Laporan Praktikum Titrasi Penetralan Asi
Laporan Praktikum Titrasi Penetralan Asi
JUDUL :
Titrasi Penetralan (Asidi–Alkalimetri) dan Aplikasinya
II. TANGGAL PERCOBAAN : Jumat, 11 November 2016
III. WAKTU PERCOBAAN : 13.00-15.30 WIB
IV. TUJUAN :
1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan asam
2. Menentukan kadar NaHCO3 dalam soda kue
V. DASAR TEORI
Bermacam-macam zat asam dan basa, baik organik maupun anorganik dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa.Juga banyak contoh yang analitnya dapat
diubah secara kimia menjadi asam atau basa dan kemudian ditentukan kadarnya
dengan titrasi asam-basa.
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam
basa.Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral.Dasar reaksi pada
titrasi penetralan ini adalah reaksi antara ion hydrogen (H+) yang bersifat asam
dan ion hidroksida (OH-) yang bersifat basa dan membentuk air yang bersifat
netral, reaksi ini termasuk reaksi netralisasi.Reaksi ini dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara donor proton (Asam) dengan penerima proton (basa).
𝐻++ 𝑂𝐻−→𝐻2𝑂
Ada dua macam reaksi penetralan, yaitu :
Asidimetri
Titrasi penetralan yang melibatkan larutan basa dengan asam yang
diketahui konsentrasinya. Asidimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan larutan baku asam.
Alkalimetri
Titrasi penetralan yang melibatkan larutan asam dengan basa yang
diketahui konsentrasinya. Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-
senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Macam-macam reaksi penetralan yaitu:
1) Penetralan asam kuat oleh basa kuat
Titik ekivalen terjadi pada saat pH larutan 7, dimana asam dan basa
tepat habis bereaksi. Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan
indikator metil merah, metil orange, bromtimol biru atau fenolftalein
Indikator-indikator tersebut menunjukkan perubahan warna pada sekitar
titik ekivalen. Fenolftalein lebih sering digunakan karena memberikan
perubahan warna yang lebih tajam disekitar titik ekivalen.
2) Penetralan asam lemah oleh basa kuat
Titik ekivalen berada diatas 7, yaitu antara 8 dan 9. Lonjakan
perubahan pH antara pH ± 7 sampai pH ± 10. Sebagai indikator digunakan
fenolftalein, karena jika menggunakan metil merah akan terjadi perubahan
warna sebelum tercapai titik ekivalen.
3) Penetralan basa lemah oleh asam kuat.
Titik ekivalen berada dibawah 7, lonjakan perubahan pH antara
pH ± 7 sampai pH ± 4. Sebagai indikator digunakan metil merah (trayek ;
4,2 - 6,3)
Indikator asam basa sebagai zat petunjuk derajat keasaman larutan senyawa
organik struktur rumit yang berubah warnanya bila pH larutan berubah. Misalnya,
mejil jingga berwarna merah jika dalam larutaan yang memiliki pH dibawah 3,1
dan akan berubah menjadi kuning dalam larutan yang memiliki pH diatas 4,4.
Pada rentang pH 3,1 sampai dengan 4,4 membentuk campuran warna dari merah
ke kuning.
𝑝𝐾𝑎2 ) atau 8,35. Metil orange, dengan skala pH 3,1 sampai 4,4 cocok untuk titik
akhir yang kedua. Sebuah larutan CO2 jenuh mempunyai pH sekitar 3,9.
Hubungan untuk
Bahan Milimol bahan yang ada
identifikasi kualitatif
NaOH 𝑣2 = 0 𝑀 × 𝑣1
Na2CO3 𝑣1 = 𝑣2 𝑀 × 𝑣1
NaHCO3 𝑣1 = 0 𝑀 × 𝑣2
NaOH + Na2CO3 𝑣1 > 𝑣2 𝑁𝑎𝑂𝐻 ∶ 𝑀 × (𝑣1 − 𝑣2 )
𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 ∶ 𝑀 × 𝑣2
NaHCO3 + Na2CO3 𝑣1 < 𝑣2 𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂3 ∶ 𝑀 × (𝑣2 − 𝑣1 )
𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 ∶ 𝑀 × 𝑣1
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Neraca analitik 1 buah
2. Labu ukur 250 mL 1 buah
3. Labu ukur 1 L 1 buah
4. Pipet gondok 10 mL 1 buah
5. Buret 1 buah
6. Statif 1 buah
7. Klem 1 buah
8. Erlenmeyer 3 buah
9. Gelas ukur 10 mL 1 buah
10. Gelas kimia 100 mL 1 buah
11. Corong 1 buah
12. Spatula 1 buah
13. Botol roll film 3 buah
14. Pipet tetes 4 buah
Bahan
1. Soda kue 3,6 gram
2. Air suling secukupnya (±1000 mL)
3. Indikator metil orange 2-3 tetes
4. HCl pekat murni ± 9mL
5. Na2CO3 ± 1,3 gram
VII.CARA PELAKSANAAN
Membuat Larutan Asam Klorida ± 0,1N
HCl ± 0,1 N
Standarisasi HCl
HCl 0,1 N 5 mL
Padatan Na2CO3
Ditimbang sebanyak ± 1,3 gr dengan botol timbang
Dipindahkan dalam labu ukur ukuran 250 mL
Dilarutkan dengan air suling
Diencerkan sampai tanda batas
Dihomogenkan
Larutan Na2CO3
Diambil 10 mL dengan pipet
Dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 mL
Ditambahkan 10 mL air suling
Ditambahkan 3 tetes indikator metil jingga
Larutan
Na2CO3berwarna
kuning muda
Diletakkan dibawah buret dengan kertas putih sebagai alasnya
Dititrasi dengan HCl pada buret yang telah disiapkan
Larutan berwarna
jingga kemerahan
Dicatat volume HCl
Dilakukan pengulangan titrasi sebanyak 3 kali
Dihitung konsentrasi rata-rata HCl
Konsentrasi rata-
rata HCl
Aplikasi titrasi penetralan (penentuan NaHCO3 pada soda kue)
Konsentrasi rata-rata
NaHCO3
Reaksi :
1. Pada proses standarisasi HCl
Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Pada proses penentuan kadar NaHCO3
NaHCO3(aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
3. Reaksi pada proses titrasi
CO32- + H3O+ → HCO3- + H2O
HCO3- + H3O+ → H2CO3 + H2O
H2CO3 (aq) → CO2 (g) + H2O (l)
VIII. PRANCANGAN PERCOBAAN
Urutan
Rangkaian percobaan Keterangan
rangkaian
1 Dilakukan penimbanagn suatu zat yang akan
digunakan untuk praktikum, seperti Na2CO3
dan NaHCO3. Tahapan penimbangan yaitu
dibuka kaca pada neraca analitik, dimasukkan
roll film untuk tempat zat/padatannya, kaca
ditutup kembali, di tekan tombol Tare untuk
mengenolkan. Setelah nol, dibuka kaca dan
dimasukkan zat ke dalam roll film untuk
ditimbang. Pengambilan dengan spatula.
Diukur hingga didapat massa yang
diinginkan. Jangan lupa kaca ditutup kembali
2 Setelah didapatkan padatan zat yang akan
diuji, kemudian padatan dilarutkan dengan
aquades kedalam labu ukur. Mula-mula
pengisian aquades sampai setengah volume
labu ukur kemudian dihomogenkan.
Kemudian ditambah aquades lagi hingga
mencapai batas meniskus. Kemudian larutan
dijungkir balik agar homogen.
3 Setelah didapatkan larutan dari zat Na2CO3
atau NaHCO3, dilakukan pengambilan
sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet
gondok agar diperoleh volume yang tepat
terutama pengambilan larutan NaHCO3
Karena larutan NaHCO yang akan diuji atau
dihitung kadarnya, sehingga harus tepat.
Pengambilan larutan dengan pipet gondok
dengan cara, mengeluarkan semua udara,
ujung pipet dimasukkan dalam larutan,
kemudian diputar keatas gear yang ada pada
samping Pro-pipet untuk menyedot larutan.
Sedangkan untuk mengeluarkan, dengan cara
memutar kebawah gear pada samping Pro-
pipet.
Namun untuk pengambilan Na2CO3 tidak
perlu menggunakan pipet gondok, cukup
dengan pipet tetes dan diukur pada gelas
ukur. Karena larutan Na2CO3 digunakan
untuk standarisasi.
4 Kemudian buret diisi dengan HCl sebagai
titran dengan menggunakan corong dan pada
posisi keran terbuka agar cairan dapat keluar.
Pengisian dilebihkan diatas batas nol
kemudian di keluarkan melalui keran dan
dihentikan saat HCl benar-benar pada skala
nol, agar dan tidak ada udara yang tersisa
dalam buret
Sedangkan untuk titrat, sebelumnya diberi 3
tetes indikator metil jingga yang dapat
membantu menentukan titik akhir titrasi.
