakan penempatan tenaga kesehatan ke luar negeri didasarkan antara lain


atas hubungan kerjasama atau diplomatic antar pemerintah negara, sebagai
upaya perluasan kesempatan kerja khususnya untuk mengatasi temporary
surplus tenaga kesehatan tertentu dan dalam kerangka alih ilmu pengetahuan

dan …
- 43 -

dan teknologi. Dalam kaitan tersebut serta untuk perlindungan optimal bagi
tenaga kesehatan Indonesia, maka Pemerintah Indonesia diharapkan lebih
mendorong untuk menerapkan mekanisme penempatan secara Government to
Government.

Dalam upaya pemenuhan permintaan kebutuhan tenaga kesehatan Indonesia


ke luar negeri maka untuk realisasinya diperlukan kerjasama antara berbagai
institusi pemerintah terkait dengan pihak swasta. Untuk memenuhi
permintaan kebutuhan tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri juga
diperlukan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.

Dalam hal penerimaan TK-WNA ke Indonesia, kebutuhan dari fasilitas


pelayanan kesehatan dapat dipertimbangkan sejauh tenaga kesehatan
dimaksud masih terbatas jumlahnya dan kompetensi serta kualifikasinya
belum dimiliki oleh tenaga kesehatan di Indonesia. Dalam pelaksanaanya,
penerimaan TK-WNA harus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku di Indonesia tanpa mengabaikan regulasi jasa bidang kesehatan
Internasional yang berlaku.

D. KETERKAITAN ANTARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN DAN PENGADAAN/


PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN JANGKA PANJANG

Dengan memperhatikan perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan


berdasarkan target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk pada
tahun 2014, 2019 dan 2025, serta perkiraan jumlah lulusan tenaga kesehatan
dan atrisi tenaga kesehatan, maka dapat diperkirakan kekurangan/kelebihan
tenaga kesehatan pada tahun 2014, 2019, dan 2025 sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 4.14, 4.15 dan 4.16.
- 44 -

Tabel 4.14.
Perkiraan Kebutuhan, Ketersediaan, Lulusan
dan Kekurangan/Kelebihan Tenaga Kesehatan
Tahun 2014
ATRISI
KEKU-
KEBU- KETER- LULUSAN 2,5%/
JENIS RANGAN (-)/
NO TUHAN SEDIAAN (2011- TAHUN
TENAGA KELEBIHAN
2014 2010 2014) (2011-
(+)
2014)
1 Dokter
25.212 1.464 -4.783
Spesialis 21.073 2.107
2 Dokter
100.850 70.242 27.756 -9.876
Umum 7.024
3
Dokter Gigi 30.255 25.755 6.700 -375
2.576
4
Perawat 398.357 369.940 115.340 + 49.929
36.994
5
Bidan 252.124 175.605 74.180 -19.900
17.561
6 Perawat
37.819 37.462 4.340 + 237
Gigi 3.746
7
Apoteker 22.691 21.073 15.784 + 12.058
2.107
8 Asisten
45.382 42.145 19.456 + 12.004
Apoteker 4.215
9
SKM 32.776 18.731 24.696 + 8.778
1.873
10
Sanitarian 37.819 23.414 6.740 -10.006
2.341
11
Gizi 25.212 42.145 7.248 + 19.966
4.215
12 Keterapian
10.085 9.366 2.920 + 1.264
Fisik 937
13 Keteknisan
35.297 14.048 16.428 -6.226
Medis 1.405
Catatan: - Sumber data lulusan dari Ditjen Dikti Kemendiknas untuk dokter
spesialis dan dokter gigi (tahun 2008). dokter umum (tahun 2010).
- Sumber data lulusan apoteker dari Asosiasi Pendidikan Tinggi
Farmasi Indonesia tahun 2009.
- Sumber data lulusan tenaga kesehatan lainnya dari BPPSDM
Kesehatan Kemenkes tahun 2011.
- Angka dalam tanda kurung () pada kolom Kekurangan/Kelebihan
berarti terdapat kelebihan tenaga kesehatan.
Tabel 4.15.
- 45 -

Tabel 4.15.
Perkiraan Kebutuhan, Ketersediaan, Lulusan dan Kekurangan/Kelebihan
Tenaga Kesehatan
Tahun 2019
ATRISI
KEKURANG
KEBU- KETER- LULUSAN 2.5%/
AN (-)/
NO JENIS TENAGA TUHAN SEDIAAN (2015- TAHUN
KELE-
2019 2014 2019) (2015-
BIHAN (+)
2019)
1 Dokter Spesialis 29.862 1.830 -10.156
20.430 2.554
122.16
2 Dokter Umum 34.695 -7.867
4 90.974 11.372
3 Dokter Gigi 35.292 8.375 -772
29.880 3.735
488.65
4 Perawat 144.175 +47.769
7 448.286 56.036
325.77
5 Bidan 92.725 -29.850
1 232.225 29.028
6 Perawat Gigi 48.866 5.425 -10.142
38.056 4.757
7 Apoteker 32.577 19.730 + 17.559
34.750 4.344
8 Asisten Apoteker 65.154 24.320 + 9.379
57.387 7.173
9 SKM 40.721 30.870 + 26.508
41.554 5.194
10 Sanitarian 48.866 8.425 -16.105
27.813 3.477
11 Gizi 38.007 9.060 + 10.585
45.179 5.647
12 Keterapian Fisik 13.574 3.650 +7
11.349 1.419
Keteknisan
13 43.436 20.535 + 2.536
Medis 29.071 3.634

Tabel 4.16. …
- 46 -

Tabel 4.16.
Perkiraan Kebutuhan, Ketersediaan, Lulusan dan Kekurangan/Kelebihan
Tenaga Kesehatan
Tahun 2025

KEKU-
ATRISI
RANGAN
KEBU- KETER- LULUSAN 2.5%/
(-) /
NO JENIS TENAGA TUHAN SEDIAAN (2020- TAHUN
KELE-
2025 2019 2025) (2020-
BIHAN
2025)
(+)

1 Dokter Spesialis 35.600 2.196 -16.161


19.706 2.463
2 Dokter Umum 148.334 41.634 -6.690
114.297 14.287
3 Dokter Gigi 41.534 10.050 -1.279
34.520 4.315
4 Perawat 593.336 173.010 + 49.046
536.425 67.053
5 Bidan 385.668 111.270 -15.467
295.921 36.990
6 Perawat Gigi 62.300 6.510 -21.907
38.724 4.840
7 Apoteker 44.500 23.676 + 23.045
50.136 6.267
8 Asisten Apoteker 89.000 29.184 + 5.400
74.533 9.317
9 SKM 53.400 37.044 + 42.470
67.230 8.404
10 Sanitarian 59.334 10.110 -20.558
32.761 4.095
11 Gizi 53.400 10.872 -11
48.591 6.074
12 Keterapian Fisik 17.800 4.380 -1.537
13.581 1.698
13 Keteknisan Medis 53.400 24.642 + 11.468
45.972 5.747

Tabel 4.14. …
- 47 -

Tabel 4.14., Tabel 4.15. dan Tabel 4.16. menunjukkan bahwa jenis tenaga
kesehatan yang kemungkinan masih akan mengalami kekurangan berdasarkan
perkiraan kapasitas produksi yang ada sampai dengan tahun 2025 adalah dokter
spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan dan sanitarian. Sedangkan tenaga
keteknisian medik akan mengalami kekurangan hanya sampai tahun 2014 yang
diharapkan dapat terpenuhi dengan lulusan pada tahun berikutnya. Untuk
tenaga perawat gigi, tenaga gizi dan keterapian fisik diperkirakan akan mengalami
kekurangan pada tahun 2025.
Dalam rangka mencapai target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk dalam rangka meningkatkan cakupan peserta Jaminan Kesehatan
Nasional yaitu seluruh penduduk Indonesia, maka perlu perbaikan pendataan
tenaga kesehatan serta peningkatan kapasitas produksi pada jenis tenaga
kesehatan tertentu.
- 48 -

V. RENCANA PENGADAAN/PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN

A. PENYESUAIAN KAPASITAS PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN

Pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan merupakan komponen yang penting


dari pengembangan tenaga kesehatan guna menjamin pemenuhan kebutuhan
tenaga kesehatan. Dalam Bab IV telah dihitung kebutuhan tenaga kesehatan
yang secara nasional yang dihitung dengan menggunakan metode rasio
tenaga kesehatan terhadap nilai tertentu, yaitu sesuai dengan perkembangan
jumlah penduduk. Dari perhitungan tersebut didapatkan kebutuhan tenaga
kesehatan yang harus disediakan menurut jenis tenaga kesehatan untuk
tahun 2014. 2019. dan 2025.

