DIAJUKAN OLEH:
Prof. Ir. I Made Bendiyasa, M.Sc., Ph.D.
DEPARTEMENTEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
LAPORAN
PROGRAM HIBAH PENELITIAN
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FT UGM
TAHUN 2019
1. JUDUL PENELITIAN : Optimasi Geopolimer Fly ash Menggunakan
Aktivator Padat dari Silika Geotermal dan Fly ash
2. JENIS PENELITIAN : Terapan
PENELITI UTAMA
Koordinator Peneliti
Kata kunci: silika geotermal, abu terbang, geopolimer, aktivator kering, silika amorf
II. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Pembangkit Listrik Tenaga Uap masih menjadi pemasok listrik yang terbesar di
Indonesia saat ini. PLTU menyumbang kebutuhan listrik sebesar 30.208,23 megawatt dari
total penyediaan listrik sebesar 60.789,98 megawatt (Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral, 2018).
Saat ini pembuatan semen maupun beton membutuhkan banyak energi dan selalu
meningkatkan emisi CO2 yang besar di atmosphere. Saat ini Industri semen menduduki
peringkat pertama dari sektor industri yang memberikan dampak pada peningkatan emisi gas
CO2 yang berasal dari 2 sumber yaitu penggunaan energi dan proses kalsinasi dalam
produksinya. Secara umum industri semen di Indonesia mempunyai instensitas emisi CO2
sebesar 0,833 ton CO2/ton semen. Alternatif unutuk mengurangi peningkatan emisi CO2
dari produksi semen adalah geopolimer ramah lingkungan yang dibuat dari material limbah
pabrik. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai geopolimer adalah limbah fly
ash atau abu sisa pembakaran batubara.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap membutuhkan batu bara sebagai bahan bakar dengan
batu bara yang dibutuhkan sebanyak 166,2 juta ton per tahun. Sisa hasil pembakaran dengan
batubara menghasilkan abu yang disebut dengan fly ash dan bottom ash (5-10%).
Persentase abu (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan adalah fly ash (80-90%) dan bottom
ash (10-20%). Geopolimer sering disebut dengan ‘blended cement’. Biasanya dibuat dengan
fly ash dimana emisi CO2 yang dihasilkan lebih sedikit yaitu sebesar 10%-15%. (Atmaja, I,
G, 2015).
Sebagai bahan konstruksi, geopolimer dari fly ash merupakan salah satu alternatif dari
semen Portland yang diperkirakan akan mentumbang gas CO2 sebanyak 1490 juta ton/tahun
di atmosfer pada tahun 2020 (Andrew, 2018). Geopolimer dari fly ash sudah banyak diteliti
dan dikembangkan dengan cara mencampurkan fly ash dengan larutan alkali sebagai
aktivator. Larutan yang biasa digunakan adalah NaOH dan Na2SiO3 sehingga terbentuk pasta.
Pencampuran dengan fly ash dengan larutan aktivator dinilai tidak efektif karena larutan
aktivator yang biasa digunakan merupakan larutan pekat dan memiliki viskositas yang tinggi
sehingga sulit untuk dipindahkan dan diaplikasikan di lapangan. Perlu adanya bahan
alternatif pengganti semen Portland yang ramah lingkungan dan mudah untuk dibuat di
lapangan dengan hanya menambahkan bahan dengan air.
Sodium silicate (waterglass) memiliki harga yang relatif mahal jika dibandingkan dengan
bahan konstruksi. Sodium silicate dapat dibuat dengan cara mencampurkan NaOH dan
bahan mengandung silika dalam furnace (Davidovits, 2015). Pembuatan sodium silicate dari
silika geothermal memiliki nilai tambah dari dari segi ekonomis maupun lingkungan.
Keterangan :
1. Moveable Cross Head
2. Meja Sampel
3. Indikator Kuat Tekan
4. Ruang Sampel
5. Sampel Geopolimer
Fly ash yang diperoleh dari PLTU Tanjung Jati B kg dihancurkan dengan
palu hingga berukuran pasir halus. Setelah itu fly ash yang telah dihancurkan
dengan palu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100oC selama 5 jam. Fly
ash yang telah dikeringkan dihancurkan dengan ball mill. Setelah itu fly ash
diayak mesin ayak untuk mendapatkan ukuran -100 mesh. Fly ash dengan ukuran
+150 mesh di-recycle ke dalam ball mill agar diperoleh fly ash dengan ukuran -
200 mesh.
