Kota Palopo
Kota Palopo
Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah
perkembangan suatu kota, terlebih bila bangunan-bangunan pada kawasan tersebut sudah
dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya. Olehnya harus dijaga dan dilestarikan dari
penghancuran karena pola tata ruang dan massa bangunan pada kawasan itu menyajikan suatu
keberhasilan begitupun dengan Kota Palopo. Suasana kota yang mempunyai latar belakang
sejarah, karena kelangkaannya atau memiliki nuansa khusus, harus dilestarikan sebagai ciri atau
jati diri pada lanskap kota.
Kawasan Lalebbata sebagai kawasan Tua kota Palopo sudah selayaknya didaulat
kawasan konservasi. Seperti pada umumnya pola tata ruang/struktur ruang atau territorial pada
kawasan tua/kawasan budaya (Area Istana Kerajaan) kota terdiri yang terdiri dari beberapa
bagian zona dan radius pada kawasan;
Pada kawasan Lalebbata meskipun terdapat beberapa bangunan tua atau bangunan cagar
budaya lainnya namun yang menjadi ‘IKON’ adalah Masjid Jami Tua Palopo. Mengapa bukan
bangunan Istana Datu Luwu atau bangunan cagar budaya lainnya?.
Masjid Jami Tua Palopo dari kajian historikal yang begitu menarik.
Dari segi arsitektural, meski bentuk atap serta base dinding memiliki kemiripan
dengan bentuk arsitektural di daerah lain namun secara keseluruhan arsitektural
Masjid Jami Tua Palopo memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri.
Tiang Utama/ Soko Guru pada bangunan Masjid Jami Tua Palopo merupakan
cikal bakal nama Palopo. Paloppoi yang berarti tancapkan atau masukkanlah.
Tiang yang ditancapkan atau di masukkan (kedalam tanah).
Ketika melihat gambar Masjid Jami Tua Palopo, meski nama tidak dilampirkan
atau dijelaska, bagi yang melihat sudah dapat mengenal bahwa itu adalah Masjid
Jami Tua Palopo hanya berada di Palopo..Sudah menjadi bagian ‘memory
collective’ bagi yang pernah ,melihat dokumentasi terlebih bagi mereka yang
telah berkunjung ke Kota Palopo dan melihatnya secara langsung.
Masjid Jami Tua Palopo sudah menjadi simbol religius, budaya maupun
peradaban kota Palopo.
Relevansi dengan rencana Pembangunan Menara Palopo dikawasan Lalebbata, dan titik
pembangunan fisik berada di depan bangunan Istana Datu Luwu dan Masjid Jami Tua Palopo.
Dari segi perencanaan Pembangunan Menara yang menjadi ikon baru pada kawasan Lalebbata
tersebut tidaklah ‘etis’ . Dalam sejarah dan perkembangan kota, dalam satu kawasan tidaklah
mungkin terdapat 2 (dua) ikon atau lebih. Yang menjadi pertanyaan ; “Apakah Urgensi Menara
ini pada kawasan Lalebbata tersebut? Apakah dengan alasan pengembangan pembangunan kota
atau revitalisasi???”.Jika salah satu alasan dan pertimbangannya adalah demikian maka perluh
dikaji ulang melalui berbagai macam perspektif agar kesannya tidak tergesah-gesah dan
memaksakan.
Kawasan Lalebbata sudah memiliki potensi dan ciri khas tersendiri. Salah satunya adalah
Masjid Jami’ Tua Palopo, Istana Datu Luwu, dan lain-lain yang udah memiliki daya tarik
tersendiri. Tinggal Penataan Lansekap serta aktifitas pendukung lainnya yang membuat
masyarakat lokal, wisatawan domestik maupun mancanegara agar semakin tertarik untuk
berkunjung. Intinya tanpa bangunan menarapun itu sudah menjadi destinasi wisata yang apik.