Disusun oleh :
Kelompok 4 :
Addina 15716019
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan kasih-Nya, penulisan dalam
menyusun laporan ini selesai tepat pada waktunya. Bahkan laporan ini disusun untuk memenuhi tugas besar
mata kuliah Sistem Pengelolaan Persampahan.
Di dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menemui hambatan, namun berkat bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, maka laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu dalam
kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri sebagai dosen pengampu mata kuliah Sistem Pengelolaan
Persampahan
2. Dr. I Made Wahyu Widyarsana, ST., MT. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Sistem
Pengelolaan Persampahan
3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan sarana dan
prasarana serta kemampuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf apabila terjadi
kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
LAMPIRAN................................................................................................................................................ 48
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengukur dan menganalisa timbulan dan komposisi sampah yang ada di TPS Sadang Serang, Kota
Bandung.
2. Mengetahui cakupan pelayanan sistem pengumpul (gerobak) yang ada dan volume yang diangkut
oleh armada yang berada di lingkungan TPS Sadang Serang, Kota Bandung.
3. Membuat tata letak dan desain TPS Sadang Serang yang sesuai dengan kondisi sampah dan wilayah
cakupan TPS Sadang Serang, Kota Bandung.
1.5 Keluaran
Adapun hasil dari laporan ini diharapkan memilki manfaat, seperti :
1. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu terutama dalam bidang
pengelolaan persampahan bagi civitas akademik sehingga pengertianpengertian maupun konsep-
konsep dapat diterapkan dan dikembangkan dalam upaya mewujudkan suatu pengelolaan
persampahan yang dapat berjalan dengan baik.
2. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan untuk pengembangan sistem pengelolaan
persampahan yang dilakukan di TPS Sadang Serang, Kota Bandung.
TEORI DASAR
Definisi Sampah Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah
Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau dari
proses alam yang berbentuk padat. Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu
yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990) mengatakan yang dimaksud
dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan
industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya.
Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak
dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dari batasan ini jelas bahwa
sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian
sampah mengandung prinsip sebagai berikut :
1. Adanya sesuatu bendda atau bahan padat
2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes) Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat
sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik
yang sudah dimasak atau belum,bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya,
pakaian-pakaian bekas,bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau
taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum,
seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini
berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
3. Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan,
dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya
sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).
4. Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya
terdiri dari : kertaskertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil
kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes) Sampah ini berasal dari kawasan industri,
termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari
proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan
tekstil, kaleng, dan sebagainya.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau
pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah,
dan sebagainya.
7. Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya
tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-
sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan
perikanan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatangdan sebagainya
(Notoatmojo, 2003).
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah atau kuantitas sampah yang dihitungn dalam satuan
berat yaitu kilogram per orang per hari (kg/o/h) atau kilogram per meter persegi bangunan per hari
(kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per hari (kg/bed/h), dan sebagainya. Selain itu kuantitas
sampah juga dapat dihitung dalam satuan volume yaitu liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter
persegi bangunan per hari (l/m2/h), liter per tempat tidur per hari (l/bed/h), dan sebagainya. Kota-kota
di Indonesia umumnya menggunakan satuan volume (Damanhuri, 2006). Timbulan sampah akan
berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah seperti wadah, alat pengumpulan dan
pengangkutan, perencanaan rute angkutan, fasilitas untuk daur ulang, luas dan jenis TPA (Tempat
Pemerosesan Akhir). Timbulan sampah pada tiap sumber dapat bervariasi, hal tersebut disebabkan
oleh perbedaan (Damanhuri, 2006):
a. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan
b. Tingkat hidup masyarakat
c. Iklim dan musim
d. Cara hidup dan mobilitas penduduk
e. Cara penanganan makanan.