4) Pembuatan aktivator
Natrium hidroksida (NaOH ) dan SGC yang telah dihaluskan dicampur
dengan perbandingan massa 1:1, 5:3, dan 2:1. Masing-masing campuran
dipanaskan menggunakan furnace dengan variasi suhu 400 oC, 500 oC, dan 650 oC.
Aktivator didiamkan dalam eksikator dan dihaluskan hingga berukuran -100 mesh.
Setelah cukup dingin, aktivator kering dihaluskan menggunakan ball mill hingga
berukuran -150 mesh.
5) Pembuatan geopolimer
Aktivator dengan fly ash yang telah dihaluskan dicampur dengan
perbandingan 1:4. Air ditambahkan pada campuran kering sebanyak 20% massa
dari campuran lalu diaduk sampai pasta geopolimer terbentuk. Pasta dimasukkan
ke dalam cetakan kubus 5x5x5 cm2 dan didiamkan selama 28 hari.
6) Analisis kuat tekan
Geopolimer yang telah berumur 28 hari dilakukan uji kuat tekan dengan
menggunakan alat universal testing machine.
7) Analisis XRD
Analisis kristalinitas dilakukan dengan X-Ray Diffraction Spectroscopy (XRD)
yang berada di Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas MIPA, UNY.
8) Analisis komponen
- Analisis komponen fly ash dilakukan menggunakan X-Ray Fluorescence
Spectroscopy (XRF) yang berada di LPPT UGM
- Analisis komponen pada silika geotermal (SG) dan silika geotermal pencucian
(SGC) dilakukan dengan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX) yang
berada di Laboratorium Analisis dan Instrumentasi, Departemen Teknik
Kimia, UGM.
4.4.Analisis Data
a. Analisis Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat geopolimer berumur 28 hari
dengan menggunakan Universal Testing Machine yang berada di Laboratorium
Bahan Bangunan, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, UGM. Kuat tekan
dari geopolimer dihitung dengan persamaan (1).
𝑃𝑚
𝜎𝑐 = (1)
𝑃𝑥𝐿
Tabel 5.2. Hasil Analisis EDX Silika Geotermal Sebelum (SG) dan Setelah
Pencucian (SGC)
(NaCl)
(NaCl)
Gambar 5.1. Hasil Analisis XRD Silika Geotermal Sebelum Pencucian (SG)
Gambar 5.2. Hasil Analisis XRD Silika Geotermal Setelah Pencucian dengan
HCl (SGC)
Difraktogram dari SG (Gambar 5.1) dan SGC (Gambar 5.2) menunjukkan hasil
yang mirip dengan adanya bukit pada refleksi 2θ dengan rentan 16o hingga 40o
dengan puncak pada 23o, hal ini menunjukkan adanya silika dengan fase amorphous
dari kedua bahan tersebut (Mansha et al., 2011). SG (gambar 5.1) memiliki peak
rendah pada refleksi 32o dan 46o yang mengindikasikan masih terdapat mineral
Halite (NaCl) dalam fase kristalin (Addala et al., 2013). Pencucian SG yang
dilakukan dengan asam klorida berfungsi untuk melarutkan mineral-mineral logam K,
Mn, Ca, dan Al. Setelah itu dilakukan pembilasan dengan aquadest yang dapat
melarutkan NaCl.
5.3.Analisis XRD Aktivator
(NMS)
c (NMS): Sodium metasilicate
(NMS)
(NMS)
(NMS)
(NMS) (NMS) (NMS)
(NMS)
(NMS) (NMS)
Gambar 5.3. Hasil Analisis XRD Aktivator 1:1 dengan Suhu Kalsinasi 400 oC
dengan Pencucian
(NMS)
(NMS): Sodium metasilicate
(NMS)
(NMS)
(NMS) (NMS)
(NMS)
(NMS) (NMS)
(NMS)
Gambar 5.4. Hasil Analisis XRD Aktivator 1:1 dengan Suhu Kalsinasi 400 oC
dengan Pencucian
(C)
(C) : Cristobalite
(NMS)
(NMS)
(NMS)
(NMS) (NMS) (NMS)
(C)
(C) (C) (NMS)
Gambar 5.5. Hasil Analisis XRD Aktivator 1:1 dengan Suhu Kalsinasi 400 oC
dengan Pencucian
Gambar 5.4 dan 5.5 merupakan hasil analisis XRD pada aktivator 1:1
dengan suhu 400 oC dan 500 oC. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada suhu
kalsinasi 400 oC dan 500 oC terbentuk sodium metasilicate (Na2SiO3) dalam fase
kristalin.
