Gambaran Umum Sistem Tenaga Listrik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

GAMBARAN UMUM
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

I.1. PENDAHULUAN

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.


Sistem distribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Sebuah system tenaga listrik terdiri dari pembangkit, saluran
transmisi, saluran distribusi dan beban. Pada sisi pembangkit, tegangan
generator berada pada range 6 kV hingga 24 kV. Mengingat pusat
pembangkit pada umumnya terletak jauh dari pusat beban, maka
tegangan generator dinaikkan oleh transformator step up pada gardu
induk menjadi tegangan tinggi (transmisi) 150 kV, 275 kV atau 500 kV.
Tujuan menaikkan tegangan, untuk memperkecil kerugian daya
listrik pada saluran transmisi, dimana diketahui bahwa rugi rugi daya
adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (∆P=I2R). Untuk
kapasitas daya yang sama, jika tegangannya diperbesar, maka arusnya
akan mengecil, dan sudah barang tentu rugi rugi daya juga akan
mengecil.
Selanjutnya melalui transformator step down pada gardu sub
transmisi, tegangan diturunkan menjadi tegangan sub transmisi 30 kV,
70 kV, dan melalui transformator step down pada gardu induk
distribusi, tegangan substransmisi diturunkan menjadi tegangan
menengah 20 kV. Selanjutnya tegangan menengah diturunkan menjadi
tegangan rendah melalui transformator step down pada gardu distribusi
menjadi tegangan 380/220 V (380 V menunjukkan saluran 3 phasa dan
220 V menunjukkan saluran 1 phasa)
I.2. PENDISTRIBUSIAN DAYA LISTRIK

Saluran dengan tegangan menengah 20 kV biasa disebut sebagai


saluran distribusi primer yaitu saluran untuk komsumsi daya besar,
sedangkan saluran dengan tegangan rendah 380/220 sering disebut
sebagai saluran distribusi sekunder. yaitu saluran untuk komsumsi
daya kecil dan sedang.
Penyaluran daya ke konsumen, yang dimediasi oleh saluran transmisi
disebut penyaluran daya dengan sistem pendistribusian tidak
langsung, sedangkan jika tidak dimediasi oleh saluran transmisi disebut
dengan sistem pendistribusian langsung. Keadaan ini dimungkinkan
jika pembangkit dan beban jaraknya dekat.
Adapun detail system pendistribusian daya listrik, dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1. System pendistribusian langsung dan tidak langsung

2
Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau lebih unit
pembangkit yang akan mengkonversikan energi mekanik menjadi energi
listrik dan harus mampu menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai
kebutuhan konsumen. Sistem transmisi berfungsi mentransfer energi
listrik dari unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan jarak yang
jauh ke sistem distribusi, sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk
menghantarkan energi listrik ke konsumen, seperti ditunjukkan pada
gambar 2 dan 3 dibawah ini.

Gambar 2. Sistem pendistribusian daya listrik

3
Gambar 3. Diagram segaris system tenaga listrik

I.3. OPERASI SISTEM DISTRIBUSI

Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan


yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran
tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif
serta menjamin kelangsungan penyalurannya / pelayanannya. Sebagai
tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :
1. Mutu listrik
Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu, tegangan dan
frekuensi. Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen
TM adalah ±5%, dan pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan
minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah
±1% dari frekuensi standar 50 Hz.
2. Keandalan penyaluran tenaga listrik
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama
pemadaman/ gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption
Duration Index (SAIDI) dan angka seringnya pemadaman/gangguan
atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index
(SAIFI).
3. Keamanan dan keselamatan
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah
angka kecelakaan akibat listrik pada personel dan kerusakan pada
instalasi/peralatan serta pada lingkungan.

4
4. Biaya pengoperasian
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih
antara energi yang dikeluarkan oleh pembangkit dengan energi yang
digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara lain yaitu
pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor
daya rendah serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
5. Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila
kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kualitas, kuantitas serta
kontinuitas pelayanan terpenuhi.