Sumber dan timbulan sampah diakibatkan oleh berbagai kegiatan seperti berikut:
1. Permukiman (Domestik)
2. Perdagangan
3. Industri
4. Institusi (kantor, Sekolah, dll)
5. Rumah Sakit
6. Pertanian, Peternakan, Perkebunan
7. Tempat umum
8. Lapangan udara, pelabuhan laut
Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu diketahui, hal ini penting
kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan alat atau sarana yang diperlukan untuk
pengelolaan sampah. Faktor yang mempengaruhi komposisi sampah antara lain (Damanhuri, 2006):
a. Cuaca: Kelembaban sampah akan cukup tinggi di daerah dengan kandungan air tinggi.
b. Frekuensi pengumpulan: Semkain sering sampah dikumpulkan, maka semakin tinggi
tumpukan sampah yang terbentuk. Sampah kering seperti kertas akan terus bertambah karena
tidak dapat membusuk, sedangkan sampah organik akan berkurang karena membusuk.
c. Musim: Jenis sampah juga dapat ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung.
d. Tingkat sosial dan ekonomi: Daerah dengan tingkat ekonomi tinggi pada umumnya
menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya, sedangkan daerah
dengan tingkat ekonomi lemah akan menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan
homogeny.
e. Kemasan produk: Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga dapat berpengaruh,
misalnya penggunaan kertas di Amerika dan plastik di Indonesia sebagai pengemas. komposisi
sampah pada tingkatan sumber (perumahan) memberikan informasi yang lebih detil dan
berharga mengenai pola timbulan sampah yang diproduksi oleh suatu daerah. Dikombinasikan
dengan informasi spasial memungkinkan untuk mengidentifikasi jenis perumahan dan
mengadaptasi strategi pengelolaan yang sesuai dengan kondisi perumahan (Mosler, 2006).
Aliran tersebut harus diusahakan berlangsung dengna lancar dan kontinyu dengan meminimalisir
segala faktor penghambat yang ada. Baik dari segi aspek organisasi dan manejmen, teknik operasional,
peraturan, pendanaan dan peran serta masyarakat.
2.5 Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah adalah cara pembuangan sampah sementara di sumbernya baik individu
maupun komunal. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola, untuk
memudahkan dalam penanganan selanjutnya, khususnya dalam upaya daur ulang.
Tabel 2.5.1 Tabel Klasifikasi Peralatan Pewadahan Sampah SNI-3242-2008
Gambar 2.6.2 Bagian Proses Pengumpulan dan Pengangkutan secara Tidak Langsung
1. Alat pengambil contoh berupa kantong plastic dengan volume 3 lit er.
3. ti mbangan
Kemudian ukur berat dari masing -masing komponen dan hitung pr esentase berat
masing-masing komponen terhadap berat total.Faktor pemadatan yai tu perbandingan
antara volume sampah sebelum dan sesudah pemadatan. Berat j enis sampah
didapatkan dari perbandingan an tara ti mbul an sampah dalam satuan berat dengan
timbulan sampah dalam satuan volume. Setelah didapatkan semua data tersebut buat
desain area pemilahan atau pengolahan TPS.
Tabel 3.2.1 Tahapan Perencanaan Perbaikan TPS Sadang Serang
Menghitung jumlah
volume sampah
Jumlah Penduduk
sekarang
Jumlah Produksi Jumlah volume sampah
Menghitung jumlah
Sampah Domestik untuk 15 tahun ke depan
volume sampah
untuk 15 tahun ke
depan
Identifikasi
Denah wilayah penempatan unit TPS
Menentukan lokasi
Besar luas lahan sampah dengan denah
Menentukan spesifikasi
Spesifikasi bangunan wilayah
bangunan
TPS sampah Identifikasi spesifikasi
bangunan
Identifikasi kebutuhan
Denah wilayah
operasional untuk Sistem pengelolaan sampah
Desain TPS sampah
pengelolaan sampah
TPS
b. Prasarana Pendidikan
Tabel 4.2.2 Prasarana Pendidikan
No Fasilitas Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah murid
1 SD 22 4.638
2 MI 0 0
3 SMP 0 0
4 MTS 0 0
5 SMA 2 306
6 MA 0 0
7 SMK 0 0
c. Prasarana Kesehatan
Tabel 4.2.3 Prasarana Kesehatan
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 0
2 Rumah Sakit Bersalin 1
3 Puskesmas 1
4 Posyandu 21
5 Klinik/Balai Pengobatan 0
d. Prasarana Ibadah
Tabel 4.2.4 Prasarana Ibadah
No Fasilitas Ibadah Jumlah
1 Masjid 21
2 Mushola 5
3 Gereja 0
4 Kuil/Pura/Vihara 0
Biaya per bulan yang dikeluarkan oleh pemilik rumah adalah sebesar Rp. 25.000,00 per bulannya.
