KELEMBAGAAN
KOTA BUKITTINGGI
8. PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN KOTA
BUKITTINGGI
a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang
kawasan, melalui lokakarya dan saresehan.
c. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang.
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi merugikan yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana
tata ruang.
e. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya.
f. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang.
Dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bukittnggi, peran
masyarakat harus terlibat dalam seluruh proses dimulai dari tahap persiapan sampai
pada tahap pengesahan. Untuk itu, Pemerintah harus selalu mengundang representasi
masyarakat (misal: anggota DPRD, LSM, Forum Kota, tokoh masyarakat, perguruan
tinggi, ikatan profesi) untuk ikut terlibat dalam setiap tahapan penyusunan RTRW.
Media cetak.
Media elektronik.
Forum pertemuan.
Dan Lain-lain.
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Kota Bukittinggi
diuraikan dalam langkah-langkah kegiatan proses perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan;
b. Pemyampaian masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
c. Bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam pengelolaan pemanfaatan ruang;
d. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatanruang darat,
ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan
kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Kerjasama pengelolaan ruang dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
dan pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan penataan
ruang;
f. Menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan dan SDA;
g. Usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan
h. Mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.
Pengaduan merupakan salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang, dengan adanya
pengaduan masyarakat menunjukkan adanya kepedulian masyarakat dalam pemanfaatan
ruang.
b. Umpan balik (feed back) dari masyarakat atas Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bukittinggi.
Pengaduan masyarakat bidang penataan ruang harus ditangani oleh suatu lembaga yang
berwenang menangani sesuai dengan materi yang diadukan, diantaranya:
Pengaduan masyarakat yang wajib ditindaklanjuti oleh lembaga yang ditunjuk untuk
penyelesaian pengaduan meliputi:
pelaksanaan tugas Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah. BKPRD Kota
Bukittinggi dimasudkan untuk memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan dalam
penataan ruang daerah yang hasilnya akan berguna sebagai pedoman dalam :
Adapun tujuan pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruan Daerah (BKPRD) ini
adalah untuk membantu walikota dalam merumuskan kebijaksanaan penataan ruang di
Kota Bukittinggi.
Tugas dan tanggung jawab Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) dilakukan
oleh Walikota Bukittinggi yang kemudian membentuk dan menugaskan BKPRD untuk
melaksanakan tugas koordinasi Penataan Ruang Daerah.
Dasar Hukum pembentukan Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kota Bukittinggi
adalah :
5. Peraturan pemerintah no. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional,
10. Keputusan menteri dalam negeri no 130 Tahun 2003 tentang organisasi dan tata
kerja departemen dalam negeri
11. Keputusan menteri dalam negeri no. 147 tahun 2004 tentang pedoman
koordinasi penataan ruang daerah
12. Peraturan daerah no. 8 tahun 1997 tentang rencana umum tata ruang Kota
Bukittinggi tahun 1992-2003
13. Peraturan daerah no.9 tahun 1997 tentang tentang rencana teknik ruang kota
bukittinggi tahun 1993-2003,
14. Peraturan daerah kota bukittinggi nomor 01 tahun 2001 tentang susunan
organisasi perangkat daerah kota bukittinggi,
15. Peraturan daerah kota bukittinggi nomor 17 tahun 2004 tentang pengelolaan
keuangan daerah
17. Peraturan daerah kota bukittinggi nomor 01 tahun 2007 tentang anggaran
pendapatan dan belanja daerah APBD Kota Bukittinggi tahun anggaran 2007