Anda di halaman 1dari 2

MEKANISME MATA DAN KULIT KUNING

Timbulnya ikterus terjadi karena bendungan dalam saluran empedu, sehingga


empedu dan bilirubin yang sudah mengalami konjugasi tidak dapat dialirkan ke
dalam usus halus. Akibatnya terdapat kenaikan kadar bilirubin konjugasi
(conjugated bilirubin) atau kadar bilirubin direk dan juga bilirubin dalam urine,
tetapi tidak dijumpai urobilinogen dalam urine dan tinja. Biasanya kulit dan
mukosa terutama sklera mata si penderita tampak berwarna kuning tua atau
kuning kehijau-hijauan. Kulit tampak banyak bekas garukan, karena pruritus atau
gatal-gatal. Karena dalam tinja tidak ada sterkobilin, maka tinja akan tampak
alkolis (pucat seperti dempul). Ikterus ini termasuk ke dalam ikterus posthepatik
atau bisa disebut juga ikterus obstruktiva (Sujono, 2013).

Ikterus juga dapat terdistribusi di jaringan ikat yang terdapat dalam tubuh.
Bilirubin yang ikut dalam sirkulasi terikat pada protein, sehingga sukar dapat
dimengerti bagaimana masuknya dalam cairan jaringan yang rendah. Bilamana
kadar protein dalam cairan jaringan meningkat, maka ikterus akan terlihat jelas
lagi. Cairan serebrospinal akan terlihat lebih kuning bilamana disertai meningitis.
Hal seperti itu dapat dilihat pada gambaran penyakit Weil, yaitu adanya ikterus
dengan meningitis. Pada basal ganglia mungkin ada bile-stained terutama pada
bayi yang baru lahir (kern-ikterus). Ini disebabkan karena terdapat kadar bilirubin
lipolifik tidak terkonjugasi yang tinggi dalam sirkulasi (Sujono, 2013).

Pada ikterus yang berat, cairan okuler akan terlihat kuning. Demikian pula
urine, keringat, semen, dan air susu penderita akan mengandung pigmen empedu.
Bilirubin terikat dalam jaringan elastik. Kulit, sklera mata, dan jaringan pembuluh
darah mempunyai jaringan dengan elastisitas yang tinggi, sehingga mudah
terjadinya ikterus (Sujono, 2013).

PATOFISIOLOGI TERJADINYA KULIT KUNING DAN SKLERA IKTERIK


Bilirubin indirect atau bilirubin tak terkonjugasi masuk ke hati (ikterus
intrahepatik) kemudian menuju ke sel parenkim hati. Saat di sel tersebut bilirubin
di konjugasi oleh enzim glukoronil transferase sehingga berubah menjadi
bilirubin yang direct atau bilirubin terkonjugasi. Kemudian bilirubin yang sudah
terkonjugasi itu masuk ke dalam kanalikuli vesica felea untuk di proses. Apabila
terdapat suatu batu empedu, maka bilirubin tidak dapat dikeluarkan karena
terhambat. Apabila tidak ada hambatan, bilirubin akan masuk ke dalam plasma
kemudian menuju ke sirkulasi darah. Dari sirkulasi darah tersebut, bilirubin akan
dibawa ke seluruh jaringan yang menyebabkan terjadinya kulit kuning. Selain itu,
bilirubin juga akan masuk ke jaringan ikat yang menyebabkan sklera menjadi
ikterik (Sylvia, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sujono. 2013. Gastroenterologi. Bandung : PT Alumni

Price, Sylvia A. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6

. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai