ID Prospek Dan Manfaat Kajian Kemagnetan Ba PDF
ID Prospek Dan Manfaat Kajian Kemagnetan Ba PDF
E-mail: siti.zulaikah.fmipa@um.ac.id
Abstrak
Kemagnetan batuan telah dikaji dan dikembangkan di Indonesia sejak abad 19. Kajian
tersebut dimulai dengan aplikasinya pada paleomagnetisme, yaitu pelacakan arah
medan magnetik bumi di masa lampau dan berlanjut hingga awal abad 20, kajian
kemagnetan batuan telah merambah pada aplikasi perubahan iklim dan lingkungan
dalam bidang yang dikenal magnetoclimatology dan environmental magnetism.
Aplikasi kajian kemagnetan batuan ini dituntun oleh keberadaan mineral magnetik
pada sedimen atau tanah, yang mana jenis, morfologi, jumlah dan bentuk ukuran bulir
mineral magnetik berubah karena perubahan iklim dan lingkungan. Selanjutnya
perubahan iklim dan lingkungan dimasa lampau yang dapat digunakan sebagai
petunjuk prediksi iklim mendatang, dapat ditelusuri dari keberadaan mineral magnetik
pada sedimen. Kondisi iklim lampau dan lingkungan dapat ditelusuri sejauh usia
batuan yang digunakan sebagai sampel. Cara inilah yang digunakan peneliti untuk
menunjukkan hubungan yang sangat dekat antara sifat magnetik batuan dan iklim serta
lingkungan yang sepintas terdengar aneh.
PENDAHULUAN
Kajian Kemagnetan Batuan telah sangat Berbagai aplikasi kemagnetan batuan dapat
meluas dan terus berkembang. Dimulai dengan dilihat pada gambar 1.
aplikasi pada paleomagnetism yang dapat Kajian magnetoclimatologi dan
digunakan untuk melacak tektonika lempeng environmental magnetism sendiri telah
(Butler, 1992), selanjutnya Kemagnetan berkembang di Indonesia sejak tahun 2000
Batuan dapat diaplikasikan dalam bidang- (Zulaikah et al., 2003). Kajian tersebut
bidang lain, yakni : biomagnetism, yaitu kajian dilakukan dengan memanfaatkan sifat
tentang kemagnetan pada makhluk hidup; magnetik batuan stalagmit untuk melacak
enviromagnetism; magnetoclimatology (Maher kondisi iklim dan lingkungan di masa lampau.
and Thompson, 1999; Evans and Heller, Sifat dan perilaku iklim sangat chaotic.
2003); industri (Yulianto dkk, 2003b) dan Climatologist terus berupaya melakukan
terakhir yang saat ini tengah berkembang pengolahan data dan prediksi iklim mendatang
adalah agromagnetism (Agustine, dkk 2013 ; untuk mendapatkan gambaran iklim yang lebih
Zulaikah, dkk 2015) dan volcanomagnetism. jelas. Sebagai bahan acuan dalam prediksi
iklim
, kita memerlukan data iklim yang Salah satu studi paleoklimatologi adalah
sangat panjang ke belakang. Oleh karenanya magnetoclimatology disamping studi-studi lain
diperlukan data iklim lampau. Data iklim seperti paleontology dan dendroclimatology
lampau tidak dapat kita peroleh melalui (studi lingkaran tahun pohon untuk melacak
rekaman data BMKG. Data tersebut dapat iklim). Studi tersebut juga telah berkembang di
diperoleh melalui studi paleoklimatologi. Indonesia sejak tahun 1931 oleh ilmuwan
Belanda, Berlage dan terus berlanjut melalui
Jurnal Fisika Vol.5 No. 1, Mei 2015 |2
kerjasama riset antara peneliti ITB dan LDEO mendeskripsikan kondisi iklim kering di Jawa
Columbia universty (Bijaksan, et al, 2007). selama dua abad terakhir (D’Arrigo et al.,
Beberapa hasil dari kerjasama tersebut telah 2006)
dihasilkan beberapa paper yang
Paleomagnetism Magnetoclimatology
Volcanomagnetism Agromagnetism
Rock
Magnetisme
Eksplorasi/
Enviromagnetism Industri
Biomagnetism
Ada tiga unsur penting yang perlu al.,2013; Aydin and Aykol, 2015), polusi
dipertimbangkan dalam studi paleoklimatologi, sungai (Gautam et al., 2000 ; Nurbaiti, 2011;
yaitu sampel yang akan digunakan, kurun Bilinski et al., 2014;). Hal yang sama juga
waktu yang akan dilihat dan proxy data (data dapat dilakukan pada deteksi bentuk dan
tidak langsung) yang akan kita gunakan. ukuran bulir mineral magnetik. Bentuk dan
Ketiga unsur tersebut dapat ditunjukkan pada ukuran bulir mineral magnetik terukur melalui
Gambar 2. sifat magnetik maupun dapat dilihat visual
dengan bantuan mikroskop.