5. Pada saat titrat berubah warna, maka titik
akhir telah tercapai. Mengetahui hal tersebut,
titrasi dihentikan, dicatat volumenya. Pada
penentuan volume titran pastikan mata tegak
lurus dengan skala pada buret dan lihat pada
cekung bawah larutan tersebut.
= 0,0981 𝑁
Dengan harga Bilangan ekivalen Na2CO3 yang diperoleh dari berat molekul (Mr
Na2CO3) dibagi jumlah jumlah kation univalen pada Na2CO3 yaitu jumlah Na+
pada Na2CO3 yaitu 2 dari reaksi berikut:
Na2CO3 → 2Na+ + CO32-
Yang mana nantinya HCl tersebut digunakan untuk menitrasi dan
menentukan kadar NaHCO3 pada soda kue. Perubahan fasa Na2CO32- dari padat
menajdi cairan yaitu sebagai berikut:
Na2CO3 (s) + H2O (l) → Na2CO3 (aq)
Setelah larutan Na2CO3 0,1 N siap, kemudian diambil sebanyak 10 mL
dengan pipet tetes. Saat penggunaan pipet hal yang harus diperhatikan adalah
kebersihan pipet. Pipet tidak boleh kotor ataupun dipakai bergantian untuk
mengambil senyawa lain supaya tidak ada kontaminasi yang dapat
mempengaruhi reaksi. Penggunaan pipet tetes dengan cara menekan terlebih
dahulu karet pada pipet tetes untuk mengeluarkan udaranya kemudian
melepaskannya pada saat ujung pipet telah tercelup pada larutan. Cara tersebut
merupakan prosedur penggunaan pipet tetes yang benar, karena jika kita salah
melakukannya seperti mencelupkan dahulu ujung pipet pada larutan dan
menekan karet pada pipet, hal tersebut menyebabkan udara masuk pada larutan,
yang mana jika larutan itu bereaksi pada gas oksigen maka akan mengakibatkan
ledakan. Tetapi untuk larutan Na2CO3 memiliki sifat stabil dan tidak korosif.
Setelah dipipet, Na2CO3 0,1 N diukur dengan gelas ukur gelas ukur yang
memiliki ketelitian cukup tinggi. Gelas ukur harus kering dari larutan lain
supaya tidak terjadi kesalahan saat mengukur. Kemudian, dimasukkan kedalam
erlenmeyer dan ditambahkan aquades sebanyak 10 mL. Penambahan aquades
lagi memiliki beberapa tujuan, tujuan pertama yaitu untuk menjadikan Na2CO3
berubah menjadi NaHCO3. Dikarenakan H2O yang bersifat amfoter yang bisa
menjadi basa ataupun asam tergantung dengan siapa dia bereaksi (Amfoterisme,
wikipedia). Jika dia bereaksi dengan basa lemah Na2CO3, maka H2O akan
bertindak sebagai asam dan Na2CO3 akan terurai menjadi NaHCO3 yang mana
sesuai dengan tujuan praktikum ini yaitu menentukan kadar NaHCO3. Reaksinya
yaitu:
CO32- + H3O+ → HCO3- + H2O
Tujuan kedua yaitu memudahkan pengamatan pada saat proses titrasi nantinya,
karena jika hanya 10 mL larutan maka perubahan warna nantinya sulit untuk
diamati karena terlalu sedikit. Oleh karena itu ditambahkan aquades 10 mL agar
volume larutan jadi lebih banyak yaitu 20 mL. Pengambilan larutan Na2CO3
hanya 10 mL dimaksudkan karena jika pengambilan dibuat banyak, maka
nantinya akan membutuhkan HCl yang banyak pula untuk menapai titik ekivalen
dan titik akhir (perubahan warna), sehingga sama saja dengan pemborosan
bahan. Setelah siap, disiapkan larutan Na2CO3 0,1 N pada 3 erlenmeyer karena
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan kemudian diambil data rata-rata
volume HCl dan rata-rata normalitas HCl nantinya. Percobaan dilakukan
pengulangan dimaksudkan agar data yang diperoleh lebih tepat dan akurat.