Biaya ini diperuntukkan untuk jasa pemindahan sampah dari rumah warga ke TPS terdekat. Dan
adapun masyarakat yang tidak membayar uang iuran tapi langsung memindahkan sampahnya ke TPS
dengan membawa sendiri lalu mamberikan uang secara sukarela. Pengumpulan yang dilakukan di TPS
Sadang Serang menggunakan gerobak dengan volume 0,72 m3, dalam sehari dilakukan pengangkutan
hanya sekali, karena jumlah rumah yang dilayani dibagi-bagi. Jadi dalam sehari ada 12 rumah yang
diangkut sampahnya, dengan waktu ritase yang dibutuhkan dari satu kali jalan pengambilan selama 6
jam, jadi untuk satu rumah dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menuangkan sampah ke gerobak.
Berdasarkan Grafik diatas dapat dilihat bahwa di TPS Sadang Serang jenis sampah yang paling
banyak adalah sampah organik.
Diketahui data jumlah densitas sampah di TPS Sadang Serang yang di sampling selama 8 hari
berturut-turut seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.3.1 Hasil Densitas
Tanggal Berat sampah (kg) Volume sampah (liter) Hasil (kg/liter)
09-Nov-18 6 24,6 0,244
10-Nov-18 1,5 23,1 0,065
11-Nov-18 1,4 21,5 0,065
12-Nov-18 2,4 23,6 0,102
13-Nov-18 3,2 1,064 3,008
14-Nov-18 1,4 1,2 1,167
15-Nov-18 1,8 17,1 0,105
16-Nov-18 2,1 17,1 0,123
Hasil Densitas (kg/liter) 0,610
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan di dapatkan desitas sampah di TPS Sadang Serang
sebanyak 0,610 kg/liter.
Diketahui jumlah timbulan sampah di TPS Sadang Serang yang di sampling selama 8 hari berturut-
turut seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.3.2 Hasil Timbulan
Tanggal Berat sampah (kg) Asumsi 1 KK Hasil (kg/orang/hari)
09-Nov-18 6 1,200
10-Nov-18 1,5 0,300
11-Nov-18 1,4 0,280
12-Nov-18 2,4 0,480
5 orang
13-Nov-18 3,2 0,640
14-Nov-18 1,4 0,280
15-Nov-18 1,8 0,360
16-Nov-18 2,1 0,420
Hasil Timbulan (kg/orang/hari) 0,495
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan di dapatkan timbulan sampah di TPS Sadang Serang
dengan asumsi satu KK terdiri dari 5 orang sehingga didapatkan densitas sebanyak 0,495 kg/orang
/hari.
4.43 Keuangan
Pemasukan dari TPS Sadang Serang ini diantaranya berasal dari iuran pengumpulan yang
didapatkan dari tiap rumah pada umumnya sebesar Rp 25.000/bulan. Selain itu pemasukan juga berasal
dari masyarakat yang datang secara langsung ke TPS untuk membuang sampah secara umum sebesar
Rp 2.000-4.000. Selain itu pemasukan berasal dari penjulan barang-barang bekas ke pengumpulan,
seperti plastik, kertas, kardus, kaleng, dan lainnya, yang bila dihitung bisa mendapatkan kurang lebih
Rp.100.000. sekali menjual barang bekas ke pengumpul. Yang selanjutnya pemasukan uang tersebut
akan dipakai untuk pengelolaan sampah di TPS tersebut.
Dari Tabel 5.2. diperoleh nilai STD yang paling kecil dengan nilai 4035.147 adalah dengan
menggunakan metode regresi linear, nilai STD terkecil menunjukkan data yang diperoleh lebih akurat
dengan nilai error terkecil. Berikut hasil proyeksi penduduk hingga tahun 2037 :
Regresi
Tahun
Linear
2018 74488
2019 72501
2020 70514
2021 68528
2022 66541
2023 64554
2024 62568
2025 60581
2026 58594
2027 56608
2028 54621
2029 52634
2030 50648
2031 48661
2032 46674
2033 44688
2034 42701
2035 40714
2036 38728
2037 36741
Gambar 5.4 Daftar Kebutuhan Sarana dan Prasarana pada Perencanaan Re-desain TPS
Perwadahan yang disediakan dalam perencanaan adalah perwadahan komunal, karena tingkat
ekonomi masyarakat yang beragam, dan banyak daerah pelayanan layan yang berlokasi di jalan- jalan
yang sempit, sistem perwadahan yang lebih efektif adalah perwadahan komunal.