I.4. FAKTOR PENENTU SISITEM DISTRIBUSI YANG BAIK

Sitem distribusi yang baik, selain andal dan ekonomis, kwalitas daya
listrik yang sampai ke konsumen memenuhi syarat teknis yang disepakati
(yaitu:tegangan dan frekwensinya senantiasa dalam keadaan stabil).
Adapun factor factor utama sebuah sistem distribusi tenaga listrik yang
baik adalah :
1. Faktor Keterandalan Sistem
Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen harus terjamin
selama 24 jam terus-menerus. Untuk hal tersebut diperlukan beberapa
cadangan daya, yaitu cadangan siap, cadangan panas, dan cadangan
diam.
a) Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu
pembangkit yang tidak dibebani secara penuh dan dioperasikan
sinkron dengan pembangkitlain guna menanggulangi kekurangan
daya listrik.
b) Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat
pembangkit tenaga termis dengan ketel-ketel yang selalu dipanasi
atau dari PLTA yang memiliki kapasitas air yang setiap saat mampu
untuk menggerakkan turbin

5
c) Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap
saat guna menanggulangi kekurangan daya listrik.
Setiap gangguan yang terjadi, harus dengan mudah dilacak dan
diisolir sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alat
alat pengaman dan alat pemutus tegangan (air break switch) pada setiap
wilayah beban. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat
bekerja dengan baik dan cepat.

2. Faktor Kualitas Sistem


Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus
memenuhi persyaratan minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat beban.
Oleh karena itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage regulator) yang
bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas tegangan sampai ke
konsumen dalam keadaan stabil.
Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari
tegangan nominal sistem untuk setiap wilayah beban. ( Lihat IEC
Publication 38/1967). Untuk itu untuk daerah beban yang terlalu padat
diberikan beberapa voltage regulator untuk menstabilkan tegangan

3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik


Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus
terjamin dengan baik. Artinya, untuk daerah padat penduduknya
diperlukan rambu-rambu pengaman dan peringatan agar penduduk dapat
mengetahui bahaya listrik. Selain itu untuk daerah yang sering mengalami
gangguan perlu dipasang alat pengaman untuk dapat meredam gangguan
tersebut secara cepat dan terpadu.
Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai
hendaknya memiliki kualitas yang baik dan dapat meredam secara cepat
bila terjadi gangguan pada sistem jaringan. Untuk itu diperlukan jadwal
pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan secara terjadwal dengan
baik dan berkesinambungan.

6
4. Faktor Pemeliharaan Sistem
Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara
berkesinam-bungan sesuai dengan perencanaan awal yang telah
ditetapkan, agar kualitas sistem tetap terjaga dengan baik. Pengadaan
material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai dengan jenis/
spesifikasi material yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas sistem
yang lebih baik dan murah.
5. Faktor Perencanaan Sistem
Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal
mungkin, untuk perkembangan dikemudian hari. Persyaratan sistem
distribusi seperti diatas hanya bisa dipenuhi bila tersedia modal (investasi)
yang cukup besar, sehingga sistem bisa dilengkapi dengan peralatan-
peralatan yang mempunyai kualits tinggi.
Selain pemeliharaan sistem yang berkesinambungan sesuai jadwal
yang ditentukan, seringkali sistem jaringan justru menjadi fatal karena
kelalaian dalam cara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping peren-
canaan awal yang kurang memenuhi syarat. Untuk sistem tenaga listrik
yang besar (power utility) biaya untuk sistem distribusi bisa mencapai 50
% - 60 % investasi keseluruhan yang diperlukan.

