Anda di halaman 1dari 5

HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM

PENERJEMAHAN DI PERUSAHAAN MODAL ASING JEPANG

Ulfi Zakiyah Luthfiyah


(ulfizakiyahlithfiyah@yahoo.co.id)
(Alumni S1 Program Studi Imu Komunikasi Universitas Semarang)

Abstract :
This study aims to find out the barriers of intercultural communication that
occurs in the Japanese translation - Indonesian and vice versa in PT. METEC
Semarang, which is the capital of Japan's foreign companies. The theory used in this
study are speech codes theory, where acts of communication is not only seen from the
spoken words alone, but cultural background, facial expressions, gestures, intonation is
a unity that would give meaning to the act of communication. The results of this study
indicate that there are two obstacles, namely the translation of external factors and
internal factors. External factors consist of technical terms and new terms, length of
utterance, speaking speed, and tone of voice. Internal factors consist of cognitive
factors, namely speed and vocabulary to understand the message, and psychological
factors are anxiety is high.

Kata Kunci : Penerjemahan, Speech codes theory, Hambatan komunikasi

Pendahuluan
Era globalisasi ini pertukaran Komunikasi antar budaya ini
kebudayaan menjadi hal yang tidak bisa hanya dapat berjalan lancar apabila
dihindari. Kebudayaan-kebudayaan kedua belah pihak dapat menggunakan
asing masuk dengan mudah ke bahasa yang dapat dimengerti oleh
Indonesia melalui berbagai macam keduanya. Orang asing yang tinggal di
teknologi informasi dan komunikasi. Indonesia memiliki pengaruh yang
Tidak hanya itu, orang asing yang besar dalam menciptakan peluang
tinggal di Indonesia juga ikut berperan terjadinya komunikasi antar budaya dan
dalam menyebarkan kebudayaan negara menyebarkan kebudayaan negaranya.
asalnya. Mudahnya interaksi dan Hal ini disebabkan karena
komunikasi dengan negara lain mereka hampir setiap hari melakukan
membuat apa yang disebut dengan interaksi dengan masyarakat sekitar.
komunikasi antar budaya menjadi hal Seperti halnya yang terjadi di PT.
yang tidak terhindarkan lagi. METEC Semarang, tujuh orang
“Komunikasi antar budaya terjadi bila ekspatriat Jepang tidak sungkansungkan
produsen pesan adalah anggota suatu menerapkan pola atau sistem kerja
budaya dan penerima pesannya adalah Jepang di perusahaan yang notabene
anggota suatu budaya lainnya” (Deddy semua karyawannya adalah orang
dan Rakhmat, 2010: 30). Indonesia. Bahkan istilah-istilah asing
Jika orang Indonesia berbicara juga diterapkan dalam bekerja seperti
dengan orang yang berasal dari negara seisansei, gentan-I, dan kaizen. Setiap
lain, maka dapat dikatakan bahwa harinya terjadi komunikasi antar budaya
komunikasi yang terjadi antara mereka antara ekspatriat Jepang dan staf
adalah komunikasi antar budaya. Indonesia. Bagi staf Indonesia yang bisa
berbahasa Jepang, komunikasi dapat