Setelah larutan Na2CO3 0,1 N telah siap pada erlenmeyer, larutan Na2CO3
ditambah indikator metil jingga sebanyak 3 tetes. Tujuan pemakaian indicator
untuk mempermudah dalam menentukan titik akhir titrasi. Pemilihan indikator
pada titrasi tersebut karena metil jingga, karena metil jingga merupakan
indikator yang hanya dapat berkerja pada suasana asam, sedangkan pada proses
penitrasian basa lemah Na2CO3 dengan asam kuat HCl akan diperoleh larutan
akhir yang bersuasan asam yang mana sesuai dengan indikator asam untuk
menentukan perubahan warna atau tercapainya titik akhir. Selain itu, karena
metil jingga merupakan indikator pH yang sering digunakan dalam titrasi
karena perubahan warnanya yang jelas dan kontras serta dia dapat berubah
warna pada pH sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam. (metil
jingga, wikipedia). Rentan pH pada metil jingga adalah 3,1 sampai dengan 4,4
yang mana rentan titik ekivalen titrasi tersebut terdapat dalam rentan pH metil
jingga. Pada saat larutan Na2CO3 0,1 N dalam erlenmeyer diberi indikator metil
jingga, larutan berubah warna dari yang tidak berwarna menjadi berwarna
kuning muda yang menadakan bahwa pH larutan tersebut yaitu diatas 4,4.
Pengambilan indikatro metil jingga dengan menggunakan pipet tetes pada
umumnya dan tidak dengan perlakuan khusus dikarenakan sifat indikator metil
jingga yang stabil, tidak volatile (MSDS metil jingga).
Setelah Na2CO3 0,1 N diberi indikator, kemudian larutan dititrasi dengan
HCl 0,1 N pada buret, dengan posisi pada bagian bawah erlenmeyer diberi kertas
putih agar perubahan warna larutan titrat dapat diamati dengan jelas.
Titrat dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari
kuning muda menjadi merah. Pada proses titrasi, basa Na2CO3 dengan asam
HCl, maka OH- pada basa dan H+ pada asam akan membentuk air (H2O)
Na2CO3(aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2O (l) +CO2(g)
CO32- + H3O+ → HCO3- + H2O
Pada saat sedikit asam yang ditambahkan atau sebelum titik ekivalen
tercapai maka, terdapat OH- berlebih dan H2O yang membuat larutan masih tetap
basa sehingga indikator metil jingga yang hanya bekerja pada suasana asam
yaitu bereaksi dengan kelebihan H+, masih belum aktif karena tidak adanya H+
pada larutan. Sehingga masih belum memberikan perubahan warna pada titarsi.
Namun pada saat titik akhir, ditandai dengan terjadinya perubahan warna.
Perubahan warna tersebut dihasilkan dari reaksi basa Na2CO3 dengan kelebihan
asam HCl, maka OH- pada basa dan H+ pada asam akan membentuk air (H2O)
dan terdapat sisa atau kelebihan H+ yang tidak berikatan dengan OH-. Kelebihan
H+ tersebut membuat larutan berubah menjadi bersuasana asam dan kelebihan
H+ tersebut mengaktifkan indikator metil jingga dan bereaksi dengannya yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi merah yang menandakan larutan
tersebut bersuasana asam. Perubahan tersebut juga menandakan bahwa larutan
sudah bersifat asam sesuai dengan kerja indicator metal jingga yaitu semakin
rendah pH pada larutan maka warna larutan berubah mendekati kearah merah.
Metil jingga memiliki perubahan warna seiring dengan meningkatnya pH
yaitu merah ke kuning. Sehingga bila HCl yang ditambahkan, perubahan warna
akan menuju ke arah merah karena pH akan semakin turun / menjadi asam.
Dengan terjadinya perubahan warna, menandakan titik akhir telah tercapai
dan menandakan bahwa titik ekivalen juga telah tercapai. Namun pada dasarnya
titik ekivalen tidak dapat diketahui secara titrasi konvensional karena
dipengaruhi oleh kerja indikator yang hanya dapat bekerja pada kelebihan H+
atau OH-. Titik ekivalen yaitu titik dimana jumlah mol larutan yang dititrasi
sama dengan jumlah mol larutan penitrasi. Titik akhir yaitu terjadi pada saat
perubahan warna terjadi. Setelah didapat perubahan warna menjadi merah,
kemudian titrasi pun dihentikan dan dicatat jumlah HCl 1N yang dibutuhkan.
Pada saat menitrasi juga dibuat perubahan warna sepudar mungkin atau tidak
terlalu pekat yang bertujuan agar didapatkan hasil yang tidak terlalu jauh dengan
titik ekivalen.