I.5. REGULASI SEKTOR KETENGALISTRIKAN

Dalam rangka meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan di sektor ketenagalistrikan, diperlukan upaya
untuk secara optimal dan efisien memanfaatkan sumber energi domestik
serta energi yang bersih dan ramah lingkungan, dan teknologi yang efisien
guna menghasilkan nilai tambah untuk pembangkitan tenaga listrik
sehingga menjamin tersedianya tenaga listrik yang diperlukan.
Demikian juga dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik
lebih merata, adil, dan untuk lebih meningkatkan kemampuan negara
dalam hal penyediaan listrik, dapat diberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada semua pihak, baik Badan Usaha Milik Negara, Badan

7
Usaha Milik Daerah, Koperasi atau Swasta untuk menyediakan tenaga
listrik.
Kompetisi usaha penyediaan tenaga listrik dalam tahap awal
diterapkan pada sisi pembangkitan dan di kemudian hari sesuai dengan
kesiapan perangkat keras dan perangkat lunaknya akan diterapkan di sisi
penjualan. Hal ini dimaksudkan agar konsumen listrik memiliki pilihan
dalam menentukan pasokan tenaga listriknya yang menawarkan harga
paling bersaing dengan mutu dan pelayanan lebih baik.
Demikian juga kewajiban pengusaha dan masyarakat yang
menggunakan tenaga listrik, juga diatur sanksi terhadap tindak pidana
yang menyangkut ketenagalistrikan mengingat sifat bahaya dari tenaga
listrik dan akibat yang ditimbulkannya.
Di samping itu, untuk menjamin keselamatan manusia di sekitar
instalasi, keselamatan pekerja, keamanan instalansi dan kelestarian fungsi
lingkungan, usaha penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan tenaga
listrik harus memenuhi ketentuan mengenai keselamatan
ketenagalistrikan.
Beberapa permasalahan di bidang ketenagalistrikan bila dilihat dari
sisipemanfaatan listrik juga banyak ditemukan instalasi tenaga listrik yang
digunakan masih banyak yang belum memenuhi standar dan peralatan
listrik yang beredar di masyarakat banyak yang sub-standar. Di sisi
lainnya, perancangan, pembangunan, pemasangan, pengujian,
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi tenaga listrik dilakukan oleh
tenaga teknik yang belum bersertifikat.
Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan menyangkut sektor
ketenagalistrikan (restrukturisai) seharusnya menjadi perhatian dan
memperoleh dukungan semua pihak baik pemerintah maupun
masyarakat.
Agar sektor ketenagalistrikan dapat menyediakan tenaga listrik
yang andal, aman, memperhatikan lingkungan, efisien dan tetap menjaga

8
nilai aset milik negara, maka dilakukan regulasi. Kerangka Regulasi
meliputi;
1) aspek keteknikan,
2) peraturan keselamatan ketenagalistrikan,
3) persiapan penataan struktural,
4) persiapan pemenuhan standar lingkungan,
5) standar teknis untuk keandalan dan efisiensi sistem,
6) aturan operasi sistem, dan
7) program nasional. Regulasi aspek keteknikan,
I.5.1. Pada sisi instalasi tenaga listrik meliputi:
1) Semua fasilitas yang dipergunakan untuk pembangkitan,
transmisi, distribusi dan pemanfaat tenaga listrik,
2) Rancangan, konstruksi, pengujian, pemeliharaan, pengoperasian,
repower instalasi tenaga listrik atau bagian-bagianya harus
mengacu standar dan peraturan,
I.5.2. Pada sisi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, meliputi:
1) Peralatan listrik yang dijual dan instalasi tenaga listrik yang
dibangun pada atau setelah tahun 2005 harus memenuhi
spesifikasi teknik, standar kinerja dan keselamatan,
2) Setelah tahun 2010 (termasuk yang dibangun sebelum tahun
2005) wajib memenuhi standar, dan
3) Peralatan pemakai tenaga listrik yang terhubung ke jaringan
wajib memenuhi persyaratan untuk menjaga faktor daya.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik harus mengacu pada PUIL-
2000, sebagai acuan dalam perancangan, pemasangan, pengamanan dan
pemeliharaan instalasi di dalam bangunan.
Peraturan Instalasi Ketenagalistrikan untuk perancangan instalasi
mengacu SNI, IEC, PUIL atau Standar lain berdasarkan “the best
engineering practies” dan dilakukan oleh Perusahaan Jasa Perancangan
Teknik yang telah disertifikasi. Peraturan Instalasi ketenagalistrikan untuk