Dari kebutuhan tenaga kesehatan yang perlu disediakan pada tahun 2014.
2019 dan 2025 dan berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan pada tahun
2010 serta mempertimbangkan jumlah lulusan tenaga kesehatan dan atrisi
setiap tahunnya, maka diperoleh kekurangan/ kelebihan tenaga kesehatan
seperti telah dikemukakan pada Tabel 14.14, 14.15 dan 14.16 dalam Bab IV.

Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan, diperlukan peningkatan


jumlah lulusan tenaga kesehatan melalui peningkatan kapasitas pendidikan.

Untuk memenuhi target kebutuhan tenaga kesehatan tahun 2014 dan tahun
2019, dengan memperhatikan kemampuan penambahan kapasitas
pendidikan, diperkirakan masih akan terjadi kekurangan tenaga dokter
spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan, sanitarian dan keteknisian medik.

Demikian juga untuk memenuhi target kebutuhan tenaga kesehatan tahun


2025, dengan kemampuan penambahan kapasitas pendidikan yang ada,
diperkirakan masih akan terjadi kekurangan tenaga dokter spesialis, dokter
umum, dokter gigi, bidan, gizi, perawat gigi, sanitarian dan keterapian fisik.

Oleh …
- 49 -

Oleh karena itu diperlukan rencana untuk upaya ekstra meningkatkan


kapasitas produksi tenaga kesehatan yang masih mengalami kekurangan
cukup besar. Pada Tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 dapat dilihat rencana peningkatan
kapasitas pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan untuk tahun 2014, 2019
dan 2025:
Tabel 5.1.
Rencana Peningkatan Kapasitas Pengadaan/Pendidikan
Tenaga Kesehatan Tahun 2014

TAHUN 2014

PERKIRAAN KEMAMPUAN KEKU-


NO JENIS TENAGA KEKU- TAMBAHAN KAPASITAS RANGAN
RANGAN PENDIDIKAN TAHUN KAPA-
2011-2014 SITAS

1 Dokter Spesialis -4.783 1.336 -3.447


2 Dokter Umum -9.876 244 -9.632
3 Dokter Gigi -375 0 -375
4 Bidan -19.900 9.820 -10.080
5 Sanitarian -10.006 4.060 -5.946
6 Keteknisian Medis -6.226 1.572 -4.654

Tabel 5.2.
Rencana Peningkatan Kapasitas Pengadaan/Pendidikan
Tenaga Kesehatan Tahun 2019

TAHUN 2019
KEMAMPUAN
TAMBAHAN
NO JENIS TENAGA KAPASITAS KEKURANGAN
KEKURANGAN
PENDIDIKAN KAPASITAS
TAHUN 2015-
2019
1 Dokter Spesialis -10.156 2.736 -7.420
2 Dokter Umum -7.867 7.867 0
3 Dokter Gigi -772 300 -472
4 Bidan -29.850 9.820 -20.030
5 Perawat Gigi -10.142 4.060 -6.082
6 Sanitarian -16.105 4.060 -12.045

Tabel 5.3. …
- 50 -

Tabel 5.3.
Rencana Peningkatan Kapasitas Pengadaan/Pendidikan
Tenaga Kesehatan Tahun 2025

TAHUN 2025
KEMAMPUAN
TAMBAHAN
NO JENIS TENAGA KEKU-
KEKU- KAPASITAS
RANGAN
RANGAN PENDIDIKAN
KAPASITAS
TAHUN 2020-
2025
1 Dokter Spesialis -16.161 3.843 -12.318
2 Dokter Umum -6.690 6.690 0
3 Dokter Gigi -1.279 360 -919
4 Bidan -15.467 2.984 -12.483
5 Perawat Gigi -21.907 3.192 -18.715
6 Sanitarian -20.558 2.712 -17.846
7 Gizi -11 11 0
8 Keterapian Fisik -1.537 1537 0

Untuk jenis tenaga kesehatan yang diperkirakan jumlah lulusannya dapat


memenuhi atau melebihi kebutuhan, perlu dilakukan pembatasan/
pengurangan jumlah lulusan. dengan cara antara lain:

1. Penutupan program studi yang tidak memenuhi persyaratan akreditasi.


2. Pengurangan penerimaan mahasiswa pada program studi yang memenuhi
syarat akreditasi.
3. Tidak memberikan ijin operasional baru untuk pembukaan program studi.

B. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN

Pengembangan pendidikan tenaga kesehatan perlu memperhatikan hal-hal


sebagai berikut:
1. Kualifikasi dan jumlah lulusan tenaga kesehatan perlu memperhatikan
dengan seksama kebutuhan pembangunan kesehatan. Untuk itu. maka
sistem pendidikan tenaga kesehatan perlu disusun secara terarah dan
menyeluruh. serta dikaitkan secara harmonis. efektif dan efisien dengan
sistem kesehatan.

2. Standar …
- 51 -

2. Standar pendidikan tenaga kesehatan harus sesuai dengan standar


kompetensi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
yaitu didasarkan pada standar pelayanan kesehatan.
3. Dengan adanya standar pendidikan tenaga kesehatan. dapat dijadikan
landasan dalam peningkatan kualitas pendidikan dan kualitas lulusan
tenaga kesehatan.
4. Kualitas lulusan tenaga kesehatan harus dapat diakui dalam pasar kerja
pelayanan kesehatan. baik di dalam negeri maupun permintaan dari luar
negeri.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas. maka upaya peningkatan
pengadaan/ pendidikan tenaga kesehatan dilakukan melalui upaya sebagai
berikut:
1. Penataan Kerangka Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Penataan kerangka pendidikan tenaga kesehatan meliputi penyusunan
roadmap jenis dan jenjang pendidikan tenaga kesehatan dengan
mendasarkan pada standar pendidikan. standar kompetensi. dan standar
pelayanan kesehatan. Dalam penentuan standar pendidikan tenaga
kesehatan perlu mendasarkan pada penguatan pendidikan tenaga
kesehatan setelah diadakan tinjauan yang luas.
2. Peningkatan Akses dan Pemerataan Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Peningkatan akses dan pemerataan pendidikan tenaga kesehatan
dilakukan melalui distribusi program studi. perizinan program studi baru
yang didasarkan atas “trace & need assessment”.
3. Penataan Aset/ Sumber Daya Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Penataan aset/ sumber daya pendidikan tenaga kesehatan meliputi sumber
daya manusia (jumlah dan kualifikasi dosen). serta sarana dan prasarana
(sarana institusi. sarana pembelajaran. dan wahana pendidikan).
4. Pengembangan Sistem Penjaminan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Pengembangan sistem penjaminan mutu pendidikan tenaga kesehatan meliputi
kualitas calon peserta didik. kualitas lulusan tenaga kesehatan. kualitas dosen
dan kualitas pengelolaan institusi. Dalam kerangka pengembangan sistem
penjaminan kualitas pendidikan tenaga kesehatan ini dapat dikembangkan
kerjasama dengan institusi pendidikan di luar negeri.
- 52 -

VI. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN

Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan dan pemanfaatan


serta pengembangan tenaga kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan.
utamanya dalam rangka pemerataan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan rencana kebutuhan tenaga kesehatan. baik untuk memenuhi kebutuhan
pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun fasilitas pelayanan
kesehatan swasta. Hal ini dimaksudkan agar tersedia jumlah dan jenis tenaga
kesehatan yang cukup. bermutu dan terdistribusi secara merata. utamanya
untuk mendukung pencapaian Jaminan Kesehatan Nasional yang akan dimulai
pada tahun 2014. Pemerataan tenaga kesehatan juga dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan sebagai administrator kesehatan. regulator.
pendidik. peneliti. dan tenaga pemberdayaan masyarakat.