The Messenger Volume VIII, Nomor 1, Edisi Januari 2016 46


berjalan dengan lancar. Namun untuk komunikator supaya tidak salah
staf Indonesia yang tidak bisa berbahasa menerjemahkan. Seorang penerjemah
Jepang akan kesulitan untuk tidak diperbolehkan untuk
membangun sebuah komunikasi yang menerjemahkan sesuatu yang dia sendiri
efektif. Ekspatriat Jepang di belum memahaminya, karena kesalahan
PT.METEC Semarang menginginkan penerjemahan berarti merubah isi dari
stafnya untuk bekerja menggunakan pesan komunikator yang menyebabkan
pola PDCA atau Plan, Do, Check, dan komunikan akan memberikan respon
Action. Namun, karena komunikasi dan feedback yang mungkin tidak
yang tidak bisa berjalan dengan efektif, diharapkan oleh komunikator.
staf Indonesia tidak dapat merespon Keterbatasan kosakata tidak
sesuai dengan keinginan ekspatriat. adanya gambaran bukanlah satu-satunya
Demi menciptakan iklim komunikasi masalah dalam hal menerjemahkan dan
yang kondusif, PT. METEC Semarang membangun sebuah komunikasi antar
menggunakan Penerjemah sebagai budaya yang efektif. Masih banyak hal-
jembatan komunikasi antara ekspatriat hal lain yang menjadi noise atau
Jepang dan staf Indonesia. gangguan saat melakukan komunikasi
Penerjemah berperan sebagai antar budaya dalam konteks
media komunikasi yang bertugas untuk penerjemahan. Penulis melakukan
menerjemahkan lambang dalam Bahasa penelitian di PT. METEC Semarang
Jepang kepada staf Indonesia. Menilik untuk mengetahui hamabatn-habatan
unsur-unsur komunikasi yang terdiri dalam penerjemahan Bahasa Jepang –
dari sumber, penyandian, pesan, Bahasa Indonesia.
channel, dan penerima, maka Sebagaimana yang telah
penerjemah dapat diibaratkan sebagai didefinisikan oleh Philipsen, kode-kode
channel yang menjadi penghubung berbicara ditransmisikan secara historis,
antara ekspatriat Jepang dan staf merupakan sistem simbol dan makna
Indonesia. Penerjemah bertugas untuk yang dibangun secara sosial, dasar
menyampaikan pesan secara utuh dan pemikiran dan aturan-aturan yang
tepat dari komunikator ke komunikan. merujuk pada perilaku komunikatif.
Meskipun Penerjemah telah belajar Kode, dengan kata lain, adalah sistem
Bahasa Jepang sebelumnya, namun atau pola bahasa yang kaya akan makna
terkadang Penerjemah masih menemui sosikultural bagi penggunanya (Little
kesulitan-kesulitansaat menerjemahkan. John&Foss, 2009: 921). Speech Codes
Akan lebih mudah lagi bagi Penerjemah, Theory terdiri dari enam proposisi yaitu
jika dia telah memiliki gambaran (1) Di mana ada suatu perbedaan
mengenai apa yang dibicarakan oleh budaya, disanalah akan ditemukan kode
komunikator. berbicara yang berbeda pula, (2) Dalam
Memiliki gambaran tentang apa yang komunitas berbicara, kode-kode
diterjemahkan, mempermudah berbicara yang majemuk disebarkan, (3)
Penerjemah untuk memahami sebuah Kode berbicara melibatkan perbedaan
pesan secara tepat dan kultural dalam segi psikologi, sosiologi,
menyampaikannya dengan tepat pula. dan retorik), (4) Pentingnya
Namun ada pula saatnya Penerjemah pembicaraan bergantung pada kodekode
sama sekali tidak bisa mengira-ngira berbicara yang digunakan oleh lawan
arti dari sebuah kosa kata. Pada saat itu bicara (komunikator) untuk membentuk
penerjemah harus meminta penjelasan tindakan komunikatif, (5) Istilah,
terkait arti kata tersebut kepada aturan, dan premis dari kode berbicara

The Messenger Volume VIII, Nomor 1, Edisi Januari 2016 47


terjalin atau menyatu ke dalam data-data yang Penulis kumpulkan,
pembicaraan itu sendiri, dan (6) Seni Penulis melihat bahwa berbicara,
menggunakan kode-kode berbicara simbol, dan kode-kode yang diberikan
bersama adalah sebuah kondisi yang seseorang merupakan sebuah tindakan
memadai untuk memprediksikan, komunikasi dan tindakan komunikasi
menjelaskan, dan mengendalikan tidak hanya dilihat dari perkataan
bentuk wacana tentang kejelasan, sajatetapi cara berbicara, kosa kata yang
kebijaksanaan, dan moralitas dari digunakan, intonasi, gesture, mimik
tindakan komunikasi. wajah ikut membangun makna tindakan
Pembahasan komunikasi itu sendiri. Faktafakta di
PT. METEC Semarang merupakan lapangan sesuai dengan keenam
salah satu anak perusahaan Kubota proposisi dalam Speech Codes Theory,
Jepang yang bergerak dalam bidang bahwa selalu terdapat perbedaan kode-
manufacturing vending machine. PT. kode berbicara dalam budaya yang
METEC Semarang berdiri pada tahun berbeda yang tentunya menjadi
1996 dan berlokasi di Jalan Coaster No. hambatan tersendiri bagi Penerjemah,
8 Blok B 12 A- 16 semarang. Di PT. meskipun hambatan tersebut tidak besar
METEC Semarang terdapat tujuh orang dikarenakan Penerjemah sudah
ekspatriat Jepang yang menduduki memiliki bekal pengetahuan Bahasa
jabatan-jabatan strategis sebagai Jepang di bangku kuliah. Perbedaan-
Presiden Direktur, Direktur, perbedaan huruf dan pola kalimat dapat
Koordinator, dan Manajer. diatasi dengan baik oleh Penerjemah.
Komunikasi antar budaya terjadi Namun, kosa kata atau istilah khusus
setiap harinya di PT. METEC Semarang baru dan yang belum pernah didengar
antara staf Jepang dan staf Indonesia oleh penerjemah sebelumnya akan
baik yang bisa berbahasa Jepang menjadi sebuah hambatan dalam
maupun yang tidak. Bagi staf yang tidak penerjemahan.
bisa berbahasa Jepang komunikasi akan Contohnya saat terdapat kata
dijembatani oleh Penerjemah yang yang image-nya ada dalam Bahasa
keberadaannya dianggap sangat penting Indonesia ataupun Bahasa Jawa belum
di perusahaan demi memperlancar tentu dapat diterjemahkan secara
komunikasi dan penyampaian sempurna atau secara tepat dalam
informasi. Penerjemah di PT. METEC Bahasa Jepang dikarenakan terbatasnya
Semarang menggunakan cara kosa kata dalam Bahasa Indonesia
penerjemahan konsekutif. maupun Bahasa Jepang. Kata
Penerjemahan ini dianggap “Mbledrek” sebenarnya kurang tepat
paling efektif mengingat adanya jika diterjemahkan dengan kata Tokeru
perbedaan susunan pola kalimat dalam yang berarti meleleh, karena kata
Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang. meleleh artinya mencairkan. Sementara
Pola kalimat Bahasa Indonesia adalah yang dimaksud dengan “Mbledrek”
SPOK (Subjek, Predikat, Objek, adalah sebagian rou pengelasan
Keterangan), sementara pola kalimat memadat, sebagian yang lain turun
Bahasa Jepang adalah KSOP kebawah dan memadat di sana. Namun,
(Keterangan, Subjek, Objek, dan hambatan ini bisa diminimalisir, apabila
Predikat). Penulis menemukan fakta- komunikator, komunikan dan
fakta di lapangan sesuai dengan teori Penerjemah melihat aktual barang atau
yang penulis gunakan yaitu Speech melihat kondisi yang dimaksud secara
Codes Theory. Setelah menganalisis langsung. Dalam menerjemahkan

