Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Umum

Air merupakan bahan yang paling banyak tersedia di bumi. Zat air juga
merupakan unsur utama pembentuk semua makhluk hidup dan merupakan faktor
utama yang menentukan perkembangan tingkat peradaban manusia. Dalam
pengertian umum, hidrologi dimaksudkan sebagai ilmu yang mempelajari masalah
air. Hidrologi terkait dengan upaya untuk mencari kejelasan tentang semua fase
keberadaan air di bumi untuk keperluan manusia dan lingkungannya (Chow, dkk.,
1988). Banyak aspek yang terkait dengan permasalahan air, baik yang ada di bumi
maupun di atas permukaan bumi, yaitu atmosfer. Untuk keperluan praktis bahasan
hidrologi hanya dibatasi pada beberapa aspek saja, yang dipandang cukup untuk
dapat memberikan jawaban akan berbagai persoalan tentang air. Salah satu definisi
yang memberikan batasan pengertian hidrologi adalah oleh Federal Council for
Science and Technology USA (Chow, 1964), yang menyatakan sebagai berikut:

“Hidrologi adalah ilmu tentang seluk beluk air di bumi, kejadiannya, peredarannya
dan ditribusinya, sifat alami dan kimianya, serta reaksinya terhadap kehidupan
manusia”

Dengan batasan di atas dapat dipahami bahwa cakupan bahasan ilmu hidrologi
cukup luas, namun penggunaan ilmu hidrologi umumnya lebih banyak dikaitkan
dengan upaya untuk memperoleh berbagai informasi tentang sifat dan besarnya air
pada suatu daerah tinjauan tertentu. Selanjutnya informasi tersebut akan
dipergunakan sebagai masukan atau data dari suatu rencana atau skenario kegiatan
yang sangat tergantung pada keberadaan air. Sering pula analisis yang didasarkan
pada pemahaman ilmu hidrologi (analisis hidrologi) harus diterapkan untuk dapat
memberikan jawaban atas berbagai persoalan. Dalam hal ini ilmu hidrologi
diterapkan untuk keperluan perencanaan, perancangan maupun operasi bangunan air

1
seperti: bangunan dan jaringan saluran irigasi, fasilitas drainasi, bangunan untuk
pengendalian banjir, jaringan suplai air minum, bangunan untuk fasilitas pengolahan
dan pembuangan air limbah, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), bangunan untuk
fasilitas navigasi, dam untuk pengendalian erosi dan sedimentasi.
Secara umum peranan ilmu hidrologi adalah untuk analisis karakteristik
keberadaan air tentang jumlah, waktu dan tempat, serta persoalan yang ada terkait
dengan rencana pemanfaatan sumberdaya air. Selanjutnya hasil analisis tersebut
merupakan masukan untuk menyusun petunjuk perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya air.

1.2. Daur Hidrologi


Air di bumi berada pada suatu ruang disebut dengan hydrosphere yang
terbentang sekitar 15 km ke atas dari permukaan bumi sampai lapisan atmosfir dan
sekitar 1 km ke bawah permukaan bumi sampai pada lapisan lithosphere. Air tersebut
bergerak di sepanjang ruang hydrosphere melalui alur jaringan yang kompleks
membentuk suatu daur perputaran gerakan massa air yang disebut daur hidrologi
(hydrologic cycle).
Daur hidrologi merupakan bagian pokok dan konsep dasar pemahaman ilmu
hidrologi yang menjelaskan keberadaan beberapa proses terkait dengan perputaran
air yang tidak pernah berhenti. Secara skematis proses daur hidrologi tersebut
disajikan pada Gambar 1.1.
Sebagian massa air terangkat ke atas permukaan bumi melalui proses
penguapan (evaporasi) di laut dan di permukaan bumi, yaitu berupa penguapan dari
tampungan air di sungai, danau, waduk, permukaan tanah serta transpirasi dari
tanaman. Proses penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan oleh matahari
sebagai sumber energi bagi alam. Uap air yang terangkat ke atas ini menjadi bagian
atmosfir dan melalui proses kondensasi dapat terbentuk butir awan. Suatu kondisi
klimatologi tertentu dapat membawa butir awan tersebut ke atas daratan membentuk
awan hujan (rain cloud).