Pendayagunaan tenaga kesehatan mencakup pendayagunaan tenaga kesehatan


di dalam negeri dan di luar negeri. Pendayagunaan tenaga kesehatan di dalam
negeri termasuk pula pendayagunaan tenaga kesehatan Warga Negara Asing
(WNA). Sedangkan pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar negeri adalah dalam
kerangka pemenuhan permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri dan
penciptaan lapangan kerja yang lebih luas bagi tenaga kesehatan.
Pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar negeri juga diarahkan untuk alih
pengetahuan dan teknologi secara berkesinambungan.

Pengembangan tenaga kesehatan pada hakekatnya berfokus pada pengembangan


karir. yaitu proses berkelanjutan yang terutama terdiri dari perencanaan karir.
baik individual maupun organisasional. dan pelaksanaan peningkatan karir serta
dukungan pengembangan karir. Peningkatan karir dan profesionalisme tenaga
kesehatan diupayakan melalui penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan.

A. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI DALAM NEGERI.

1. Pemerataan dan Pemanfaatan

a. Pendayagunaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan


pemerintah.

Pendayagunaan …
- 53 -

Pendayagunaan tenaga kesehatan dalam kaitannya dengan peningkatan


pemerataan dan pemanfaatannya diselenggarakan guna mengisi
kekurangan tenaga kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan dihitung
dengan memperhatikan kebutuhan dan ketersediaan tenaga kesehatan
serta pengurangan (atrisi). Upaya pemenuhan tenaga kesehatan di wilayah
tertentu dapat dilaksanakan dengan cara memobilisasi tenaga kesehatan
antar wilayah secara terkoordinasi.

Peningkatan pemerataan dan pemanfaatan tenaga kesehatan. perlu


memperhatikan kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit umum milik
Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah. TNI dan POLRI serta
Puskesmas. Kekurangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut:

Tabel 6.1.
Kebutuhan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Milik Kementerian Kesehatan. Pemerintah Daerah. TNI dan POLRI serta
Rumah Sakit Khusus Pemerintah Tahun 2014 dan 2019

TAHUN 2014 TAHUN 2019


KEBU- KEBU-
NO JENIS TENAGA KEKU- KEKU-
TUHAN TUHAN
RANGAN RANGAN
2014 2019
Dokter dan dokter gigi
1 22.275 14.822 26.359 6.868
Spesialis
2 Dokter Umum 6.172 - 7.332 1.932
3 Dokter Gigi 1.629 - 1.916 491
4 Perawat 80.143 14.104 93.216 23.091
5 Bidan 14.143 2.948 16.450 4.075
6 Apoteker 2.044 - 2.390 602
7 Asisten Apoteker 10.220 5.739 11.950 3.008
8 SKM 1.569 - 1.844 471
9 Sanitarian 2.044 91 2.390 602
10 Gizi 2.044 - 2.390 602
11 Keterapian Fisik 4.039 2.157 4.832 1.298
12 Keteknisian Medis 12.792 5.629 16.080 4.887

Catatan: Kebutuhan merupakan perhitungan dengan menggunakan


standar ketenagaan pada fasilitas kesehatan.

Tabel 6.2. …
- 54 -

Tabel 6.2.
Kebutuhan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Tahun 2014 dan 2019

2014 2019
NO JENIS TENAGA KEBU- KEKU- KEBU- KEKU-
TUHAN RANGAN TUHAN RANGAN
1 Dokter Umum 12.919 - 13.091 1.787
2 Dokter Gigi 9.768 4.242 9.940 1.393
3 Perawat 74.363 3.970 75.395 10.327
4 Perawat Gigi 9.768 2.852 9.940 1.393
5 Bidan 45.374 - 46.062 6.360
6 Asisten Apoteker 9.768 4.401 9.940 1.393
7 Apoteker 3.151 1.920 3.151 394
8 Tenaga Kesmas 29.304 23.547 29.820 4.179
9 Tenaga Kesling 9.768 1.988 9.940 1.393
10 Tenaga Gizi 9.768 2.960 9.940 1.393
11 Analis Kesehatan 9.768 7.428 9.940 1.393
Catatan: Kebutuhan merupakan perhitungan dengan menggunakan
standar ketenagaan pada fasilitas kesehatan.

Tabel 6.3.
Kebutuhan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan
di Kantor Kesehatan Pelabuhan Tahun 2014 dan 2019

2014 2019
KOMPETENSI
NO KEBU- KEKU- KEBU- KEKU-
PENDIDIKAN
TUHAN RANGAN TUHAN RANGAN
S2 Kesehatan
1 229 136 249 20
Masyarakat
2 Dokter 691 492 706 15
S1 Kesehatan
3 975 693 988 13
Masyarakat
D3 Kesehatan
4 1.000 635 1.025 25
Lingkungan
5 D3 Keperawatan 1.000 669 1.025 25
6 S1 Apoteker 88 78 94 6
7 D3 Farmasi 32 - 37 5
8 D3 Analis Kesehatan 56 14 57 1
9 D3 Radiologi 32 26 37 5

Tabel 6.4. …
- 55 -

Tabel 6.4.
Kebutuhan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan
di Balai Teknis Kesehatan Lingkungan Tahun 2014 dan 2019

2014 2019
KOMPETENSI
NO PENDIDIKAN KEBU- KEKU- KEBU- KEKU-
TUHAN RANGAN TUHAN RANGAN
1 S2 Kesehatan
Masyarakat 23 - 26 3
2 S1 Kesehatan
Lingkungan 60 36 68 8
3 D3 Kesehatan
Lingkungan 45 - 52 7
4 S1 Kesehatan
Masyarakat 36 - 44 8
5 S1 Teknik
Lingkungan/ MIPA 260 253 298 38
6 D3 Analisis 174 128 198 24
Jumlah 598 289 686 88

Pendayagunaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan


pemerintah dapat dilakukan sebagai pegawai negeri sipil (PNS). anggota TNI
dan POLRI. pegawai tidak tetap (PTT). maupun penugasan khusus.

1) Pengangkatan PNS. Prajurit TNI. PNS Kemhan dan Pegawai Negeri pada
POLRI.

Untuk memenuhi kebutuhan di DTPK. tenaga kesehatan diupayakan


diangkat sebagai PNS dan dapat melanjutkan pendidikan dengan
bantuan pembiayaan dari pemerintah (tugas belajar). dengan kewajiban
untuk kembali ke tempat tugas asal dalam waktu masa bakti yang
ditentukan.

Untuk menjamin retensi tenaga kesehatan di DTPK. dalam jangka


panjang dapat ditempuh ikatan dinas untuk pendidikan tenaga
kesehatan bagi penduduk setempat. dan otomatis diangkat sebagai PNS
di daerah asal. Ikatan dinas ini dapat juga dilaksanakan untuk non
penduduk DTPK. sejauh pasca pendidikan yang bersangkutan bersedia

diangkat …
- 56 -

diangkat sebagai PNS dan ditempatkan di DTPK dalam waktu yang telah
ditetapkan.

