Anda di halaman 1dari 6

FARMAKOTERAPI II

DEPRESI

Anggota kelompok :
Della Arsela
Diny Asyifah
Regina Florencia
Elda Yunita
M. Yudhistira
Cosmalinda Putri
Ronny S.E.
Sefti Juwita Dian U.
Nike Mardiana Marbun

KASUS I
Ibu Nita berusia 46 tahun mengeluh sering merasa gelisah, kehilangan nafsu makan
dan mood yang
jelek selama dua bulan. Selama pemeriksaan matanya berkaca-kaca, Ibu Nita
menyatakan bahwa pada malam
hari ia sering tidak bisa tidur dan kehilangan minat atau ketertarikan melakukan
pekerjaan. Dia menduga
bahwa ia telah mengalami stres dan tidak dapat bekerja dengan baik di tempat Ia
bekerja saat ini. Ibu Nita
selalu melawan setiap pikiran untuk bunuh diri. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang lainnya
menunjukkan keadaan ibu Nita normal.
Data Pasien
Nama

: Nita

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pemeriksaan fisik

: Normal

Gejala Klinis :
-

Gelisah
kehilangan nafsu makan
Mood jelek/Bad mood
Mata berkaca-kaca
Tidak bisa tidur pada malam hari
Kehilangan ketertarikan/minat melakukan pekerjaan
Mempunyai pikiran untuk unuh diri
Tidak bisa bekerja dengan baik

Diagnosis

: Depresi

Tujuan Terapi

: Menurunkan atau mengurangi gejala depresi dan mengembalikan pasien untuk ke


kondisi normal.
Terapi Farmakologi yang Diberikan :
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Antidepresan SSRI digunakan untuk mengobati depresi. Antidepresan SSRI mulai
menimbulkan efek 2-4
minggu untuk bekerja terhadap penderita depresi. Antidepresan SSRI memiliki efek
samping yang dapat
terjadi, namun hanya dalam jumlah kecil.
SSRI adalah selective serotonin reuptake inhibitor. SSRI adalah kelompok obat
antidepresan yang digunakan
untuk mengobati depresi dengan memblok reuptake serotonin di Otak sehingga lebih
banyak serotonin yang
beredar di dalam tubuh untuk menimbulkan efek bahagia/good mood. Antidepresan SSRI
mengubah
keseimbangan dari neurotransmitter serotonin di dalam otak.
Antidepresan SSRI diberikan setidaknya selama enam bulan setelah gejala mereda.
Jika pasien berhenti obat
terlalu cepat, gejala depresi mungkin dapat cepat kembali. Beberapa orang dengan
depresi berulang disarankan
untuk menjalani pengobatan hingga dua tahun atau lebih.
Antidepresan SSRI memiliki lebih sedikit efek samping antimuskarinik dan kurang
kardiotoksik jika
overdosis.
Antidepresan SSRI yang dapat diberikan :
a. Fluoxetin
Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggal
atau terbagi.
Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat,
penggunaan bersama MAO.
Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti depresan,
triptofan, karbamazepin,
obat yang terkait dengan protein plasma.
Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan
ginjal, gagal jantung, jangan
mengemudi / menjalankan mesin.
b. Sertralin
Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.
Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui, mengurangi
kemampuan mengemudi
dan mengoperasikan mesin.
c. Citalopram
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini.
Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh diri.
KASUS II
Pak Dodi, 47 tahun, datang ke Poliklinik Jiwa dengan keluhan cemas disertai sering
berdebar-debar
dan pusing. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Dahulu pasien pernah
mengalami penyakit serupa
yaitu pada bulan Maret 2009. Awalnya pasien merasakan was-was, berdebar-debar,
pusing saat duduk
kemudian berdiri, seluruh tubuh gemetar, berkeringat, kesulitan tidur (kesulitan
untuk memulai tidur dan
terbangun pada tengah malam, tidak mimpi buruk), nafsu makan turun, minat bekerja
turun, mudah menangis,
merasa sering lelah dan pasien merasa takut mati. Hal ini dipicu karena pasien
sedang menghadapi masalah
dengan teman kerjanya. Seminggu yang lalu pasien merasakan was-was lagi, dada
berdebar-debar. Ternyata
ada masalah lagi dengan teman kerja, tanpa sebab teman tersebut tidak manyapanya.
Hal ini yang membuat
pasien pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.
Data Pasien
Nama

: Dodi

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Gejala Klinis :
-

Was-was, berdebar-debar
Pusing saat duduk kemudian berdiri
Seluruh tubuh gemetar
Berkeringat
Kesulitan tidur (kesulitan untuk memulai tidur dan terbangun pada tengah malam,
tidak mimpi buruk)
Nafsu makan turun
Minat bekerja turun
Mudah menangis
Merasa sering lelah
Merasa takut mati

Diagnosis

: Depresi

Tujuan Terapi

: Memperbaiki perasaan (mood), nafsu makan dan pola tidur

Terapi Farmakologi yang Diberikan :


Amitriptilin
Amitriptilin 1 x 25 mg sebagai antidepresan. Amitriptilin diberikan malam hari
karena memberikan efek
sedasi. Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum
150-300 mg sehari.
Mekanisme aksi : amitriptilin dengan menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin
di presinaps membran
sel sehingga terjadi peningkatan konsentrasi serotonin dan atau norepinefrin di
susunan saraf pusat.
Kontra Indikasi : penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum tulang,
kerusakan hati,
penggunaan bersama dengan MAO.
Interaksi Obat : bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama
depresan SSP seperti alkohol,
barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate mempotensiasi efek gangguan depresif
SSP termasuk gangguan
depresif saluran napas, bersama reserpin meniadakan efek antihipertensi.
Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun,
glakuoma, kecenderungan untuk
bunuh diri, kehamilan, menyusui, epilepsi.
Pada kasus ini Amitriptilin dipilih sebagai antidepresan karena menimblkan efek
terapi yang lebih cepat
dibandingkan antidepresan yang lain. Amitriptilin juga berkhasiat untuk memperbaiki
perasaan (mood),
bertambahnya aktifitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan dan pola
tidur yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai