Anda di halaman 1dari 12

Resume Buku “ Demokrasi Kita”

Oleh : Muhammad Nadhif Amrillah S

Judul : Demokrasi Kita, 8 Pemikiran politik

Penulis: Djoko Suyanto

Penerbit: KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia )

Tahun : 2014

Cetakan : Pertama

Ukuran Buku : 13,5 X 21 cm

Tebal : 142 Halaman


Buku ini ditulis oleh seorang militer tulen bernama Marsekal (Purn) djoko Suyanto. Pada

saat buku ini diterbitkan , Djoko suyanto adalah mentri coordinator politik, hukum , dan

Keamanan Republik Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.

Buku ini adalah kumpulan pidato pilihan yang Djoko Suyanto sampaikan sebagai

Menko Polhukam di sejumlah kesempatan di dalam dan di luar negri. Pandangan-

pandangannya mendokumentasikan narasi-narasi baru pada era fondasional yang rentan dalam

perjalanan konsolidasi demokrasi Indonesia pada pasca orde baru.

Membincangkan demokrasi sama halnya dengan membincangkan idealisme. Demokrasi

adalah suatu konsep yang ideal. Ia adalah bagian dari cita-cita, pandangan, sekaligus sebuah

sistem pemerintahan yang mengangankan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan. Keadilan,

kemakmuran, dan kesejahteraan adalah bagian kecil dari cita-cita demokrasi yang ingin kita

capai.

Tetapi proses demokratisasi di Indonesia tak bisa selalu berjalan mulus. Ada arang

merintang yang selalu dihadapi bangsa ini untuk mewujudkan cita-cita ini. Korupsi, oligarki,

hingga munculnya para bandit-bandit yang merongrong demokrasi. Demokrasi di Indonesia

sering dikatakan sebagai demokrasi minus kaum demokrat, istilah ini saya pinjam dari Fadjroel

Rachman dalam bukunya Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat.

Semenjak awal, para founding fathers kita memang sudah merumuskan sistem ideal

dalam pemerintahan kita. Demokrasi kita, bukanlah demokrasi yang hanya diperuntukkan

untuk para pemodal, orang-perorang, melainkan untuk kesejahteraan rakyat. Kita tentu ingat
tatkala Soekarno berteriak lantang di hadapan sidang BPUPK : Negara Indonesia bukan satu

negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan walaupun golongan kaya.

Tetapi, kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semuat buat satu.

Akan tetapi, pasca kejatuhan Orde Baru, kita kemudian merasa bahwa demokrasi yang

kita bangun justru semakin jauh dari tujuan dan cita-cita ideal kita. Kemiskinan semakin

bertambah, utang negara makin banyak, sampai dengan kedaulatan ekonomi, politik dan

kebudayaan kita menjadi lemah. Sementara di sisi lain, krisis identitas makin merajalela,

kurangnya sikap persatuan dan kesatuan, sampai dengan munculnya tantangan separatisme,

sampai dengan terorisme. Dalam bidang ekonomi, banyak pejabat dan elit korupsi, sikap dan

tenggang rasa, dan tolong menolong makin hilang.

Akibatnya, demokrasi menjadi sekadar konsep, atau teori semata, yang terjadi sebaliknya,

demokrasi dibajak, dicopet oleh para bandit, sebagaimana Mohamad Sobary menyebut

demokrasi kita adalah demokrasi tukang copet. Lalu bagaimana konsepsi demokrasi yang

sebenarnya? Apa yang ada dalam konsep-konsep demokrasi sehingga ia bisa melahirkan

kemakmuran dan kesejahteraan?. Apa saja yang bisa dilakukan agar demokrasi berjalan dengan

mulus dan tanpa hambatan?.

Djoko suyanto mantan Menkopolkam di era Kabinet Bersatu II merumuskan pandangannya

tentang demokrasi di negri kita . Dia bicara banyak hal hal yang menarik. Periksa misalnya,

pandangan reflektifnya tentang fungsi demokrasi bagi kesejahteraan dan keamanan, yang

disampaikan dalam kuliah umum di Rajaratnam School for International Studies, Universitas
Nayang, Singapura. Pangangan-pandangan Djoko mendokumentasikan narasi-narasi baru pada

era fondasional yang rentan dalam perjalanan konsolidasi demokrasi Indonesia pasca-Orde Baru.

