Anda di halaman 1dari 3

AKHLAK SEORANG DA’I

ANNISA RAHMA LINATI

1184010023

1184010023@student.uinsgd.ac.id

1. PENDAHULUAN
Akhlak adalah suatu perhiasan bagi seseorang, seseorang dapat dikatakan baik
atau buruk, ‘alim atau jahil, dan bersahabat atau sebaliknya itu tergantung pada sifatnya.
Dan juga akhlak adalah cerminan hati, dapat diibaratkan hati adalah teko yang berisi air,
sedangkan air adalah sifatnya, jadi apapun yang keluar dari teko tersubut sesuai dengan
apa yang ada didalamnya. Jika teko tersebut berisi air putih, maka akan keluar pula air
putih. Jika teko tersebut berisi kopi, maka akan keluarlah air kopi tersebut, dan jika air
kopi berisi air susu maka akan keluarlah air susu dan seterusnya. Mengingat begitu
urgennya akhlak, yaitu bahwa akhlak menjadi modal utama bagi diterimanya da’I dalam
da’wahnya di masyarakat, maka akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’I pada
khususnya dan muslimin pada umumnya. Karena pada pertemuan pertama sudah dibahas
tentang etika dan akhlak juga pada pertemuan ketiga telah dibahas tentang pribadi Dai
maka kita lanjutkan dengan mengetahui aklak seorang Dai sebagai berikut.

2. PEMBAHASAN
A. Amaliyah Al-Qalbiyah
Kalbu seorang pendakwah hendaknya memenuhi standar nilai akhlak kalbu. Kalbu
pendakwah hendaknya senantiasa berada dalam keadaan khuyuk, seperti disebutkan
dalam surat Al-Hadid (59) ayat 16 :

َ ‫ق َو ََل يَ ُكو ُنوا َكا َّلذِينَ ُأوتُوا ْال ِكت‬


‫َاب‬ ِ ‫َّللا ِ َو َما نَزَ َل مِنَ ْال َح‬َّ ‫َأ َل ْم يَ ْأ ِن ِل َّلذِينَ آ َم ُنوا َأ ْن تَ ْخ َش َع ُق ُلوبُ ُه ْم ِل ِذ ْك ِر‬
ٌ ِ‫اْل َمدُ َف َقسَ ْت ُق ُلوبُ ُه ْم ۖ َو َكث‬
َ‫ير ِم ْن ُه ْم َفا ِس ُقون‬ َ ْ ُ‫ِم ْن َق ْب ُل َف َطا َل عَ َل ْي ِهم‬
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al
Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang
fasik”.
Seorang Dai juga harus memiliki Qalbun Salim (QS. As-Syura’(26) : 89), supaya
dakwah yang dilakukan akan mencerminkan kebersihan hati, ketulusan, dan
keikhlasan sehingga manifestasi dakwah yang terpancar jauh dari emosional, jauh
dari kepentingan, tetapi murni atas dasar kecintaan dan kasih sayang untuk membantu
sesama, menyadarkan, serta mengingatkan kekeliruan yang dapat menjerumuskan
dirinya kepada kehancuran atau kebinasaan.1

B. Amaliyah Fikriyah
Amaliyah Fikriyah yang perlu dipelihara dan dibiasakan oleh Dai adalah
memikirkan atau mentafakuri kekuasaan Allah, baik terhadap objek makro, berupa
alam semesta, maupun mikro berupa diri manusia. Patut diperhatikan agar pikiran
relatif terjamin kearah yang produktif. Hendaknya Amaliyah Fikriyah bersih dari
buruk sangka, berfikir jernih, tidak melampaui batas, dan lain sebagainya.2

C. Amaliyah Al-Lisaniyah
Lidah ahrus benar-benar terlatih mengucapkan kata-kata dengan fasih. Kata-kata
yang diucapkan hendaknya mampu menyelamatkan, menunjukan, dan membantu
dalam memberikan penjelasan ilmu kepada orang yang membutuhkan. Lidah juga
untuk dapat beretika, terutama ketika bertutur kata kepada yang lebih tua usianya
(qawlan karima), berkarakter (qawlan layyinan), berbobot (qawlan sadida), benar
(haqqan), perkataan yang meringankan (qawlan mairan), dan kata yang menyentuh
(qawlan baligha).3

D. Amaliyah Al-Jasadiyah
Amaliyah Jasadiyah berkaitan dengan upaya Dai dalam memelihara kondisi fisik
agar sehat, penuh vitalitas serta energik. Amaliyah tyersebut diantaranya gemar
berolahraga, menjaga dan mengatur makanan serta minuman serta beberapa penyakit
sering berhubungan dengan pola hidup seseorang.

E. Amaliyah Al-Iqtisadiyah
Seorang Dai tidak boleh ketinggalan dalam hal ekonomi. Seorang Dai hendaknya
mampu menjadi pionir dan teladan dalam mengembangkan sistem ekonomi yang
diridhoi Allah. Hindari curang dan menipu yang dapat merugika oranglain.

F. Penampilan dan Kepribadian Dai


Penampilan Dai
Penampilan sangat berpengaruh dalam meningkatkan daya tarik seseorang.
Menurut Dedy Mulyana (2011:346), aspek penampilan yang berpengaruh terhadap
daya tarik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penampilan luar (Fisik), dan
penampilan dalam (kepribadian).

1
Tajiri, Etika dan Estetika Dakwah (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2019), hlm 46
2
Ibid., hlm 47
3
Ibid., hlm 48
Menurut Abbas Assiisiy, sejarah mencatat sahabat-sahabat Nabi yang berparas
tampan dan berfostur tubuh sangat gagah. Sejak dahulu para penghulu, para Dai
tatkala duduk dihadapan majlisnya, senantiasa mengenakan baju terindah,
nemaburinya dengan aroma wewangian yang bagus pula, dan mengenakan dandanan
yang mampu mempesona.
Kepribadian Dai
Kepribadian merupakan karakter unik (khas) dari seseorang, baik dalam berfikir
maupun berprilaku. Kepribadian merupakan organisasi faktor budaya, psikologis, dan
sosial, khusunya pada saat ia berhubungan dengan lingkungannya. Ada beberapa
kepribadian ideal yang harus dimiliki Dai :
a. Memiliki kepribadian Rabbani (kasih sayang).
b. Memiliki kepribadian Malaki (taat pada perintah Allah).
c. Memiliki kepribadian Qur’ani (mencintai Al-Qur’an).
d. Memiliki kepribadian Rasuli ( sebagai penyampai Risalah).
e. Memiliki kepribadian Musholi (yang selalu menjaga solatnya).
f. Memiliki kepribadian Shoimi (agar mampu mengendalikan dirinya).
g. Memiliki Akhlakul Karimah. 4

3. KESIMPULAN
Hendaklah para da’I untuk berakhlak dengan akhlak yang telah disebutkan diatas,
karena akhlakh adalah kunci diterimanya da’wah. Sebelum orang mengenal da’wah kita,
pastilah terlebih dahulu mereka menilai akhlak kita, jadi diterima dan tidak diterimanya
suatu da’wah, itu tergantung pada akhlak sang da’i. jika ia menyampaikan dengan
hikmah dan penuh kasih sayang, maka kemungkinan besar da’wahnya akan diterima, dan
sebaliknya.

4. DAFTAR PUSTAKA
Tajiri, hajir.2019.Etika dan Estetika Dakwah. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

4
Ibid., hlm 52

Anda mungkin juga menyukai