Anda di halaman 1dari 3

SABAR, SYUKUR, DAN IKHLAS

Setiap muslim dalam shalat mereka berdoa agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus.
Mereka meminta setiap lima kali sehari, atau bahkan lebih. Seolah-olah mereka takut jika jalan
itu tidak diberikan oleh Allah pada mereka. Atau tenyata sudah diberikan kepada mereka, tetapi
mereka selalu melupakannya. Jalan-jalan itu ada untuk menempuh tujuan hidup, yaitu ridha
Allah, cinta Allah, kerelaan Allah untuk menerima kembali makhluk-Nya yang penuh
kesalahan dan dosa. Semua orang pasti mengharapkan kesuksesan dan kebahagiaan. Namun,
pada kenyataannya tidak semua orang bisa menggapai hidup sukses dan bahagia. Hal ini
dikarenakan banyak orang yang salah dalam menempuh jalan menuju hidup sukses dan bahagia
tersebut. Salah satu kunci dalam menggapai hidup sukses dan bahagia dunia dan akhirat adalah
sabar, syukur, dan ikhlas. Bersyukur, bersabar, dan ikhlas merupakan salah satu di antara
sekian banyak kunci keberhasilan hidup orang beriman, baik di dunia maupun di akhirat.

Syukur dan sabar merupakan dua kata yang akan selalu berjalan mengikuti rumus
kehidupan. Ia adalah kunci kebahagiaan. Karena setiap insan di bumi ini pasti pernah
mengalami suka dan duka. Tak ada manusia yang hidupnya selalu suka, senang dan
nyaman. Pasti di tengah-tengah kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka ada ujian
dan cobaan. Di sinilah rasa syukur dan sabar yang diiringi dengan ketulusan sangat diperlukan.
Syukur ada untuk mengiringi kesenangan. Demikian juga sabar hadir untuk mengimbangi ujian
dan cobaan.

Syukur yang dimaksud di sini bukan hanya dengan mengucapkan alhamdulillah. Tapi
lebih kepada bagaimana memanfaatkan kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah SWT
untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Demikian halnya dengan sabar, yang
maknanya tidak hanya berdiam diri dan tidak berusaha untuk keluar dari ujian dan cobaan yang
menimpa. Tapi, sabar bermakna menerima apa yang telah ditimpakan kepada seseorang seperti
musibah, dengan catatan tetap berusaha untuk senantiasa bangkit dan menyelesaikan persoalan
yang ada.

Belajar tentang sabar, syukur, dan ikhlas dapat kita teladani dari kisah para Nabi.
Diantaranya, Nabi Ayub, Nabi Nuh, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Muhammad, dan Nabi
yang lain. Juga dapat kita lihat disekitar kita, diantaranya kisah orang-orang yang sukses dan
bahagia karena kesabaran dan kesyukurannya. Hal ini dimaksudkan untuk menguatkan kita
bahwa syukur dan sabar benar-benar mampu mengantarkan seseorang menuju kebagagiaan dan
kesuksesan. Salah satunya adalah kisah sejarah perjuangan Rasulullah SAW dan para
sahabatnya dalam mendakwakan Islam di tengah-tengah kerasnya masyarakat Quraisy di
jazirah Arab. Meskipun tantangan, ancaman, pengusiran, bahkan percobaan pembunuhan,
sudah berkali-kali dirasakannya ketika berdakwah selama 13 tahun di Makkah, akhirnya Allah
SWT memenangkan Islam karena buah kesabaran dan keikhlasan beliau serta para sahabatnya
dalam berdakwah.

Imam Ahmad bin Hambal pernah mengatakan bahwa di dalam surga hanya ada dua
kelompok manusia, yaitu manusia yang bersyukur dan manusia yang bersabar. Untuk itulah,
Imam Ahmad juga menegaskan bahwa di dalam al-Quran kata sabar disebutkan lebih dari 90
kali. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab, orang yang
tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, menjauhi maksiat, dan menghadapi takdir
Allah SWT yang buruk, maka ia banyak kehilangan bagian keimanan.

Agar senantiasa mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan hidup, tentunya rasa syukur
dan sabar tersebut harus benar-benar dilakukan dengan penuh ikhlas. Ikhlas merupakan
kolaborasi ketundukan pada hati dan pikiran yang disemayamkan di alam bawah sadar
seseorang, serta dijelmakan dalam perkataan dan amal perbuatan. Pada hakikatnya, ikhlas itu
mencakup dua hal, yakni menyertakan niat dan membebaskan diri dari segala bentuk noda.
Karena ikhlas memiliki arti setiap apa yang kita lakukan adalah karena Allah, ketika kita
semakin ikhlas maka akan semakin besar pahala yang akan didapatkan. Orang yang ikhlas akan
senantiasa merasa tentram, penuh kedamaian, dadanya penuh kelapangan, dan hatinya merasa
tenang. Sebab, ia selalu didorong untuk memurnikan segala amalnya dengan tujuan untuk
menggapai ridha Allah SWT. Dengan demikian, ikhlas merupakan kunci pertama pembuka
kesuksesan dan kebahagiaan seseorang. Sebagai bukti, kisah orang-orang yang terjebak dalam
gua. Saat itu, mereka memohon dengan cara ber-tawassul atas beberapa amalan yang dilakukan
dengan ikhlas berupa birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), wafa’terhadap
pegawai, dan pengendalian syahwat yang luar biasa. Ternyata mereka bisa sukses dan berhasil
keluar dari gua tersebut berkat keikhlasan.

Kisah keikhlasan lain yang patut kita teladani adalah keikhlasan Khalid bin Walid
sebagai komandan perang. Saat menjelang perang Yarmuk, ia mendapat surat dari Khalifah
Umar bin Khattab, yang berisikan tentang pencopotan jabatan panglima perang yang sedang
disandangnya, dan digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah, yang tidak lain adalah bawahan
Khalid bin Walid. Khalid bin Walid menerima pencopotan tersebut dengan penuh kesatria dan
keikhlasan. Bahkan, sedikitpun tidak terlihat rasa kecewa dan emosi pada wajahnya. Saat itu,
ia berkata, “aku tidak berperang untuk Umar. Tetapi, aku berperang untuk Tuhannya Umar”.
Beberapa saat kemudian, Khalid bin Walid mendatangi Abu Ubaidah untuk menyerahkan
kendali kepemimpinannya. Uniknya, di bawah komando mantan anak buahnya tersebut,
Khalid tetap berperang dengan penuh semangat dan kesungguhan.

Untuk menjadi pemenang, tidak selalu menggunakan kekuatan fisik, tetapi dengan
kesabaran, syukur, dan ikhlas justru mempunyai kekuatan luar biasa. Ketiga sifat tersebut
merupakan bukti keimanan seseorang, sumber kebahagiaan, kesuksesan, dan dapat menarik
kekayaan. Namun, paling penting adalah ketiganya mampu mengantarkan pengamalnya
kepada pahala yang berlimpah dan masuk surga penuh kenikmatan.

Sumber Buku:

Dahsyatnya Sabar, Syukur, & Ikhlas – Oleh: Abdul Syukur

Mukjizat Sabar Syukur Ikhlas: Rumus Bahagia Dunia Akhirat – Oleh: Muhammad Ramadhan

Sabar, kemudian Syukur, lalu Ikhlas – Oleh: Retno D.N.

Anda mungkin juga menyukai