Anda di halaman 1dari 15

A.

Definisi Multimeter
Multitester merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur sebuah
komponen suatu hal yang berkaitan dengan listrik. Multitester juga disebut sebagai
multimeter atau dapat juga dikenal dengan sebutan AVO meter yang berarti dapat
berfungsi sebagai amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter. Alat ini mempunyai berbagai
penepatan (disebut 'range') pada setiap langkah ukurnya mempunyai pilihan AC atau DC.
Pada saat ini multitester sangat membantu dan meringankan pekerjaan yang
berhubungan dengan kelistrikan atau elektronika. Multitester perangkat genggam yang
berguna untuk menemukan kesalahan dan pekerjaan lapangan, maupun perangkat yang
dapat mengukur dengan derajat ketepatan yang sangat tinggi.
Multitester saat ini dibagi menjadi dua yaitu multitester analog dan multitester
digital. Namun kini multitester digital lebih sering digunakan daripada multitester analog
karena multitester digital lebih akurat daripada multitester analog, hanya saja multitester
digital lebih mahal daripada multitester analog. Pada multimeter digital memiliki
kelebihan layaknya sebagai pengukur transistor dan range untuk pengukuran kapasitansi
dan frekuensi.
Multimeter digital yaitu multimeter yang pembacaan hasil ukurnya berupa digit
angka, yang menggunakan layar. Multimeter digital hasil pengukurannya lebih akurat
dibandingkan dengan multimeter analog. Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi,
dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog yaitu
memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang
lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Multimeter digital biasanya
dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi,
tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang
memakai multimeter digital.

B. Bentuk dan Bagian Multitester Digital


1. Display
Merupakan layar penunjuk hasil pengukuran.
2. Power switch and function switch
Merupakan tombol untuk men”on” dan “off”kan multitester serta sebagai
tombol fungsi untuk memilih voltmeter,ohmmeter,dan ampere meter.
3. Select button
Merupakan tombol untuk memilih apakah multitester akan digunakan
untuk mengukur arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) pada pengukuran
voltmeter dan ampere meter. Sedangkan pada ohmmeter digunakan untuk
memilih apakah akan mengukur hambatan, dioda, mengecek kecontinuan,
dan mengukur kapsitas.
4. Range hold button
Merupakan tombol untuk memilih apakah akan menggunakan satu
angka,dua angka, atau tiga angka di belakang koma.
5. Relative button
6. Data hold button
Merupakan tombol yang berfungsi jika di tekan maka hasil pengukuran
pada layar akan terkunci sehingga tidak akan berubah.
7. HZ / % select button
Merupakan tombol yang digunakan untuk memilih satuan pengukuran
frekuensi, apakah akan menggunakan HZ atau %.
8. Test probe
9. Yang merah merupakan potensial positif dan yang hitam potensial negatif.

C. Kegunaan Multimeter Digital


1. Pengukuran tegangan dengan multimeter digital.
a. Tegangan DC
Tegangan DC adalah tegangan searah, misalnya tegangan pada baterai
HP, baterai, dan Teg. Output IC Power, dsb(Terdapat Polaritas + dan -)
Cara mengukurnya adalah sebagai berikut:
1) Putar scale selector kearah soket tegangan DC dan pilih skala
tegangan DC. Pilihlah skala yang lebih besar daripada hasil ukur
supaya tidak terjadi overload, namun jangan terlalu jauh agar
ketelitiannya lebih baik.
2) Hubungkan kabel tester dengan sumber tegangan DC. Merah ke
kutub positif, hitam ke yang negatif.
3) Lihat hasil yang ditampilkan oleh multitester.
b. Tegangan AC
Langkahnya hampir sama dengan mengukur pada tegangan DC, namun
soket yang ditunjuk mengarah ke skala tegangan (V) AC yaitu 700 volt
atau 200 volt. Contoh tegangan AC adalah tegangan dari listrik PLN yaitu
sekitar 220 V. Untuk mengukur tegangan PLN gunakanlah skala yang
ditunjuk 700 V. Lihat hasil yang ditunjukkan multitester.
c. Mengukur arus DC
Langkahnya juga hampir sama degan pengukuran tegangan, scale
selectornya diarahkan ke soket pengukur arus (disimbolkan A). Pilihlah
skala yang tepat sesuai dengan penjelasan pada tegangan DC diatas.
Pindahkan kabel merah ke 20A. Dan kabel hitam tetap di COM (ground).
Dipilih lobang 20A karena akan mengukur arus yg > 0,2 A.
d. Mengukur resistansi
1) Perhatikan Objek yang akan diukur. (Resistor, hambatan jalur, dll)
2) Perhatikan skala Pengukuran pada soket ohm (disimbolkan Ω)
 200 artinya akan mengukur hambatan yg nilainya max.
200 Ohm
 2K artinya akan mengukur hambatan yg nilainya max.
2000 Ohm
 20 K artinya akanmengukur hambatan yg nilainya max.
20.000 Ohm (20KOhm)
 200K artinya akan mengukur hambatan yg nilainya max.
200.000 Ohm (200KOhm)
 2M artinya akan menguur hambatan yg nilainya
2.000.000 Ohm
Bila tidak tahu besaran nilai yang akan diukur, dianjurkan pilih skala
tengah misalnya skala 20K. Lalu lakukan pengukuran. Jika hasilnya 1 (Overload)
maka naikkan skala. Jika hasilnya digit dibelakang koma kurang akurat, maka
turunkan skala.
Untuk mengukur besarnya nilai dioda lanngkahnya sama, namun arah
scale selector diarahkan ke skala dioda. Lihat hasilnya pada layar multitester.
e. Mengukur kapasitas kondensator
Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan
internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut
Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867). Kondensator kini
juga dikenal sebagai “kapasitor”, namun kata “kondensator” masih
dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang
ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore),
berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan
listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan
negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada
perkataan bahasa Italia “condensatore”, seperti bahasa Perancis
condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol
Condensador.
Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu
positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk
tabung. Lambang kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif)
pada skema elektronika.
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih
rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya,
kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan
lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor
(capacitor).
Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara
tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini
kebiasaan orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang
paling dominan digunakan atau lebih sering didengar. Pada masa kini,
kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya
yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011 cm² yang
artinya luas permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan
106 mikroFarad (µF), jadi 1 µF = 9 x 105 cm².
Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang
praktis, satuan yang banyak digunakan adalah:
 1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
 1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
 1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Langkah pengukuran :
1. Pilih Skala bagian F dan pilih skala yg sesuai.
2. Maka nilai yang tampil adalah nilai kapasitas kondensator tersebut dengan
satuan Farad atau Mikro Farad (10-6) atau Nano Farad (10-9) atau Piko Farad
(10-12) Farad.

f. Menentukan kaki transistor


Pada Multimeter digital terdapat fitur “Diode Check” yang berguna untuk mengukur
besarnya tegangan yang turun (drop voltage) pada sebuah dioda dimana fitur ini jarang
ditemui pada Multimeter analog. Langkah-langkahnya antara lain siapkan multimeter
digital yang memiliki fitur ‘Diode Check’ dan transistor yang akan dites. Kemudian lakukan
pengukuran pada tiap-tiap kaki transistor. Kemudian catat hasilnya.