2
Gambar 1.1. Ilustrasi skema daur hidrologi
(Sumber: Applied Hydrology, Chow, dkk., 1988)

3
Tidak semua butir awan hujan tersebut akan jatuh sampai di permukaan bumi
sebagai hujan, ukuran butir awan hujan yang tidak cukup berat untuk melawan gaya
gesekan dan gaya tekan udara ke atas akan melayang dan diuapkan kembali menjadi
awan. Bagian yang sampai di bumi dikatakan sebagai hujan (precipitation) yang
sebagian akan tertahan oleh tanaman dan bangunan yang akan diuapkan kembali.
Bagian ini merupakan air hujan yang tak terukur dan disebut intersepsi
(interception). Bagian yang sampai di permukaan tanah akan mengalir sebagai
limpasan permukaan (overland flow) menuju ke tampungan aliran berupa saluran
atau sungai menuju laut. Sebelum sampai di saluran atau sungai limpasan permukaan
tersebut akan mengalami proses infiltrasi ke bawah permukaan tanah yang sebagian
akan bergerak terus ke bawah merupakan air perkolasi menuju zona tampungan air
tanah (aquifer, groundwater storage) dan sebagian lain bergerak mendatar di bawah
permukaan tanah sebagai subsurface flow atau aliran antara (interflow) menuju ke
saluran, tampungan waduk, danau, sungai atau laut. Seringkali bagian yang
melimpas menuju alur sungai disebut dengan aliran permukaan tanah (surface
runoff). Rangkaian proses alam tersebut berjalan secara terus menerus membentuk
daur hidrologi. Secara kuantitatif daur hidrologi membentuk proses imbangan air
yang secara global dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Imbangan air tahunan di bumi


(Sumber: Applied Hydrology, Chow, dkk., 1988)

Item Satuan Laut Daratan


Luas km2 361.300.000 148.800.000
3
Hujan km /tahun 458.000 119.000
mm/tahun 1.270 800
in/tahun 50 31
Penguapan km3/tahun 505.000 72.000
mm/tahun 1.400 484
in/tahun 55 19
Limpasan ke laut dari:
Sungai km3/tahun -- 44.700
Aliran air tanah km3/tahun -- 2.200
Total limpasan km3/tahun -- 47.000
mm/tahun -- 316
in/tahun -- 12

4
1.3. Sistem Hidrologi

Proses yang terjadi pada daur hidrologi sebenarnya merupakan fenomena yang
sangat kompleks yang tidak mungkin secara keseluruhan dapat dipahami secara detil.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, fenomena hidrologi dapat direpresentasikan
dengan penyederhanaan menggunakan konsep sistem. Suatu sistem dapat diartikan
suatu kumpulan bagian-bagian yang terkait satu dengan yang lain dan membentuk
sebuah kesatuan. Daur hidrologi dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan
beberapa komponen seperti hujan, evaporasi, limpasan dan fase lain yang tercakup
dalam proses daur hidrologi. Komponen-komponen tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa buah subsistem yang dapat dianalisis secara terpisah antara
subsistem yang satu dengan yang lain. Untuk kemudahan prosedur analisis secara
keseluruhan, hasil analisis terhadap masing-masing su bsistem dapat digabungkan
dengan memperhatikan sifat interaksi antar sub sistem.
Gambar 1.2 menyajikan representasi sistem hidrologi secara global yang
tersusun dari 3 sub sistem, yaitu subsistem air atmosfir (atmospheric water), air
permukaan (surface water) dan ir bawah permukaan (subsurface water).

Precipitatio Evaporation
n
Atmospheric
water

Interception ∑

Transpiration
Surface
water

Overland flow Surface runoff Runoff to streams


and ocean

Infiltration Subsurface
Subsurface

flow ∑
water

Groundwater Groundwater
recharge flow

Gambar 1.2. Diagram-blok sistem hidrologi global


(Sumber: Applied Hydrology, Chow, dkk., 1988)

