Anda di halaman 1dari 24

Cover

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
PRAKATA

(Belum diedit)
Monografi Sistematika Tumbuhan Jatropha merupakan buku ilmiah di
bidang Sistematika Tumbuhan. Informasi yang disajikan dalam buku ini
merupakan hasil penelitian tesis saya (penulis pertama), dengan judul “Studi
Taksonomi Jatropha di Jawa”. Nama kedua dan ketiga dicantumkan sebagai
penulis merupakan bentuk penghargaan setinggi-tingginya kepada beliau berdua
yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan tesis.
Penelitian monografi Jatropha merupakan penelitian yang mengkaji secara
mendalam tentang sistematika Jatropha yang terdistribusi di Jawa. Untuk itu
dalam buku ini disajikan Jatropha terkait taksonomi dan kekerabatan dengan
menggunakan ciri morfologi, mikromorfologi, dan anatomi. Selain itu juga
disajikan informasi penting lainnya tentang distribusi dan habitat serta manfaat
spesies dan infraspesies Jatropha.
Buku ini ditujukan bagi mahasiswa S1 Pendidikan Biologi dan Biologi
untuk mempelajari Sistematika atau Taksonomi Tumbuhan. Melalui buku ini,
mahasiswa dapat memperoleh gambaran tentang permasalahan taksonomi seperti
masalah tata nama, publikasi nama ilmiah, tipe tata nama, deskripsi, kunci
identifikasi, dan kajian kekerabatan. Selain itu, buku ini bisa dimanfaatkan
mahasiswa sebagai salah satu contoh publikasi hasil penelitian Sistematika
Tumbuhan dalam bentuk monografi.
Materi dalam buku ini disajikan dalam sebelas bab, meliputi pendahuluan,
bahan dan metode, marga Jatropha, bukti taksonomi, deskripsi, kunci identifikasi,
kajian kekerabatan, distribusi dan habitat, manfaat dan penutup. Pembahasan
setiap spesies atau infraspesies dilengkapi dengan gambar sketsa untuk
memperjelas informasi. Di samping itu, agar lebih memahami isi yang terkandung
dalam buku ini, dilengkapi dengan daftar singkatan dan glosarium.
Akhirul kata, saya berharap buku ini bermanfaat bagi mahasiswa dan bagi
siapa saja yang tertarik di bidang Sistematika Tumbuhan.
RINGKASAN
I. PENDAHULUAN
II. BAHAN DAN METODE

A. Sampel
B. Pengamatan ciri morfologi
C. Pengamatan ciri anatomi daun
D. Pengamatan ciri anatomi plasenta
E. Analisis kekerabatan
III. Jatropha

A. Sejarah Jatropha
Jatropha berasal dari Afrika, pada masa 4.000 tahun sebelum Masehi
(SM). Bijinya sering ditemukan di makam-makam Mesir yang kemudian
dibudidayakan oleh Raja Firaun. Berawal dari negara Mesir, kemudian tanaman
ini menyebar sepanjang Mediterania dan diseluruh wilayah Asia beriklim tropis.
Jatropha merupakan tanaman liar setahun (annual) yang dapat ditemukan di hutan,
tanah kosong, di daerah pantai, dan sering dikembangbiakkan dalam
perkebunan. Tanaman ini tergolong tanaman perdu, memiliki daun tunggal
menjari antara 7-9, dan berdiameter 10-40 cm. Jatropha mengandung senyawa
yang sangat beracun. Spesies Jatropha secara tradisional telah digunakan dalam
pembuatan keranjang, penyamakan dan produksi pewarna. Sebutan untuk pohon
jarak di Indonesia berbeda-beda di setiap daerah. Di Jawa Barat disebut 'Kaliki'.
Di Sumatra, jarak dikenal dengan nama Dulang ada juga yang menyebutnya
dengan Gloah. Di Madura, jarak disebut dengan Kalĕkĕ (Cai et al., 2010).
Jatropha dibudidayakan di daerah subtropika dan tropika pada ketinggian
antara 0-800 mdpl. Tanaman jarak pada kondisi tersebut dapat tumbuh dengan
baik bahkan di daerah equator dapat tumbuh sampai ketinggian 2750 mdpl dengan
suhu optimum 20-26˚C. Tanaman jarak tersebar pada area bercurah hujan rendah
(300-700mm/tahun).
Beberapa varietas Jathropa yang dapat ditemukan diberbagai negara
diantaranya yaitu:
1. Jatropha acanthophylla Loefgr.
2. Jatropha bullockii E.J.
3. Jatropha cardiophylla (Torr.) Müll.
4. Jatropha cathartica Terán & Berland.
5. Jatropha chamelensis Pérez-Jiménez.
6. Jatropha curcas L.
7. Jatropha gossypiifolia L.
8. Jatropha multifida L.
9. Jatropha nudicaulis Benth.
10. Jatropha podagrica Hook.

B. Keanekearagaman dan Variasi Morfologi Jatropha


Jatropha merupakan spesies tanaman yag berasal dari famili Euphorbiaceae,
terdapat sekitar 170 spesies dari Jatropha yang telah didistribusikan ke seluruh
daerah Afrika dan Amerika. Pada bagian biji beberapa spesies Jatropha terdapat
kandungan minyak yang tinggi, yang mewakili sumber penting untuk tanaman
produksi biofuel. Biofuel adalah nama generik untuk bahan bakar dan aditif yang
berasal dari sumber terbarukan. Dibandingkan dengan diesel yang berasal dari
minyak bumi, biofuel dapat mengurangi hingga 78% emisi CO2, dan
mempertimbangkan reabsorpsi oleh tanaman (Accarini, 2006).
Jatropha memiliki batang berbentuk bulat licin, berongga, berbuku-buku jelas
dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas. Warna tumbuhan hijau bersemburat
merah, sedangkan daunnya tumbuh berseling berbentuk bulat dan ujungnya
sedikit runcing. Biasanya daun jarak berwarna hijau tua pada permukaan atas dan
hijau muda pada bagian permukaan bawah. Buahnya berbentuk bulat dan
berkumpul pada tandan, tetapi ada juga yang bentuknya sedikit lonjong yang
dapat ditemukan pada tumbuhan jarak di daerah Bali. Buahnya berwarna hijau
ketika masih muda dan kuning jika sudah masak. Buah terbagi menjadi 3 ruang,
masing-masing ruang berisi 1 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat
kehitaman dan mengandung banyak minyak (Divakara et al., 2010).

C. Kekerabatan Jatropha
Tanaman jarak termasuk Famili Euphorbiaceae. Genus Jatropha memiliki 170
spesies dan dari jumlah tersebut enam spesies yang ada di Indonesia yaitu
Jatropha curcas L., Jatropha gossypiifolia, Jatropha integerrina Jacq, Jatropha
multifida, Jatropha podagrica Hook, dan Jatropha montana Willd. digunakan
Jatropha curcas L. merupakan salah satu spesies Jatropha spp. yang berpotensi
sebagai sumber bahan bakar nabati pengganti minyak bumi terutama untuk
produksi biodiesel (King et al. 2009; Harimurti dan Sumangat 2011; Tasma
2017). Adanya bahan bakar dari minyak biji jarak pagar diharapkan mampu
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis minyak bumi yang
sifatnya tidak dapat diperbaharui (Messmer et al., 1995).
Selain jarak pagar, terdapat anggota genus Jatropha yang memiliki kadar
minyak tinggi, tetapi pada umumnya dibudidayakan sebagai tanaman hias, di
antaranya jarak bali atau bottleshrub plant (J. podagrica Hook.), jarak cina atau
coral plant (J. multifida), jarak ulung atau bellyache bush (J. gossypifolia L.),
spicy jatropha (J. integerrima Jacq.), dan red physic nut (J. montana Willd.).
Jarak bali memiliki kadar minyak dalam biji lebih dari 50% sehingga cocok untuk
dijadikan sebagai tanaman donor sifat minyak tinggi, jarak cina memiliki ukuran
buah besar, sedangkan bellyache bush memiliki sifat toleran terhadap cekaman
salinitas dan kekeringan (Ratha dan Paramathma, 2009). Anggota genus Jatropha
tersebut sangat potensial sebagai sumber gen tertentu yang jika dikombinasikan
dengan jarak pagar dapat menghasilkan varietas unggul baru jarak berkadar
minyak tinggi (Nugroho et al. 2017).
Selama ini, karakterisasi materi genetik umumnya dilakukan berdasarkan
karakter morfologi. Karakter morfologi merupakan wujud nyata keragaman
fenotip, akan tetapi karakter ini merupakan hasil interaksi antara genotipe dan
lingkungannya sehingga seringkali sulit untuk membedakan apakah karakter
tersebut bersifat genetis atau lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh
(Hartati et al. 2009; Surahman et al. 2009). Sementara itu, karakterisasi
berdasarkan marka molekuler memberikan hasil yang lebih presisi karena tidak
dipengaruhi oleh lingkungan (Risliawati et al. 2015). Karakterisasi berdasarkan
marka molekuler menjadi informasi pelengkap dalam karakterisasi materi genetik
secara morfologi, sehingga analisis keragaman genetik Jatropha spp. selama ini
umumnya dilakukan berdasarkan marka molekuler seperti yang telah dilaporkan
oleh Satyawan dan Tasma (2011), Mastan et al. (2012), dan Nugroho et al. (2017).