Untuk Perletakkan perwadahan :
Bin pejalan kaki diletakkan di jalan – jalan utama,
Tong berukuran besar diletakkan pada gang- gang perumahan yang banyak penduduknya.
Dan Tong berukuran lebih kecil baik digunakan di daerah-daerah perumahan dengan tingkat
sosial masyarakat dengan konsumsi tinggi.
Sementara perencanaan untuk pengumpulan sampah dipilih penngumpulan sampah dengan tipe
komunal tidak langsung sehingga dibutuhkan alat pengumpal berupa gerobak dan motor sampah. Hal
ini karena daerah layanan memenuhi persayaratan diantaranya peran serta masyrakat yang tinggi, lahan
TPS tersedia, kondisi topografi relatif datar dan sudah terdapat organisasi pengelola pengumpulan
sampah.
Tabel 5.4.1 Tabel Data Kebutuhan Perencanaan Perwadahan dan Alat Pengumpul di TPS
Kebutuhan sarana dan prasarana (unit)
Perencanaan Periode Pewadahan Pengumpulan
Tong 0,25 m3 Tong 0,1 m3 Bin pejalan kaki Gerobak Motor Sampah
% Penyediaan 25 25 50 20 80
Volume Wadah (m3) 0.25 0.1 0.05 1.5 1.5 (2x ritasi)
Jangka pendek 5 tahun 90 225 897 12 24
Jangka menengah 10 tahun 153 382 1525 21 41
Jangka panjang 20 tahun 189 471 1881 26 51
Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan mesin
Periode perencanaan kontainer
mesin pencacah pengayak
8m3
Jangka pendek 2 1 12
Jangka menengah 2 1 20
Jangka panjang 2 1 24
Sementara itu, alat pengangkut yang dibutuhkan dengan kriteria pelayanan pengangkutan 95%
adalah arm roll truck. Arm roll truck dilakukan sebanyak 1 kali ritasi untuk perencanaan jangka pendek
dan jangka menengah serta 2 kali ritasi untuk perencanaa jangka panjang. Pengangkutan ini dilakukan
setiap hari.
Gambar 5.5 Diagram Alur Pergerakan Sampah pada Perencanaan Re-Desain TPS Sadang Serang
( Sumber : Permen_PU_No_3_Tahun_2013_-_Penyelenggaraan_PS_Persampahan)
Kompos yang dihasilkan kemudian di kompos yang sudah dipak butuh tempat pentimpan,
oleh karena itu dibutuhkan gudang stok kompos dengan peencanaan sebagai berikut :
Terjadi penyusutan volume (akibat proses dekomposisi) adalah sebesar 50% volume
Tinggi penumpukan = 2 m
Diperlukan space 20% dari kebutuhan area gudang untuk kegiatan operasional didalamnya
Waktu stok tinggal paling lama = 7 hari
5.5.3 Area Pengolahan Sampah Anorganik
Sampah yang diolah pada sampah anorgani ini adalah sampah yang dapat di daur ulang, seperti
plastik, kayu, dan kaca/gelas. Pada perencanakan diasumsuikan sampah anorganik yang layak
didaur ulang adalah 75% dari total sampah anorganik yang dihasilkan. Sampah anorganik yang
ditumpuk di batasi hingga 2 meter. Dibutuhkan ruang untuk kegiatan operasional sebesar 50% dari
luas area penglohan. Waktu tinggal sampah untuk diolah diperkirakan dibutuhkan waktu 7 hari.
Sampah anorganik yang sudah diolah disimpan dalam gudang penyimpanan material sampah yang
dapat di daur ulang. Pada pengolahan anorganik akan terjadi penyusutan volume akibat proses
pencacahan plastik dan kompaksi sebesar 50% volume total sampah yang layak di daur ulang,
dibutuhkan area untuk kegiatan operasional, stok barang daur ulang direncanakan dapat tinggal
paling lama selama 7 hari. Untuk area pengepakkan di desain dengan luas area pengepakkan
sebesar 2 m2.