Setelah berpuluh tahun mengalami politik otoritarian , kita semua telah memilih demokrasi

sebagai jalan hidup . Agar praktik demokrasi dapat menjadi semakin dewasa, makai a harus

memberi akibat yang positif bagi kualitas hidup rakyat. Maka demokrasi harus melahirkan

isntitusi-institusi public lain yang bermutu, efektif, dan dengan tata kelola yang baik. Selanjutnya

demokrasi juga harus digunakan bagi partisispasi public yang luas dalam pembentukan dan

pengawasan pelaksanaan publik. Karena dengan cara itulah demokrasi berkontribusi pada

kesejahteraan dengan memastikan Transparansi, good governance, dan akuntabilitas.

DEMOKRASI DAN PENCAPAIAN-PENCAPAIAN EKONOMI

Demokrasi tidak selalu menyebabkan kemakmuran. Pada kenyataan-kenyataannya,

kemakmuran terjadi pada beberapa negara yang tidak mempraktikan demokrasi. Mungkin

sebenarnya memang tak ada hubungan kausal antara demokrasi dan kemakmuran, sebab bila

diletakkan pada konteks sejarah negara-bangsa yang satu sama lain berbeda, pemerintah

demokratik atau otoriter bisa sama-sama bersifat “Inefisien” bagi ekonomi.

Sungguh pun demikian, seperti pasti anda ketahui, sejumlah studi menyimpulkan bahwa

kian tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi, kian kecil kecil kemungkinan suatu negara berbelok

atau berputar balik kepada otoriterisme.

Indonesia, setelah sekitar satu decade sejak gejolak reformasi, kini disebut-sebut sebagai

demokrasi yang paling Vibrant dan sehat di Asia Tenggara. Indonesia bahkan disebut sejajar
dengan negara kampiun demokrasi di Asia: India, Jepang, dan Korea Selatan. Indonesia juga

dipercaya menjadi anggota G-20.

Dan dalam demokrasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik rata-rata 5,2 persen per tahun

sepanjang 2000-2010. Sebuah pencapaian yang hanya dikalahkan oleh Tiongkok dan India.

Dalam dasawarsa yang sama , Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan tingkat

pertumbuhan tinggi terstabil di dunia. Ini menyebabkan tingkat pendapatan per kapita

penduduk meningkat lebih dua kali lipat dari US$ 2.120 tahun 2000 menjadi US$ 4.190 tahun

2010.

Dengan demokrasi Indonesia kini mencapai posisi ekonomi yang jauh lebih baik ketimbang

saat krisis 1997/1998. Dengan fondasi ekonomi ini, Indonesia diprediksi akan memainkan peran

lebih penting dalam perekonomian global(hal.5).

PRINSIP PENGOLAAN KEAMANAN

Pendekatan keamaanan berubah dari state security menjadi human-security . keamanan

nasional dilihat dalam kerangka yang lebih luas meliputi ekonomi, lingkungan , dan

pembangunan nasional(Hal.11).

SUMBANGAN INDONESIA UNTUK ASEAN

Pemajuan demokrasi dan hak asasi di satu bangsa pada hakikatnya lebih banyak ditentukan

oleh kemauan dan dialektika dalam bangsa itu sendiri. Ia selalu merupakan buah dari inisiatif

dan pertubuhan dari dalam(Hal.16).


DEMOKRASI INDONESIA TIDAK BUTUH “ORANG KUAT”

Salah kiranya menyiratkan seolah Indonesia perlu dipimpin “Orang Kuat” . Indonesia perlu

pemerintahan efektif dengan masyarakat sipil yang kuat, dengan institusi public yang

transparan dan akuntabel, dengan kebebasan sipil serta hokum yang bekerja , dengan

penghormatan pada Local wisdom. Bukan “ Orang Kuat” yang mengintervensi dan

mendominasi berbagai aspek kehidupan.

Intervensionisme dan dominasi “Orang Kuat” justru akan menyebabkan terisolasinya

kebijakan ekonomi dari proses politik. Ia, lebih jauh, akan mengakibatkan terisolasinya

kebijakan ekonomi dari aspirasi dan kebutuhan rakyat.

Indonesia perlu terus menatap ke depan – bukan menoleh ke belakang.

Ada 8 Pemikiran politik yang menurut Djoko bisa diterapkan untuk memperbaiki demokrasi

di Indonesia :

1. Kita mesti membawa demokrasi pada keamanan dan kesejahteraan. Untuk itu, demokrasi

mesti melahirkan institusi-institusi publik yang bermutu. Demokrasi juga mesti dijadikan

sarana public untuk menyalurkan aspirasinya. Menurut Djoko, demokrasi tak melulu

harus menempatkan orang kuat, tetapi setiap orang berhak unruk duduk dalam

pemerintahan yang demokratis. Dalam konteks Indonesia saat ini, konsolidasi demokrasi

perlu kita artikan sebagai “ Tantangan untuk mengamankan dan mempertahankan

Demokrasi, memperluas substansi dan nafas demokrasi supaya ia berumur Panjang”.


Dengan demikian tujuan konsolidasi di sini adalah pelestarian demokrasi sambil

menjaganya dari ancaman politik otoriter yang memang selalu bisa muncul kembali,

menyelip dalam kepolitikan demokrasi. Di sisni, konsolidasi demokrasi kita hayati sebagai

upaya untuk mendorong proses kesinambungan dalam demokrasi berikut kemajuan dan

capaian di dalamnya agar terus bisa dipertahankan dalam berbagai tipe rezim kekuasaan.

2. Demokrasi memerlukan konsolidasi demokrasi yang kuat. Melalui demokrasi yang kuat

inilah, kita hanya tak hanya sekedar menyelesaikan persoalan-persoalan politik, tetapi

melakukan kerja-kerja kreatif dan aktif untuk memikirkan persoalan bangsa. Konsolidasi

demokrasi di dalam demokrasi pada akhirnya berfungsi untuk memastikan agar sirkulasi

elite berjalan secara demokratis dan menghasilkan rezim politik baru yang juga

demokratis.

Tak dapat dinafikan untuk melakukan konsolidasi demokrasi yang demokratis, kita

memerlukan media. Masyarakat kita adalah masyarakat informasi. Yakni masyarakat

yang sebagian besar sendi kehidupannya dituntun dan digerakkan oleh informasi(hal.34).

Urusan penyiaran. Urusan penyiaran pada hakikatnya adalah urusan public. Melalui

isntitusi demokrasi, media penyiaran juga terikat pada agenda Bersama. Ia mampu

mengaktifkan, membangun kehidupan public yang berpengetahuan dan kritis sehingga

mampu terlibat dalam perbincangan dan pengambilan keputusan penting yang

menentukan nasib warga lainnya yang masih tertinggal(hal.50).


3. Demokrasi memerlukan pers yang membawa kita pada keindonesiaan dan kemanusiaan.

Kita sadar kekuatan pers begitu besar. Ia bisa menciptakan siapa kawan, siapa lawan.

Karena itulah, media harus cermat dan tidak boleh keliru dalam membentuk pahlawan-

pahlawan dan tokoh-tokoh idolanya sendiri. Jangan sampai orang-orang yang

sebentarnya bermasalah dengan hokum tampil dalam pemberitaan layaknya seorang

pahlawan(hal.53). Partisipasi demokrasi warga hanya bisa efektif oleh adanya kebebasan

pers yang mengkaji soal kebebasan, tanggung jawab, dan etika pers di masa demokrasi,

ukuran tertinggi dari profesi jurnalistik pada kahirnya dalah sejauh mana pers

bertanggung jawab pada upaya-upaya pembangunan kemanusiaan. Sejauh mana pers

mampu berdiri di atas berbagai prasangka, dengan profesionalisme yang kuat dan nyata

mendorong pemanfaatan yang keluar dari dirinya sendiri hingga memperkaya martabat

dan kemanusiaan Indonesia.

Singkatnya pers harus memperkuat nalar publik. Dengan begitu, ia akan menghasilkan

partisipasi warga. Partisipasi warga mustahil dibangun tanpa adanya kebebasan pers.

4. Demokrasi perlu memupus korupsi politik. Artinya, tidak ada korupsi yang bersifat politis.

Karna yang dirusak oleh korupsi pada intinya adalah hakikat politik itu sendiri. Jelas salah

satu sumber dari korupsi politik adalah absennya pandangan normative yang mendasar

mengenai politik(hal.71). dari pandangan ini, kiranya jelas, bahwa salah satu sumber dari

korupsi politik adalah absennya pandangan normative yang mendasar mengenai politik.

Banyak orang yang memangku jabatan-jabatan publik tidak memiliki pemahaman yang
cukup mengenai apa esensi dari politik dan efek kepublikannya. Politik semata-mata

dipahami dalam kerangka-kerangka perilaku actor-aktornya, permainan kepentingan,

serta cara memperoleh kekuasaan. Di sini, paham klasik mengenai politik sebagi upaya

untuk mencapai common good dilewatkan dan lenyap dari pelajaran para politisi.

5. Pelayanan public merupakan ranah yang krusial bagi sebuah negara dan pemerintah

demokratis.Demokrasi perlu memperkuat layanan publik sebagai wujud penerapan

demokrasi. Dalam pelayanan public, negara mewujudkan wajah, karakter, dan bentuknya

yang sejati. Pelayanan public merupakan refleksi dari state at work. Dengan itu, ia

merupakan garis depan wajah negara menakala berjumpa dengan pemberi mandate

terbesarnya yakni rakyat. Oleh karna itu, pelayanan public merupakan bagian terpenting

proses pembentukan legitimasi dalam negara yang demokratis. Makin baik pelayanan

publiknya, makin tinggi tingkat legitimasi suatu pemerintahan demokratis itu.

Dengan pelayanan public yang baik, maka publik pun akan semakin percaya pada

pemerintahan. Kepercayaan publik menjadi modal pemerintah unruk terus bergerak

dalam menerapkan kebijakan yang demokratis.

6. Setelah memilih demokrasi, kita mesti mebuang jauh-jauh cara berfikir yang ketinggalan

zaman tentang pemimpin. Aspirasi lampau membayangkan pemimpin sebagai “orang


kuat” yang bisa memunculkan wibawa dan ketakutan. Ini cara pandang yang keliru dan

tidak cocok untuk zaman sekarang.

Dalam demokrasi yang matang dan modern kita tidak memerlukan pemimpin yang

“terkesan” sakti, kuat, dan mendominasi semua hal di semua bidang. Selain memang

tidak mungkin ada individu yang demikian, dunia politik juga bukan dunia persilatan

dalam komik. Demokrasi dan pertumbuhan justru membutuhkan pemimpin yang mampu

mengenal berbagai variasi persoalan, bisa menumbuhkan dialog tanpa tekanan untuk

kemudian mampu mendelegasikan dan mengendalikan wewenangnya secara

proporsional.

Investasi dan Indonesia ke depan. Maksudnya demokrasi dalah investasi tersendiri.

Melalui demokrasi yang baik, kita bisa membangun manusia Indonesia menjadi lebih baik.

Oleh karna itu, kita tak memerlukan pemimpin yang kuat, melainkan memerlukan yang

mampu mengenal berbagai varian persoalan , bisa menumbuhkan dialog tanpa tekanan

untuk kemudian mendelegasikan dan menegendalikan wewenang secara

proporsional(hal.90).

7. Kenyataan akan demokrasi kontemporer membawa kita pada kesedaran baru bahwa

Indonesia kini memerlukan patriotsime yang lebih kuat dan dimaknai secara utuh .

patriotime yang basisnya bukan pertama-tama pada negara dan apparat-aparatnya,

namun patriotism wargawi. Patriotism yang diukur bukan dari heroism militeristik,
melainkan dari keteribatan dan upaya maksimum seluruh warga untuk memperjuangkan

kebangsaan, Kerakyatan, dan kemanusiaan di ruang public.

Rakyat Indonesia penting akan sikap patripotisme dan lari dari kebebasan. Sikap

patriotisme penting dalam membangun demokrasi, Indonesia sebagaimana yang

dikatakan Hatta perlu bersatu melalui jalan yang rasional yakni pemenuhan keadilan dan

kemakmuran.

Dalam kebangsaan dan demokrasi masa kini, patriotism tidak diukur berdasar siapa yang

paling bersuara keras mengenai Indonesia, melainkan siapa yang bekerja paling keras

dalam memberi makna kerakyatan dan kemanusiaan Indonesia. Itulah tugasnya kita

semua warga negara dan seluruh aparat negara.

8. Paham kebangsaan sudah dipahami oleh banyak pihak dan Pancasila sudah dinyatakan

diterima oleh semua kalangan. Namun dalam kenyataan, kita sering kali masih harus

berhadapan dengan fakta bahwa aspirasi primordial baik dalam bidang politik maupun

sosial tidak dengan sendirinya pupus. Di titik ini, Pancasila dan paham kebangsaan kita,

meski sudah diterima sebagai kenyataan konstitusional, perlu diperjuangkan secara

politik. Pengelolaan bangsa yang plural dan kompleks dalam politik Pancasila bukan

perkara yang mudah. Ia butuh ketegasan di satu sisi, namun di sisi yang lain, penanganan

yang kurang sensitive juga bisa menimbulkan ongkos kemanusiaan yang tidak kecil. Soal

ini sangat krusial dan substansial, sehingga untuk setiap pemimpin, setiap langkah kecil

dalam pemajuan pluralism pada dasarnya bisa jadi langkah besar bagi peradaban dan
kemanusiaan. Cara dan jalan memenuhinya adalah pilihan, namun tujuannya itu sendiri

adalah sebuah kemutlakan.

Anda mungkin juga menyukai