The Messenger Volume VIII, Nomor 1, Edisi Januari 2016 48


Penerjemah juga selalu melihat siapa Menyadari akan hal itu, Penerjemah di
yang berbicara dan siapa yang PT. METEC Semarang selalu melihat
mendengarkan. Penerjemah sudah siapa yang berbicara dan siapa yang
mengetahui dan memahami karateristik mendengarkan untuk memutuskan kata-
dari staf-staf Jepang yang bekerja di PT. kata yang akan digunakan supaya pesan
Metec Semarang. Memahami yang disampaikan oleh komunikator
karateristik staf Jepang membuat dapat diterima baik oleh komunikan.
Penerjemah mudah untuk mengetahui Hal yang sulit bagi Penerjemah
apa yang diinginkan oleh staf Jepang, adalah apabila komunikator
dan mudah untuk menduga kemana arah mengeluarkan ekspresi-ekspresi non
pembicaraan yang sedang berlangsung. verbal tertentu yang sulit untuk
Sehingga, Penerjemah dapat ditirukan oleh Penerjemah sendiri.
menciptakan sebuah terjemahan yang Ekspresi-ekspresi komunikator saat
utuh, tidak hanya sekedar makna kata marah, gesture komunikator saat
namun juga langsung menyasar pada jengkel, nada bicara komunikator yang
maksud pesan dari komunikator. tinggi penuh emosi menjadi hambatan
Contoh mudahnya adalah sebagai yang cukup sulit bagi Penerjemah.
berikut: Tadayuki Masuda: Pasalnya Penerjemah memiliki rasa
いつ報告しますか?(itsuhoukokushi sungkan terhadap komunikan, sehingga
masuka?/kapan kamu akan memberikan Penerjemah tidak menirukan ekspresi
laporan?) Penerjemah: Tanggal berapa komunikator melainkan hanya
akan dilaporkan? menerjemahkan perkataan komunikator.
Dalam kasus tersebut di atas, Meskipun begitu, Penerjemah berusaha
Penerjemah tidak menerjemahkan untuk menyesuaikan intonasi suara dan
dengan kapan kamu akan memberikan ucapannya sesuai dengan emosi yang
laporan, dikarenakan Penerjemah sudah ditunjukkan oleh komunikator.
memahami dengan baik karakter dari Di lapangan Penulis juga
staf Jepang maupun staf Indonesianya. menemukan faktor-faktor baru yang
Staf Jepang selalu menginginkan menjadi hambatan bagi Penerjemahan
jawaban yang spesifik, jika bertanya di PT. METEC Semarang. Faktor
kapan maka jawaban yang harus tersebut Penulis bagi menjadi dua yaitu
muncul adalah tanggal, hari, dan waktu. faktor eksternal dan faktor internal.
Namun, jika orang Indonesia ditanya Faktor eksternal yaitu penggunaan
kapan, maka biasanya dan sebagian technical term dan istilah baru, panjang
besar akan menjawab besok, lusa, atau ucapan, kecepatan berbicara dan
satu minggu lagi. Supaya perbedaan intonasi sumber suara. Sementara itu
interpretasi ini tidak muncul dan untuk faktor internal adalah faktor
komunikasi dapat berjalan lancar, maka kognitif dan faktor psikis Penerjemah
Penerjemah menerjemahkannya itu sendiri. Faktor kognitif meliputi
dengan kata “tanggal berapa”. Dengan kecepatan memahami pesan yang
begitu, jawaban yang dikeluarkan oleh disampaikan oleh komunikator dan
orang Indonesia adalah jawaban spesifik perbendaharaan kata. Sementara faktor
dan sesuai dengan harapan staf Jepang. psikis adalah kegelisahan yang tinggi
Sesuai dengan Proposisi kedua sampai dalam diri Penerjemah yang disebabkan
keenam dalam Speech Codes Theory, oleh mereka merasa belum memahami
perbedaan latar belakang budaya, sosial, materi yang disampaikan, takut salah,
dan karakteristik akan mempengaruhi kurangnya rasa percaya diri sehingga
cara seseorang berkomunikasi. mengurangi konsentrasi dan fokus saat