Tenaga kesehatan sebagai PNS diperhatikan pengembangannya ke


depan baik dalam kenaikan pangkat. kenaikan gaji berkala.

pengembangan karir. dan pendidikan berkelanjutan. Khusus untuk


DTPK. pemerintah juga perlu memberikan imbalan/ insentif khusus.
baik material maupun non material. Dengan demikian. pengangkatan
tenaga kesehatan sebagai PNS. Prajurit TNI. PNS Kemhan dan Pegawai
Negeri pada POLRI dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan
keuangan Negara.

2) Pegawai Tidak Tetap (PTT).

Dalam kondisi masih terbatasnya formasi PNS. pengangkatan tenaga


kesehatan sebagai PTT masih dilakukan. Pengangkatan tenaga
kesehatan sebagai PTT diupayakan dapat diperluas. tidak terbatas pada
tenaga dokter. dokter gigi dan bidan saja.

Khusus untuk tenaga dokter. dengan sudah dilaksanakannya program


internship dokter. ke depan akan dapat menggantikan pengangkatan
dokter sebagai PTT.

3) Penugasan khusus.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di DTPK dan daerah


bermasalah kesehatan (DBK). dalam situasi keterbatasan formasi PNS.
dilakukan dengan cara penugasan khusus. Pemerintah mengupayakan
sistem imbalan baik material maupun non material yang memadai
sesuai dengan kondisi daerah penempatan. Imbalan non material antara
lain berupa pendidikan dan pelatihan. pendidikan berkelanjutan. dan
mendapatkan pengutamaan dalam pengangkatan sebagai PNS.

Pemerintah mengupayakan adanya kesamaan perlakuan termasuk


imbalan yang diperoleh antara tenaga kesehatan yang sudah ada
sebagai PNS di DTPK dengan tenaga kesehatan dengan penugasan
khusus.

4) Inovasi …
- 57 -

4) Inovasi pendayagunaan lainnya


Sebagai upaya distribusi/ pemerataan dan pemanfaatan tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. pemerintah
pusat dan daerah dapat melakukan berbagai inovasi pendayagunaan
tenaga kesehatan. Inovasi pendayagunaan antara lain dalam melayani
daerah pegunungan dan kepulauan yang sulit dijangkau dan
penduduknya tersebar. dapat dibentuk mobile team. dokter terbang. tim
tenaga kesehatan di RS lapangan. maupun kontrak tenaga kesehatan
atas dasar kinerja atau output tertentu. Pelaksanaan inovasi
pendayagunaan tersebut dapat pula dilakukan melalui kemitraan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah dengan TNI dan POLRI. Model kemitraan
lainnya dapat dikembangkan melalui kerjasama dengan lembaga
swadaya masyarakat bidang kesehatan atau lembaga internasional lain.

Dalam menjamin kesinambungan pelayanan kesehatan utamanya di DTPK


dan daerah yang tidak diminati. upaya retensi perlu dilakukan yang antara
lain melalui pemberian insentif. bantuan pendidikan (bea siswa). pemberian
kewenangan tambahan terbatas bagi tenaga kesehatan di daerah terpencil/
sangat terpencil. serta pemberian jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja.

1) Pemberian insentif

Jenis insentif mencakup material dan non material.

Insentif material diharapkan tidak terbatas diberikan pada tenaga


kesehatan kontrak seperti PTT dan penugasan khusus namun juga pada
tenaga kesehatan PNS. Prinsip dalam pemberian insentif mencakup
besaran yang memadai. merata dan berkeadilan. dapat diterima tepat
waktu. Besaran insentif dapat ditentukan berdasarkan tingkat
keterpencilan atau tingkat kesulitan lokasi penugasan serta kinerja atau
luaran pekerjaan yang ditargetkan.

Insentif non material antara lain dapat berupa penghargaan sebagai


tenaga kesehatan teladan. dan bantuan pendidikan (bea siswa).

2) Pemberian kewenangan tambahan terbatas bagi tenaga kesehatan


(privileging policy).
- 58 -

Pemberian kewenangan tambahan terbatas bagi tenaga kesehatan yang


melaksanakan praktik kesehatan diluar kewenangannya di daerah
terpencil. tertinggal. perbatasan dan kepulauan (DTPK) sebagai bentuk
perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan untuk waktu tertentu
dimana tidak ada tenaga kesehatan yang berwenang.

3) Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja

Masalah keamanan di tempat tugas yang berisiko pada kesehatan dan


keselamatan jiwa perlu mendapatkan perhatian. Asuransi kesehatan

dan asuransi kecelakaan perlu dipertimbangkan untuk tenaga


kesehatan yang bertugas di tempat kerja yang berisiko tersebut.

b. Pendayagunaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan swasta


Swasta melakukan rekrutmen dan penempatan tenaga kesehatan sesuai
kebutuhannya. Pemerintah dapat memfasilitasi upaya pemenuhan tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan swasta dengan kriteria yang
telah ditetapkan.

Swasta juga harus mengembangkan dan menerapkan pola penggajian dan


pengembangan karir tenaga kesehatan. serta adanya sistim imbalan baik
material maupun non material yang memadai sesuai dengan jenis dan
tempat tugas tenaga kesehatan.

c. Pendayagunaan TK-WNA

Di era globalisasi dengan berlakunya pasar bebas termasuk jasa di bidang


kesehatan. pendayagunaan TK-WNA. dapat dilaksanakan. Pendayagunaan
TK-WNA ini harus benar-benar memperhatikan kebutuhan dan
diutamakan untuk jenis tenaga kesehatan yang terbatas pengadaannya di
dalam negeri. Untuk menjamin mutu dari pendayagunaan TK-WNA
tersebut perlu dilakukan pengawasan dalam pemanfaatannya.

2. Pengembangan Tenaga Kesehatan

a. Pengembangan Karir

Pemerintah. pemerintah daerah dan swasta mengembangkan dan


menerapkan pola karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara transparan

terbuka …
- 59 -

terbuka dan lintas institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Pemerintah/ Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi dan
swasta mengupayakan penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan dalam
rangka peningkatan karir dan profesionalisme tenaga kesehatan.

Pengembangan karir yang berkaitan dengan PNS dilaksanakan dengan


mengacu pada prinsip penyusunan pola karir PNS yaitu:
1) Prinsip profesionalisme: bahwa pengembangan karir didasarkan pada
kompetensi dan prestasi
2) Prinsip terbuka: bahwa dimungkinkan perpindahan secara instansional
maupun lintas instansi.

3) Prinsip objektifitas dan berkeadilan: bahwa pengembangan karir harus


menjamin kesesuaian dengan alur karir yang telah ditetapkan dan
memberikan kesempatan yang sama kepada PNS yang memiliki
kompetensi yang sama.

b. Pendidikan berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan merupakan suatu upaya sistematis untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan. Upaya sistematis tersebut
mencakup peningkatan kompetensi yang mengarah pada spesialisasi
profesi tertentu; pendidikan dan pelatihan teknis terkait jabatan fungsional;
serta pendidikan dan pelatihan penjenjangan.

c. In-service training
In-service training merupakan pelatihan jangka pendek bagi pegawai yang
sudah bekerja. Pelatihan ini bertujuan untuk mempertahankan serta
meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan sehingga berdampak pada
kinerja individu yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan.
In-service training sendiri lebih difokuskan kepada kompetensi khusus dari
tenaga kesehatan tersebut.
Dalam rangka mencapai Jaminan Kesehatan Nasional. maka tenaga
kesehatan juga perlu dilatih agar mampu tidak hanya dalam hal teknis
pelayanan kesehatan namun juga dalam pengelolaan jaminan kesehatan.

B. PENDAYAGUNAAN …
- 60 -

B. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI LUAR NEGERI.