Kebutuhan Area Residu, adalah kebutuhan lahan untuk timbulan sampah 3R yang tidak dapat
diolah secara organic maupun anorganik. Selain itu, terdapat area untuk kontainer sampah yang
harus terangkut yang merupaakan timbulan sampah non-3R ditambah dengan residu 3R, Tinggi
penumpukkan stok = 2 m, Ruang area diasumsikan untuk 3 kontainer dengan dimensi 8 m3. Stok
residu diasumsikan diambil setiap hari. Dari kebutuhan luas area–area tersebut diperoleh kebutuhan
total minimum yang dibutuhkan untuk re-desain TPS adalah sebagai berikut :
5.6 Sketsa TPS dan Tata Letak
Berdasarkan Gambar 5.6.1 dapat dilihat re-desain TPS Sadang Serang memerlukan luas
sebesar 181,5 m2 dan memiliki ruangan, sebagai berikut :
- Area Pengolahan Anorganik
- Tempat istirahat dan ibadah
- Kantor
- Gudang Peralatan
- Gudang Stok Kompos
- Area Pemilihan
- Area Pengomposan
- Area Mesin Pencacah dan Mesin Pengayak
Gambar 5.6.2 Tata Letak TPS Sadang Serang
Batas-batas wilayah:
Selatan : Pemukiman
Barat :Pemukiman
Timur: Pasar
SOP Sistem Pengelolaan TPS Urutan prosedur operasional pengelolaan sampah 3R meliputi
kegiatan pemilahan, pengangkutan, pengumpulan, perajangan, pengomposan, penyaringan, dan
pengepakan kompos jadi.
1. Pemilahan Tujuan : Pemilahan sampah dilakukan untuk mendapatkan jenis sampah organik dan
anorganik dari masyarakat yang dilayani oleh TPST. Alat dan bahan : Kantong plastik dengan warna
yang berbeda (minimal 2) Langkah-langkah :
a. Lakukan pemilahan pada sampah yag dating ke TPS untuk berbagai komponen yang telah disebutkan
berikut pada area pemilahan sampah.
b. Sampah organik meliputi sisa makanan, nasi, sayuran, daun, buah-buahan dan tulang-tulang ikan.
c. Sampah anorganik dapat dibedakan menjadi sampah yang dapat dimanfaatkan (meliputi: kertas
dus/koran, botol plastik, botol kaca, logam dan kaleng)
d. Sampah B3 (meliputi: baterai, neon, bekas obat nyamuk, jarum suntik, sprayer)
e. Residu (meliputi: sterofo, pembalut, pampers, putung rokok, permen karet).
f. Pilah sampah antara sampah organik dengan anorganik dengan membedakan warna tempat sampah.
Tempat sampah yang paling sederhana dapat menggunakan kantong plastik bekas yang beda warnanya.
Jika perlu, tandai tempat untuk sampah organik dan sampah anorganik pada setiap kantong.
2. Pencacahan Tujuan :
Untuk mendapatkan potongan sampah organik yang sesuai untuk diolah menjadi kompos, serta
memudahkan proses pengomposan.
Alat dan bahan :
Menggunakan alat pencacah sampah model
Kain atau terpal atau karung
Sekop
Ayakan Langkah-langkah :
a. Sampah organik yang telah terkumpul dilakukan perajangan denganmenggunakan alat pencacah.
b. Proses perajangan ini dilakukan untuk mendapatkan volume sampah yang lebihkecil dan
mempermudah proses pengomposan, serta menghemat lahan TPS.
c. Kumpulkan hasil perajangan (sampah organik) pada kain/terpal/karung.
d. Lakukan pengayakan terhadap sampah yang telah dirajang untuk memisahkan/mendapatkan ukuran
yang diinginkan.
3. Pengomposan Tujuan : Meningkatkan nilai sampah organik agar dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
lain atau hal yang lebih bermanfaat dan menghasilkan (pendapatan). Pengomposan menggunakan sistem
bak komposting.