The Messenger Volume VIII, Nomor 1, Edisi Januari 2016 49


menerjemahkan. Penerjemah seringkali internal. Faktor eksternal yaitu
merasa kurang percaya diri saat harus penggunaan technical term dan istilah
menerjemahkan di depan orang yang baru, panjang ucapan, kecepatan
bisa dan mengerti berbahasa Jepang. berbicara, dan intonasi sumber suara.
Kehadiran orang tersebut akan Sementara itu untuk faktor internal
memunculkan tekanan akan rasa takut adalah faktor kognitif dan faktor psikis
berbuat kesalahan dalam diri Penerjemah itu sendiri. Faktor kognitif
Penerjemah. Ujung-ujungnya meliputi kecepatan memahami pesan
Penerjemah tida bisa fokus dengan baik yang disampaikan oleh komunikator
pada apa yang dikatakan oleh dan perbendaharaan kata. Sementara
komunikator, sehingga penyampaian faktor psikis adalah kegelisahan yang
pesan pun tidak bisa berjalan dengan tinggi dalam diri Penerjemah yang
baik. Untuk menanggulangi kegelisahan disebabkan oleh merasa belum
yang tinggi ini, Penerjemah dapat memahami materi yang disampaikan,
meningkatkan kemampuan kognitifnya takut salah, kurangnya rasa percaya diri
dengan cara banyak membaca teks-teks sehingga mengurangi konsentrasi dan
panjang yang berhubungan dengan fokus saat menerjemahkan. Kegelisahan
pekerjaan dan menghafal kata-kata baru yang tinggi dapat diatasi oleh
untuk memperkaya kosa kata dengan Penerjemah dengan cara meningkatkan
membaca berita di NHK. Apabila kemampuan kognitifnya untuk
kemampuan kognitif Penerjemah memahami kalimat dengan cepat dan
meningkat, maka Penerjemah akan menambah perbendaharaan katanya.
memiliki rasa percaya diri yang lebih Penerjemah dapat membaca
baik dan kegelisahan yang tinggi dapat teks-teks panjang maupun membaca
dikurangi atau bahkan dihilangkan. berita-berita yang ditulis oleh NHK
Kesimpulan untuk memaham pola kalimat Bahasa
Hasil penelitian di lapangan Jepang secara baik dan benar dan
sesuai dengan teori yang Penulis menambah perbendaharaan kosa
gunakan yaitu Speech Codes Theory. katanya. Seiring dengan meningkatkan
Dari enam proposisi dalam Speech kemampuan kognitif Penerjemah, maka
Codes Theory dapat disimpulkan bahwa kegelisahan yang tinggi dapat
perbedaan budaya, latar belakang diminimalisir atau bahkan dihilangkan.
budaya, sosial, gesture akan Daftar Pustaka
memunculkan kode-kode berbicara Deddy Mulyana dan Jalaluddin
yang berbeda dan majemuk. Di mana Rakhmat. (2010). Komunikasi
perbedaan kode-kode berbicara ini akan Antar Budaya. Bandung: PT
menjadi hambatan dalam Penerjemah. Remaja Rosdakarya.
Di PT. METEC Semarang perbedaan LittleJohn, Stephen W dan Foss, Karen
bahasa, tulisan, dan pola kalimat tidak A. (2009). Encyclopedia of
menjadi hambatan yang besar, namun Communication Theory. USA:
istilahistilah baru atau kata-kata khusus SAGE publication Inc.
yang belum pernah didengar
sebelumnya akan menjadi hambatan
dalam komunikasi yang dijembatani
oleh Penerjemah.
Hambatan dalam penerjemahan di PT.
METEC Semarang terdiri dari dua
faktor yaitu faktor eksternal dan factor

The Messenger Volume VIII, Nomor 1, Edisi Januari 2016 50

Anda mungkin juga menyukai