Pendayagunaan tenaga kesehatan juga dilakukan dalam kerangka pemenuhan


permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri. yang dilaksanakan dengan
memperhatikan keserasian antara kebutuhan tenaga kesehatan di dalam negeri
dan kemampuan pengadaannya. Dalam hal ini pendayagunaan tenaga kesehatan
diutamakan pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pendayagunaan tenaga
kesehatan ke luar negeri yang dilakukan melalui Pelaksana Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Di masa mendatang pemenuhan permintaan
tenaga kesehatan dari luar negeri diarahkan melalui kerjasama antar
pemerintahan (Government to Government).
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pemanfaatan tenaga
kesehatan di luar negeri. dalam mewujudkan atau melindungi hak-hak dan hak
asasi tenaga kesehatan di luar negeri.
- 61 -

VII. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MUTU TENAGA KESEHATAN

A. PEMBINAAN TENAGA KESEHATAN

Pembinaan tenaga kesehatan adalah upaya untuk mengarahkan. memberikan


dukungan. serta mengawasi pengembangan tenaga kesehatan. Pembinaan
tenaga kesehatan dimulai dari institusi yang menggunakan/mendayagunakan
tenaga kesehatan baik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta. institusi pendidikan dan pelatihan. instansi pemerintah.
pusat/lembaga penelitian. dan tenaga kesehatan sebagai individu.

Pembinaan tenaga kesehatan dapat dilakukan secara langsung/aktif dengan


mengunjungi objek yang menjadi sasaran pembinaan. maupun secara tidak
langsung yaitu dengan melakukan pengujian dan analisis atas laporan
penyelenggaraan pembinaan tenaga kesehatan oleh institusi yang
menggunakan/mendayagunakan tenaga kesehatan. Kegiatan pembinaan pada
institusi. ditekankan pada asupan (input). proses dan luaran (output) dari
penyelenggaraan pembinaan tenaga kesehatan yang meliputi administrasi.
teknis/substansi. fisik. dan pembinaan etika profesi.

Pembinaan tenaga kesehatan terhadap individu tenaga kesehatan diarahkan


untuk meningkatkan kinerja dan pengabdian profesi tenaga kesehatan. yang
dilakukan melalui pembinaan karir. penegakan disiplin dan pembinaan profesi
tenaga kesehatan. Pembinaan karir tenaga kesehatan meliputi kenaikan
pangkat. jabatan dan pemberian penghargaan baik materiil maupun non
materiil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penegakan disiplin tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab
penyelenggara dan/atau pimpinan institusi/fasilitas/sarana pelayanan
kesehatan yang bersangkutan. yang dilaksanakan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan profesi
tenaga kesehatan dilaksanakan melalui bimbingan. pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan termasuk continuing professional development. serta penetapan
standar profesi tenaga kesehatan. Pembinaan profesi tenaga kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah bersama dengan organisasi profesi.

Pembinaan …
- 62 -

Pembinaan tenaga kesehatan sebagai individu dilakukan baik untuk tenaga


kesehatan di dalam negeri. TKKI yang bekerja di luar negeri. maupun TKWNA
yang bekerja di Indonesia. Untuk mengantisipasi diberlakukannya pasar
bebas termasuk dalam sektor jasa. diperlukan suatu institusi independen
yang berfungsi untuk membina dan mengawasi TKWNA yang bekerja di
Indonesia.

Dalam rangka penegakan hukum sesuai peraturan perundangan yang


berlaku. baik bagi pemenuhan hak-hak masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang berkualitas. maupun untuk pemenuhan hak-hak tenaga
kesehatan. perlu dikembangkan dan ditingkatkan kembali Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS). khususnya bagi tenaga kesehatan yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil/PNS.

Hasil dari pembinaan untuk selanjutnya dipakai sebagai bahan analisis guna
penyusunan kebijakan baik untuk memperbaiki kebijakan yang sudah ada
atau menyusun kebijakan baru sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi.

B. PENGAWASAN MUTU TENAGA KESEHATAN

Pengawasan mutu tenaga kesehatan diarahkan untuk memberikan dukungan.


dan mengawasi tenaga kesehatan dalam rangka menjamin mutu tenaga
kesehatan guna melindungi hak-hak masyarakat dan hak-hak tenaga
kesehatan.

Pengawasan mutu tenaga kesehatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan


untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan sesuai kompetensi yang
diharapkan dan pengetahuan serta keterampilan di bidangnya sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengawasan mutu tenaga kesehatan dimulai dari institusi yang


menghasilkan/memproduksi tenaga kesehatan. institusi yang
menggunakan/mendayagunakan tenaga kesehatan baik di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah maupun swasta. institusi pendidikan dan pelatihan.
instansi pemerintah. pusat/lembaga penelitian. dan tenaga kesehatan sebagai
individu.

Untuk …
- 63 -

Untuk pengawasan keprofesian tenaga dokter dan dokter gigi. dilakukan oleh
institusi independen yang disebut Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) yang berada di bawah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
MKDKI berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan
dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan
kedokteran gigi serta menetapkan sanksi disiplin.

Pengawasan keprofesian tenaga kefarmasian dilakukan oleh Komite Farmasi


Nasional (KFN) yang berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan apoteker dalam penerapan disiplin ilmu kefarmasian serta
menetapkan sanksi disiplin. Sedangkan pengawasan untuk tenaga kesehatan
lainnya dilakukan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) di tingkat
pusat dan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) di daerah.

Pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan profesi dilakukan melalui


sertifikasi. registrasi. dan pemberian lisensi bagi tenaga kesehatan yang
memenuhi syarat.

Sertifikasi tenaga kesehatan diberikan dalam bentuk ijazah oleh institusi


pendidikan tenaga kesehatan. dan sertifikat kompetensi diberikan oleh
organisasi profesi terkait dan atau MTKI setelah dinyatakan lulus uji
kompetensi.

Registrasi tenaga kesehatan untuk dapat melakukan praktik profesi di seluruh


wilayah Indonesia. diberikan oleh Pemerintah. Dalam pelaksanaan registrasi.
pemerintah dapat melimpahkannya kepada KKI. KFN. dan MTKI.

Perizinan/lisensi tenaga kesehatan profesi untuk melaksanakan praktik


diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh instusi kesehatan di wilayah bersangkutan.
setelah mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi terkait.

Hasil dari pengawasan mutu tenaga kesehatan selanjutnya digunakan sebagai


bahan analisis dalam penyusunan kebijakan. baik memperbaiki kebijakan
yang sudah ada atau menyusun kebijakan baru sesuai situasi dan kondisi
yang dihadapi.
- 64 -

VIII. PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN

RPTK telah disusun berdasarkan keadaan dan masalah yang dihadapi dewasa
ini. dan perkiraan keadaan kedepan sampai tahun 2025. Namun demikian bila
terjadi perubahan lingkungan strategis yang memang bertambah kompleks.
cepat berubah dan sering tidak terduga. maka rencana ini perlu disesuaikan
sesuai keperluannya.

A. PROSES PENYELENGGARAAN RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA


KESEHATAN.

1. Sosialisasi RPTK

Penyelenggaraan RPTK perlu menerapkan prinsip-prinsip koordinasi.


integrasi dan sinergisme antar para pemangku kepentingan dengan pola
kemitraan dalam pengembangan tenaga kesehatan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas. maka RPTK perlu


disosialisasikan kepada semua pemangku kepentingan. guna memperoleh
komitmen dan kontribusi/dukungan dalam penyelenggaraan
pengembangan tenaga kesehatan. Sasaran sosialisasi adalah semua
penentu kebijakan dan penanggung jawab kegiatan pengembangan
tenaga kesehatan. baik di lingkungan pemerintah secara lintas sektor.
dan masyarakat termasuk swasta.

2. Fasilitasi Penyelenggaraan Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan

Agar penyelenggaraan pengembangan tenaga kesehatan dapat lebih


terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran seperti tercantum dalam
RPTK. diperlukan fasilitasi bagi semua pemangku kepentingan. baik di
pusat maupun di daerah.