5
1.4. Sejarah Perkembangan Hidrologi
Sebenarnya ilmu hidrologi telah ada sejak manusia mencoba mencari jawaban
atas asal mula keberadaan air di sekelilingnya. Sejak zaman Homer (1000 tahun SM)
dan beberapa filosof terkenal seperti Thales, Plato dan Aristotle di Greece, Lucretius,
Seneca dan Pliny di Roma, telah dikemukakan beberapa spekulasi jawaban atas
pertanyaan asal mula air tersebut. Semula para ilmuwan beranggapan bahwa tanah
dianggap terlalu kedap (impervious) dan hujan tidak cukup banyak untuk
menimbulkan air seperti yang terlihat di sungai, danau misalnya, sehingga mereka
menganggap bahwa air berasal dari reservoir abadi yang berada di bawah tanah.
Clazomenae (500-428 SM) telah memformulasikan konsep awal tentang daur
hidrologi yang menyatakan bahwa tenaga matahari mampu mengangkat air dari laut
ke lapisan atmosfir yang akan menjadi hujan. Selanjutnya hujan akan meresap ke
bawah permukaan tanah terkumpul di tampungan air di bawah permukaan tanah
yang akan menyebabkan terjadinya aliran di sungai. Konsep ini diperbaiki oleh
Theophrastus (372-287 SM) dengan penjelasan proses pembentukan hujan oleh
proses kondensasi dan pendinginan. Kemudian Vitruvius yang hidup pada jaman
keberadaan Isa Almasih menyampaikan teori yang secara umum sekarang masih
diterima yaitu penjelasan bahwa tampungan air tanah (groundwater) terbentuk dari
resapan air hujan dan air es yang meleleh melalui proses infiltrasi.
Baru pada tahun 1509 oleh Leonardo da Vinci jawaban tentang pengertian dasar
hidrologi tersebut dapat ditetapkan secara benar, yaitu dengan konsep modern
menyangkut pengertian daur hidrologi. Dalam perkembangannya, dilakukan
pengamatan-pengamatan, beberapa percobaan dan pengukuran tentang air, seperti
pengukuran hujan dan aliran di daerah aliran sungai Seine oleh Pierre Perrault
(1608), Edme Mariotte (1620) dan Edmund Halley (1656). Dengan cara tersebut
telah banyak ditemukan informasi menyangkut hubungan beberapa besaran kejadian
alam yang merupakan faktor penentu terjadinya aliran. Tercatat beberapa nama
terkenal seperti Bernoulli, Chezy, Manning dan lain-lain yang sekarang dikenal
sebagai ahli dalam bidang hidraulika.

6
Dengan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya
perkembangan pengetahuan ilmu hidrologi tidak terlepas dari hasil-hasil penemuan
para ahli hidraulika. Dalam konteks tersebut, hidraulika dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang seluk beluk aliran. Ilmu hidraulika lebih banyak
membahas masalah sifat-sifat aliran, parameter penentu aliran seperti kecepatan arus,
kedalaman aliran, debit, tekanan air dan berbagai fenomena alam yang terkait dengan
aliran, misalnya erosi dan sedimentasi.
Dalam konteks penerapan, ilmu hidrologi dapat merupakan alat bantu atau
pendukung bidang ilmu lain, misalnya morfologi sungai, transportasi sedimen,
bangunan tenaga air, teknik pantai dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan
hidrologi, umumnya analisis dan hitungan hidraulika merupakan tahap lanjutan
setelah keluaran analisis hidrologi telah didapatkan. Contoh sederhana adalah pada
perencanaan penanganan banjir dengan tanggul. Informasi mengenai hidrograf banjir
dapat diperoleh dari analisis hidrologi, yang selanjutnya karakteristika aliran yang
terjadi pada alur sungai, meliputi tinggi muka air banjir, kecepatan arus, luas
genangan pada bantaran sebelum dan sesudah ada tanggul dapat ditentukan dengan
hitungan hidraulika. Dalam hal ini hidraulika diartikan secara umum sebagai ilmu
yang mempelajari sifat, karakteristika aliran air melalui media pengalirannya atau
alur alirannya.

1.5. Peranan Ilmu Hidrologi

1.5.1. Peranan Ilmu Hidrologi dalam Perencanaan Bangunan Sungai

Setiap bangunan yang dibuat di sungai, baik yang dibangun pada alur atau
bangunan yang melintas di atas alur sungai, harus direncanakan dengan baik.
Persyaratan hidrologi dan hidraulika dalam perancangan setiap bangunan tersebut
harus dipenuhi, sehingga dapat mengamankan, melestarikan dan meningkatkan
keandalan bangunan di sungai maupun sungainya sendiri. Pertimbangan ini didasari
pada kenyataan di lapangan, bahwa setiap bentuk usaha pembuatan bangunan di