Menentukan Kaki Basis, Sekaligus Menentukan Jenis Transistor Untuk menentukan


kaki basis kita harus tau karakter kaki basis ini, yaitu memiliki hubungan fordward bias
pada basis ke kolektor dan basis ke emitor serta refervse bias dari kolektor ke basis dan
emitor ke basis pada jenis transistor NPN dan kondis sebaliknya pada jenis PNP. Pada
tahap ini kita harus memisalkan kaki-kaki transistor tersebut dengan nama lain, sebagai
contoh kaki 1 kaki 2 dan kaki 3. Kemudian set multimeter ke Ohm meter x10 atau x100
kemudian kita cari kaki basis dengan : Hubungkan probe merah ke salah satu kaki, misal
kaki 1 kemudian probe hitam dihubungkan ke kedua kaki yang lain, apabila multimeter
memberikan nilai ukur resistansi yang rendah (jarum bergerak lebar) pada keduanya maka
kaki 1 adalah kaki basis untuk transistor PNP. Dan NPN apabila probe pada posisi kaki 1
adalah probe hitam dengan hasil ukur seperti sebelumnya. Jika hanya pada satu kaki 2
atau 3 saja yang bergerak kemungkinan basis nya 2 atau 3. Ulangi, carilah konfigurasi
sampai diketemukan jarum meter bergerak semua. Pastikan basis sudah ketemu dan jenis
transistor NPN atau PNP NPN : Kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor probe
merah maka jarum bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe merah, kaki emitor
dan kolektor probe hitam jarum tidak bergerak. PNP: Kaki basis probe merah, kaki emitor
dan kolektor probe hitam maka jarum bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe
hitam, kaki emitor dan kolektor probe merah jarum tidak bergerak. 2. Menentukan Kaki
Kolektor Dan Emitor Kaki basis sudah ditentukan kemudian kita dapat menetukan kaki
kolektor dan emitor dengan konsep transistor sebagai saklar. Untuk menetukan kaki
kolektor dan emitor seting multmeter di pindah ke Ohm meter x10KOhm, Kemudian
lakukan teknik berikut. Misalnya transistor NPN. Hubungkan probe hitam pada salah satu
kaki selain basis dengan cara menempelkan probe bersama jari tangan kita (probe dan
kaki transistor dipegang jadi satu) Hubungkan probe merah pada kaki yang lain (juga
selain basis) dan jangan disentuh dengan jari tangan. Sentuh kaki basis dengan jari tangan.
Jika jarum meter tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain. Sentuh kembali kaki
basis dengan jari tangan. Jika jarum meter bergerak cukup lebar maka bisa dipastikan kaki
yang dipegang bersama probe hitam adalah kolektor, kaki yang lain (probe merah) adalah
emitor Untuk transistor PNP caranya sama cuma posisi probe merah dan probe hitam
dibalik. Untuk kaki emitor pada kemasan tertentu biasanya ditandai sirip pada kemasan
transistor. Kemudian tanda untuk kaki kolektor adalah huruf c, tanda titik bulat, titik kotak
atau titik segitiga yang berada di kemasan transistor.

Dari pengukuran kaki-kaki transistor di atas diperoleh hasilnya sebagai berikut:


Pengukuran #1: Probe Merah (+) pada kaki 1 & Probe Hitam (-) pada kaki 2 = 0V
Pengukuran #2: Probe Merah (+) pada kaki 1 & Probe Hitam (-) pada kaki 3 = 0V
Pengukuran #3: Probe Merah (+) pada kaki 2 & Probe Hitam (-) pada kaki 1 = 0.681V
Pengukuran #4: Probe Merah (+) pada kaki 2 & Probe Hitam (-) pada kaki 3 = 0V
Pengukuran #5: Probe Merah (+) pada kaki 3 & Probe Hitam (-) pada kaki 1 = 0.690V
Pengukuran #6: Probe Merah (+) pada kaki 3 & Probe Hitam (-) pada kaki 2 = 0V
Dari hasil pengukuran di atas, perhatikan pengukuran #3 = 0.681V dan #5 = 0.690V.
Dari hasil ini, kita sudah dapat mengetahui kaki Basis, Kolektor dan Emitter. Untuk kaki
Basis, perhatikan pada pengukuran #3 dan #5, lihat probe mana yang tidak berubah posisi-
nya? Ya, probe hitam (-) berada pada kaki ‘1’ transistor. Karena probe hitam (-) yang jadi
penanda kaki Basis, berarti Basis tersebut terbentuk dari material Semikonduktor ‘N’ type.
Ini berarti transistor tersebut merupakan transistor PNP.

Sekarang tinggal menentukan kaki Kolektor dan Emitter, untuk menentukan-nya


bandingkan ‘drop voltage’ pada hasil pengukuran #3 dan #5. Tegangan yang turun pada
Basis-Kolektor lebih rendah dibandingkan ketika tegangan melewati Basis-Emitter
(0.681V < 0.690V). Ini dikarenakan material ‘doping’ pada Kolektor lebih sedikit daripada
Emitter. Jadi, Kolektor berada pada kaki ‘2’ dan Emitter pada kaki ‘3’.