3. Monitoring dan Evaluasi Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan

Monitoring dan Evaluasi RPTK Tahun 2011 - 2025 ditujukan untuk


mengetahui kemajuan dan keberhasilan upaya pengembangan tenaga
kesehatan selama kurun waktu 2011 - 2025.

a. Monitoring …
- 65 -

a. Monitoring

Monitoring RPTK Tahun 2011 - 2025 dilakukan setiap tahun.


Monitoring dan evaluasi pengembangan tenaga kesehatan mencakup
proses. output. outcome indikator dengan menggunakan data dasar
sebagai input. Data dasar yang digunakan untuk mengukur kemajuan
pelaksanaan pengembangan tenaga kesehatan adalah:

1) Data rencana kebutuhan yang terdapat dalam dokumen RPTK.


2) Data lulusan tenaga kesehatan yang diperoleh dari Kemendikbud.
3) Data ketersediaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang diperoleh dari Kemenkes.
4) Peraturan yang terkait dengan kebijakan pengembangan tenaga
kesehatan.

b. Evaluasi

Evaluasi RPTK Tahun 2011 - 2025 dilakukan sebagai berikut :

1) Penilaian tahapan lima tahunan. yang dilaksanakan pada akhir


tahun 2014. 2019 dan 2025.

2) Penilaian tengah periode lima tahunan yang dilaksanakan pada


tahun 2017 dan 2023.

Evaluasi RPTK Tahun 2011-2025 dilakukan dengan menilai


pencapaian sasaran atau target yang telah ditetapkan untuk tahun
2014. 2019. dan 2025 yang tercantum dalam Bab III: Visi. Misi.
Tujuan. Sasaran Strategis. dan Strategi; serta pelaksanaan upaya
atau kegiatan pada Bab V: Rencana Pengadaan/Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Bab VI: Pendayagunaan Tenaga Kesehatan. dan Bab VII:
Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan.

c. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang ditetapkan dalam pelaksanaan monitoring dan


evaluasi meliputi indikator kinerja luaran (output) dan indikator
kinerja hasil (outcome).

1) Indikator …
- 66 -

2) Indikator kinerja untuk luaran (output):


a) Regulasi/kebijakan yang terkait pengembangan tenaga
kesehatan yaitu adanya kebijakan tentang SDM Kesehatan.
b) Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan. meliputi: adanya
sistem informasi SDM Kesehatan dengan mekanisme
pemutakhiran data secara periodik dan berjenjang; dan adanya
rencana kebutuhan tenaga kesehatan pada tingkat unit kerja.
kabupaten. propinsi dan nasional.
c) Pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan. meliputi: jumlah
institusi pendidikan sesuai status terakreditasi; jumlah dan
jenis program studi pendidikan tenaga kesehatan baru; jumlah
mahasiswa pada institusi pendidikan berdasarkan jenis tenaga
kesehatan; realisasi jumlah lulusan tenaga kesehatan terhadap
proyeksi jumlah lulusan per tahun. rasio dosen dan mahasiswa
berdasarkan jenis tenaga kesehatan; dan penyempurnaan/up
date kurikulum pendidikan tenaga kesehatan secara periodik
sesuai kebutuhan.
d) Pendayagunaan tenaga kesehatan. meliputi: jumlah tenaga
kesehatan yang direkrut di pemerintah dan swasta (urban –
rural); jumlah tenaga kesehatan yang diberikan insentif;
jumlah tenaga kesehatan yang diberikan pelatihan kompetensi
medis (terkait privileging policy); jumlah tenaga
kesehatan yang mengikuti tugas belajar dan dibiayai; jumlah
TKWNA di Indonesia; jumlah TKKI migrasi ke luar negeri;
jumlah tenaga kesehatan migrasi dari pedesaan ke perkotaan;
adanya pedoman pengembangan karir tenaga kesehatan;
jumlah modul pelatihan tenaga kesehatan; dan jumlah tenaga
kesehatan mendapatkan pelatihan tenaga kesehatan.
e) Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan. meliputi:
adanya pedoman supervisi tenaga kesehatan yang efektif;
jumlah penetapan standar profesi tenaga kesehatan; adanya
program pendidikan berkelanjutan dan jumlah tenaga
kesehatan yang mengikuti pendidikan berkelanjutan; jumlah
tenaga kesehatan yang mengikuti uji kompetensi dan jumlah
yang lulus/ mendapat sertifikat kompetensi dari MTKP; jumlah
tenaga kesehatan yang teregister di MTKI; dan jumlah tenaga
kesehatan yang mendapat SIP.

f) Sumber …
- 67 -

f) Sumber daya pengembangan tenaga kesehatan. yaitu: jumlah


alokasi anggaran untuk pengembangan tenaga kesehatan
sesuai kebutuhan.

g) Kemitraan/peran stakeholder dalam pengembangan tenaga


kesehatan. meliputi: adanya HRH observatory dan berfungsi;
adanya Surat Keputusan Bersama terkait pengembangan
tenaga kesehatan; dan adanya pertemuan lintas stakeholder
secara rutin.
3) Indikator kinerja untuk hasil (outcome). meliputi: rasio
perbandingan jumlah. jenis. kualitas tenaga kesehatan
berdasarkan jumlah penduduk. wilayah dan fasilitas pelayanan
kesehatan.

B. PENYELENGGARA RENCANA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN

Penyelenggaraan RPTK ini merupakan tanggung jawab semua komponen


bangsa. baik pemerintah secara lintas sektor termasuk pemerintah daerah
dan masyarakat termasuk swasta.

Sesuai dengan tugas. fungsi serta kewenangannya masing-masing. para


pemangku kepentingan melakukan peran dan berkontribusi dalam
pengembangan tenaga kesehatan sebagai berikut:

1. Dukungan Pengembangan Tenaga Kesehatan

a. Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pembahas dan mengesahkan


peraturan perundangan dan kebutuhan anggaran dalam pelaksanaan
pengembangan tenaga kesehatan.

b. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat


mengkoordinasikan dan menyerasikan peran dan kontribusi semua
pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan.
melalui sosialisasi dan fasilitasi dalam penyelenggaraan pengembangan
tenaga kesehatan. Dalam operasionalnya Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat dibantu oleh Tim Koordinasi dan
Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan.

c. Kementerian …
- 68 -

c. Kementerian Keuangan mengupayakan ketersediaan anggaran untuk


mendukung pengembangan tenaga kesehatan.

d. Kementerian Dalam Negeri mengkoordinasikan dan melakukan


pembinaan terhadap Pemerintah Daerah dalam pengembangan tenaga
kesehatan di daerah. baik di provinsi maupun kabupaten/kota.

2. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan

a. Kementerian Kesehatan mengkoordinasikan dan melaksanakan


perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan. baik jumlah maupun
jenisnya guna penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan
pelayanan kesehatan bagi rakyat.

b. Kementerian Kesehatan juga melaksanakan dan mengkoordinasikan


penyusunan kebijakan dan NSPK pengembangan tenaga kesehatan
yang meliputi perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan.
pendayagunaan tenaga kesehatan. serta pembinaan dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan.

c. Sektor lainnya dalam pemerintahan termasuk TNI/POLRI. pemerintah


daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. serta swasta
memberikan masukan dan usulan kebutuhan tenaga kesehatan.

d. Sektor lainnya dalam pemerintahan termasuk TNI/POLRI dan


Pemerintah Daerah serta swasta memberikan masukan dalam
penyusunan kebijakan dan NSPK pengembangan tenaga kesehatan
yang meliputi perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan.
pendayagunaan tenaga kesehatan. serta pembinaan dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan.