7
sungai, sedikit atau banyak akan dikehendaki adanya perubahan karakteristik sungai,
terutama pada tempat di sekitar bangunan tersebut akan dibangun. Secara alami
sungai akan memberikan reaksi untuk menyesuaikan dengan adanya perubahan-
perubahan tersebut. Jika proses alami ini tidak diperhitungkan secara cermat, dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, yang dapat merugikan keselamatan
umum.
Keselamatan dan kelestarian sungai perlu dijaga, mengingat sungai sebagai
salah satu sumberdaya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan
penghidupan manusia (PP No 35 Th. 1991 tentang Sungai). Oleh karena itu, prosedur
perencanaan setiap bangunan di sungai harus memperhitungkan faktor alam utama,
menyangkut perilaku sungai, yaitu sifat hidrologi dan hidraulika. Dengan mengkaji
kondisi, sifat dan karakteristik hidrologi dan hidraulika sungai dapat ditentukan nilai
beberapa besaran rancangan yang diperlukan, serta dapat dipikirkan cara-cara
menghindari hal-hal yang merugikan yang disebabkan oleh perilaku hidrologi dan
hidraulika sungai akibat adanya bangunan sungai tersebut. Petunjuk umum dalam hal
perencanaan bangunan di sungai ini telah dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum (1987) berupa Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulika untuk
Bangunan di Sungai.
Pada perencanaan bangunan jembatan kereta api misalnya, beberapa hal
kiranya perlu diperhatikan menyangkut persoalan hidrologi dan hidraulika sungai.
Dalam kaitannya dengan perancangan konstruksi bangunan jembatan tersebut, perlu
ditetapkan beberapa nilai besaran rancangan yang harus didahului dengan analisis
hidrologi dan hidraulika. Pada dasarnya tahapan analisis tersebut dimaksudkan untuk
memahami karakteristik daerah aliran sungai (DAS) dimana bangunan tersebut akan
dibuat, terutama menyangkut permasalahan banjir yang sering kali menyebabkan
kerusakan-kerusakan bangunan di sungai. Dua besaran rancangan yang utama adalah
debit banjir maksimum dan tinggi muka air banjir pada debit tersebut. Debit banjir
rancangan dapat dihitung/ditetapkan berdasarkan hasil analisis hidrologi, selanjutnya
tinggi muka air banjir pada debit rancangan tersebut dapat dihitung dengan analisis

8
hidraulika berdasarkan nilai debit banjir rancangan dan beberapa parameter
hidraulika sungai.
Penetapan debit banjir rancangan tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah,
terutama pada lokasi dimana data aliran sangat minim atau bahkan tidak tersedia
sama sekali data pencatatan atau pemantauan aliran sungai, khususnya pada saat
debit besar. Dalam keadaan demikian, penetapan debit banjir rancangan hanya dapat
dilaksanakan dengan cara-cara tertentu melalui prosedur analisis hidrologi yang
didasarkan pada hasil kajian terhadap data curah hujan dan parameter DAS. Selain
itu kadang diinginkan usaha perbaikan jembatan kereta api yang telah dibuat. Dalam
hal ini perlu ditinjau kembali perubahan karakteristik hidrologi setempat, yang dapat
menyebabkan berubahnya debit banjir ekstrim. Umumnya perubahan karakteristik
hidrologi tersebut diakibatkan oleh perubahan tataguna lahan pada DAS yang lebih
cenderung bertambahnya lahan pemukiman. Hal ini menyebabkan meningkatnya
nilai koefisien limpasan yang berarti debit maksimum aliran sungai juga akan
meningkat. Oleh karena itu, upaya perbaikan jembatan tersebut tetap juga harus
memperhitungkan persoalan hidrologi setempat.
Tinggi muka air banjir tergantung kepada karakteristik hidraulik sungai
setempat, seperti bentuk dan ukuran tampang alur sungai di bawah rencana jembatan,
kekasaran dinding dan dasar alur, dan kemiringan dasar alur. Dalam hal ini tentunya
diinginkan profil muka air banjir di sekitar jembatan yang akan tergantung pula pada
bentuk tampang aliran akibat adanya konstruksi pilar dan perletakan jembatan.
Dengan analisis hidraulika menyangkut aliran sungai pada debit banjir rancangan
dapat diketahui profil garis muka air banjir sesuai dengan bentuk tampang rancangan
pada alur sungai sekitar jembatan tersebut.
Dari tinjauan sifat sungai, menyangkut morfologi sungai, perilaku aliran sungai,
akan dapat dipertimbangkan pemilihan macam dan tipe serta tata letak konstruksi
pilar dan perletakan jembatan. Umumnya juga diperlukan perancangan beberapa
bangunan pelindung konstruksi jembatan tersebut, seperti krib, bronjong tebing, dam
penahan erosi dan lain-lainnya. Untuk menetapkan tipe dan ukuran konstruksi

9
bangunan pelindung tersebut diperlukan tinjauan hidraulika secara lebih mendetil.
Dari uraian tersebut, secara umum dapat dinyatakan bahwa untuk merancang
bangunan di sungai diperlukan persyaratan pokok terkait dengan pertimbangan
hidrologi dan hidraulika sungai menyangkut debit banjir rancangan dan pemahaman
karakteristik morfologi sungai.