D. Biologi Reproduksi
Bunga tanaman jarak terbentuk pada ujung cabang (flos terminalis), jumlah
bunga yang terbentuk banyak sehingga disebut planta multiflora dan berkumpul
membentuk suatu rangkaian bunga atau disebut bunga majemuk atau malai bunga
(inflorescentia). Pada ujung dari malai atau ibu tangkai bunga diakhiri dengan
pembentukan bunga sehingga ibu tangkai bunga memiliki pertumbuhan yang
terbatas, oleh karena itu tergolong bunga majemuk terbatas (inflorescentia
definita). Bunga majemuk tanaman jarak tersusun oleh satu bunga betina yang
dikelilingi oleh banyak bunga jantan secara berselang-seling (Chen et al., 2010).
Bagian-bagian bunga pada bunga jarak ternyata tidak lengkap sehingga tergolong
dalam tanaman berbunga tidak sempurna (flos incompletus). Setiap individu
bunga betina dan jantan tumbuh dan berkembang terpisah atau berkelamin tunggal
(unisexualis) dan berumah satu (monoecious) (Hasnam, 2008).
Pembungaan tanaman jarak dipengaruhi oleh rangsangan internal maupun
eksternal. Copeland (2001) menyatakan faktor eksternal yang mempengaruhi
terbentuknya bunga adalah suhu, panjang hari, dan senyawa kimia. Hambali et al.
(2006) menyatakan produksi bunga dan biji dipengaruhi oleh curah hujan dan
unsur hara. Hasnam (2008) menambahkan terpenuhinya nutrisi dan air pada
tanaman dapat memacu pembentukan bunga. Sebagai tanaman monoecious yaitu
bunga betina dan bunga jantan berada pada satu malai (infloresen), masing-
masing bunga mengalami pemasakan pada waktu yang berbeda. Hartati (2009)
menyatakan adakalanya bunga jantan mekar terlebih dahulu dari bunga betina
(protandri), namun pada kondisi lain bunga betina mekar lebih dahulu dari bunga
jantan (protogini), akan tetapi tipe protandri lebih sering dijumpai daripada tipe
protogini.
Tanaman jarak melakukan penyerbukan secara silang. Hal ini dikarenakan
jarak merupakan tipe tanaman yang monoecious, sehingga polen selalu berasal
dari bunga lain walaupun dalam satu tanaman (Hasnam, 2008). Tanaman jarak
juga dapat melakukan penyerbukan sendiri dengan bantuan serangga (lebah
madu), semut, dan beberapa tipe kutu yang berfungsi sebagai vektor polen
(Hartati, 2009). Pada saat serbuk sari jatuh di kepala putik, maka serbuk sari akan
berkecambah dan membentuk tabung sari. Tabung sari akan tumbuh melalui
jaringan tangkai putik (stilus) menuju ke bakal biji (ovul). Di dalam kantong
embrio akan terjadi pembuahan ganda yaitu satu gamet jantan (sperma) dari
tabung sari akan bergabung dengan sel telur membentuk embrio dan satu gamet
jantan lagi akan bergabung dengan dua inti kutub membentuk jaringan endosperm
(Sumanto, 2006).