3. Pengadaan/Pendidikan Tenaga Kesehatan


a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengkoordinasikan dan
bertanggung jawab dalam pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan.
baik jumlah maupun jenisnya sesuai dengan kebutuhan tenaga
kesehatan untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan
pelayanan kesehatan bagi rakyat.
b. Kementerian …
- 69 -

b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga melaksanakan dan


mengkoordinasikan penyusunan kebijakan dan NSPK pengembangan
tenaga kesehatan yang menyangkut pengadaan/pendidikan tenaga
kesehatan.
c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap institusi pendidikan tenaga kesehatan.
termasuk pengaturan dalam perizinan pembukaan institusi pendidikan
dan program studi tenaga kesehatan.
d. Kementerian Kesehatan memberikan rekomendasi teknis sesuai
bidangnya dalam pemberian izin pembukaan institusi pendidikan dan
program studi tenaga kesehatan kepada Kemendikbud. Kemenkes
melakukan koordinasi dalam penyusunan standar pelayanan
kesehatan. yang dapat dipergunakan sebagai acuan dalam
penyusunan standar kompetensi dan standar pendidikan tenaga
kesehatan.

4. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan


a. Kementerian Kesehatan memfasilitasi rekrutmen tenaga kesehatan
yang dilakukan oleh semua pemangku kepentingan pengembangan
tenaga kesehatan. baik pemerintah secara lintas sektor termasuk
TNI/POLRI dan masyarakat termasuk swasta.
b. Kementerian Dalam Negeri melakukan pembinaan terhadap
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
dalam distribusi dan pemanfaatan tenaga kesehatan di daerah.
c. Kementerian Kesehatan dan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi bekerja sama dalam rangka pendayagunaan TKKI untuk
pemenuhan permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri.
d. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Negara dalam penyediaan
formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan.
e. Semua pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga
kesehatan. baik pemerintah secara lintas sektor termasuk TNI dan
POLRI dan swasta sebagai pengguna tenaga kesehatan. melaksanakan
pengembangan karir tenaga kesehatan termasuk pendidikan
berkelanjutan atau “continuing professional development”.

5. Pembinaan …
- 70 -

5. Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan


a. Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan KKI. KFN. MTKI.
organisasi profesi kesehatan. asosiasi institusi pendidikan tenaga
kesehatan dan asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan melaksanakan
pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan.
b. Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kemennakertrans
melakukan pembinaan dan pengawasan mutu TKKI dan pengawasan
terhadap TKWNA.
c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan
Kementerian Kesehatan. KKI. KFN. MTKI. organisasi profesi kesehatan.
asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan dan asosiasi fasilitas
pelayanan kesehatan melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap institusi pendidikan tenaga kesehatan melalui kegiatan
akreditasi.

Setiap pemangku kepentingan menjalankan tanggung jawab dan


melaksanakan fungsinya dalam pengembangan tenaga kesehatan melakukan
kerjasama yang sinergis dengan semangat kemitraan dengan pemangku
kepentingan lainnya. Kemitraan antar pemangku kepentingan merupakan
prasyarat di dalam pengembangan tenaga kesehatan yang meliputi: 1)
dukungan pengembangan tenaga kesehatan; 2) perencanaan kebutuhan
tenaga kesehatan; 3) pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan; 4)
pendayagunaan tenaga kesehatan; dan 5) pembinaan dan pengawasan
tenaga kesehatan.

C. KERJASAMA INTERNASIONAL

Kerjasama internasional dalam pengembangan tenaga kesehatan dapat


dilaksanakan dalam pengadaan/pendidikan tenaga kesehat.pendayagunaan
tenaga kesehatan. serta pembinaan dan pengawasan mutu tenaga
kesehatan.

Kerjasama internasional dalam pendidikan tenaga kesehatan dapat


dilakukan antara institusi pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia
dengan institusi pendidikan tenaga kesehatan di negara lain. dengan
koordinasi Kementerian Pendidikan Nasional.

Kerjasama …
- 71 -

Kerjasama internasional dalam pendayagunaan tenaga kesehatan. utamanya


dalam pengiriman TKKI ke negara lain. diupayakan dalam kerjasama antar
pemerintahan (Government to Government). Dalam hal ini Kemenkes
berkoordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenakertrans) dalam melakukan kerjasama dengan negara lain.
Kerjasama ini perlu mencakup pula pembinaan dan pengawasan mutu TKKI
yang bekerja di luar negeri.

D. SUMBER DAYA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN

Dalam penyelenggaraan pengembangan tenaga kesehatan diperlukan sumber


daya yang memadai. utamanya SDM. sistem informasi tenaga kesehatan dan
pembiayaan serta sumber daya lainnya.

Khusus untuk pengadaan sistem informasi tenaga kesehatan meliputi: a)


pengelolaan sistem informasi tenaga kesehatan; b) pelaksanaan sistem
informasi tenaga kesehatan yang meliputi data. informasi dan indikator.
sumber data dan pengumpulan. pengolahan. penyajian serta analisa data
dan informasi tenaga kesehatan; c) pengembangan dan peningkatan sistem
informasi tenaga kesehatan; serta d) peningkatan produk. desiminasi dan
penggunaan data dan informasi tenaga kesehatan.

Semua pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan


mengupayakan ketersediaan sumber daya termaksud untuk melaksanakan
kegiatan. peran dan kontribusinya dalam pengembangan tenaga kesehatan.
- 72 -

IX. KEBUTUHAN PEMBIAYAAN

Kebutuhan biaya pengembangan tenaga kesehatan dihitung untuk keperluan


sampai dengan tahun 2014. menyesuaikan dengan periode kepemerintahan.
Lingkup pembiayaan yang dihitung adalah untuk pemenuhan kebutuhan tenaga
kesehatan (pendayagunaan tenaga kesehatan) dan untuk pengadaan/produksi
tenaga kesehatan. Kebutuhan biaya pendayagunaan tenaga kesehatan hanya
mencakup tenaga kesehatan yang bekerja di pelayanan kesehatan dan belum
termasuk biaya pendayagunaan tenaga kesehatan di sektor swasta.

A. PEMBIAYAAN UNTUK PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN

Pembiayaan dalam rangka pendayagunaan tenaga kesehatan mencakup biaya


yang dibutuhkan untuk pemenuhan total kebutuhan tenaga kesehatan yaitu
jumlah tenaga kesehatan yang sudah ada/tersedia dan jumlah kekurangan
tenaga kesehatan. Komponen biaya yang dihitung mencakup biaya
distribusi/penempatan. biaya gaji yang dihitung per tahun mengacu pada
besaran gaji PNS. dan insentif untuk penempatan di DTPK serta biaya
orientasi yang mengacu pada biaya pra jabatan CPNS. Secara rinci. estimasi
besaran satuan biaya untuk masing-masing komponen adalah sebagai
berikut:

1. Biaya distribusi/penempatan tenaga kesehatan yang baru direkrut (satu


kali per orang):
a. Transport sebesar Rp. 5.000.000.- ;
b. Per diem (uang harian dan penginapan) sebesar Rp. 1.100.000.-;
c. Biaya manajemen dan rekrutmen sebesar Rp. 100.000.-.

2. Biaya gaji per tahun (mempertimbangkan kenaikan 15% per tahun):


a. Gaji yang dihitung untuk tenaga kesehatan yang sudah ada/tersedia:
1) Setara golongan IId: Rp. 2.200.000.- per bulan;
2) Setara golongan IIId: Rp. 2.700.000.- per bulan.
b. Gaji yang dihitung untuk tenaga kesehatan yang baru direkrut:
1) Setara golongan IIc: Rp. 2.000.000.- per bulan;
2) Setara golongan IIIb: Rp. 2.500.000.- per bulan.

3. Biaya …
- 73 -

3. Biaya insentif yang dihitung untuk 30% dari total kebutuhan tenaga
kesehatan di DTPK sebesar:
a. Dokter Spesialis sebesar Rp.7.500.000.- per bulan;
b. Dokter dan tenaga kesehatan setara S1 lainnya sebesar Rp.
5.000.000.- per bulan;
c. Tenaga kesehatan setara D3 sebesar Rp. 2.500.000.- per bulan.