Tabel 5.3 Hasil Analisis XRD Aktivator 1:1 pada Berbagai Suhu Kalsinasi
Komposisi (% massa)
Fase Aktivator 1:1 Aktivator 1:1 Aktivator 1:1
Suhu 400 oC Suhu 500 oC Suhu 650 oC
Amorf 78,04 76,39 71,04
Sodium metasilicate 11,97 12,04 10,77
Crisobalite (SiO2) - - 4,69
Unidentified peak 9,9 11,57 13,50
Analisis Kuat Tekan Geopolimer menggunakan Aktivator dari NaOH dan Silika
Geotermal Dengan Pencucian
40.0
35.0
30.0
Suhu kalsinasi (oC)
Kuat Tekan (MPa)
Gambar 5.6. Hubungan Rasio Molar Na2O/SiO2 pada aktivator dengan Kuat
Tekan Geopolimer pada berbagai Suhu
Berdasarkan Gambar 5.6, diperoleh hasil bahwa kuat tekan geopolimer dari
masing-masing percobaan memiliki trend penurunan dengan bertambahnya rasio
Na2O/SiO2, menunjukkan bahwa penambahan NaOH pada aktivator tidak selalu
memberikan hasil kuat tekan yang optimum. Hal ini terjadi karena dengan
bertambahnya rasio Na2O/SiO2 pada aktivator akan membuat kandungan SiO2 amorf
semakin sedikit. Sedikitnya SiO2 amorf pada aktivator juga berpengaruh dengan
pembentukan ikatan polysialate (ikatan -Si-O-Al-O) karena konsentrasi SiO2 terlarut
juga ikut berkurang (Kalapathy et al. 2000).
Suhu kalsinasi aktivator juga berpengaruh dengan kuat tekan geopolimer.
Geopolimer yang dibuat dengan aktivator pada suhu kalsinasi 400 ͦC memiliki nilai
kuat tekan yang relatif lebih tinggi dari pada suhu 500 ͦC dan 650 ͦC. Hal ini
disebabkan karena aktivator dengan suhu kalsinasi 400 ͦC memiliki fase amorf
tertinggi dengan nilai 78,04 % diikuti dengan aktivator pada suhu kalsinasi 500 ͦ C dan
650 ͦC dengan jumlah fase amorf sebanyak 76,39 % dan 71,04 % (Tabel 3). Pada
aktivator dengan suhu kalsinasi 650 ͦC terbentuk mineral crsitobalite yang sukar larut
dalam air sehingga sulit terjadi pembentukan ikatan poly(sialate). Hal ini membuat
kekuatan mekanik dari geopolimer menggunakan aktivator dengan suhu 650 ͦC juga
lebih rendah daripada geopolimer dengan suhu kalsinasi aktivator 400 ͦC dan 500 ͦC.
a b
Gambar 5.7. Grafik Kontur Optimasi nilai Kuat Tekan Gepolimer terhadap
Rasio Molar Na2O/SiO2 pada aktivator dalam berbagai Suhu dalam Model
Kontur (a) dan 3D (b)
Berdasarkan Gambar 7, diperoleh hasil bahwa suhu kalsinasi dan rasio molar
Na2O/SiO2 berpengaruh terhadap kuat tekan geopolimer. Semakin tinggi suhu
kalsinasi akan menurunkan kuat tekan dari geopolimer dan semakin banyak rasio
molar Na2O/SiO2 juga akan menurunkan kuat tekan geopolimer. Berdasarkan data
yang diuji, kuat tekan optimum diperoleh dengan nilai 33,5 MPa pada rasio molar
Na2O/SiO2 0,56 dan suhu kalsinasi 400 ͦC .