Pada reaksi titrasi tersebut juga dihasilkan gas CO2. Namun pada
percobaan titrasi yang telah dilakukan, keberadaan gas CO2 tidak nampak. Hal
tersebut dikarenakan pada saat menitrasi, praktikan menggoyang-goyangkan
erlenmeyer(titrat) secara terus menerus dan sedikit agak cepat dan kuat yang
dimaksudkan agar larutan tersebut homogen. Sehingga pada saat dihasilkan
gelembung CO2 tidak dapat dilihat atau diamati dengan jelas. Selain itu,
dikarenakan konsentrasi titrat yang kecil atau larutan yang dititrasi encer,
sehingga gas yang dihasilkan sedikit bahkan hampir tidak dapat diamati dengan
jelas. Sehingga hanya dapat diamati perubahan warnanya saja.
Untuk 3 kali pengulangan proses titrasi Na2CO3 0,1 N dengan HCl
diperoleh volume HCl yaitu pengulangan pertama sebanyak 8,6 mL,
pengulangan ke-2 sebanyak 9,1 mL dan pengulangan ke-3 sebanyak 9 mL
sehingga diperoleh rata-rata volume HCl yaitu 8,9 mL. Dengan diketahui
volume HCl tersebut dapat digunakan untuk menentukan normalitas HCl dengan
menggunakan rumus perhitungan Normalitas campuran sebagai berikut:
𝑉Na2 CO3 × 𝑁Na2 CO3 = 𝑉𝐻𝐶𝑙 × 𝑁𝐻𝐶𝑙
Didapatkan normalitas HCl dari ketiga pengulangan yaitu pengulangan
pertama 0,1141 N, pengulangan ke-2 0,1078 N, pengulangan ke-3 0,1090 N.
diperoleh rata-rata normalitas HCl yaitu 0,1103 N yang nantinya digunakan
untuk menitrasi dan menentukan kadar NaHCO3 pada soda kue.
Perbedaan volume tersebut disebabkan karena beberapa kesalahan yang
dilakukan pada saat titrasi. Pertama, kurang tepatnya menutup kran pada buret
saat titik akhir titrasi sehingga menyebab ketidakakuratan volume titran yang
dibutuhkan. Kedua ,kurang telitinya praktikan dalam melihat skala volume buret
pada saat melakukan titrasi.
XI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan titrasi penetralan soda kue NaHCO3 yaitu bahwa:
Normalitas HCl standart yang digunakan untuk menitrasi larutan
NaHCO3 yang terdapat pada soda kue merek “Merak” yaitu bernilai
0,1103 N
Normalitas NaHCO3 dan kadar NaHCO3 dapa soda kue bermerk
“Merak” adalah 0,1765 N dan kadar sebesar 4, 1183%
DAFTAR PUSTAKA
Mengetahui:
Dosen / Asisten Pembimbing Praktikan
(…………………………….) (………………………..)
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa beda antara:
a. Larutan baku dan larutan standar?
b. Asidimetri dan alkalimetri?
Jawab:
a. Perbedaan antara larutan baku dengan larutan standar:
Larutan baku adalah larutan yang diketahui konsentrasinya
dari penimbangan secara teliti dan pengenceran pada volume
tertentu yang kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan standar, sedangkan larutan strandar adalah larutan yang
konsentrasinya telah ditetapkan dengan akurat.
b. Perbedaan antara asidimetri dengan alkalimetri:
Perbedaan antara asidimetri dan alkalimetri terletak pada
larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Untuk asidimetri
adalah titrasi penetralan yang melibatkan larutan basa dengan
larutan baku asam yang diketahui konsentrasinya sedangkan
alkalimetri adalah titrasi penetralan yang melibatkan larutan asam
dengan larutan baku basa yang diketahui konsentrasinya.
2. Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi di atas!
Jawab:
Karena pada saat titrasi antara HCl dengan Na2CO3 menggunakan
indikator metil jingga merupakan titrasi antara asam kuat dengan basa
lemah. Penambahan indikator metil jingga tersebut berfungsi untuk
menentukan titik akhir titrasi. Indikator metil jingga digunakan karena
larutan Na2CO3 apabila ditambahkan dengan larutan HCl yang
cenderung asam karena memiliki sifat keasaman dari HCl yang kuat
mendominasi titik akhir titrasi, sehingga metil jingga yang memiliki
rentang pH 3,1 – 4,4 cocok untuk digunakan dalam titrasi ini. Metil
jingga memiliki perubahan warna seiring dengan meningkatnya pH yaitu
dari merah ke kuning.