1. Persyaratan Debit Banjir Rancangan

Debit banjir rancangan ditetapkan dengan beberapa pertimbangan berikut:


a. keamanan semua bangunan terhadap debit rancangan, yaitu debit banjir yang
ditetapkan dengan kala ulang tertentu sesuai dengan standar yang berlaku,
b. penetapan kala ulang debit banjir untuk berbagai jenis dan tipe bangunan, dengan
memperhatikan faktor keamanan, resiko serta ekonomi.

Persoalan penetapan debit banjir rancangan merupakan masalah pertimbangan


hidro-ekonomis. Debit banjir rancangan tentunya tidak diambil terlalu kecil (under
estimate) yang dapat menimbulkan resiko kegagalan yang cukup besar. Sebaliknya
juga tidak diinginkan nilai debit banjir rancangan yang terlalu besar (over estimate)
yang mengakibatkan besarnya dana yang diperlukan untuk pembuatan bangunan
yang dirancang, karena ukuran bangunan yang besar sehingga tidak ekonomis. Untuk
hal ini, dapat digunakan standar yang berlaku menyangkut penetapan debit banjir
rancangan tersebut.

2. Persyaratan Morfologi Sungai

Pengaruh morfologi sungai dengan segala perubahan akibat kegiatan


pembangunan dan produknya harus dipertimbangkan dalam perancangan bangunan
pada tingkat keamanan dan resiko tertentu. Pertimbangan morfologi sungai ini dalam
perencanaan bangunan di sungai akan dikaitkan dengan perancangan bangunan
pengaman dan bangunan pengendali sungai. Sebagai contoh adalah pada
perancangan bangunan krib, bronjong, cek-dam dan lain sebagainya. Aspek angkutan
sedimen dasar (bed load) perlu diperhitungkan dalam mengkaji masalah penggerusan

10
tebing dan dasar sungai. Dalam hal ini diperlukan informasi tentang besarnya debit
dominan, yaitu debit aliran sungai yang paling sering terjadi dimana potensi
angkutan sedimen dasarnya adalah maksimum. Besarnya debit dominan ini dapat
diperoleh dari hasil analisis hidrologi dan hidraulika berdasarkan data aliran dan
parameter fisik sungai.

1.5.2. Peranan Ilmu Hidrologi dalam Perencanaan Bangunan Drainasi

Fasilitas drainasi umumnya berupa sistem saluran untuk pembuangan air dan
beberapa bangunan air untuk operasi dan pemeliharaan. Sesuai dengan tujuan
pembuatan fasilitas drainasi pada umumnya, yaitu untuk menjaga suatu wilayah areal
tertentu agar bebas dari akibat negatif banjir atau genangan yang berlebihan, maka
bangunan drainasi harus dirancang sedemikian hingga mampu untuk mengeluarkan
atau membuang beban genangan yang terjadi, baik karena hujan atau luapan air dari
luar sistem aliran wilayah yang ditinjau. Atau dengan kata lain kapasitas sistem
drainasi yang akan dibuat harus cukup mampu untuk menampung debit aliran sesuai
beban genangan yang ditentukan.
Dalam hal ini cara penentuan beban rancangan drainasi tergantung kepada tipe
sistem drainasi dan kondisi wilayah drainasi. Berdasarkan cara drainasi dikenal 2
tipe sistem drainasi, yaitu drainasi permukaan (surface drainage) dan drainasi bawah
permukaan (subsurface drainage). Tipe pertama banyak diterapkan pada
perancangan sistem drainasi untuk wilayah pemukiman yang relatif sebagian besar
arealnya merupakaan permukaan kedap air (impervious). Sistem drainasi bawah
permukaan biasanya digunakan untuk keperluan pertanian, yaitu untuk menjaga
kelengasan tanah pada suatu kadar tertentu agar tidak mengakibatkan terhambatnya
proses fisiologis tanaman serta mencegah pembusukan akar tanaman. Pada tipe
pertama yang harus ditetapkan adalah besarnya debit aliran permukaan rancangan
sedangkan tipe kedua adalah kapasitas infiltrasi yang diartikan sebagai kemampuan
maksimum lapisan tanah meneruskan gerakan air baik secara horisontal maupun
vertikal. Parameter tanah tersebut merupakan salah satu karakteristik hidrologi areal