E. Ekologi dan habitat


Jatropha berasal dari Afrika dan Amerika dan telah didistribusikan di
beberapa negara tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman ini banyak
ditanam di Pulau Jawa dan Madura. Tanaman jarak dapat tumbuh di semua jenis
tanah bahkan di celah bebatuan. Tanaman ini akan menggugurkan daunnya di
musim dingin. Jarak pagar ditemukan di zona tropis dan subtropis dan juga di
daerah yang memiliki suhu lebih rendah. Tanaman jarak dapat hidup dengan
kadar air minimum dan dapat hidup selama beberapa bulan tanpa air dengan cara
menggugurkan daunnya untuk mengurangi hilangnya transpirasi (Risilawati,
2015).

F. Masalah tatanama Jatropha


Genus Jatropha merupakan famili dari Euphorbiaceae, terdapat sekitar 170
spesies Jatropha yang dapat ditemukan di berbagai negara. Linnaeus (1753)
adalah orang pertama yang memberi nama Jatropha curcas L. sesuai dengan
nomenklatur binomial "Species Plantarum" dan ini masih berlaku hingga saat ini.
Dehgan dan Webster (1979) merevisi subdivisi yang dibuat oleh Pax (1910) dan
membedakan dua subgenera (Curcas dan Jatropha) dari genus Jatropha, dengan 10
bagian dan 10 subbagian untuk membentuk spesies lama dan baru. Peneliti
menggolongkan Jatropha curcas L. menjadi bentuk paling primitif dari genus
jarak. Analisis klaster hierarki 77 Jatropha spesies baru menunjukkan sebagian
besar sesuai dengan Dehgan dan klasifikasi infragenerik Webster (1979) (Dehgan
dan Schutzman 1994). Nama genus Jatropha berasal dari bahasa Yunani iatrós dan
trophé yang menyiratkan penggunaan obat.
Berikut ini adalah spesies lain yang termasuk dalam spesies Curcas: J.
pseudo-curcas Muell. Arg., J. afrocurcas Pax, J. macrophylla Pax & Hoffm., J.
villosa Wight, J. hintonii Wilbur, J. bartlettii Wilbur, J. Mcvaughii. Dehgan &
Webster (1979) menganggap J. yucatanensis sebagai sinonim dari J. curcas. Satu
spesies, J. villosa, berasal dari India. Dua, J. afrocurcas dan J. macrophylla,
berasal dari Timur Asal Afrika, sedangkan spesies yang lain berasal dari Amerika.
Sebagian besar spesies jarak adalah spesies baru dan terdapat sekitar 66
spesies lama. Dehgan dan Webster (1979) menawarkan kunci untuk taksa
infragenerik tetapi hal ini tidak bisa dianggap sebagai final karena informasi
masih banyak informasi yang kurang. Tidak ada revisi lengkap dari Jatropha
spesies lama. Hemming dan Radcliffe-Smith (1987) merevisi 25 spesies
Somalian, semua subgenus Jatropha, dan menempatkannya dalam enam bagian
dan lima subbagian. Jatropha multifida L. dan J. Podagrica bagian dari Peltatae,
J. integerrima bagian dari Polymorphae, dan J. gossypiifolia bagian dari Jatropha
yang dikenal dan dibudidayakan di seluruh daerah tropis sebagai tanaman hias.
IV. CIRI MORFOLOGI

A. Ciri organ vegetatif


B. Ciri organ reproduktif
C. Semai
V. CIRI ANATOMI

A. Ciri Anatomi Daun


B. Ciri Anatomi Batang
C. Ciri Anatomi Plasenta
VI. UJI

A. Uji Klorofil
B. Uji Kromatografi
C. Uji Paradermal
VII. DISKUSI

A. Kekerabatan Jatropha curcas, Jatropha gossypiifolia, Jatropha podagrica


VIII. KEKERABATAN
IX. DESKRIPSI DAN KUNCI IDENTIFIKASI
X. DISTRIBUSI DAN HABITAT

A. Jatropha curcas

B. Jatropha gossypiifolia

C. Jatropha Podagrica
Jatropha podagrica adalah tanaman yang berasal dari Amerika tropis, namun
saat ini telah dibudidayakan secara luas di negara tropis di seluruh dunia.
Jatropha podagrica dapat ditemukan di Australia, Kepulauan Hawaii, Afrika
Selatan, Mozambik, Zambia dan bagian yang lebih hangat dari Asia. Spesies ini
tumbuh di Kepulauan Caroline umumnya di semak-semak di sekitar rumah
dengan ketinggian 350 m dpl. Perbungaan muncul pada bulan Februari, April,
Juli, Agustus, dan Oktober. Sedangkan pembentukan buah pada bulan Februari,
Maret, Juli, Agustus, dan Oktober.
Wilayah distribusi Jatropha podagrica di Indonesia terdapat di daerah yang
memiliki curah hujan yang hanya 700-1200 mm per tahun. Daerah tersebut dinilai
sangat sesuai untuk pengembangan tanaman jarak meliputi bagian timur Aceh,
Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Flores, Sulawesi
utara, dan Sulawesi Selatan.
XI. MANFAAT

D. Jatropha curcas

E. Jatropha gossypiifolia

F. Jatropha Podagrica
Jatropha podagrica digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai
penyakit termasuk infeksi kulit, penyakit menular seksual seperti gonore, penyakit
kuning dan demam. Bagian tanaman dari Jathropa podagrica digunakan sebagai
antipiretik, diuretik, koleretik, dan pencahar. Tanaman ini juga memiliki
kandungan obat dan pestisida, termasuk digunakan sebagai analgesik, antiradang,
antimikroba, antitumor dan antifeedant serangga (Hossain, et al., 2012).
Pada penelitian fitokimia, ekstrak metanol mentah dari kulit batang Jatropha
podagrica diisolasi asam japodic, erytrinasinate, n-hexacosane, ß-amyrin, lupeol
palmitate, quercetin, apigenin, vitexin, isovitexin, rutin, tetramethylpyrazine,
podacline podacycline B dan asam 3-asetilaleuritolik. Penelitian lain juga
melaporkan isolasi dari enam senyawa fraxidin, fraxetin, scoparone, asam
3acetylaleuritolic ß-sitosterol dan sitosterone dari Jatropha podagrica. Berbagai
bagian tanaman dari Jatropha podagrica telah diteliti secara kimia dan banyak
senyawa termasuk flavonoid, steroid, alkaloid dan diterpenoid yang telah diisolasi
dari tanaman ini menghasilkan zat antimikroba, antikanker, nematicidal,
antibiotik, antiinflamasi, dan lain-lain (Abdullah, et al., 2012).
Jathropa podagrica dikenal memiliki sifat diuretik dan digunakan untuk
mengobati hematuria. Pemanfaatan tanaman Jathropa podagrica di beberapa
negara berbeda-beda. Di Indonesia dan Cina, bagian akar dari tanaman ini
digunakan untuk mengobati gigitan ular. Di Brazil, biji dari buah Jathropa
podagrica digunakan untuk mengusir cacing usus, dan daunnya dibakar untuk
mengasapi rumah melawan serangga kutu busuk. Selain itu, tanaman ini juga
digunakan dalam pengobatan alami, terutama dalam pengobatan homeopati.
Getahnya mengandung Jatrophine alkaloid yang memiliki sifat anti-kanker. Hal
itu juga digunakan sebagai aplikasi eksternal untuk mengobati penyakit kulit dan
rematik. Jus yang diekstrak dari daun Jatropha podagrica digunakan di beberapa
negara sebagai aplikasi eksternal untuk penyakit wasir (Damme, 2011).
Tanaman Jatropha podagrica juga digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, menghilangkan rasa sakit dan untuk mendetoksifikasi gigitan
ular, sedangkan di Ghana dan Nigeria, tanaman ini digunakan sebagai antipiretik,
diuretik, koleretik, dan pencahar. Di Meksiko dan Amerika Serikat bagian barat,
digunakan untuk menyamak kulit dan menghasilkan pewarna merah. Dalam
pengobatan populer, getah dari Jatropha podagrica digunakan untuk luka yang
terinfeksi, infeksi kulit, dan kudis (Kosasi, et al., 1989).
XII. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Accarini JH (2006). Biodiesel no Brasil: estágio atual e perspectivas. Revista


Bahia, Análise & Dados 16(1):51-63.
Cai Y, Suna D, Wud G (2010). ISSR-based genetic diversity of Jatropha curcas
germplasm in China. Biomass Bioenergy 34(12):1739-1750.
Copeland, L.O and M. B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and
Technology. Kluwer Academic Publishers, London.
Chen, T., S. Wu, J. Zhao, W. Guo, T. Zhang. 2010. Pistil drip following
pollination: A simple in planta Agrobacterium-mediated transformation in
cotton. Biotech. Lett. 32:547-555.
Dehgan, B. and B. Schutzman. 1994. Contributions toward a monograph of
neotropical Jatropha: phenetic and phylogenetic analyses. Ann. Miss. Botanic
Garden 81:349-367. Dehgan, B. and G.L. Webster. 1979. Morphology and
infrageneric relationships of the genus Jatropha (Euphorbiaceae). University of
California Publications in Botany, Vol. 74.
Divakara BN, Upadhyaya HD, Wani SP, Gowda CLL (2010). Biology and
genetic improvement of Jatropha curcas L.: a review. Appl. Energy 87(3):732-
742.
Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I.K. Reksowardojo, M.
Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T. H. Soerawidjaja, T.
Prawitasari, T. Prakoso, W. Purnama. 2006. Jarak Pagar Tanaman Biodiesel.
Penebar Swadaya. Depok.
Harimurti, N. & Sumangat, D. (2011). Pengolahan biji jarak pagar (Jatropha
curcas L.) menjadi sumber bahan bakar nabati dan pemanfaatan produk
samping. Buletin Teknologi Pertanian, 7 (1), 48–55.
Hartati, R.R.S.R.I., Setiawan, A., Heliyanto, B. & Pranowo, D. (2009) Keragaman
morfologi dan hasil 60 individu jarak pagar (Jatropha curcas L.) terpilih di
kebun percobaan Pakuwon Sukabumi. Jurnal Litri, 15 (4), 152–161.
Hasnam. 2008. Variasi pembungaan jarak pagar (Jatropha curcas L.). Info Tek.
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) 3:43.
Hemming, C.F. and A. Radcliffe-Smith. 1987. A revision of the Somali species of
Jatropha (Euphorbiaceae). Kew Bull. 42:103-122.
King, A.J., He, W., Cuevas, J.A., Freudenberger, M., Ramiaramanana, D. &
Graham, I.A. (2009) Potential of Jatropha curcas as a source of renewable oil
and animal feed. Journal of Experimental Botany, 60 (10), 2897–2905.
Mastan, S.G., Sudheer, P.D., Rahman, H., Ghosh, A., Rathore, M.S., Ravi
Prakash, Ch. & Chikara, J. (2012) Molecular characterization of intra-
population variability of Jatropha curcas L. using DNA based molecular
markers. Molecular Biology Reports, 39 (4), 4383– 4390.
Messmer MM, Melchinger AE, Herrmann RG, Jurgen B (1993). Relationships
among early European maize inbreds: II. Comparison of pedigree and RFLP
data. Crop Sci. 33(5):944-950.
Nugroho, K., Terryana, R.T., Lestari, P., Mulya, K., & Tasma, I.M. (2017)
Keragaman genetik dua puluh aksesi plasma nutfah Jatropha spp.
menggunakan marka simple sequence repeat. Jurnal AgroBiogen, 13 (1), 17–
24.
Pax, F. 1910. Euphorbiaceae-Jatropheae. Pp. 1-148 in Das Pflanzenreich IV.
147(42) (A. Engler, ed.). Verlag von Wilhelm Engelmann, Leipzig.
Ratha, P.K. & Paramathma, M. (2009) Potentials and Jatropha species wealth of
India. Current Science, 97 (7), 4–8.
Risliawati, A., Riyanti, E.I., Lestari, P., Utami, D.W. & Silitonga, T.S. (2015)
Development of SSR marker set to identify fourty two Indonesian soybean
varieties. Jurnal AgroBiogen, 11 (2), 49–58.
Satyawan, D. & Tasma, I.M. (2011). Genetic diversity analysis of Jatropha curcas
provenances using randomly amplified polymorphic DNA markers. Jurnal
AgroBiogen, 7 (1), 47-55.
Sumanto. 2006. Pengaruh Media dan Waktu Panen Buah Terhadap Pertumbuhan
Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Prosiding Lokakarya II Status
Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Bogor. 2 : 104-106.
Tasma, I.M. (2017) Pendekatan bioteknologi dan genomika untuk perbaikan
genetik tanaman jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar nabati. Jurnal
AgroBiogen, 13 (2), 123–136.

Anda mungkin juga menyukai