9
bidang konstruksi, dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi bidang
ketenagalistrikan yang telah di sertifikasi.
Hasil konstruksi/pemasangan perlu diinspeksi oleh inspektur
(perorangan) atau perusahaan jasa inspeksi teknik. Testing atau
pengujian dilakukan untuk memastikan dan menjamin instalasi tenaga
listrik telah memenuhi standar keselamatan dan standar unjuk kerja.
Testing ini dilakukan oleh lembaga/perusahaan jasa inspeksi teknik yang
telah diakreditasi.
Operasi dan Pemeliharaan Instalasi, merupakan tanggung jawab
setiap pemilik dan perusahaan O & M, dan dilakukan oleh tenaga teknik
yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang ada, diinspeksi secara
berkala sesuai dengan persyaratan pelaporan operasi dan pemeliharaan.
Pelarangan memproduksi, mengimpor atau mengedarkan
peralatan/pemanfaat listrik yang tidak memiliki “label keselamatan
dan/atau label efisien” dan Penerapan sanksi yang jelas dan tegas
terhadap pelanggaran Peraturan Tenaga Teknik Sektor Ketenagalistrikan.
Tujuan sertifikasi tenaga teknik :
a. Klasifikasi tenaga teknik sesuai kualifikasi.
b. Memastikan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga teknik yang
kompeten.
c. Memastikan tenaga teknik yang bekerja di dalam negeri
bersertifikasi.
d. Menjamin tersediannya tenaga teknik memahami tentang
keandalan, keselamatan dan lindungan lingkungan.
e. Tenaga Teknik untuk Usaha Penunjang Tenaga Listrik.
f. Kualifikasinya ditentukan menurut standar kompetensi.
g. Sertifikasi dilakukan oleh Organisasi Profesi yang berakreditasi.
Organisasi Profesi Tenaga Teknik dibentuk untuk membantu
membuat atau menetapkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi
program akreditasi dan sertifikasi personil atau pengembangan kurikulum
dan program pendidikan dan pelatihan.

10
Jasa Pendidikan dan Pelatihan mencakup usaha menciptakan sumber
daya manusia yang berkualifikasi, menyiapkan SDM agar lulus sertifikasi,
yang dilakukan oleh lembaga diklat yang terakreditasi.

1.6. STANDARISASI DAN SERTIFIKASI

Liberalisasi perdagangan telah mengubah tatanan dunia kerja


menjadi baru. Dunia kerja yang baru tidak lagi dibatasi oleh pagar-pagar
geografis atau ideologi bahkan telah tercipta suatu keadaan di mana
barang dan jasa sejenis akan mengacu pada suatu standar yang secara
umum sama tetapi mempunyai kekhususan tertentu dari setiap produsen.
Daya saing suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya dan sangat erat kaitannya dengan kompetensi kerja.
Sertifikasi kompetensi membuka peluang lebih besar bagi pekerja untuk
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya dan menjadi
kompetitif baik di pasar tenaga kerja dalam maupun luar negeri.
Tujuan sertifikasi kompetensi adalah untuk memberi kerangka
pembangunan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang harmonis dan
digunakan sebagai acuan bagi seluruh sektor, untuk menghasilkan tenaga
kerja Indonesia yang kompeten, profesional dan kompetitif.
Terciptanya sistem standarisasi dan sertifikasi kompetensi kerja
nasional yang efisien dan efektif diharapkan dapat menghasilkan:
a. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
bermutu serta selaras dengan Standar Internasional untuk
kebutuhan jaminan mutu internal dan kesepakatan perdagangan
dalam usaha manufaktur maupun jasa.
b. Sistem penerapan standar yang dapat menunjang peningkatan
efisiensi dan produktivitas.
c. Keunggulan kompetitif tenaga kerja Indonesia di pasar global
d. Informasi standarisasi kompetensi yang diperlukan oleh pelaku
usaha, pemerintah dan konsumen dalam rangka meningkatkan
daya saing perdagangan domestik maupun internasional.

11
Undang-undang No. 15 Tahun 1985, pasal 15, ayat (1) menyatakan
bahwa pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dan pemegang izin usaha
ketenagalistrikan untuk kepentingan umum wajib:
(1) Menyediakan tenaga listrik
(3) Memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan umum.
Pada pasal 17 disebutkan bahwa syarat-syarat penyediaan,
Pengusahaan, pemanfaatan instalasi, dan standarisasi ketenagalistrikan
diatur oleh Pemerintah. Tugas Pemerintah seperti disebutkan dalam pasal
18 antara lain:
(1) Melakukan pembinaan dan pengawasan umum terhadap
pekerjaan dan pelaksanaan usaha ketenagalistrikan
(2) Pembinaan dan pengawasan umum tersebut meliputi
keselamatan kerja, keselamatan umum, pengembangan usaha,
dan terciptanya standarisasi dalam bidang ketenagalistrikan.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 tahun 2005 sebagai
perubahan PP No. 10 Tahun 1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik, khususnya pada pasal 21 disebutkan bahwa:
(a) Setiap usaha penyediaan tenaga listrik wajib memenuhi
ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
(b) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan meliputi standarisasi,
pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat
tenaga listrik
(c) Pekerjaan instalasi ketenagalistrikan untuk penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik harus dikerjakan oleh Badan Usaha
Penunjang Tenaga Listrik yang disertifikasi oleh lembaga
sertifikasi yang terakreditasi
(d) Dalam hal di suatu daerah belum terdapat Badan Usaha
Penunjang Tenaga Listrik yang telah disertifikasi, Menteri,
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dapat
menunjuk Bada Usaha Penunjang Tenaga Listrik.

12
Sedangkan terkait dengan pemeriksaan instalasi, pada pasal 21
disebut-kan bahwa,
(a) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyediaan dan instalasi
pemanfaatan tegangan tinggi (TT) dan tegangan menengah
(TM) dilaksanakan oleh lembaga inspeksi teknik yang
terakreditasi
(b) Pemeriksaan instalasi pemanfaatan tegangan rendah (TR) oleh
lembaga inspeksi independen yang sifat usahanya nirlaba,
(c) Pemeriksaan instalasi TR yang dimiliki oleh konsumen TT dan
atau TM dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang diakreditasi
(d) Setiap lembaga teknik yang bekerja dalam usaha
ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi.
Lingkup regulasi teknik mencakup dua aspek yaitu aspek
insfrastruktur teknologi dan aspek keselamatan. Aspek infrastruktur
teknologi mengatur antara lain;
(a) Persyaratan akreditasi dan sertifikasi,
(b) Standardisasi sistem, instalasi, peralatan, lengkapan dan
pemanfaat listrik serta lingkungan dan tenaga teknik,
(c) Peningkatan komponen dalam negeri,
(d) Peningkatan kualitas dan kuantitas,
(e) Percepatan alih teknologi.
Sedangkan aspek keselamatan mengatur antara lain:
(a) penetapan standar dan pemberlakuannya,
(b) kelaikan instalasi tenaga listrik,
(c) kelaikan peralatan dan pemanfaatan listrik,
(d) kompetensi tenaga listrik, dan
(e) perlindungan lingkungan.
Acuan yang melandasi regulasi keteknikan sektor ketenagalistrikan
antara lain peraturan perundang-undangan, standar peralatan dan
pemanfaat tenaga listrik, standar kompetensi, baku mutu lingkungan,