Sifat Magnetik Batuan sebagai Clue
Perubahan Iklim dan Lingkungan Bentuk dan ukuran mineral magnetik dapat
Sifat magnetik batuan tergantung pada memberikan petunjuk kondisi lingkungan
mineral magnetik pembawa sifat magnetiknya. tertentu. Sebagai contoh, dalam sistem danau,
Sifat-sifat mineral magnetik tergantung pada keberadaan mineral magnetik dikontribusi oleh
jenis, jumlah, bentuk dan ukuran bulir mineral erosi yang dikenal sebagai mineral detrital
magnetik. Sifat magnetik batuan dalam dengan visualisasi berbentuk kristal, mineral
aplikasinya pada iklim dan perubahan magnetik lain dalam sistem danau dikontribusi
lingkungan dapat dilacak dari keempat faktor dari polusi kendaraan bermotor maupun pabrik.
tersebut. Sebagai contoh, dalam studi Bentuk mineral magnetik dari polusi ini
lingkungan, jumlah mineral magnetik pada cenderung berbentuk bulat. Mineral magnetik
sedimen atau tanah terbukti berasosiasi dengan juga dapat berasal dari letusan gunung atau
jumlah logam berat. Selanjutnya berdasarkan erupsi vulkanik, dengan bentuk cenderung tak
kesamaan ini, sifat magnetik dapat digunakan beraturan dan keropos seperti batu karang.
sebagai indikator keberadaan logam berat pada Disamping itu proses authigenic, dalam danau
endapan. Studi ini telah banyak diterapkan juga menghasilkan mineral magnetik yang
pada pemetaan polusi tanah (Lou et al., 2000; cenderung berbentuk memanjang (Gambar 3).
Zulaikah, 2012; Kanu, et al., 2013; Dlouha, et
3| S. Zulaikah, Prospek dan Manfaat Kajian Kemaknetan Batuan
Paleoclimate
Model
Gambar 3. Asal mula dan morfologi mineral magnetik dalam lingkungan danau.
Bentuk dan ukuran mineral magnetik pengukuran tersebut dengan proxy data lain,
juga dapat juga digunakan sebagai proxy akhirnya kita dapat memprediksi kondisi iklim
indikator perubahan iklim. Sebagai contoh: mendatang. Gambar 4 adalah contoh hasil
besar kecilnya ukuran bulir mineral magnetik perbandingan data antara sifat magnetik pada
dapat digunakan untuk melacak besar kecilnya stalagmit dan data sunspot serta data delta C-
kecepatan angin sepanjang umur sedimen. 14. Dari data tersebut dapat diprediksi bahwa
Melalui pengukuran suseptibilitas magnetik sejak tahun 2000 hingga tahun 2050 Indeks
pada endapan dan membandingkan hasil basah iklim akan terus mengalami peningkatan.
Jurnal Fisika Vol.5 No. 1, Mei 2015 |4
-20
-10
1
0
+10
0.8 +20
0.6
0.4
0.2
0
1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100
Gambar 4. Data magnetik dan perbandingannya dengan data lain dalam paleoklimatologi.
alamiah di Indonesia juga telah tahun 1997 yang berdampak pada krisis air dan
mendeklarasikan diri dalam Masyarakat pangan, secara langsung berdampak pada
Kemagnetan Alamiah Indonesia (MKAI) pada krisis ekonomi dan ketahanan nasional
november 2015. terganggu dan secara tidak langsung
berdampak pada runtuhnya orde baru.
PETUTUP DAN MANFAAT KAJIAN Kejadian serupa juga terjadi di Masa-masa
Sifat dan perilaku iklim sangat chaotic. sebelumnya seperti keruntuhan Mojopahit,
Perubahan iklim sangat berkaitan dengan juga didahului oleh iklim kering yang sangat
sejarah timbul tenggelamnya suatu budaya. panjang. Contoh lain juga dapat kita lihat pada
Sebagai contoh pada saat iklim kering, budaya temggelamnya budaya Maya di Meksiko yang
maritim berkembang dan menghasilkan hasil terjadi sekitar tahun 1200, mengalami
maritim yang melimpah dan sebaliknya budaya kekeringan panjang selama kurang lebih 200
agrobisnis merosot. Demikian sebaliknya pada tahun. Kekeringan panjang tersebut bukan
iklim basah budaya agrobisnis berkembang berarti tidak terjadi hujan, namun indeks basah
sangat baik dan budaya maritim merosot. menurun selama kurun waktu tersebut. Dengan
Perubahan iklim seyogyanya dapat menjadi mempelajari iklim purba dalam waktu yang
rujukan dalam pembangunan nasional. panjang, kita dapat melacak iklim purba
Perubahan iklim ekstrim seperti El-Nino dan tersebut dan tentu merupakan petunjuk untuk
La-Nina secara langsung berpengaruh pada prediksi iklim mendatang.
ketahanan nasional. Sebagai contoh, El-Nino
Lou, W., Dongsheng, L., and Houyuan, L., Jurnal Sains Materi Indonesia, 5 (1), 51-
2000, Magnetic susceptibility properties 54.
of polluted soils, Chinese Science
Zulaikah, S., H.I., The, S. Bijaksana, U. Fauzi
Bulletin, 45(18); 1723-1726.
and N. Yulita, 2003, Preliminary result
Maher, B. and Thompsons, R., 1999, of magnetic records in stalagmite, Jurnal
Quartenary climates, environments and Geofisika, 2003 (2) 25-30.
magnetism, Cambridge university press,
Zulaikah, S., 2012, Magnetic Susceptibility of
pp. 390.
Sediments and Correlation with Heavy
Nurbaiti, U., 2011, Magnetic properties of Metals: Case Study from Malang-
suspended of polluted heavy Indonesia, Presented in AOGS-AGU
metalsediment from Semarang river, 2012, Singapore 13-17 August 2012.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
Zulaikah, S., Nugroho Adi P., Prayekti, E.B.,
2011(7): 134-137.
Mumfarikha, N., dan Hikma, R.A., 2015,
Yulianto, A., Bijaksana, S., Loeskmanto, W., Pengukuran Resistivitas dan
dan Kurnia, D., 2003b, Produksi Dielektrisitas Tanah Perkebunan Apel:
Hematit (-Fe2O3) dari pasir besi: Sebuah Langkah Awal dalam Studi
Pemanfaatan potensi alam sebagai bahan Agrogeophysic, Seminar Nasional Fisika,
industri berbasis sifat kemagnetan, UNJ, 6 Juni 2015.