11
yang ditinjau yang dapat diperkirakan nilainya dengan melakukan survey hidrologi
tertentu.
Kedua besaran rancangan tersebut akan menentukan tipe, bentuk serta dimensi
saluran atau jaringan pipa drainasi yang akan dibuat. Dalam hal ini peranan ilmu
hidrologi adalah untuk melakukan hitungan perkiraan kedua besaran rancangan
tersebut berdasarkan data hidrologi yang dapat diperoleh. Untuk debit rancangan
fasilitas sistem drainasi permukaan umumnya dilakukan pendekatan dengan
pendekatan koefisien aliran permukaan (runoff coefficient), yaitu rasio yang
menyatakan jumlah bagian hujan yang menjadi limpasan permukaan. Persoalan yang
muncul adalah penentuan nilai hujan sebagai masukan hitungan debit rancangan
tersebut.
Dalam hal ini nilai hujan rancangan ditetapkan berdasarkan tujuan drainasi dan
tingkat resiko yang dikehendaki. Sebagai gambaran misalnya persyaratan drainasi
untuk pemukiman moderen tentunya tidak akan sama dengan drainasi untuk lahan
sawah padi. Pada wilayah pemukiman moderen genangan air akibat curah hujan
secepatnya harus dapat dikeringkan, sedangkan areal sawah padi mempunyai
toleransi genangan yang relatif cukup lama, 2-3 hari. Secara umum dapat dikatakan
peran ilmu hidrologi adalah untuk menetapkan hujan rancangan dan beban aliran
rancangan untuk kedua macam tipe drainasi tersebut.

1.5.3. Peranan Ilmu Hidrologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Air

Pengelolaan sumberdaya air dapat berupa berbagai bentuk kegiatan, misalnya


pembuatan waduk serbaguna, bendung untuk irigasi, instalasi bangunan untuk
sumber air minum, air industri dan lain sebagainya. Analisis hidrologi akan
diperlukan baik pada tahap perancangan, pembuatan maupun operasi dari berbagai
bangunan air tersebut. Tahap awal yang selalu dilakukan terkait dengan rencana
pembuatan suatu bangunan untuk pemanfaatan air adalah perkiraan ketersediaan air.
Informasi ketersediaan air mencakup jumlah dan waktu akan menentukan kapasitas
bangunan air yang akan dibuat.

12
Cara operasi setiap bangunan air ditetapkan tidak hanya berdasarkan data
ketersedian dan kebutuhan air saja, akan tetapi juga perlu memperhatikan faktor lain
untuk menjaga kelangsungan operasi pengelolaan air. Sebagai contoh waduk besar
selalu dilengkapi dengan bangunan pelimpah banjir (spillway) yang harus dirancang
sesuai dengan ketentuan banjir rancangan yang berlaku. Selanjutnya pedoman
operasi setiap bangunan air juga harus disusun dengan metode yang semaksimal
mungkin dapat menghasilkan cara operasi yang optimal. Untuk suatu keadaan
dimana informasi dan data ketersediaan air sangat terbatas, beberapa analisis
hidrologi moderen kiranya perlu diterapkan, misalnya model pembangkitan data
aliran sungai (synthetic stream flow data generation) atau model pengalihragaman
data hujan menjadi aliran (rainfall runoff model). Bahkan dengan perkembangan
ilmu hidrologi mederen sekarang ini, peramalan debit banjir dapat dilkukan secara
lebih akurat dengan menggunakan jasa teknologi satelit untuk mendeteksi potensi
awan hujan yang akan jatuh pada suatu daerah tangkapan tertentu.
Ilustrasi singkat ini menunjukkan bahwa peranan ilmu hidrologi begitu
pentingnya untuk bidang pengelolaan sumberdaya air yang manfaatnya tentunya
diperuntukkan bagi sektor lain menyangkut upaya peningkatan kesejahteraan
manusia, seperti pertanian, industri, energi, kelestarian lingkungan dan kesehatan
masyarakat.

13

Anda mungkin juga menyukai