13
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, inspeksi ketenagalistrikan
dan sanksi-sanksi.
Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi sebagai
suatu kebutuhan yang harus segera dipenuhi dalam mengikuti kemajuan
teknologi yang semakin pesat. Tuntutan atas spesialisasi pekerjaan, dan
persaingan global yang makin tajam yang memerlukan ketangguhan
perusahaan dan kompetensi profesi.
Dengan globalisasi yang bercirikan keterbukaan dan persaingan,
membawa akibat suatu ancaman dan sekaligus peluang bagi tenaga kerja
di semua negara. Bagaimana mewujudkan tenaga kerja yang kompeten
harus melalui proses sertifikasi profesi berdasarkan standar kompetensi
yang berlaku secara internasional.
Implikasinya lembaga penyedia tenaga kerja baik sekolah,
politeknik, akademi, perguruan tinggi, maupun lembaga pendidikan dan
latihan dituntut menyelenggarakan pendidikan profesi berbasis
kompetensi.
Peraturan yang telah diberlakukan mengenai standarisasi
kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan adalah Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) nomor 2052.K/40/MEM/ 2001
tanggal 28 Agustus 2001 tentang Standarisasi Kompetensi Tenaga
Teknik Ketenagalistrikan, meliputi;
(1) Perumusan Standar Kompetensi,
(2) Akreditasi dan Sertifikasi Kompetensi,
(3) Pembinaan dan Pengawasan,
(4) Sanksi Administrasi, dan
(5) Ketentuan Peralihan.
Tujuan standardisasi kompetensi tenaga teknik adalah untuk:
(a) Menunjang usaha ketenagalistrikan dalam mewujudkan
penyediaan tenaga listrik yang aman, andal dan akrab
lingkungan,
(b) Mewujudkan peningkatan kompetensi tenaga teknik, dan

14
(c) Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan pada usaha
ketenagalistrikan.

KESIMPULAN

1. Umumnya penyaluran daya pada system distribusi menggunakan


pendistribusian tidak langsung. Keadaan ini disebabkan karena jarak
antara pusat pembangkit dan pusat beban cukup panjang, sehingga
membantu menurunkan susut daya pada saluran transmisi, dan
memperbaiki susut tegangan pada pusat beban
2. Parameter operasi system tenaga listrik terdiri dari :
a. Mutu listrik, berhubungan dengan tegangan dan frekwensi
b. Keandalan, berhubungan dengan average interruption duration
index (SAIDI) dan average intruption frequency index (SAIFI)
c. Keamanan dan keselamatan, berhubungan dengan banyaknya
kecelakaan dan kerusakan peralatan
d. Biaya operasi, berhubungan dengan susut daya pada jaringan
e. Kepuasan pelanggan, berhubungan dengan kwalitas, kwantitas
dan kontinuitas pelayanan
3. Factor penentu system distribusi yang baik adalah:
a. Kontinuitas pelayanan, berhubungan dengan kesiapan
pembangkit yaitu: cadangan siap, cadangan panas dan cadangan
diam
b. Kwalitas system, berhubungan dengan tegangan (drop tegangan
10% dari tegangan nominal, sedangkan toleransi frekwensi (±1%)
c. Keselamatan system dan public, berhubungan dengan
keselmatan penduduk yaitu: rambu pengaman, alat pengaman,
peralatan yang berkwalitas
d. Pemeliharaan yang berkesinambungan
e. Perencanaan yang mempertimbangkan perkembangan system
kedepan

15
4. Regulasi sektor ketenagalistrikan, sangat diperlukan agar pembangunan
ketenagalistrikan yang bewawasan lingkungan, pemanfaatan sumber
energy primer, pemenuhan kebutuhan energy yang merata dan adil,
dan pengusaha penyedia tenaga listrik, dapat bersinergi dan saling
mendukung, maka diperlukan peraturan peraturan yang mengatur
semua hal yang berhubungan dengan ketenagalistrikan
5. Standarisasi dan sertifikasi, bagian terpenting berkenaan dengan
kwalitas sumber daya penyedia tenaga listrik

TUGAS 1

1. Jelaskan defenisi dari :


a. Sistem distribusi
b. Sistem distribusi langsung dan tidak angsung
2. Jelaskan alasan dan keuntungan dari system distribusi tidak langsung
3. Sebutkan parameter parameter dari operasi system
4. Jelaskan syarat syarat system distribusi yang baik
5. Jelaskan kenapa dibutuhkan regulasi dan standarisasi dan sertifikasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Suswanto, Aman.” Sistem Distribusi Tenaga Listrik”, Jrusan Teknim
elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Pandang, 2009

16

Anda mungkin juga menyukai