Alat dan bahan :
Sarung tangan
Sekop dan cetok
Ember
Karung goni
Kotak/bak yang telah disiapkan untuk proses pengomposan
Bioaktivator (EM4)
Garuk
Masker penutup hidung
Thermometer
Selang air
Langkah-langkah:
a. Campurkan sampah organik yang telah dirajang dengan bioaktivator dengan perbandingan yang telah
ditentukan. Yaitu 4 tutup EM4 dengan 4 liter air bersih sumur, atau jika menggunakan MOL dengan
perbandingan 1 : 5.
b. Taruhlah sampah organik yang telah dirajang dan dicampur dengan bioaktivator di dalam bak
pengomposan.
c. Lakukan penyiraman setiap hari untuk menjaga agar suhu kompos sekitar 40-60oC dan
kelembabannya sekitar 40%. Pengukuran temperatur kompos menggunakan thermometer.
d. Kelembaban juga dapat diukur dengan cara memasukkan tongkat kayu ke dalam tumpukan kompos,
lalu mengeluarkannya. Pegang dan ukur kelembabannya. Bila tongkat kering, berarti kelembaban
kompos kurang sehingga perlu dibalik dan disiram. Bila tongkat basah (lembab) berarti kelembabannya
telah sesuai. Namun bila tongkat terlalu basah maka kelembabannya terlalu tinggi sehingga perlu segera
dilakukan pembalikan pada tumpukan kompos di dalam bak pengomposan.
e. Selain itu kelembaban yang ideal dapat ditandai dengan bahan yang basah, tetapi tidak ada air yang
menetes. Adapun suhu diukur dengan cara memasukkan tangan ke dalam tumpukan kompos. Suhu
antara 40-60 oC ditandai dengan rasa hangat.
f. Lakukan pembalikan dan penyiraman secara kontinyu untuk mengontrol suhu dan kelembaban proses
pengomposan.
g. Pembalikan hanya dilakukan jika suhu kompos di atas 60 oC atau di bawah 40 oC,yang berarti
tumpukan kompos terlalu basah atau terlalu kering. Apabila suhu masih di antara 40-60 oC dan
kelembaban 40% berarti tumpukan kompos belum waktunya dibalik.
h. Kompos yang telah matang ditandai dengan suhu tumpukan yang menurun mendekati suhu ruangan,
tidak berbau busuk, bentuk fisik menyerupai tanah dan berwana kehitam-hitaman.
i. Pematangan bisa berlangsung selama 15 hari atau lebih lambat atau bahkan lebih cepat tergantung
jenis bioaktivator yang dicampurkan ke dalam proses pengomposan. Selama proses pengomposan
dilakukan pemantauan suhu dan kelembaban tumpukan kompos serta bila perlu dilakukan pembalikan
kompos.
4. Pengepakan Tujuan : Pengepakan bertujuan untuk menata kompos dan bahan anorganik supaya
menjadi lebih rapi, menarik dan dapat proses lebih lanjut/dijual.
Alat dan bahan:
Karung plastik
Timbangan
Alat pengepres plastik
Sekop
Langkah-langkah:
Sampah Organik :
a. Kompos yang sudah disaring kemudian ditimbang dengan ukuran berat tertentu, kemudian
dimasukan/dikemas ke dalam plastik, supaya lebih rapi dan menarik.
b. Simpan kompos yang telah dikemas di tempat yang aman, siap untuk dijual atau dimanfaatkan.
Sampah Anorganik :
a. Sampah anorganik dilakukan pengepakan berdasarkan jenisnya (kertas, logam, kaca, dll).
b. Pemisahan ini dilakukan untuk mempermudah proses penjualan kepada pihak lain atau dapat
digunakan sebagai bahan kerajinan tangan.
Peralatan Penunjang TPS.
1. Gerobak Motor tipe econo cargo Kendaraan ini merupakan alat angkut sampah pada khususnya dan
barang lainnya. Gerobag motor adalah gabungan/rangkaian antara motor 200 cc dan bak dengan dua
roda, yang dipakai sebagai tempat sampah yang diletakkan dibelakang motor. Pada umumnya hampir
sama dengan kendaraan bermotor lainnya dalam mengendarainya. Hal yang harus diperhatikan dalam
mengendarai adalah:
a. Fisik gerobak motor (panjang, lebar dan tinggi)
b. Sistem pengoperasian gerobak motor sebagai perlengkapan pendukung hampir sama semua kecuali
siatem tambahan yang sangat lain adalah gerobak motor dapat mundur seperti mobil.