5.4.Analisis Kuat Tekan Geopolimer menggunakan Aktivator dari NaOH dan Silika
Geotermal Tanpa Pencucian
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, nilai optimum dari kuat tekan
geopolimer dengan variasi suhu kalsinasi dan perbandingan Na:Si terpresentasikan
pada contour plot dan surface plot seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Contour Plot of Kuat Tekan vs Rasio, Suhu
0.525
0.500 Kuat
Tekan
< 15
0.475 15 – 20
20 – 25
Rasio
25 – 30
0.450 30 – 35
35 – 40
40 – 45
0.425 > 45
0.400
50
40
Kuat Tek an
30
0.55
20
0.50
0
0.45 R asio
400
500 0.40
60
00
S uhu
Gambar 5.10 Surface Plot Hubungan antara Variabel Suhu dan Rasio
Na:Si untuk Optimasi Kuat Tekan
60.0
50.0
Berdasarkan Gambar 5.9 dan Gambar 5.10, dapat disimpulkan bahwa nilai
kuat tekan geopolimer dari fly ash optimum berada pada variasi suhu kalsinasi 400 °C
dan rasio molar Na2O/SiO2 sebesar 0,361 atau sebesar 12,5 M dengan nilai kuat tekan
sebesar 49,6 MPa.
Gambar 5.11 merupakan grafik hasil uji kuat tekan untuk sampel geopolimer
pada variasi suhu dan perbandingan Natrium : Silika Geotermal. Perbandingan massa
Natrium : Silika Geotermal pada percobaan ini yaitu 2:1 dengan kode sampel A
memiliki rasio Na:Si sebesar 0,541, perbandinga 5:3 dengan kode sampel B memiliki
rasio Na:Si sebesar 0,499 , dan perbandingan 1:1 dengan kode sampel C memiliki
rasio Na:Si sebesar 0,38. Variasi suhu kalsinasi diambil pada suhu 400°C, 500°C,
600°C dan 650°C.
Berdasarkan analisis kuat tekan yang telah dilakukan, pada semua variasi suhu
yang dipercobakan, sampel kode C memiliki nilai kuat tekan paling tinggi dibanding
dengan sampel kode A maupun B yaitu pada suhu 400°C sebesar 49,6 MPa, suhu
500°C sebesar 26,0 MPa, suhu 600°C sebesar 27,5 MPa dan pada suhu 650°C sebesar
36,9 MPa.
Gambar 8 tersebut juga menunjukkan tren data pada variasi suhu kalsinasi
aktivator. Pada seluruh variasi perbandingan massa Na dan Si diperoleh tren data yang
menurun untuk variasi suhu kalsinasinya. Nilai kuat tekan pada suhu 400°C,
geopolimer memiliki nilai kuat tekan yang paling besar daripada suhu kalsanasi 500°C
dan 650°C. Hasil tersebut sesuai dengan teori dikarenakan pada sampel dengan variasi
suhu kalsinasi 400°C, fase amorphous pada aktivator kering sebesar 72%, sedangkan
pada suhu yang lain lebih sedikit fase amorphnya.
VI. KESIMPULAN
1. Kuat tekan beton geopolimer paling optimum diperoleh pada perbandingan massa
NaOH dan Silika Geotermal sebesar 1:1 pada pembuatan aktivator padat.
2. Suhu kalsinasi dalam pembuatan aktivator mempengaruhi nilai kuat tekan geopolimer,
diperoleh suhu optimum yaitu 400°C.
3. Pencucian silika geothermal dengan laruta HCl 0,7 N tidak berpengaruh signifikan
pada pembuatan aktivator padat
VII. RENCANA PENGEMBANGAN
JUDUL : Optimasi Geopolimer Fly Ash Menggunakan Aktivator Padat dari Silika Geotermal dan Fly Ash
TIM PENELITI : Prof. Ir. I Made Bendiyasa, M.Sc., Ph.D.
Naala Sa'dan (S1)
Faaza Ihda Fairuza (S1)
PENERIMAA
N
Hibah dari DTK FT UGM 10,000,000.00
10,000,000.00
PENGELUAR
AN
1 Biaya Analisis Laboratorium 2,080,000.00
2 Bahan Penelitian 463,700.00
3 Sewa Alat/Laboratorium -
4 Sarana Penunjang- Buku -
Buku Referensi
5 Alat Tulis Kantor 452,900.00
6 Biaya Perjalanan -
7 Biaya Komunikasi -
8 Lain-lain -
Jumlah Pengeluaran 2,996,600.00
Saldo 7,003,400.00
Yogyakarta,
Mengetahui/menyetujui Pembuat Laporan
Ketua Peneliti Pelaksana Adm Keuangan Penelitian