g. Menentukan kondisi diode


Langkah menentukannya antara lain sebagai berikut:
1) Pilih mode sesuai dengan resistant diode (apabila multimeter digital tidak ada pilihan
diode dapat memilih mode pengukuran resistansi / Ohm) dengan memutar switch digital
meter.
2) Diode disebut normal atau kondisi diode baik bila nilai resistansinya kecil saat probe
kabel merah dihubungkan dengan kaki diode anode (+) dan probe kabel hitam
dihubungkan dengan kaki cathode (-). Dan juga dikatakan bagus bila resistansinya besar
mendekati tak berhingga bila pemasangan probe pada diode tadi dibalik. Diode pada
kondisi short bila nilai resistan 0 ohm saat diukur pada arah sesuai dengan arah arus llistrik
(forward/ langkah ke 2) dan posisi sebaliknya (reverse). Diode kondisi open atau putus
bila nilai resistan mendekati tak terhingga saat diukur searah arus listrik (forward /
langkah ke 2) dan posisi sebaliknya (reverse).

D. Fungsi Multitester Digital


Multitester memiliki banyak fungsi. Fungsi diantaranya yaitu sebagai pengukuran
untuk satuan listrik seperti:
1. Kuat Arus
2. Tegangan atau Beda Potensial
3. Hambatan

Selain dapat digunakan sebagai alat pengukuran pada satuan listrik seperti
amperemeter, voltmeter, juga ohmmeter, multitester dapat juga dipergunakan untuk
mengukur besaran-besaran atau sifat-sifat komponen secara tidak langsung. Beberapa
contoh diantaranya adalah:
1. Mengecek hubung-singkat/koneksi
2. Mengecek diode
3. Mengecek transistor NPN
4. Mengecek transistor PNP
5. Mengecek kapasitor elektrolit (Elko)

E. Prinsip Kerja Multitester Digital


Multimeter digital menggunakan Liquid Crystal Display (LCD) atau artinya layar kristal cair
sebagai layar untuk mengukur symbol yang diperlihatkan sebagai digit angka, terdiri dari
unsur diodes dan logika terhubung ke setiap output dari terminal mengukur rentang
changeover sakelar. Sebagai diodes dan logika elemen harus terhubung antara keluaran
terminal yang mengukur rentang changeover beralih dan masing-masing terminal kontrol
yang terkait untuk mengukur simbol, yang memandu sirkuit harus kompleks. Dalam
penggunaan instrumen pengukuran pengoperasian yang mengukur rentang changeover
beralih digunakan untuk mengontrol pengembangan kontrol sinyal untuk angka yang
dikehendaki atau karakter segmen di layar kristal cair untuk menampilkan angka yang
dikehendaki atau karakternya. LCD ini biasanya menggunakan suatu tujuh pajangan
segmen(bila terlihat semua akan membentuk angka 8. Berkenaan dengan (menyalakan/
menerangi), pada umumnya dicerminkan dari suatu latar belakang seperti perak atau
yang diserap oleh suatu pengaktifkan segmen gelap, membuat karakter kelihatan. Pada
Multimeter digital rangkaian input tadi menggunakan tabung Vakum FET.Besarannya
langsung dikonversi dalam bentuk sinyal digital. Multitester juga dapat rusak apabila nilai
yang diukur (tegangan dan arus) ternyata lebih besar dari skala yang dipilih pada soket
dan tidak segera dilepas, maka akan ada komponen yang terbakar. Jika itu terjadi pada
layar penunjuk hasil akan menampilkan angka 1 (artinya overload/ melebihi skala).
Untuk mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digital diperlukan
perangkat pengubah analog ke digital atau disebut juga ADC (Analog to Digital Converter).
Pengubahan ini diperlukan agar kejadian-kejadian di luar komputer yang dideteksi oleh
transduser dan biasanya merupakan sinyal analog dapat digunakan sebagai masukan
dalam bentuk sinyal digital.

Berdasarkan prinsip kerjanya, ADC dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :


1. ADC Metoda Perbandingan Langsung
2. ADC Metoda Pencacah
3. ADC Metoda Pendekatan Beruntun

Resolusi pada ADC merupakan pertambahan terkecil pada tegangan masukan yang
menimbulkan perubahan pada sinyal keluaran digital. Nilai resolusi yang kecil dapat
memberikan ketelitian yang tinggi bagi ADC. Nilai resolusi yang kecil didapat dengan
meningkatkan banyaknya bit dari ADC. Selang waktu yang diperlukan untuk melakukan
perubahan sinyal analog ke sinyal digital disebut waktu konversi ADC. Semakin kecil waktu
konversi ADC, dapat meningkatkan kinerja ADC tersebut. Untuk memperkecil waktu
konversi ADC diperlukan frekuensi clock yang besar, dengan tidak mengabaikan batas
frekuensi clock optimal yang diperlukan ADC.

F. Prosedur Penggunaan Multitester Digital


a. Cara Pengkalibrasian Multitester Digital
Kalibrasi dapat diibaratkan sebagai langkah verifikasi dalam rangka pengujian
ketepatan seluruh hasil ukur pada alat ukur. Pengkalibrasi yang dilakukan pada
multitester digital dengan analog yaitu berbeda. Pada multitester digital kalibrasi yang
dilakukan ada yang dilakukan secara manual dan ada juga yang dilakukan secara langsung.
Ada beberapa model multitester digital yang memiliki tombol kalibrasi atau sejenis
tombol reset. Namun pada multitester yang digunakan oleh penulis yaitu dengan
menghubungsingkatkan tears led. Angka digit yang ditunjukan merujuk pada angka nol(0),
namun berbeda pada kalibrasi resistansi, yaitu menunjukkan angka 1 dipojok kiri.

b. Cara Penggunaan Multitester Digital


Sebelum melakakukan pengukuran pastikan alat dalam keadaan siap untuk
digunakan. Untuk memeriksanya yaitu dengan cara:
— Atur saklar fungsi pada ohmmeter
— kemudian pilih chek kecontinuan dengan menekan tombol select.
— lalu hubungkan test probe merah dan hitam
— jika terdapat suara seperti bel listrik maka tidak ada masalah dan alat siap digunakan,
tetapi jika tidak terdapat suara seperti bel listrik maka alat tidak siap digunakan.
Multimeter digital dapat digunakan untuk mengukur beda potensial, hambatan,
dan kuat arus listrik yang prosedur penggunaannya yaitu sebagai berikut:
1. Voltmeter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Digital
voltmeter (DVM) menggunakan sebuah pengubah tegangan analog ke digital (ADC)
kemudian tegangan masukan DC diolah menjadi bentuk biner yang dikodekan dalam
decimal (BCD). Kebanyakan voltmeter digital atau digital multimeter menerapkan
integrator dual-slope sebagai rangkaian ADC, karena DVM dual-slope atau DMM relative
lebih tahan terhadap nois tegangan masukan, juga kesalahan kecil.

Cara pengukurannya:
¨ Atur tombol fungsi pada “V”.
¨ Gunakan tombol select untuk memilih arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) yang
akan di ukur tegangannya.
¨ Lalu lakukan pengukuran tegangan, dengan test probe merah pada potensial positif
dan yang hitam pada potensial negatif.
¨ Bacaan hasil pengukuran akan muncul pada layar display.

2. Ohmmeter
Ohmmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang
merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut
menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang kemudian
dikalibrasi ke satuan ohm.

Cara pengukurannya:
¨ Atur tombol fungsi pada “Ώ”.
¨ Gunakan tombol select untuk memilih resistensi, dioda, mengecek kecontinuan, dan
mengukur kapasitas.
¨ Lalu lakukan pengukuran resistensi dengan test probe merah dan hitam pada suatu
objek pengukuran.
¨ Bacaan hasil pengukuran akan muncul pada layar display.

3. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus. Pada multitester
analog hanya dapat mengukur arus DC (searah), tetapi pada multitester digital dapat
digunakan untuk mengukur arus DC (searah) maupun arus AC (bolak-balik).

Cara pengukurannya:
¨ Atur tombol fungsi pada “mA”.
¨ Gunakan tombol select untuk memilih arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC)
yang akan di ukur tegangannya.
¨ Lalu lakukan pengukuran kuat arus, dengan test probe merah pada potensial positif
dan yang hitam pada potensial negatif.
¨ Bacaan hasil pengukuran akan muncul pada layar display.

