Anda di halaman 1dari 8

STUDI KELAYAKAN BISNIS

“KEPEMIMPINAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

NURUL SAFINA H. DO IBRAHIM 02041711109


ERNI ALTING 02041711085
DARMI DAHLAN 02041711082

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2019
KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan (leadership) yang di tetapkan oleh seorang manajer dalam oraganisasi dapat
menciptakan integrasi yang serasi dalam mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran
yang aksimal. Kepemimpinan adalah kata benda dari pemimpin (leader).
Pemimpin (leader = head) adalah yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya,
mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.
Leader adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat kepemimpian dan keibawaan
(personality authority), filsafah kepemimpiannya bahwa pemimpin adalah untuk bawahan dan milik
bawahan.
Pelaksanaan kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas,
dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Hal ini semua akan diperoleh karena
kecakapan, kemampuan, perilakunya.
Head adalah seorang pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinannya hanya atas
kekuasaan (power) yang dimilikinya. Falsafah kepemimpiaannya bahwa bawahan adalah untuk
pemimpin. Pemimpin menganggap dirinya paling berkuasa,paling cakap, sedangkan bawahan
dianggap hanya pelaksanaan keputusan-keputusan saja. Pelaksanaan kepemimpinannya dengan
memberikan instruksi pemerintah-pemerintah, ancaman hukum, dan pengawasan yang ketat.
Kepemimpianan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (penulis).
Kepemimpinan pancasila adalah kepemimpinan yang memiliki jiwa pancasiala. Yang
memiliki wibawa dan daya untuk membawa serta dan pemimpin masyarakat lingkungan ke dalam
kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Aspek kepemimpinan pancasila adalah sikap konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan
mengamalkan pancasila. Semangat kekeluargaan merupakan unsur penting dari kepemim[inan
pancasila.
Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengaruh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya.
Asas utama kepemimpinan pancasila antara lain sebgai berikut.
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya seorang pemimpin haruslah mampu lewat sifat dan
perbuatannya menjadikan pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
2. Ing Madya Mangun Karsa, artinya seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
3. Tut Wuri Handayani, artinya seorang pemimpin harus mampumendorong orang-orang yang
diasuhkan berjalan didepan dan sanggup bertanggung jawab
Kalau kita perhaikan dan sebagai bahan perbandingan, maka cara/gya/tipe/style
kepemimpinan yang di kemukakan oleh para penuklis manajemen disajikan tidak persis sama, tapi
makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasaan kerja, dan produktivitas
kerja katyawan yang tinggi, agar dapatmencapai tujuan organisasi yang maksimal. Style
kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis manajemen adalah seperti tabel 6.1
Gaya kepemimpinan menurut pendapat penulis, yaitu.
1) Kepemimpinan otoriter
2) Kepemimpinan partisipatif
3) Kepemimpinan delegatif

TABEL 6.1
CARA/GAYA/TIPE/STYLE KEPEMIMPINAN MENURUT BBERAPA AHLI
Drs. Malayu S.P. Haris White and Ronald
Hsibuan Lipitt
1. Otoriter The Autocratic Leader Autocratic
2. Partisipati The Partisipative Leader Democraic
3. Delegatif The Free Rein Leader Leissez Faire
RensisnLikert and Paul Hersey and Sondang P. Siagian
Lewind Ken Blanhard M.P.A.Ph.D.
1. Exploitative autocracy Telling Otokratis
(Coersive Leader)
2. Benevolen autocracy Selling Meliteristis
Style
3. Consultative leadership Partisipating Paternalistis
style
4. Participative Group Delegating Kharismatis
leadership style
5. - Demokratis
William J. Reddin G.R. Terry Robert Blake and
Mouton
1. Deserter Personal leadership Deserter
2. Bureaucrat Nonpersonal leadership Missionary
3. Missionary Autocraty leadership Autocrat
4. Developer Democratiy leadership Compromiser
5. Autocrat Paternalistic leadership Executive
6. Benevolent Autocrat Indegenous leadership
7. Comprmiser
8. Executive

1. KEPEMIMPINAN OTORITER
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang , sebagian besar mutlak tetap
berasa pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan
keputusan dan kebijaksaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan
untuk memberikan saran,ide, dan pertimbangan dalam proses pengambulan keputusan.
Falsafah pemimpin ialah” bawahan adalah untuk pimpinan/atasan”. Bawahan hanya bertugas
sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan pimpinan . pemimpin menganggap dirinya orang
yang paling berkuasa, paling pintar,dan paling cukup, pengarahan bawahan dilakukan dengan
memberikan instruksi perintah, ancaman hukuman , serta pengawasan dilakukan secara ketat.
Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja
karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan .pemimpin menganut
sistem manajemen tertutup (closed management ) kurang menginformasikan keadaan perusahan pada
bawahannya .
pengkaderan kurang mendapat perhatiannya.

2. KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF
Kepemimpinan partisipati adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara
persuasive,loyalitas , dan partisipasi para bawahan. Pemimpinan memotivasi bawahan agar
merasaikut memiliki perusahan.
Falsafah pemimpin ialah”pimpinan(dia) adalah untuk bawahan”. Bawahan harus
berpartisipasi memberikan saran, ide , dan pertimbangan – pertimbangan dalam proses pegambilan
keputusan. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran atau ide yang
diberikan bawahannya. Pemimpin menganut sistem manajemen terbuka ( open management ) dan
desentralisasi wewenang.
Pemimpin dengan gaya partisipasif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil
keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung
jawab yang lebih besar.
3. KEPEMIMPINAN DELAGATIF
Kepemimpinan delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada
bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan
kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaanya. Pemimpin tidak peduli
cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaanya, sepenuhnya diserahkan kepada
bawahan.pada prinsipnya pemimpin bersikap , menyerahkan , dan mengatakan kepada bawahan , “
inilah pekerjaan yang harus saudara kerjakan, saya tidak peduli , terserah saudara bagaimana
mengerjakan asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik”disni pimpinan menyerahkan
tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan mengiginkan agar
para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan perkejaan pekerjaan itu dan
hanya sedikit melakukan kontak dengan bwahanya. Dalam hal ini , bawahan dituntut memiliki
kematangan dalam pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemuan atau
motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan

4. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Model kepemimpinan situasional dikembangkan oleh paul hersy dan Kenneth H.blannchard
di pusat studi kepemimpinan pada akhir tahun 1960. Sampai tahun 1982,hersey&Blanchard bekerja
sama secara kontinu menyempurnakan kepemimpinan situasional . setelah itu Blanchard dan rekanya
di Blanchard training and development ( BDT) mulai memodifikasi model kepemimpinan situasional.
Model yang dikembangankan hersey dan Blanchard ini pada awalnya memang mengacu pada
pendekatan teori situasional yang menekankan perilaku pemimpin dan merupakan model praktis yang
dapat digunakan manajer, tenaga pemasaran , guru,atau orang tua untuk membuat keputusan dari
waktu ke waktu secara efektif dalam rangka mempengaruhi lain.
Fokus pendekatan situasional terhadap kepemimpinan terletak pada perilaku yang
diobservesi atau perilaku nyata yang terlihat , bukan pada kemampuan atau ptensi kepemimpinan
yang dibawah sejak lahir.penekanan pendekatan situasional adalah pada perilaku pemimpin dan
anggota/pengikut dalam kelompok dan situasi yang variatif.
Menurut kepemimpinan situasional , tidak ada satu pin cara yang terbaik untuk
mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan mana yang harus digunakan terhadap individu atau
kelompok tergantung pada tingkat kesiapan orang yang akan dipengaruhi, seperti terlihat pada gambar
berikut ini.
Perilaku tugas didefinisikan sebagai perilaku pepimpin yang menjelaskan tugas-tugas dan
tanggung jawab individu atau kelompok. Perilaku hubungan didefinisikan sebagai perilaku pemimpin
yang melakukan komunikasi dua arah atau banyak arah. Situasi yang dimaksud dipengaruhi oleh
berbagai kondisi. Beberapa factor dalam situasi yang mempengaruhi efektivitas pemimpin adalah
pemimpin pengikut, rekan diposisi kunci, organisasi, tuntutan jabatan, dan waktu pengambilan
keputusan.
Gaya pengambilan keputusan
a) Gaya otoratif, diterapkan pada situasi ketika manajer memilki pengalaman dan informasi
untuk menghasilkan konklusi, sementarapengikut tiak memiliki kemampuan, kesedihan, dan
keyakinan untuk memecahkan masalah (R1). Jadimanajer harus membuat keputusan tanpa
bantuan pengikut. Gaya ini mempersyaratkan perilaku direktif dan pada situasi ketika hanya
pemimpin yang memiliki informasi atau keahlian.
b) Gaya konsultatif, adalah strategi yang tepat apabila manajer mengenali bahwa pengikut juga
mempunyai beberapa pengalaman atau pengetahuan tentang masalah dan bersedia
memecahkan masalah meskipun belumn mamapu (R2). Dalam situasi ini strategi yang terbaik
adalah memperoleh masukan mereka, sebelum membuat keputusan final. Dengan caraini ada
dua keuntungan atau hasil yang segera didapat, yaitu kerja sama berbagai pengetahuan
sehingga meningkatakan keakrutan keputusan dan pemimpin memberi motivasi dan
membantu pengikut mengidentifikasi tujuan keompok secara lebih jelas.
c) Gaya fasilitatif, merupakan upaya kooperatif yaitu manajer dan pengikut bekerja sama
mencapai keputusan bersama. Dalam hal ini, pemimpin secara efektif meilik komitmen
terhadap diri sendiri untuk berbagai dalam proses pengambilan keputusan. Gaya ini
merupakan cara yang sempurna manakala berhadapn dengan pengikut yang mampu, tetapi
belum yakin akan dirinya (R3).
d) Gaya deligatif, digunakan terhadap pengikut yang memiliki tingkat kesiapan (R4) yang
memiliki pengalaman dan informasi yang diperlukan untuk keputusan atau rekomendasi yang
layak.
Kesimpulan

Tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik/buruk yang penting asal tujuan tercapai
dengan baik. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan dipengarihi oleh factor-faktor; tujuan,
pengikut (bawahan), organisasi, karakter kepemimpinan, d an situasi yang ada.
Kepemimpinan demokrasi menurut hemat pemulis tidak ada, sebab dalam kepemimpinan
demokrasi berarti bahwa keputusan ditetapkan oleh suara terbanyak. Pemimpin hanya berperan
sebagai pengumpul suara dan menghitung suara mana yang setuju dan yang tidak setuju, lalu
diterapkan keputusan. Jadi, dalam kepemimpinan demokrasi, seorang oemimoin tidak berhak
menetapkan keputusan sendiri atas inisiatifnya saja. Ini berari, dia bukan pemimpin karena
wewenangnya sama dengan wewenang anggota lainnya. Karen dia bukan pemimpin maka dia tidak
dapat menerapkan kepemimpinan demokrasi atau tidak ada kepemimpinan demokrasi itu.S
DAFTAR PUSTAKA

Malayu, Hasibuan. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai