Anda di halaman 1dari 20

Surviving Toddler's Tantrum

Through Mindful Parenting


Saskhya Aulia Prima, M.Psi., Psikolog
Tentang Tantrum
Tantrum merupakan luapan emosi yang sangat kuat dan terjadi tiba-tiba sebagai
salah satu cara anak mengomunikasikan rasa frustrasi terhadap tantangan yang
sedang dihadapinya.

Ditunjukkan dengan perilaku seperti berteriak, berguling-guling, melempar-


lempar, menangis, menendang-nendang, dan juga meghentak-hentakkan kaki,
bahkan sampai melemparkan badan.

Seringkali terjadi hanya saat ada salah satu


sosok orang tua.

Tantrum merupakan hal yang NORMAL terjadi


pada masa toddlerhood.

Range normal terjadinya tantrum: 1-4 tahun .

@saskhya
Beberapa Hal yang Membuat
Anak Tantrum
• Lapar, Stres, lelah, sakit, bosan.

• Overstimulated.

• Keterbatasan kemampuan berkomunikasi.

• kecewa atas reaksi orang tua.

• Bingung (inkonsistensi penanganan caregiver pada big


emotions).

• Tidak bisa melakukan sesuatu yang diinginkan.

• Masa transisi (dari rumah ke day care).

• Membutuhkan perhatian lebih.

• Cara untuk mendapatkan sesuatu (bagi anak yang lebih


besar).

@saskhya
Proses Biologis di Balik Tantrum
• Bayi lahir dengan proporsi otak yang kecil dan butuh bantuan untuk bisa survive

• Otak bagian self-control baru terbentuk secara menyeluruh di pertengahan usia 20-an

• Pada bayi-toddler ketika ada emosi negatif datang, otak belum mampu untuk mengelola
emosi-emosi tersebut dengan baik
• Reaksi fisiologis seperti menangis mengeluarkan air
mata membantu mereka menenangkan diri dari rasa
frustrasi

• Interaksi positif antara orang tua-anak menentukan


pembentukan otak anak yang optimal

• Semakin anak merasa aman dengan orang tua, bagian


otak manajemen emosi akan semakin terasah

@saskhya
PERLU
DIINGAT!!!!!
Toddler tidak menikmati tantrum

Toddler tidak melakukan tantrum dengan


sengaja untuk memanipulasi kita

Tantrum adalah kesempatan kita untuk


menjalin koneksi dan rasa percaya dengan
anak

Tantrum = anak percaya dengan kita

Tantrum adalah kesempatan orangtua


untuk belajar

Tantrum merupakan salah satu cara


meningkatkan "level" kita sebagai orang tua

@saskhya @saskhya
Kapan Tantrum Tidak Normal?
• Terjadi sangat sering (2x atau lebih dalam sehari,
10-20 episode tantrum dalam satu bulan di rumah,
lebih dari 5x sehari saat berhari-hari di luar rumah)

• Dalam 10-20 kejadian tantrum terakhir, 50% lebih


kejadian tersebut diikuti perilaku agresif terhadap
caregivers, benda-benda di sekeliling, ataupun
keduanya.

• Durasi tantrum sangat lama (hampir selalu terjadi


lebih dari 25 menit)

• Self-injury

• Muncul masalah tidur, makan, dan perilaku


ketakutan berpisah dengan orang tua yang sangat
berlebihan. Masih muncul secara berkala setelah
usia 4 tahun

@saskhya
Jangan lupa segera cari bantuan apabila kita sebagai orang
tua memiliki masalah dalam mengontrol perasaan marah
kita saat menangani anak ketika tantrum.

Remember, you don't have to go through it alone!

@saskhya
Mencegah Tantrum Berlebihan
• Tetapkan dan jalani rutinitas yang konsisten pada
anak

• Berikan anak ruang latihan untuk memiliki self-


control, salah satunya dengan memberikan anak
pilihan dan kurangi penggunaan kata "tidak boleh"
ke anak

• Latih kemampuan anak berkomunikasi sedini


mungkin dengan melatihnya menggunakan kata-
kata untuk mengutarakan kebutuhannya

• Jangan lupa berikan apresiasi pada perilaku anak


yang kita inginkan

• Hindari situasi-situasi yang mudah membuat anak


merasakan emosi negatif yang sangat intens
@saskhya
Your child’s tantrum is NOT a reflection on you or your
parenting, but your RESPONSE to the tantrum is the
reflection.

@saskhya
How to Handle
Kesadaran penuh orangtua
Tantrum: mengenai apa yang sedang kita
pikirkan atau rasakan agar dapat
fokus pada tujuan pengasuhan,
berknonsentrasi penuh saat
MINDFUL berinteraksi dengan anak, dan
PARENTING melakukan pengasuhan bebas dari
emosi negatif, pikiran lain di luar
interaksi dengan anak, dan nilai
subjektif (kritik, judgement, serta
ekspektasi yang tidak realistis.)

Prinsip utama:
Moment to moment awareness to
the parent-child relationship .

@saskhya
• Hasil survey dari University of Vermont
(2016) terhadap 600 orang tua dari anak usia
3-17 tahun :

• Membuat orangtua secara sadar


mengasuh dengan penuh perhatian, kasih
sayang, dan terhindar dari berbuat kasar
kepada anak.

• Membuat anak menjadi tidak stress,


cemas, depresi, dan berperilaku
berlebihan (acting out), terutama pada
saat situasi sulit terjadi.

Kenapa Perlu • Hasil studi dari Turpyn & Chaplin (2015):

Menjadi Orangtua
• Mindfulness menjauhkan anak dari
kemungkinan anak terbawa arus
pergaulan dan kenakalan remaja ke
yang Mindful? depannya.

• Memupuk resiliensi (daya tahan dan


ketangguhan) anak menghadapi kesulitan
@saskhya yang terjadi
Apa yang Seringkali Terjadi di Otak Kita saat Anak
Tantrum?
• Tubuh dan otak kita diciptakan
untuk bereaksi pada situasi yang
membuat kita tertekan

• Saat otak kita menerima sesuatu


yang mengancam, ada sinyal yang
dikirimkan ke otak bagian emosi
dan membuat tubuh kita
otomatis memilihi bereaksi tanpa
sempat berpikir terlebih dahulu

• Sensor stress di diri kita belum


dapat membedakan real dangers
dengan false dangers
@saskhya
Apa yang Terjadi Ketika Kita
Meluapkan Kemarahan Pada Anak?

Stressful parenting moment

Otak mendapat sinyal bahaya

Kehilangan kontrol emosi


dan emosi menguasai diri

Terjadi sangat cepat & lupa bahwa


marah dapat membuat anak stress

Anak modelling cara kita


meluapkan emosi
@saskhya
In parenting, some days are good and some are
bad, but we can always try again. We may
forget to be mindful, but the second we realize
we are distracted, it is an opportunity to make
a different choice, the choice to be present.
- The Gottman Institute -
Bagaimana Cara Mengontrol
Emosi Kita Saat Mengasuh
Anak?
• Berhenti sejenak ketika sedang
berhadapan dengan situasi
pengasuhan yang memancing emosi

• Lakukan strategi pengaturan emosi


yang sesuai dengan kebutuhan kita:
Tarik nafas dalam, minum air, dsb.

• Observasi perlahan situasi yang


terjadi

• Dengarkan pendapat anak walaupun


kita tidak setuju

• Selesaikan masalah dan berdiskusi


ketika emosi negatif kita dan anak
sudah netral
@saskhya
Prinsip Dalam • Selalu ingat mengenai tujuan kita:
keterampilan mengelola emosi
Menangani Tantrum
• Memberikan reaksi secara sadar selama
Secara Mindful penanganan tantrum

• Sejajarkan posisi mata kita dengan anak


ketika menangani tantrum

• Terus melatih mindset bahwa tantrum


adalah salah satu cara memperkuat
hubungan emosional kita dengan anak

• Jangan lupa bahwa kita adalah role


model anak dalam mengekspresikan
emosinya

• Sabar terhadap proses dan


perkembangan yang terjadi

@saskhya
Mindful parenting is not about being a
perfect parent, it's about to accept
that we are enough as a parent, that
we are real parents
Reaktif Responsif

Kamu sedih/marah
Nangis aja terus! ya? Ibu/Ayah peluk
ya

Coba tenang dulu dan


Kenapa sih rewel
minta dengan suara
banget!
baik-baik ya

Mama/papa butuh
suara kamu tenang
Jangan teriak-teriak!
supaya terdengar apa
yang kamu mau

Bapak/Ibu akan
Kalau nggak mau
memperbolehkanmu
diam, kamu nggak
untuk ... setelah
boleh ....
kamu tenang ya

@saskhya
“Raise your words, not voice. It is rain
that grows flowers, not thunder.”
- Rumi -

–Rumi
Find Me
IG: @tigagenerasi
IG: @saskhya
Mail:
saskhya.ap@gmail.com
Clinical Practice:
TigaGenerasi @Brawijaya
Clinic (021-22716359/
021-22717656)

Thank You!

Anda mungkin juga menyukai