Prosedur Pemakaian Pemeriksaan mesin setiap pagi sebelum mulai pekerjaan sangat penting untuk
menunjang kelancaran kerja dan ketahanan gerobak motor, pemerisksaan tersebut meliputi:
a. Tekanan oli mesin: agar selalu memenuhi volume yang dibutuhkan saat mesin bekerja, sehingg mesin
tidak terlalu panas dan tidak cepat aus
b. Tekanan ban : perlu diperhatikan terutama untuk memuat sampah yang berjumlah banyak dan
menjaga keawetan ban.
c. Secara periodik perlu pengecekan permukaan air accu agar selalu mampu menyediakan daya untuk
keperluan starter, lampu serta kebutuhan kelistrikan lainnya serta mnjaga keawetwn accu itu sendiri.
d. Pengecekan baut-baut serta komponen bergerak lainnya agar tidak terlepas pada saat digunakan untuk
bekerja dan menimbulkan kecelakaan dan kerusakan yang lebih fatal
2. Mesin Pencacah
Mesin pencacah di atas merupakan alat pendukung operasional TPS yaitu pancacah sampah organik.
Kapasitas mesin pencacah sebesar kg/jam, Mesin pencacah terdiri dari dua bagian utama yaitu mesin
penggerak dan kerangka yang dilengkapi alat pemotong pencacah berpisau putar. Mesin penggerak alat
pencacah bermerk Yanmar 8,5 PK yang telah dilengkapi dengan petunjuk kerja yang tertempel di body
mesin penggerak. Petunjuk kerja terdiri dari tata cara mengoperasikan mesin dan merawat dan
mengganti suku cadang yang dipakai supaya mesin bekerja secara maksimal dan terawat. 3. Gudang
Gudang berfungsi untuk menampung sejumlah hasil pengolahan atau sisa sampah yang tidak terolah
hingga waktu pengambilan. Pada TPS terdapat 2 jenis gudang yaitu gudang kompos dan gudang sampah
anorganik. Gudang kompos berfungsi menampung hasil pengolahan dari composting di TPS dan daya
tampung gudang selama 7 hari. Gudang sampah anorganik berfungsi menampung sampah anorganik
yang tidak terolah di TPS dan akan diangkut ke TPA. Daya tampung gudang sampah anorganik adalah
selama 7 hari.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa timbulan sampah yang dihasilkan di TPS Sadang
Serangper harinya sejumlah 0,495 kg/orang/hari
Sedangkan untuk komposisi sampah di TPS Sadang Serang adalah sebagai berikut :
Sampah organik sejumlah 52% dari total sampah hasil sampling
Sampah plastik sejumlah 19% dari total sampah hasil sampling
Sampah kertas sejumlah 11% dari total sampah hasil sampling
Sampah B3 sejumlah 11% dari total sampah hasil sampling
Sampah tekstil sejumlah 7% dari total sampah hasil sampling
Densitas sampah yang didapatkan setelah melalui proses perhitungan untuk sempel sampah secara
keseluruhan adalah 0,610 kg/liter.
6.2 Saran
1. Selama proses kontruksi perlu adanya pengawasan dari pihak yang ahli di bidang perencanaan TPS
sehingga TPS yang dibangun sesuai dean rencana
2. Perlu adanya kerjasama anatara berbagai elemen yang ada di masyarakat antara lain pemerintah,
warga sekitar, serta pengelola persampahan yang berhubungan langsung dengan kondisi
persampahan di wilayah tersebut. Untuk membantu mewujudkan pengadaan serta pengoperasian
TPS yang telah didesain agar memberikan hasil yang lebih optimal.
.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2018. Kecamatan Coblong Dalam Angka. Kota Badung.
Conyers, D. and P. Hills, 1984. An Introduction to Development Planning in the Third World.
Damanhuri, E. dan T. Padmi. (2018). Pengelolaan Sampah.. Edisi Kedua, Bandung: Prodi Teknik
Lingkungan ITB
Standar Nasional Indonesia No 3-3242 Tahun 2008, Tentang Pengolahan sampah di Pemukiman.
Undang- Undang Republik Inonesia No. 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah.
Suprapto. Dampak Masalah Sampah Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal Mutiara Kesehatan
Indonesia. 2005 Volume 1 2 [Jurnal].
LAMPIRAN
Pengukuran TPS