4. Biaya orientasi tenaga kesehatan yang baru direkrut sebanyak 1 (satu) kali
per orang.
a. Setara golongan III :Rp. 6.000.000.-
b. Setara golongan II : Rp. 5.000.000.-

Berikut adalah estimasi pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga


kesehatan tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

Tabel 9.1.
Estimasi Biaya Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Tahun 2012
(dalam jutaan Rupiah)

NO PENEM-
INSTANSI INSENTIF PATAN ORIENTASI GAJI JUMLAH

1 RS
Pemerintah.
1.651.813 94.012 80.757 3.889.853 5.716.435
TNI. POLRI

2 Puskesmas
3.394.866 133.331 127.161 6.999.489 10.654.847
3 KKP dan
BTKL - 6.008 5.323 73.698 85.029

4 Jumlah
5.046.679 227.343 207.918 10.889.342 16.371.281

Tabel 9.2. …
- 74 -

Tabel 9.2.
Estimasi Biaya Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Tahun 2013
(dalam jutaan Rupiah)

PENEM-
NO INSTANSI INSENTIF ORIENTASI GAJI JUMLAH
PATAN

RS
1 Pemerintah. 1.973.891 94.012 80.757 4.763.796 6.912.456
TNI. POLRI

2 Puskesmas 4.734.956 133.331 122.288 8.465.549 13.456.124

KKP dan
3 - 6.008 5.323 109.476 120.807
BTKL

4 Jumlah 6.708.847 233.351 208.369 13.338.821 20.489.388

Tabel 9.3.
Estimasi Biaya Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Tahun 2014
(dalam jutaan Rupiah)

NO PENEM-
INSTANSI INSENTIF PATAN ORIENTASI GAJI JUMLAH

1 RS
Pemerintah.
2.159.211 94.012 80.757 5.625.413 7.959.393
TNI. POLRI

2 Puskesmas
5.093.809 133.331 122.288 9.840.253 15.189.682
3 KKP dan
BTKL - 6.008 5.323 144.502 155.833

4 Jumlah
7.253.021 233.351 208.369 15.610.168 23.304.908

B. PEMBIAYAAN UNTUK PENGADAAN/PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN


Pembiayaan dalam rangka pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan dihitung
untuk mengisi kekurangan jumlah tenaga kesehatan serta untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Komponen biaya pengadaan/pendidikan
yang dihitung adalah biaya pendidikan rata-rata per orang per tahun untuk
jenis tenaga kesehatan tertentu.

Estimasi …
- 75 -

Estimasi rata-rata satuan biaya pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Dokter spesialis sebesar Rp. 125.000.000.- per tahun dengan masa


pendidikan rata-rata 5 tahun
2. Dokter umum sebesar Rp. 60.000.000.- per tahun dengan masa pendidikan
rata-rata 5 tahun
3. Dokter gigi sebesar Rp. 70.000.000.- per tahun dengan masa pendidikan
rata-rata 5 tahun
4. Apoteker sebesar Rp. 55.000.000.- per tahun dengan masa pendidikan
rata-rata 5 tahun
5. Sarjana Kesehatan Masyarakat sebesar Rp. 20.000.000.- per tahun dengan
masa pendidikan rata-rata 4 tahun
6. Diploma 3 (perawat. bidan. sanitarian. gizi. asisten apoteker. keteknisian
medis dan keterapian fisik.) sebesar Rp. 15.000.000.- per tahun dengan
masa pendidikan rata-rata 3 tahun

Pada Tabel 9.4 di bawah ini dapat dilihat estimasi pembiayaan pendidikan
tenaga kesehatan berdasarkan data jumlah kekurangan tenaga kesehatan
sampai dengan tahun 2014:
- 76 -

Tabel 9.4.
Estimasi Pembiayaan Pendidikan Tenaga Kesehatan dan Peningkatan
Kapasitas Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2014
(Dalam Jutaan Rupiah)

PENINGKATAN KAPASITAS
PENDIDIKAN NAKES
DIKNAKES
JENIS TENAGA JML
NO KEMAMPUAN
KESEHATAN LULUSAN
BIAYA KAPASITAS BIAYA
TAHUN
TAMBAHAN
2011-2014
Dokter
1 1.464 1.336
Spesialis 915.000 835.000

2 Dokter 27.756 244


8.326.800 73.200

3 Dokter gigi 6.700 0


2.345.000 -

4 Perawat 115.340 0
5.190.300 -

5 Bidan 74.180 9820


3.338.100 441.900

6 Perawat gigi 4.340 0


195.300 -
7 Apoteker 15.784 4.340.600 0 0
Tenaga Teknis
8 19.456 0
Kefarmasian 875.520 -
9 SKM 24.696 1.975.680 0 0

10 Sanitarian 6.740 4.060


303.300 182.700

11 Gizi 7.248 0
326.160 -

12 Keterapian fisik 2.920 0


131.400 -
Keteknisian
13 16.428 1572
Medis 739.260 70.740
Jumlah 323.052 29.002.420 17.032 1.603.540

C. BIAYA …
- 77 -

C. BIAYA MANAJEMEN/PENGELOLAAN PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN

Disamping pembiayaan yang diuraikan di atas masih diperlukan biaya


manajemen/pengelolaan pengembangan tenaga kesehatan. Biaya manajemen
mencakup kebutuhan biaya antara lain dalam rangka penyusunan berbagai
kebijakan (Norma. Standar. Prosedur dan Kriteria/NSPK) termasuk penyusunan
peraturan perundang-undangan dalam pengembangan tenaga kesehatan.
pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan. peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan termasuk in service training dan continuing professional
development. serta bimbingan dan supervisi.
- 78 -

X. PENUTUP

Tujuan pembangunan kesehatan hanya dapat dicapai apabila didukung oleh


tersedianya tenaga kesehatan yang memadai baik jumlah. jenis maupun
mutunya. Pengembangan tenaga kesehatan yang meliputi perencanaan.
pengadaan. pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan mutu adalah
merupakan suatu rangkaian yang bertujuan untuk mendukung suksesnya
pembangunan kesehatan secara nasional.

Penyusunan RPTK Tahun 2011 – 2025 merupakan rencana jangka panjang


dengan maksud memberikan arah dan acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan dalam pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan secara
komprehensif dan menyeluruh. Dalam rangka mengakomodasi perkembangan
kondisi dan situasi dalam pembangunan kesehatan. maka RPTK ini akan
dievaluasi dan direvisi secara berkala sesuai dengan kebutuhan.

Dengan disusunnya RPTK ini diharapkan dapat mewujudkan sinergisme dan


upaya yang saling mendukung serta melengkapi antara pemerintah. masyarakat
termasuk swasta yang memiliki kepentingan terhadap pengembangan tenaga
kesehatan. RPTK ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan
rencana pengembangan tenaga kesehatan jangka pendek maupun jangka
menengah.

Dalam pelaksanaannya seluruh pemangku kepentingan perlu memegang teguh


prinsip-prinsip yang tertuang dalam dokumen ini sesuai dengan tugas dan
fungsinya. tetapi juga harus realistis disesuaikan dengan kemampuan
sumberdaya manusia. ketersediaan dana maupun sumberdaya lainnya. serta
kondisi lingkungan.

Keberhasilan …
- 79 -

Keberhasilan dari RPTK ini sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan komitment
dari masing-masing pemangku kepentingan. karena hal ini merupakan suatu
mata rantai sistem dimana apabila salah satu komponen pemangku kepentingan
tidak melaksanakan tugas dan fungsinya akan berpengaruh terhadap sistem
secara keseluruhan.

MENTERI KOORDINATOR
BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT.
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

AGUNG LAKSONO

Salinan sesuai dengan aslinya


Sekretaris Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat

ttd.

Sugihartatmo

Anda mungkin juga menyukai