Selain itu multimeter digital juga dapat digunakan untuk yang lainnya seperti
penggunaan pada prosedur berikut ini:
a. Mengecek hubung-singkat / koneksi
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
3. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek
koneksinya.
4. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka
semakin baik konektivitasnya.
5. Jika angka multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut
putus.
b. Mengecek diode
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter
2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
4. Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan
menyala.
5. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda
baik, jika tidak menunjuk berarti dioda rusak putus.
6. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe
(-) pada katoda.
7. Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika
bergerak berarti dioda rusak bocor tembus katoda-anoda.

c. Mengecek transistor NPN


1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe
(-) pada kolektor.
6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe
(-) pada emitor.
10. Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
12. Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor tidak
diperlukan

d. Mengecek transistor PNP


1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe
(+) pada kolektor.
6. Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe
(+) pada emitor.
10. Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
12. Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak
diperlukan.

e. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)


1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..
2. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko
diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah
10uF.
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
4. Pastikan angka multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai
elko) lalu kembali ke posisi semula.
5. Jika angka bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
6. Jika angka tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

c. Cara Menentukan Hasil Pengukuran


Hal yang harus diperhatikan di dalam pembacaan skala multimeter analog adalah dengan
memperhatikan jarum penunjuk skala. Jarum penunjuk skala akan menujuk pada skala
yang terletak pada papan skala. Pembacaan skala dilakukan tegak lurus dimana bayangan
jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk, maksudnya agar tidak terjadi
penyimpangan dalam membaca. Namun berbeda dengan multimeter digital. Multimeter
digital akan langsung menunjukan pembacaan nilai yang tertera pada layar tanpa kita
harus menghitungnya.

d. Cara Pembacaan Skala Hasil Pengukuran Multitester Digital


Cara membaca hasil pengukuran multitester digital berbeda dengan multitester analog.
Multitester digital akan langsung menunjukan pembacaan nilai yang tertera pada layar
tanpa kita harus menghitungnya.

- Sensitivitas multitester digital


Sensitivitas adalah perubahan terkecil dari suatu input meter digital yang mudah
dilihat. Dengan demikian sensitivitas merupakan tegangan terendah dari skala penuh
dikalikan oleh resolusi alat ukur (meter). Sensitivitas s = (f.s)min x R. Dimana (f.s)min =
nilai terendahdari skala penuh alat .

- Resolusi multitester digital


Banyaknya posisi digital yang dipakai pada suatu meter digital menentukan nilai
resolusi. Jadi display 3 digit pada volt meter digital (DVM) untuk cakupan 0 –1 V, akan
mudah menunjukkan nilai dari 0 sampai 999 mV, dengan kenaikan atau resolusi terkecil
sebesar 1 mV. Dalam praktek digit ke-4 biasanya tepat menunjuk hanya 0 atau 1, yang
ditempatkan pada kiri atau digit aktif. Ini mengijinkan kira-kira 999 sampai 1999 overlap
secara bebas. Dan ini disebut ‘over ranging’. Type display demikian disebut sebagai display
3½ digit. Resolusi suatu meter digital, bagaimanapun ditentukan oleh banyaknya digit
yang aktif penuh. Jika n = banyaknya digit penuh (perubahan 0-9) resolusinya sebesar
Maka suatu display 4 digit mempunyai sebuah resolusi sebesaratau 0,0001 atau 0,01
persen. Resolusi ini juga dianggap sebagai satu bagian dalam 10.000.

- Spesifikasi Akurasi multitester digital


Akurasi biasanya dinyatakansebagai persentase daripembacaan ditambahpersentase
dari skala penuh,bagian persentase dari skalapenuh sering diberikan dalambentuk digit.
Apabila bekerjadigit ditunjukkan padasignifikasi digit terkecil (LSD).

e. Cara Pengenolan
Pengenolan dapat diibaratkan sebagai langkah verifikasi dalam rangka pengujian
ketepatan seluruh hasil ukur pada alat ukur. Pengenolan yang dilakukan pada multimeter
digital dengan analog yaitu berbeda. Pada multimeter digital pengenolanyang dilakukan
ada yang manual ada yang langsung. Ada beberapa model multimeter digital yang
memiliki tombol pengenolanatau sejenis tombol reset. Angka digit yang ditunjukan
merujuk pada angka nol (0), namun berbeda pada pengenolan resistansi,yaitu
menunjukan angka 1 dipojok kiri.

Anda mungkin juga menyukai