3. 1,2 gram sampel NaOH dan Na2CO3 dilarutkan dan dititrasi dengan 0,5
N HCl dengan indikator pp. Setelah penambahan 30 mL HCl larutan
menjadi tidak berwarna. Kemudian indikator metal jingga ditambahkan
dan dititrasi lagi dengan HCl. Setelah penambahan 5 mL HCl larutan
menjadi berwarna. Berapa prosentase Na2CO3 dan NaOH dalam sampel?
Jawab:
Diketahui : Massa NaOH = massa NaHCO3 = 1,2 gram
Mr.NaHCO3 = 84,008 gr/mol
Normalitas HCl = 0,5 N
V1= 30 mL
V2= 5 mL
Ditanya :
a) % Na2CO3
b) % NaOH
Reaksi yang terjadi :
I. Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl
NaHCO3 + HCl → NaCl + H2O + CO2
Na2CO3 + 2 HCl →2 NaCl + H2O + CO2
II. NaOH + HCl → NaCl + H2O
V HCl sampai PP = 30 mL
V HCl untuk Na2CO3 = 2 x 5 mL = 10 mL
V HCl untuk NaOH = 30 mL – ½ (10 mL)
= 30 mL – 5 mL= 25 mL
Kadar Na2CO3
Mol Na2CO3 = M . V2
= 0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝐿 x 10 mL
= 2,5 mmol = 0,0025 mol
Massa Na2CO3 = 0,0025 mol x 106 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑚𝑜𝑙
= 0,265 gram
0,265 𝑔𝑟𝑎𝑚 Na2CO3
Kadar Na2CO3 = 𝑥 100 % = 22,083 %
1,2 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar NaOH
Mol NaOH = M (V1 - V2)
= 0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝐿 (30 mL – 5 mL)
= 0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝐿 x 25 mL
= 12,5 mmol = 0,0125 mol
Massa NaOH = 0,0125 mol x 40 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑚𝑜𝑙
= 0,5 gram
0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻
Kadar NaOH = 1,2 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100 % = 41,67%
V1 HCl = 8,6 mL
V2 HCl = 9,1 mL
V3 HCl = 9 mL
8,6+9,1+9
V HCl rata-rata = = 8,9 mL
3
Ditanya :
N HCl : ?
Jawab :
𝑛𝑒𝑞 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
N Na2CO3 = =
𝑉 𝐵𝑒×𝑉
1,3000 𝑔𝑟
=
52,995 × 0,25 𝑚𝐿
= 0,0981 𝑁
1) Titrasi I
V1 x N1 = V2 x N2
10 mL x 0,0981 N = 8,6 mL x N2
0,1141 N = N2 (HCl)
2) Titrasi II
V1 x N1 = V2 x N2
10 mL x 0,0981 N = 9,1 mL x N2
0,1078 N = N2 (HCl)
3) Titrasi III
V1 x N1 = V2 x N2
10 mL x 0,0981 N = 9 mL x N2
0,1090 N = N2 (HCl)
0,1141+0,1078+0,1090
N rata-rata HCl = = 0,1103 𝑁
3
Menghitung NaHCO3
Diket :
Massa NaHCO3 = 3,6000 gr = 3600 mg
Mr NaHCO3 = 84 gr/mol
V NaHCO3 = 250 mL = 0,25 L
V1 HCl = 16 mL
V2 HCl = 16 mL
V3 HCl = 16 mL
16+16+16
V HCl rata-rata = = 16 mL
3
84 gr/mol
Be NaHCO3 = = 84
1
N HCl = 0,1103 N
Ditanya :
Kadar NaHCO3 (%) : ?
Jawab :
1) Titrasi I
VHCl x NHCl = V2 x N2
16 mL x 0,1103 N = 10 mL x N2
0,1765 N = N2 (NaHCO3)
0,1765 N × 10 𝑚𝐿 × 84
= × 100 %
3600𝑚𝑔
= 4,1183 %
2) Titrasi II
VHCl x NHCl = V2 x N2
16 mL x 0,1103 N = 10 mL x N2
0,1765 N = N2 (NaHCO3)
0,1765 N × 10 𝑚𝐿 × 84
= × 100 %
3600𝑚𝑔
= 4,1183 %
Gelas kimia 50 mL
Erlenmeyer 250 mL
Pipet volum
Gelas Ukur
Corong
Pro pipet Labu Ukur
Serbuk ditaruh dalam labu ukur Penambahan aquades dalam labu ukur
Warna merah muda pada tabung 2 Warna merah muda pada tabung 3
setelah dititrasi dengan HCl setelah dititrasi dengan HCl